Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MENGENAI MORFOLOGI BAHASA

INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Anhar, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Stefanie Inggriani Gosal


2021620029

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN

(STIEPAN)

2021
LEMBAR TUGAS MAHASISWA

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan
Program Studi Manajemen/Akuntansi (tulis sesuai prodi)
Lembar Identitas Tugas Mahasiswa
Nama Stefanie Inggriani Gosal
Nim 2021620029 sks 2 SEMESTER 1/ Ganjil
Dosen Anhar, S.Pd., M.Pd. NIDN. 1105079003
Pengampu
BENTUK TUGAS

Makalah

JUDUL TUGAS

Morfologi Bahasa Indonesia

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


(CPMK 12) Kemampuan Menulis
DISKRIPSI TUGAS
Setelah mengikuti perkuliahan selama dua kali (2x) mahasiswa diminta untuk
mendeskripsikan subtansi dari pertemuan tersebut dalam bentuk essay
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Memilih topik, menentukan judul, dan merumuskan masalah
2. Menyusun kerangka essay berdasarkan sumber bacaan; buku, artikel/ journal
nasional
3. Menulis essay berdasarkan kerangka materi yang telah dibagikan
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
a. Obyek Garapan: Penyusunan essay
b. Bentuk Luaran:
essay ditulis dengan MS Word dengan sistematika dan format sesuai dengan standar panduan
penulisan essay
INDIKATOR, KRETERIA DAN BOBOT PENILAIAN
 Ketepatan dengan materi yang telah dibagikan 25%
 Ketepatan tata tulis esuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
25%
 Konsistensi dalam penggunaan istilah 15%
 Kerapian sajian essay yang dikumpulkan 15%
 Kelengkapan penggunaan fitur-fitur yang ada dalam MS Word dalam penulisan
makalah 20%
Jadwal Pelaksanaan Tugas
Tugas pertama, pertemuan kedua
LAIN-LAIN
Bobot penilaian tugas ini adalah 40 % dari 100 % penilaian mata kuliah ini
DAFTAR RUJUKAN
1. Alwi, Hasan, dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
3. Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa
4. KBBI dan PUEBI
5. Referensi terbaru dari berbagai sumber yang merujuk pada PUEBI dan KBBI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas Makalah Bahasa Indonesia ini dapat saya selesaikan. Makalah
ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi ini
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar. Serta juga dapat
memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Mudah-
mudahan dengan mempelajari makalah ini, akan mampu menghadapi masalah-masalah atau
kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar.

Dan dengan harapan semoga semua mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi
yang dimiliki serta bisa memahaminya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….................… i

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………….............. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………….................. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………....…….... 2

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….......... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Morfologi…….….................................................................................................... 3
1. Pengertian Morfologi......................................................................................... 3
2. Morfem.............................................................................................................. 3
3. Proses Morfologis.............................................................................................. 3
4. Komponen Proses Morfologi............................................................................. 4
B. Kata..............…………………………… ................................................................ 4
1. Pengertian Kata.................................................................................................. 4
a) Kata Kerja (Verba) ...................................................................................... 4
b) Kata Sifat (Adjektiva) ................................................................................. 5
c) Kata Keterangan (Adverbia) ....................................................................... 5
d) Kata Benda (Nomina) ................................................................................. 5
e) Kata Tugas (Partikel) .................................................................................. 5
2. Bentuk Kata dan Makna..................................................................................... 6
a) Fonem........................................................................................................... 6
b) Morfem......................................................................................................... 6
C. Frasa……................................................................................................................. 7
1. Pengertian Frasa................................................................................................. 7
2. Jenis Frasa........................................................................................................... 7
a) Frasa Endosentrik......................................................................................... 7
b) Frasa Eksosentrik.......................................................................................... 8
D. Makna....................................................................................................................... 8
1. Pengertian Makna............................................................................................... 8

ii
a) Makna Leksikal/Makna Denotasi................................................................. 9
b) Makna Gramatikal........................................................................................ 10
c) Makna Konotatif........................................................................................... 10
2. Perubahan Makna................................................................................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………….......... 11

