Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INTELIGENSI DALAM PRAKTIK PEMBELAJARAN

Oleh :

Vicy Cahya M (2012030036)

Nurjanah (2012030022)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok dari dosen kami Intan P.W., M.Pd, M.Psi. mata kuliah Pesikologi
Pendidikan, dengan judul: "Inteligensi dalam Praktik Pembelajaran”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan

Kediri, 16 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................................................................ 1
INTELIGENSI DALAM PRAKTIK PEMBELAJARAN ........................................................................ 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 4
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. Definisi Inteligensi ....................................................................................................................... 5
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Inteligensi .............................................................................. 6
C. Teori-teori Inteligensi .................................................................................................................. 7
D. Penggaruh Inteligensi dalam Pendidikan dan pembelajaran .......................................................... 9
BAB III ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inteligensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling terkait. Pada
umumnya anak yang memiliki intelegensi tinggi akan memiliki prestasi yang membanggakan di
kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Secara
umum intelegensi itu pada hakikatnya adalah merupakan suatu kemampuan umum untuk
memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen. Untuk mengungkap
kemampuan individu biasanya dipergunakan instrumen tes intelegensi.

Dalam bidang pendidikan inteligensi dimanfaatkan untuk mengetahui sejauh mana


prestasi belajar yang dapat dicapai oleh individu, untuk penyesuaian dalam sekolah, jurusan, dan
perlakuan kepada subjek didik. Dalam penerimaan tes untuk masuk atau melanjutkan pendidikan
serta masuk di suatu bidang kerja pun saat ini salah satunya melalui tes inteligensi. Individu
dalam menyelesaikan masalah, apakah cepat atau lambat, faktor yang turut menentukan adalah
faktor inteligensi dari individu yang bersangkutan.

Melihat betapa pentingnya manfaat inteligensi sebagaimana disebutkan, dan adanya


ragam pendapat, anggapan serta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum mengenai
inteligensi di atas, pada makalah ini akan diuraikan pengertian inteligensi, faktor-faktor yang
mempengaruhi, teori, pengaruh inteligensi dalam pendidikan atau pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Intilegensi?


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Inteligensi?
3. Teori-teori Inteligensi?
4. Macam-macam Intelegensi?
5. Penggaruh Inteligensi dalam Pendidikan/pembelajaran?

C. Tujuan

1. Agar pembaca mengerti tentang Inteligensi.


2. Agar pembaca mengetahui bahwa Inteligensi sangat penting dalam duina pendidikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Inteligensi

Perkataan inteligensi dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan,


menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind together).
Istilah inteligensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang salah, yang
memandang inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan tunggal, padahal
menurut para ahli inteligensi mengandung bermacam-macam kemampuan. Namun demikian
pengertian inteligensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi para ahli.
Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi yang hidup antara
tahun 1857-1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan
seseorang untuk berfikir secara abstrak. Sedangkan H.H. Goddard pada tahun 1946
mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk
menyelesaikan masalah- masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-
masalah yang akan datang.
Sur C.P. Chaplin mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Anita E. Woolfolk (Yusuf, 2006:106) mengemukakan bahwa menurut teoriteori lama,
inteligensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan
situasi atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan inteligensi itu
merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
dalam rangka menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan
Yasubrata mendefinisikan intelegensi sebagai kapasitas yang bersifat umum dari
individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang
dihadapi.
Pengertian intelegensi yang paling banyak dianut para ahli adalah apa yang dikemukakan
oleh Wechsler, yang mengatakan bahwa intelegensi merupakan pembangkit atau kapasitas global

5
individu untuk bertindak bertujuan, berpikir rasional, dan berhubungan efektif dengan
lingkungannya.
Rudolf Amathauer berpendapat sedikit berbeda. Menurutnya, intelegensi ialah suatu
struktur khusus dalam keseluruhan kepribadian seseorang, suatu keutuhan yang berstruktur yang
terdiri atas kemampuan jiwa-mental dan diungkapkan melalui prestasi, serta memberikan
kemampuan kepada individu untuk bertindak. Intelegensi hanya dapat dikenal melalui ungkapan-
ungkapan, yaitu terlihat melalui prestasi.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Inteligensi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat inteligensi yang
berbeda. Adanya perbedaan tersebut dapat diketahui bahwa inteligensi dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut (Senjaya, 2010).

1. Pengaruh faktor bawaan


Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari
suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (+
0,50), orang yang kembar (+ 0,90) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20), anak yang
diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
2. Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena
itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan inteligensi seseorang.
Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat
penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan
berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3. Stabilitas inteligensi dan IQ
Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan suatu konsep umum tentang
kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang
notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi
tergantung perkembangan organik otak.
4. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi.

