ANTROPOLOGI KESEHATAN
PENDEKATAN ANTROPOLOGI
NAMA KELOMPOK :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmt dan karunia_nya kami mampu menyelesaikan makalah Pendekatan
Antropologi untuk memenuhi mata kuliah Antropologi Kesehatan. Makalah ini
dibuat agar dapat menambah pengetahuan pembaca tentang pendekatan
antropologi .
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca baik
mempertahankan ataau menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pendekatan
Antropologi. Jika terdapat kata maupun penulisan yang salah, kami mohon maaf.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar makalah
selanjutnya dapat kami kerjakan lebih baik lagi.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSA MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Paradigma antropologis sosial yang lebih kuat dibangun oleh tokoh yang
semasa dengan Malinowski , Radcliffe Brown (1881-1955), dia bukan
peneliti lapangan melainkan seorang teoretisi karenanya tidak setara dengan
Malinowski sebagai seorang etnografer, tetapi mereka sama-sama
menekankan holism dan perlunya penelitian lapangan secara mendalam
dengan menolak spekulasi historis karena alas an-alasan yang identic.
Fungsionalisme Malinowski memfokuskan pada kebutuhan biologis individu,
dan Brown memfokuskan pada kebutuhan masyarakat, Brown melihat
masyarakat beserta struktur sosialnya sebagai organisme dan dapat disamakan
dengan anatomi tubuh yang rumit.
C. PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Pembelajaran kebudayaan merupakan hal yang utama dalam
Antropologi. Bidang kajian utama Antropologi adalah kebudayaan dan
dipelajari melalui pendekatan. Berikut tiga jenis pendekatan utama yang biasa
dipergunakan oleh para ilmuwan Antropologi :
1. Pendekatan holistik
Jika kita amati, sifat kebudayaan dipandang secara utuh (holistic).
Pendekatan ini digunakan oleh para pakar Antropologi apabila mereka
sedang mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan
dipandang sebagai suatu keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin
dipahami dalam keadaan terpisah dari keutuhan tersebut. Para pakar
Antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk sejarah, geografi,
ekonomi, teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh generalisasi
(simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti perkawinan
dalam suatu masyarakat, para pakar Antropologi merasa bahwa mereka
harus memahami dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam
masyarakat yang bersangkutan.
2. Pendekatan komparatif
Kegiatan pada kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan
komparatif juga merupakan pendekatan yang unik dalam Antropologi
untuk mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-
tulis (pra-aksara). Para ilmuwan Antropologi paling sering mempelajari
masyarakat pra-aksara karena dua alasan utama. Pertama, mereka yakin
bahwa setiap generalisasi dan teori harus diuji pada populasi-populasi di
sebanyak mungkin daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi.
Kedua, mereka lebih mudah mempelajari keseluruhan kebudayaan
masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari pada masyarakat-
masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat pra-aksara
yang hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi para
ilmuwan Antropologi.
3. Pendekatan Historis
Hal yang paling penting yaitu asal-usul unsur kebudayaan.
Pendekatan dan unsur-unsur historis mempunyai arti yang sangat penting
dalam Antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok
ilmu tingkah laku manusia. Para ilmuwan Antropologi tertarik pertama-
tama pada asal-usul historis dari unsur-unsur kebudayaan, dan setelah itu
tertarik pada unsur-unsur kebudayaan yang unik dan khusus.
Ada lima metode yang berhasil dihimpun dari kedua tokoh antropologi
Indonesia tersebut. Masing-masing memiliki hubungan, cara dan
penerapannya yang khas. Berikut disajikan kelima metode itu.
• Pendekatan holistik. Holistik berarti menyeluruh. Yang diartikan dari
pendekatan ini adalah meneliti suatu masalah social budaya dalam rangka
kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Metode ini dikembangkan
dalam fasenya untuk masyarakat pedesaan (rural) kecil yang dapat
dicakup seluruhnya. dalam suatu penelitian lapangan dan waktu yang
cukup lama. Begitu juga oleh Sairin (2010), pendekatan ini menekankan
pada pemahaman dari keseluruhan jaringan dari fenomena sosial
masyarakat yang diteliti (structural functional analysis).
• Pendekatan mikro. Sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan di
atas, maka antropolog mempelajari segi-segi rinci/detil dari suatu gejala
hingga terkumpul semua data yang sangat mendalam dan konkret
mengenai suatu masalah sosial budaya tertentu. Data konkrit ini dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menganalisa masalah-masalah serupa
pada kasus-kasus lain sehingga didapat pengertia umum yang sangat
mendalam terhadap masalah bersangkutan. R. Firth, seorang antropolog
Inggris mengatakan bahwa pendekatan terhadap masalah sosial-budaya
ini merupakan sifat yang khas dari ilmu antropologi dan malah menyebut
ilmu antropologi sebagai "sosiologi mikro (micro sociology)".
• Pendekatan semiotik. Pendekatan ini lebih menekankan kepada
pemahaman kebudayaan berdasarkan pada interpretasi yang dilakukan
peneliti dari pandangan dasar subyek penelitian atau native's point of
view. Menurut Sairin (2010) metode semiotik semakin banyak digunakan
akhir-akhir ini. Terutama dengan munculnya tokoh antropologi seperti
Goodenough dan Clifford Geertz. Dalam mertode semiotik ini analisa
yang bersifat thick description sangat ditekankan. Meskipun pendekatan
atau metode yang digunakan antropolog berbeda-beda, tetapi mereka
umumnya tetap melakukan penelitian dengan metode disebut kualitatif
dengan observasi partisipasi (participant observation)
• Pendekatan komparatif. Metode ini menjadi kebiasaan antropologi sejak
permulaan sejarahnya. Hal tersebut dikarenakan antropologi selalu
menghadapi gejala aneka warna bentuk masyarakat dan kebudayaan yang
besar. Berbagai metode komparatif (perbandingan) sudah dikembangkan,
salah satu diantaranya adalah metode perbandingan "lintang kebudayaan"
atau "cross-cultural method". Cara kerja metode ini adalah dipergunakan
satu atau beberapa gejala sosial budaya yang serupa dalam suatu sampel
(contoh) yang cukup besar dari kebudayaan-kebudayaan sukubangsa
yang tersebar luas.
• Metode behavioristik. Metode ini hampir mirip dengan metode
komparatif. Menurut Sairin (2010), metode yang lebih mengarah kepada
penelitian yang bersifat komparasi dari behavior (tingkah laku) berbagai
segmen (lapisan) masyarakat dengan menggunakan kombinasi psiko-
analisa, learning theory, dan antropologi budaya.
1. Masalah penduduk
2. Masalah struktur masyarakat desa
3. Masalah migrasi, transmigrasi, dan urbanisasi
4. Masalah interasi nasional
5. Masalah pendidikan dan modernisas
BAB III PENUTUP