B. Saran…………………………………………………………………………........ 11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi sumber daya alam
maupun ke. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari
keberagaman suku, keberagaman agama, keberagaman ras, dan juga
keberagaman bahasa. Jika kita belajar menulis, tentu saja tidak boleh
melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kebahasaan. Menulis tidak
hanya menyajikan materi secara subtantif, tapi juga wajib memiliki
komponen diksi, penyesuaian kata, tetapi harus memerhatikan otoritas
ketatabahasaan. Berkaitan dengan menulis kata-kata, maka tidak akan lepas
dari proses morfologis. Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa
Indonesia berasal dari kata morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu
terbentuk dari dua buah morfem, yaitu morph ‘bentuk’ dan logy ‘ilmu’.
Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer (2008: 3) merujuk kepada ‘Ilmu
yang mengenai bentuk’ Di dalam linguistik, morfologi adalah mengkaji
bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata. Artinya setiap bentuk
bahasa (linguistic form) yang berupa seluk beluk kata, menjadi objek sasaran
untuk dikaji, misalnya, selain kata desain, terdapat kata mendesain,
mendesainkan, terdesain, banyak desain, desain-desain, desain rumah,
pendesainan bersusun, tampilan desain, hasil desain imaging, rancangan
desain.
Mengamati kata-kata tersebut dapat diutarakan bahwa kata dalam bahasa
Indonesia memiliki beragam bentuk. Kata desain terdiri atas satu morfem.
Selanjutnya, kata mendesain terdiri dua morfem, yakni morfem {meN-}
sebagai imbuhan, dan morfem desain sebagai bentuk dasar. Kata
mendesainkan terdiri dari dua morfem, yakni {meN-kan} sebagai imbuhan
berupa prefiks dan morfem desain.

1
Fenomena di atas dapat dipahami bahwa setiap satuan bahasa berupa
morfem dapat mengalami perubahan. Perubahan itu menyebabkan satuan
bahasa berupa morfem itu mengalami pergantian dalam dua hal, yaitu: 1)
kelas kata; dan 2) makna kata. Pergantian kelas kata dan makna setiap kata
termasuk di dalam ruang lingkup kajian morfologi. Jadi, morfologi mengkaji
berbagai aspek bentuk kata, fungsi pergantian bentuk kata baik secara
gramatik maupun semantik. Jika kita belajar menulis, tentu saja tidak boleh
melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kebahasaan

B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah sebagai berikut.


1. Apa pengertian dari morfologi?
2. Apa pengertian dari kata dan frasa?
3. Bagaimanakah makna dan perubahannya?
4. Apa saja jenis kata dan frasa?
5. Bagaimana proses pembentukan kata?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan rumusan masalah tersebut sebagai berikut.


1. Mahasiswa dapat memahami arti dari morfologi.
2. Mahasiswa dapat memahami arti dari kata dan frasa serta mengetahui
berbagai bentuk kata dan frasa.
3. Mahasiswa dapat memahami arti dari makna serta mengetahui
berbagai bentuk makna dan perubahannya.
4. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan kata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Morfologi
1. Pengertian Morfologi
Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari
sekuk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata akibat adanya penambahan unsur.
Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari
sebuah kata. Pembagaiannya bisa digambarkan sebagaimana berikut
ini:
1) Sebuah wacana dapat dipecah menjadi kalimat.
2) Kalimat dapat dipecah menjadi bagian makna terkecil, yaitu kata.
3) Kata dapat terdiri atas beberapa morfem, contohnya menanamkan
= me-tanam-kan, bisa juga hanya terdiri atas satu morfem,
misalnya kursi, rumah, selamat, eksekusi.

