Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak ada suatu batasan mengenai kata yang sahih bagi semua bahasa di dunia. Dalam
mendeskripsi bahasa di dunia diperlukan sebuah unit yang disebut kata, namun pengertian
kata dibatasi secara fonologis, sedangkan bagi bahasa yang lain dibatasi secara morfologis.
Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas
posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis entah morfologis)
dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas. (Gorys Keraf 2001). Distribusi yang bebas
misalnya dapat dilihat dalam kalimat: Saya memukul anjing itu, anjing itu kupukul , kupukul
anjing itu.

Dalam kegiatan komunikasi, kata kata dijalin-satukan dalam suatu konstruksi yang
lebih lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang
paling penting dari rangkaian kata-kata tadi adalah Pengertian yang tersirat di balik kata
yang dipergunakan itu. Setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan komunikasi,
selalu berusaha agar orang-orang lain dapat memahaminya dan disamping itu ia harus bisa
memahami orang lain. Dengan cara ini terjalinlah komunikasi dua arah yang baik dan
harmonis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diksi?
2. Apa fungsi diksi?
3. Jenis-jenis diksi dan contohnya?
4. Aspek kata?
5. Ketetapan pemilihan kata?
6. Kesesuaian pilihan kata?
C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan juga untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang diksi dan seluruh bagian-bagiannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pilihan kata atau diksi

Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan
kata, dan lain-lain, sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan. Keterbatasan
dalam kosa kata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyampaikan maksudnya
kepada orang lain. Dan jika orang tersebut menggunakan kosa kata yang berlebihan, ini juga
akan membuat orang lain sulit mengerti pesan yang disampaikan. Itu sebabnya para
pembicara sering membaca dan berlatih agar menguasai diksi atau pilihan kata ketika
berbicara. Dengan diksi yang tepat maka pendengar atau audiens dapat dengan mudah
memahami maksud seorang pembicara.

B. Fungsi Diksi

fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan
dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan. Diksi juga berfungsi
untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita, dengan diksi yang
baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh,
mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.

Secara umum, berikut ini adalah beberapa fungsi diksi:

1. Membantu audiens/ pembaca mengerti apa yang disampaikan penulis atau pembicara.
2. Menciptakan aktivitas komunikasi yang lebih efektif dan efisien.
3. Menyampaikan gagasan atau ide dengan tepat.

4. Menjadi lambang ekspresi yang ada pada suatu gagasan.

C. Jenis diksi
Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu diksi berdasarkan maknanya
dan diksi berdasarkan leksikal

2
a. Diksi berdasarkan maknanya
1. Makna Denotatif
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti makna
denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referen, atau
makna proposisional. Disebut makna denotasional referenial, konseptual, atau
ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide
tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan
kesadaran atau pengeta-huan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak
pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindria (kesadaran) dan rasio
manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposisional karena ia bertalian dengan
informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang
diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah.
Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini
khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata
yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan
utamanya; ia tidak menginginkan interpretasi tambahan dari tiap pembaca, dan tidak
akan membiarkan inter-pretasi itu dengan memilih kata-kata konotatif. Sebab itu untuk
menghindari interpretasi yang mungkin timbul, penulis akan berusaha memilih kata dan
konteks yang relatif bebas interpretasi.
1) Rumah itu luasnya 250 meter persegi ( denotatif ).
2) Rumah itu luas sekali ( konotatif ).
3) Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu ( denotatif )
4) Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu ( konotatif ).
5) Meluap hadirin yang mengikuti pertemuan itu ( konotatif)

Karena setiap kata memiliki denotasi, makna penulis harus mem-persoalkan apakah
kata yang dipilihnya sudah tepat. Ketepatan pilihan kata itu tampak dari
kesanggupannya untuk menuntut pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikan,
yang tidak pembaca kepada gagasan yang ingin di-sampaikan, yang tidak
memungkinkan interprestasi lain selain dari sikap pembicara dan gagasan-gagasan yang

3
akan disampaikan itu. Memilih sebuah denotasi yang tepat, dengan sendirinya lebih
mudah dari memilih konotasi yang tepat. Seandainya ada kesalahan dalam denotasi,
maka hal itu mungkin disebabkan oleh kekeliruan atas kata-kata yang mirip bentuknya,
kekeliruan tentang antonim, atau kekeliruan karena tidak jelas maksud dan referennya.
Kekeliruan pertama terjadi karena masalah ejaan: gajih-gaji, darah-dara, interferensi-
inferensi-intervensi, bahwa-bawa, dan sebagainya. Kesalahan kedua mudah diperbaiki
karena bersifat temporer, tetapi kesalahan ketiga adalah kesalahan yang paling berat.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi,yaitu pertama, relasi antara
sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua, relasi antara sebuah
kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Pengertian
kursi adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi
individual