2. Morfem
Secara singkat morfem merupakan satuan terkecil dari kata yang
sudah tidak bisa terbagi lagi; meskipun begitu, setiap morfem memiliki
makna baik gramatikal maupun leksikal. Terdapat berbagai jenis
morfem dalam bahasa, pengklasifikasian jenis morfem ini dibagi
dalam beberapa kriteria, misalnya jenis morfem berdasarkan kriteria
kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, satuan terkecil dari kata ini dapat diklasifikasikan lagi
atas morfem bebas (free morpheme), yaitu morfem yang dapat berdiri
sendiri tanpa adanya penambahan morfem lain, atau dengan kata lain
morfem ini menjadi satuan kata sendiri, misalnya
kata tas, di, pergi dan cantik dalam bahasa Indonesia, atau dalam
bahasa Inggris ada kata seperti book, on, wash dan fast.
Morfem lain yang merupakan bentuk yang tidak dapat berdiri
sendiri tanpa direkatkan pada morfem lain, misalnya morfem bebas,
yaitu morfem terikat (bound morpheme). Bentuk ini kerapkali dikenal
sebagai afiks karena morfem ini bukanlah kata akan tetapi merupakan
bagian dari kata, sebagai contoh, morfem me-, di-, pe-an, atau dalam
bahasa Inggris ada morfem -ify, il-, dan en-.

3. Proses Morfologis
Selain mempelajari bentuk kata, morfologi juga mempelajari
proses pembentukan kata atau bisa juga disebut sebagai proses
morfologi. Pembentukan kata bisa dilakukan melalui beberapa proses,

3
di antaranya adalah: penciptaan kata baru (coinage), biasanya kata
tersebut muncul dari suatu produk di pasar, lalu digunakan untuk
mengacu pada produk lain yang serupa, misalnya kata Aqua untuk
mengacu pada air minum kemasan lain.
Proses morfologi lainnya adalah pemimjaman kata (borrowing)
yaitu meminjam kata dari bahasa lain misalnya kata sofa yang berasal
dari bahasa Arab. Proses lainnya adalah kata majemuk, yaitu proses
pembentukan kata dengan menggabungkan dua kata atau lebih
misalnya kata meja hijau, dan proses lain yang merupakan proses
pembentukan kata yang kerap digunakan adalah afiksasi (affixation),
yaitu proses penambahan morfem terikat ke morfem bebas untuk
menambah makna lexical atau grammatikal.

4. Komponen Proses Morfologi


Terdapat empat komponen dalam proses pembentukan kata.
Komponen yang pertama adalah bentuk dasar dari kata tersebut,
sebagai contoh kata kumpul, selanjutnya ada komponen alat
pembentuk sebagai contoh untuk alat ini adalah afiksasi dan
reduplikasi. Makna gramatikal dan kata atau hasil yang diperoleh dari
proses morfologi adalah komponen lainnya dalam proses morfologi.

B. Kata
1. Pengertian Kata
Kata merupakan satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat
berdiri sendiri dan mempunyai makna. Pengelompokan kata menurut
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terdiri lima golongan/rumpun:
a) Kata Kerja (Verba)
Kata kerja merupakan kata yang menyatakan perbuatan,
tindakan, proses. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat.
Kata kerja (verba) terdiri dari:
1) Verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri. Contohnya
makan, minum, main, kerja, dan sebagainya.
2) Verba turunan (berafiks), yaitu verba yang dibentuk melalui
proses transposisi, penambahan afiks, reduplikasi
(pengulangan), atau pemajemukan (pemaduan). Contohnya
berjalan, menunggu, mengerjakan, dan sebagainya.
Kata kerja (verba) memiliki beberapa ciri, yaitu:
1) Verba reduplikasi/berulang: makan-makan, berlari-lari
Contohnya: Mereka berlari-lari mengejar bus kota.
2) Verba majemuk, yaitu proses penggabungan kata, tetapi bukan
idiom: temu wicara, terima kasih, tanda tangan dan lainnya
Contohnya: Surat itu sudah saya tanda tangani.

4
3) Verba berpreposisis, yaitu verba intransitif yang diikuti
preposisi: tahu akan, terdiri dari, bercerita tentang, dan lainnya
Contohnya: Anjasmara bercerita tentang masa lalunya.
b) Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat merupakan kata yang menerangkan sifat, watak,
tabiat orang/binatang/suatu benda. Contohnya malas, pintar, dan
lainnya. Berfungsi sebagai predikat atau penjelas subjek: Dia
cantik, Baju merah itu.
Kata sifat (adjektiva) memiliki beberapa ciri, yaitu:
1) Dapat diberi keterangan pembanding: lebih, kurang, paling, dan
sebagainya
2) Dapat diberi keterangan penguat: sangat amat, ...benar,
terlalu...
3) Dapat ditambahi kata ingkar: tidak...,
c) Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan berfungsi untuk memberi keterangan pada
verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat.
Kata keterangan (adverbia) memiliki beberapa ciri, yaitu:
1) Keterangan waktu: sejak, ketika, sekarang, besok
2) Keterangan tempat: di sana, ke sini, dari…
3) Keterangan tujuan: agar, supaya, demi, untuk
4) Keterangan cara: sekuat-kuatnya, dengan sekuat-kuatnya secara
hati-hatI
5) Keterangan penyertaan: dengan sahabat, bersama...
6) Keterangan alat: dengan motor,...
7) Keterangan kemiripan: seperti, laksana, bak
8) Keterangan sebab: karena, sebab
9) Keterangan saling: satu sama lain
d) Kata Benda (Nomina)
Kata benda merupakan kata yang mengacu pada benda konkret
(meja, buku) atau abstrak (demokrasi, kehendak, peraturan). Kata
benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap. Kata benda
termasuk dalam golongan nomina (kata benda) adalah juga:
pronomina (kata ganti orang), numeralia (kata bilangan).
e) Kata Tugas (Partikel)
Kata tugas adalah salah satu jenis kata dalam tatabahasa formal
bahasa Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal dan tidak
memiliki makna leksikal. Artinya, makna dari kata tugas akan
menjadi jelas ketika dihubungkan dengan kata lain dalam sebuah
kalimat.
Kata tugas (partikel) memiliki beberapa ciri, yaitu:

5
1) Mempunyai makna gramatikal dan tidak memiliki makna
leksikal.
2) Seringkali bentuknya tidak berubah.
3) Maknanya akan jelas jika didampingi kalimat lain.
Berdasarkan peranannya, kata tugas dapat dibagi menjadi lima
subkelompok:
1) Kata depan (preposisi): di, ke, dari...
2) Kata sambung (konjungsi) : dan, tetapi, atau
3) Kata seru (interjeksi) :aduh, wah, ayo, astaga
4) Kata sandang (artikel) : sang, si, para
5) Partikel penegasan (unsur terkecil suatu benda) :-lah, -kah,
-tah, pun

2. Bentuk Kata dan Makna


Fonem – morfem – kata – frasa – klausa – kalimat – alinea –
karangan
1) Fonem
Fonem merupakan bunyi bahasa yang membedakan arti/makna.
Contohnya: /makan/ dan /makam/
/mental/ dan /mantal/
/s/ayur - /m/ayur → /s/ : /m/
Fonem terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Konsonan dan Vokal
Contohnya:
(1) konstruksi ----- k o n s t r u k s i
kvkkkkvkkv
(2) pantai ----- p a n t a i
kvkkvv
2) Morfem
Morfem merupakan bentuk bahasa terkecil yang dapat
membedakan dan atau mempunyai makna. Morfem adalah bentuk
bahasa terkecil yang mengandung arti gramatikal dan leksikal.
Wujud dari morfem dapat berupa imbuhan, akhiran, sisipan,
klitika, partikel, dan kata dasar.
Contohnya: memasak → morfem me- + masak
bantuan → morfem bantu + -an
Menurut bentuk dan arti, morfem terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
(1) Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berdiri sendiri.
Contohnya: baju baru, makan nasi.
(2) Morfem terikat merupakan morfem yang terikat dengan bentuk
lain.

6
Contohnya: berperang → morfem terikat ber-
memakai → morfem terikat me-
(3) Morfem setengah bebas merupakan morfem yang dalam
ucapan terikat tetapi secara gramatikal bebas.
Contohnya: - lah, -kah, pun, ku, mu, nya (partikel)
Apalah, apa pun