2. Makna Konotatif.
Konotasi atau makna konotatif  disebut juga makna konotasional, makna ematif,
atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan
respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena
pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan
sebaginya pada pihak pendengar, di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan
bahwa pem-bicaraannya juga memendam perasaan yang sama. Memilih konotasi,
seperti sudah disinggungkan di atas, adalah masalah yang jauh lebih berat bila
dibandingkan dengan memilih denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih
banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat konotatif.
Bila sebuah kata mengandung konotasi yang salah, misal-nya kurus-kering untuk
menggantikan kata ramping dalam sebuah konteks yang saling melengkapi, maka
kesalahan macam itu mudah diketahui dan di-perbaiki. Sangat sulit adalah perbedaan
makna antara kata-kata yang ber-sinonim, tetapi mungkin mempunyai perbedaan arti
yang besar dalam konteks tertentu. Sering sinonim dianggap berbeda hanya dalam
konotasinya. Kenyata-annya tidak selalu demikian. Ada sinonom-sinonim yang
memang hanya mempunyai makna denotatif, tetapi ada juga sinonim yang mempunyai
makna konotatif. Misalnya kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, berpulang

4
memiliki denotasi yang sama yaitu”peristiwa di mana jiwa seseorang telah
meninggalkan badannya”. Namun kata meninggal, wafat, berpulang mempunyai
konotasi tertentu, yaitu mengandung nilai kesopanan atau dianggap lebih sopan,
sedangkan mangkat mempunyai konotasi lain yaitu mengandung nilai “kebesaran”,
dan gugur mengandung nilai keagungan dan keluhuran. Sebaiknya kata persekot, uang
muka ,atau panjar hanya mengandung denotatif.
Konotasi pada dasarnya timbul karena masalah hubungan sosial atau hubungan
interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain. Sebab itu, bahasa manusia
tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya. Ada
beberapa cara (Palmer 2008: 35-36) yang memperhatikan bahwa bahasa bukan semata-
mata menjadi alat untuk menyampaikan informasi faktual:
1) Kita tidak hanya membuat pernyataan (proposisi), tetapi juga mengajukan pertanyaan
dan memberi perintah. Bahasa memantulkan perbedaan ini dengan menyediakan
bentuk-bentuk perintah, pertanyaan. Kalimat tanya memang ada hubungan dengan
informasi, tetapi bukan menyampaikan informasi, melainkan meminta informasi.
Sebab itu, sesuai dengan hubungan sosial atau interpersonal, bentuk-bentuk itu dapat
bergeser dengan memasukkan nilai emotif atau konotatif tertentu: Siapa namamu?
Namamu siapa? Boleh saya mengetahui namamu? Ambil buku itu! Ambil itu!
Tolong ambil buku itu! Dan sebagainya.
2) Ada bermacam-macam kegiatan bicara. Ada kegiatan bicara berusaha menyakinkan,
membujuk, mengingatkan, atau menyindir orang lain; kita mempergunakan bahasa
untuk mempengaruhi orang lain dengan ber-macam-macam cara. Dengan demikian,
kata-kata yang berfungsi untuk mengiringi kegiatan itu juga bervariasi: Saya berjanji
akan datang besok. Pasti saya akan kesini besok. Biar bagaimanapun saya akan ke
sini besok, dan sebagainya.
3) Banyak hal yang kita katakan sebenarnya bukan menyangkut fakta tetapi
menyangkut evaluasi, sehingga dapat mempengaruhi sikap orang. Ada kata yang
memantulkan nilai rasa menyenangkan dan kebencian. Kata gagah-berani, berani,
masyhur, mulia, harapan, berharga, kemerdekaan mengandung konotasi atau
evaluatif yang baik. Tetapi kata-kata seperti penakut, pengecut, hina, putus asa,
penjajahan, gelap, kejam, tebal muka, kebencian, tolol, penghianat, durhaka, dan

5
sebagainya, mengandung konotasi yang kurang menyenangkan. Banyak penutur
membedakan nilai.
b. Diksi Berdasarkan Leksika
1. Sinonim
Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain.
Berikut ini contoh sinonim,
1. Bahagia = Senang,
2. Matahari = Mentari,
3. Cantik = Elok,
4. Lezat = Enak,
5. Pintar = Pandai.