C. Frasa
1. Pengertian Frasa
Frasa atau frase adalah gabungan kata yang bersifat non-predikatif.
Artinya, frasa hanya terdiri dari salah satu fungsi, bisa terdiri dari
subjek saja, bisa juga hanya terdiri dari verba atau bisa diawali
dengan preposisi. Frasa termasuk salah satu satuan linguistik yang
tidak mempunyai ciri-ciri atau batas fungsi sebagai klausa. Sehingga
tingkatan frasa berada di bawah klausa dan di atas tingkatan kata.
Frasa terdiri atas beberapa kata dan secara fisik mengisi slot-slot
pada tingkatan klausa. Frasa selalu terdiri dari morfem bebas yang
tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu unsur frasa dipisahkan akan
mengubah makna dari sebuah kalimat. Maka dari itu, pemindahan tata
letak frasa harus dilakukan secara keseluruhan.
Frasa memiliki beberapa ciri, yaitu:
1) Nonpredikatif: bangsa Indonesia, ≠ belajar bahasa
2) Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom: siap tempur ≠ main
api
3) Susunan kata yang berpola tetap = tidak bisa dibalik :siap tempur ≠
tempur siap (pada idiom kadang masih bisa dibalik : tipis kuping =
kuping tipis)

2. Jenis Frasa
Frasa berdasarkan persamaan distribusi dengan unsur-unsurnya
terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki distribusi sama
atau setara, sehingga ketika salah satu unsur dihilangkan, frasa
tersebut akan tetap dapat digunakan. Selain itu, frasa ini juga
memiliki salah satu bagian yang disebut komponen atasan dan
komponen bawahan. Kedua komponen ini disebutkan karena frasa
endosentris memiliki distribusi sama dan salah satunya sebagai
pendukung atau pembatas. Frasa koordinatif adalah frasa yang
komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih

7
yang sama atau sederajat. Karena bentuk yang sederajat, maka
frasa ini dapat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif tunggal
seperti dan, atau, tetapi, maupun dan konjungsi lainnya.
Frasa endosentrik terbagi atas tiga macam, yaitu:
(1) Frasa endosentrik atributif
Frasa yang terdiri dari inti dan penjelas (modifikator). Sehingga
frasa ini mengandung hanya satu inti yang dapat didahului atau
diikuti oleh modifikator. Inti dan modifikator dapat terdiri dari
salah satu kelas kata, seperti nomina, verba, adjektiva,
atau adverbia. Jadi, hanya ada satu unsur pusat atau unsur inti
sedangkan unsur lainnya adalah atribut yang tidak setara karena
tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan dan
atau.
(2) Frasa endosentrik koordinatif
Frasa koordiinatif terdiri dari unsur pembentuk yang memiliki
kata dengan kedudukan sama. Sehingga unsur-unsurnya bisa
dihubungkan dengan kata dan atau atau.
(3) Frasa endosentrik apositif
Frasa yang memiliki keterangan yang ditambahkan atau
diperjalas. Frasa ini identik dengan nomina (kata benda).
Unsur-unsur pembangun frasa apositif itu memiliki kedudukan
yang sama sehingga bisa saling menggantikan.
2) Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak
memiliki konstruksi sama dengan unsur
atau kompenen pembentuknya. Artiya salah satu komponen dari
frasa eksosentrik tidak dapat saling mengisi ketika dipisahkan.
Frasa eksosentris mempunyai dua komponen. Komponen yang
pertama berupa perangkai yang berwujud preposisi partikel dan
komponen kedua berupa sumbu. Frasa yang berperangkal preposisi
disebut frasa preposisional atau frasa eksosentris direktif dan frasa
yang berperangkai sumbu disebut Frasa eksosentris non-direktif.
Frasa eksosentrik terbagi atas dua macam, yaitu:
(1) Frasa eksosentrik direktif
Pada dasarnya, frasa preposisional menunjukkan makna
berikut.
• 'tempat', seperti di pasar, ke rumah dan pada dinding.  
• 'asal arah', seperti dari kampung dan dari sekolah
• 'asal bahan, seperti (cincin) dari emas, (kue) dari tepung
beras
• 'tujuan arah', seperti ke Lampung, ke Kampus

8
• 'menunjukkan peralihan', seperti kepada saya,
(percaya) terhadap Tuhan
• 'perihal', seperti tentang ekonomi, (terkenang) akan
kebaikannya
• 'tujuan', seperti untukmu, buatku
• 'sebab', seperti karena, lantaran, sebab, gara-gara (kamu)
• 'penjadian, seperti oleh karena, untuk itu
• 'kesertaan', seperti denganmu', dengannya
• 'cara, seperti dengan baik, dengan senang
• 'alat' seperti dengan cangkul dan dengan traktor
• 'keberlangsungan', seperti sejak kemarin, dari tadi, sampai
besok, sarnpai nanti
• 'penyamaan', seperti selaras dengan, sesuai
dengan, sejalan dengan
• 'perbandingan', seperti seperti dia, sebagai bandingan
(2) Frasa eksosentrik non-direktif
Frasa eksosentris non-direktif yang pertama adalah frasa yang
sebagian atau seluruhnya memiliki perilaku yang sama dengan
bagian-bagiannya, seperti si kancil, si terdakwa, sang
kancit dan sang kekasih. Kedua, frasa yang seluruhnya
berperilaku sama dengan salah satu unsurnya. Artinya,
terdakwa dan kekasih memiliki perilaku sama dengan si
terdakwa atau sang kekasih. Ketiga, frasa yang tidak memiliki
perilaku yang sama dengan bagian-bagiannya, seperti yang
mulya, yang besar dan yang hebat.
Frasa berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata
yang menjadi unsur-unsurnya terbagi menjadi beberapa macam,
yaitu:
1) Frasa verbal yaitu, frasa yang berintikan kata kerja.
Contohnya: asyik belajar, rajin menabung, berpikir keras.
2) Frasa adjektival yaitu, frasa yang berintikan kata sifat.
Contohnya: cantik sekali, tidak sombong, amat bersahaja
3) Frasa adverbial yaitu, frasa yang berintikan kata keterangan
Contohnya: tidak selalu, seperti…., bagaikan…
4) Frasa nominal yaitu frasa yang berintikan kata benda.
Contohnya: meja kayu, emas batangan, penyakit menular
5) Frasa preposisional yaitu, frasa yang salah satunya berupa kata
depan.
Contohnya: di sini, kepada saya, untuk dia.

D. Makna
1. Pengertian Makna

9
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan
objek/sesuatu hal yang diacunya. Makna terbagi atas beberapa jenis,
yaitu:
1) Makna Leksikal/Makna Denotasi
Makna leksikal/makna denotasi merupakan makna yang sudah
tetap terkandung dalam sebuah kata (tertera dalam kamus).
Contohnya: kuda = sejenis binatang
pensil = alat untuk menulis
2) Makna Gramatikal
Makna gramatikal merupakan makna yang timbul akibat
melekatnya morfem + morfem.
Contohnya: makan + an = sesuatu yang dimakan
langit + langit = seperti langit
3) Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan makna tambahan, makna yang
memberikan tafsiran khusus dan nilai rasa tertentu.
Contohnya: hitam = hina, berdosa
besi = keras hati, kaku dalam prinsip, gagah, dan
sebagainya

2. Perubahan Makna
Perubahan makna (juga disebut pergeseran makna, pengembangan
makna atau penyimpangan makna) merupakan evolusi penggunaan
kata, biasanya hingga tahapan makna modern menjadi sangat berbeda
dari makna aslinya. Dalam linguistik diakronis (atau historis),
perubahan makna merupakan perubahan pada salah satu makna sebuah
kata. Setiap kata memiliki beraneka makna dan konotasi yang dapat
ditambah, dikurang, atau diubah sepanjang masa
sehingga kognat lintas ruang dan waktu dapat memiliki makna-makna
yang sangat berbeda. Pengkajian perubahan makna menjadi bagian
pengkajian etimologi, onomasiologi, semasiologi, dan semantik.
Berikut ini merupakan perubahan makna:
1) Meluas merupakan cakupan makna sekarang lebih luas dari makna
yang lama. (bapak, ibu, putra)
2) Menyempit merupakan cakupan makna sekarang lebih sempit dari
makna yang lama. (sarjana, pendeta, dan sebagainya)
3) Ameliorasi merupakan makna baru dirasakan lebih halus/tinggi
niainya dari makna lama. (‘istri; nyonya’ lebih baik dari ‘bini’)
4) Peyorasi adalah makna baru dirasakan lebih kasar/rendah nilainya
dari makna lama. (oknum, gerombolan)