2. Antonim

Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. Berikut
contoh antonim:

1. Naik x Turun

2. Besar x Kecil

3. Banyak x Sedikit

4. Tinggi x Rendah

5. Gelap x Terang

6. Cepat x Lambat

7. Bagus x Jelek

8. Mahal x Murah

3. Homonim

6
Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun
artinya berbeda satu sama lain. Berikut contoh homonim,

1. Bulan itu terlihat bulat penuh malam ini

2. Semua karyawan mendapatkan gaji setiap bulan

Kata bulan pada kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun
ejaan dan lafalnya sama.

4. Homofon

Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun
lafal sama. Berikut contoh homofon,

1. Anton menabung uangnya di Bank secara rutin


2. Bang Anton bekerja di perusahaan pembiayaan

Kata “Bank” dan “Bang” pada kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun
ejaan dan maknanya berbeda.

5. Homograf

Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun
ejaannya sama. Berikut contoh homograf,

1. Makanan favorit wanita itu adalah tahu goring


2. Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur

Kata “Tahu” pada kalimat di atas ejaannya sama, tapi memiliki arti yang
berbeda.

7
6. Polisemi

Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti. Berikut contoh polisemi,

1. Para nasabah yang menabung di Bank akan mendapat bunga setiap bulan
2. Andini adalah salah satu bunga desa yang paling cantik

Kata “Bunga” pada kalimat di atas memiliki arti yang berbeda walaupun
menggunakan kata yang sama.

7. Hipernim dan Hiponim

Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya.


Sedangkan hiponim adalah kata yang dapat terwakili oleh kata hipernim. Berikut
contoh hipernim dan hiponim,

1. Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa,
buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.

Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim. Sedangkan kata


hiponim gajah, singa, buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.

D. Aspek Kata
Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan
sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada seseorang
berteriak “banjir!” dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahuai arti kata
tersebut.
Karena  itu,  pikiran  kita  akan menyatakan  ada  gerakan  air  deras,  besar, dan
meluas secara tiba-tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah semacam kata  banjir, 
sedangkan  makna  adalah  reaksi  yang  timbul  dalam  pikiran kita. Reaksi  tersebut  tentu
akan berbeda–beda pada  setiap orang. Hal  ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap
orang akan bentuk dan makna suatu kata.

8
            Untuk memahami kata, kita harus mengetahui  bentuk dan makna kata  itu 
sekaligus.  Pemahaman  terhadap  salah  satu  aspek  saja   tidak menjamin pemahaman
terhadap kata. Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu
mengetahui namanya. Demikian pula halnya, seseorang yang mengetahui namanya saja
belum tentu mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan
makna kata merupakan syarat bagi pemahaman terhadap kata.

E. Ketepatan Pemilihan Kata


Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang
sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh
penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat
mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan
menimbulkan salah paham. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi
menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan
memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.

Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:

1.    Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi

Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.
Contoh :

a. Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi (denotasi).

Sinta adalah bunga desa di kampungnya (konotasi).

b. Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan


masyarakat.

Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata perkerjaan


membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan
sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukkan ke dalam golongan
kata yang bermakna konotatif.

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim

9
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang
sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada
kesamaan atau kemiripan.

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat


tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-
bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan Bahasa seseorang dan
mengonkretkan bahasa seseorang segingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu)
akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang
paling tepat untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan situai yang
dihadapinya.

Kita ambil contoh kata cerdas dan kata cerdik. Kedua kata itu bersinonim,
tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih
berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

Contoh:

Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?

Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan


yang selama ini memberatkan pengusaha.

3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya

Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya
itu, makna akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.

Contoh:

a. bahwa-bawah-bawa
b. interferensi-inferensi
c. Intensif– insensif                     
d. Karton– kartun                         
e. Korporasi–koperasi
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri (jika
pemahaman belum dapat dipastikan) serta hindari kata-kata ciptaan sendiri

10
Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam
masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah
kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata
baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh
orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya
menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik masyarakat.