10
5) Sinestesian merupakan makna yang muncul karena pertukaran
tanggapan indera yang berbeda. (Kata-katanya manis)
6) Asosiasi merupakan persamaan sifat antara makna baru dan lama.
(Agar lancar, beri saja dia amplop)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari sekuk-
beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata akibat adanya penambahan unsur. Kata merupakan
satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Pengelompokan kata menurut Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia terdiri lima golongan, yaitu kata kerja (verba), kata sifat
(adjektiva), kata keterangan (adverbia), kata benda (nomina), dan kata tugas
(partikel).
Frasa atau frase adalah gabungan kata yang bersifat non-predikatif.
Artinya, frasa hanya terdiri dari salah satu fungsi, bisa terdiri dari subjek saja,
bisa juga hanya terdiri dari verba atau bisa diawali dengan preposisi. Frasa
berdasarkan persamaan distribusi dengan unsur-unsurnya terbagi menjadi
beberapa macam, yaitu frasa endosentrik (terbagi menjadi frasa endosentrik
atributif, frasa endosentrik koordinatif, dan frasa endosentrik apositif) dan
frasa eksosentrik (terbagi menjadi frasa eksosentrik direktif dan frasa
eksosentrik non-direktif).
Frasa berdasarkan persamaan distribusi dengan kategori kata yang
menjadi unsur-unsurnya terbagi menjadi beberapa macam, yaitu frasa verbal,
frasa adjektival, frasa adverbial, frasa nominal, dan frasa preposisional.
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek/sesuatu hal yang
diacunya. Makna terbagi atas tiga jenis, yaitu makna leksikal/makna denotasi,
makna gramatikal dan makna konotatif.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri
kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara
mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita ke depannya. Amin.

12
DAFTAR PUSTAKA

McCarthy, Andrew Carstair. 2002. English Morphology: Words and Their


Structure. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Booij, G. 2005. The Grammar of Words An Introduction. New York: Oxford
University Press
Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta
Fromkin, V. Rodman, R., & Hyams, N. 2011. An Introduction to Language (9th
ed.). Boston: Wadsworth, Cengage Learning.
Yule, G. 2010. The Study of Language (4th ed.). New York: Cambridge
University Press.
Pendidikan 2, Dosen (2019-01-31). ""Kata Tugas" Pengertian & (Ciri – Jenis –
Contoh)". DosenPendidikan.Com. Diakses tanggal 2019-03-17.
"Pengertian Kata Tugas, Ciri-Ciri, Jenis dan Contoh Kata Tugas Terlengkap –
Pelajaran Sekolah Online" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-17.
1942-, Chaer, Abdul, (1994). Linguistik umum (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Rineka
Cipta. ISBN 979518587X. OCLC 69141366.
Djiwandono, P. Istiarto (2004). Membaca Taktis Lwt Penguasaan Pola-Pola
Umum Bhs Inggris (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
hlm. 7. ISBN 978-979-22-1083-5.
Kadaruddin (2016-10-21). Translation Skill. Yogyakarta: Deepublish.
hlm. 163. ISBN 978-602-475-263-7.
Eriyanti, Ribut Wahyu; Syarifuddin, Kartika Tiara; Datoh, Kasem; Yuliana, Eka
(2020). LINGUISTIK UMUM. Ponorogo: uwais inspirasi indonesia.
hlm. 49. ISBN 978-623-227-252-1.
Arifin, Zaenal; Junaiyah (2008). Sintaksis. Jakarta: Grasindo. hlm. 19–
20. ISBN 978-979-025-113-7.
Ratna, Dewi (28 April 2016). "Kenali frasa, salah satu kumpulan kata yang
bukan kalimat". merdeka.com  (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-
22.
Melani, Seri; Supadi, Supadi; Suryadi, Suryadi (2019). "ANALISIS FRASA PADA
SURAT KABAR HARIAN RAKYAT BENGKULU". Jurnal Ilmiah
KORPUS (dalam bahasa Inggris). 3 (2):
213. doi:10.33369/jik.v3i2.10224. ISSN 2614-6614.

13

Anda mungkin juga menyukai