Contoh:

a. Modern-canggih     (secara subjektif)


1) Modern: terbaru atau muktahir (menurut kamus)
2) Canggih: banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual (menurut kamus)
5. Waspada terhadap penggunaan istilah asing dan akhirannya

Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang


mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan: favorable-favorit,
idiom-idiomatik, progress-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya. Kata-kata atau
istilah-istilah asing boleh dipakai (mungkin kita pilih) dengan pertimbangan sebagai
berikut:

a. Lebih cocok karena notasinya, misalnya:


1) kritik - kecaman                       
2) profesional – bayaran
3) asimilasi - persenyawaan         
4) aposisi – gelaran
5) dianalisis - diolah
b. Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya, misalnya:
1) eksekusi - pelaksanaan hukuman mati
2) imunisasi - pengebalan terhadap penyakit
3) inovasi - perubahan secara baru
4) kontrasepsi - alat pencegah kehamilan
5) mutasi - perpindahan tugas kepagawaian
c. Bersifat internasional, misalnya:

11
1) matematika - ilmu pasti           
2) oksigen - zat asam
3) hidrogen - zat air                     
4) valensi – martabat
5) fisiologi - ilmu faal                  
6) predikat -sebutan

Contoh akhiran asing:

a) Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
b) Koordinir seharusnya koordinasi.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat atau kata
kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis

Contoh:

Pasangan yang salah Pasangan yang benar


antara...dengan... antara...dan...
tidak...melainkan... tidak...tetapi...
baik.... ataupun... baik...maupun...
bukan...tetapi... bukan...melainkan...
Ingat terhadap... Ingat akan...
Mengharap akan... Mengharap...
Membahayakan bagi Berbahaya bagi...
sesuatu...

7. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat

Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata
umum (Generik) ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata
khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin umum, makin kabur
gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, mikin jelas dan tepat.

12
Karena itu, untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus dari
pada kata-kata umum.

Contoh :

a) Kata umum: melihat
b) Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi,
menonton (wayang), memandang (gunung sawah, laut, dan lain-lain), menatap
(gambar). 
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal

F. Kesesuaian Pilihan Kata


Persoalan kedua dalam penggunaan kata-kata adalah kecocokan atau kesesuaian.
Perbedaan antara ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan
digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan
tambahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau kompleksnya sebuah
alinea, dan beberapa segi yang lain.
Secara singkat perbedaan antara persoalan ketepatan dan kesesuaian adalah: dalam
persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya,
sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan
pendengar, atau antara penulis dan pembaca sedangkan dalam persoalan kecocokan akan
kesesuaian kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak
merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi:
Bahasa mana pun di dunia ini selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan
waktu ke waktu. Tingkat perubahan yang dialami tiap bahasa tergantung dan bermacam-
macam fàktor: kebutuhan untuk menyerap teknologi baru yang belum dimiliki, tingkat kontak
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kekayaan budaya asli yang dimiliki penutur bahasanya,
dan macam-macam faktor yang lain.
Syarat-syarat tersebut adalah:

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum
hendaknya penulis dan pembicara meinpergunakan kata-kata populer.

13
3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan
kata, dan lain-lain, sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan. Keterbatasan
dalam kosa kata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyampaikan maksudnya
kepada orang lain. Dan jika orang tersebut menggunakan kosa kata yang berlebihan, ini juga
akan membuat orang lain sulit mengerti pesan yang disampaikan. Itu sebabnya para
pembicara sering membaca dan berlatih agar menguasai diksi atau pilihan kata ketika
berbicara. Dengan diksi yang tepat maka pendengar atau audiens dapat dengan mudah
memahami maksud seorang pembicara.
fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat dilakukan
dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan. Diksi juga berfungsi
untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita, dengan diksi yang
baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan tokoh-tokoh,
mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya. Diksi dibagi menjadi dua jenis yaitu
berdasarkan maknanya dan diksi berdasarkan leksikal.
Aspek kata Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk
merupakan sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu
yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada
seseorang berteriak “banjir!” dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahuai arti
kata tersebut.
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis

14
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin
memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut.
Persoalan kedua dalam penggunaan kata-kata adalah kecocokan atau kesesuaian.
Perbedaan antara ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan
digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan
tambahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau kompleksnya sebuah
alinea, dan beberapa segi yang lain.

B. Saran
Penulis menyarankan agar mahasiswa lebih memahami lagi tentang bagaimana penggunaan
diksidi kehidupan sehari-hari dan tepat dan sesuai dalam enggunaan katanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.

15
Daftar Pustaka
Academia. 2014. Kata dan pilihan kata. https://www.academia.edu/. 31 maret 2019. 15.32
Keraf, Gorys. 2007. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

16

Anda mungkin juga menyukai