6
6. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode,
juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya

C. Teori-teori Inteligensi

1. Teori “Two Factors”

Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearmen (Yusuf, 2006:107). Dia berpendapat
bahwa inteligensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “G” (general factors), dan
kemampuan khusus yang diberi kode “S” (specific factors). Setiap individu memiliki kedua
kemampuan ini yang keduanya menentukan penampilan atau perilaku mentalnya.

a. Faktor umum (G),

general factor Faktor G, mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh
setiap orang dalam berbagai derajat tertentu. Contohnya penyanyi, orang yang mempunyai
suara yang merdu dengan musikalitas yang tinggi tanpa latihan. General factor mempunyai
beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut: 1) Merupakan kemampuan umum yang
dibawa sejak lahir 2) Bersifat konstan 3) Dipergunakan dalam setiap kegiatan individu 4)
Jumlah faktor G setiap individu berbeda 5) Semakin besar jumlah G yang ada dalam diri
seseorang, maka makin besar kemungkinan kesuksesan hidupnya

b. Faktor khusus (S)

specific factors Faktor S, mencakup berbagai faktor khusus tertentu yang relevan
dengan tugas tertentu. Contohnya pianis, dengan latihan yang giat setiap orang dapat bermain
piano dengan baik. Atau seorang ahli matematika, dengan terus menerus berlatih mengerjakan
soal-soal matematika seseorang akan dapat mengerjakan soal dengan baik. Specific factor
mempunyai beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut:

1) Dipelajari dan diperoleh dari lingkungan


2) Bervariasi dari kegiatan yang satu dengan lainnya dari individu yang sama
3) Jumlah muatan S pada tiap-tiap individu berbeda

Kedua faktor di atas terkadang tumpang tindih dan terkadang pula terlihat berbeda.
Menurut Spearman, faktor G lebih banyak mewakili segi genetis dan faktor S lebih banyak

7
diperoleh melalui latihan dan pendidikan. Kedua faktor diatas sangat penting untuk melihat
kemampuan individu saat berpindah dari situasi satu ke situasi yang lainnya.

2. Teori “Primary Mental Abilities”

Teori ini dikemukakan oleh Thurstone (Yusuf, 2006:107). Thurstone berpendapat bahwa
inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu
a. kemampuan berbahasa: verbal comprehension;
b. kemampuan mengingat: memory;
c. kemampuan mengingat: memory;
d. kemampuan nalar atau berpikir logis: reasoning;
e. kemampuan tilikan ruang; spatial factor;
f. kemampuan bilangan: numerical abilty;
g. kemampuan menggunakan kata-kata: word fluency; dan
h. kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat: perceptual speed.

3. Teori “Multiple Intelligence”

Teori ini dikemukakan oleh J.P. Guilford dan Howard Gardner (Yusuf,
2006:107). Guilford berpendapat bahwa inteligensi itu dapat dilihat dari tiga kategori
dasar atau “faces of intellect”, yaitu sebagai berikut.
a. Operasi Mental (Proses Berpikir)
b. Content (Isi yang Dipikirkan)
c. Product (Hasil Berpikir)
Tokoh berikutnya dari teori multiple intelligence ini adalah Howard Gardner
(Yusuf, 2006:108). Gardner membagi inteligensi itu dalam 7 jenis, yaitu:
a. Logical-Mathematical (Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati polapola
logis dan bilangan serta kemampuan untuk berpikir rasional/logis)
b. Linguistic (Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kaata, dan keragaman
fungsi-fungsi bahasa)
c. Musical (Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada, dan
bentuk-bentuk ekspresi musik)
d. Spatial (Kemampuan mempersepsi dunia ruang-visual secara akurat dan
melakukan transformasi persepsi tersebut)
e. Bodily Kinesthetic (Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan menangani
objek-objek secara terampil)
f. Interpersonal (Kemampuan untuk mengamati dan merespon suasana hati,
temperamen, dan motivasi orang lain)
g. Intrapersonal (Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan,
serta inteligensi sendiri).

8
Dalam buku terbarunya, “Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The
21st Century” (1999), Howard Gardner (Badruddin, 2009) menjelaskan 8 kecerdasan
yang tersimpan dalam otak manusia. Ada penambahan satu dari tujuh jenis
kecerdasan/keahlian sebelumnya, yaitu keahlian naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart):
kemampuan mengamati pola-pola alam, memahami sistem alam, dan sistem-sistem
buatan manusia

4. Teori “Triachic of intelligence”

Teori ini dikemukakan oleh oleh Robert Stenberg (Yusuf, 2006:109). Teori ini
merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami inteligensi. Stenberg
mengartikannya sebagai suatu deskripsi tiga bagian kemampuan mental (proses berpikir,
mengatasi pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap situasi yang
dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku inteligen. Dengan kata lain, tingkah laku
inteligen itu merupakan produk (hasil) dari penerapan strategi berpikir, mengatasi
masalah-masalah baru secara kreatif dan cepat, dan penyesuaian terhadap konteks dengan
menyeleksi dan ber-adaptasi dengan lingkungan.

D. Penggaruh Inteligensi dalam Pendidikan dan pembelajaran

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu
masalah pokok. Oleh karena itu, peranan inteligensi dalam proses pendidikan ada yang
menganggap demikian pentingnya sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil atau
tidaknya seseorang dalam hal belajar, sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa
inteligensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar.Namun, pada umumnya orang
berpendapat bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya belajar seseorang.

Seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung memiliki perbedaan dan
kelebihan dalam menanggapi sesuatu permasalahan demi mencapai tujuannya. Pelajar yang
memiliki inteligensi tinggi dalam proses belajar, dia akan lebih mudah mengatasi masalahnya
dan cenderung bisa mencapai tujuan pembelajaran. Ini dikarenakan seorang pelajar yang
memiliki inteligensi tinggi cenderung bisa menentukan tujuannya tanpa harus mendapatkan
bimbingan lebih dari gurunya, dan dapat menyesuaikan dirinya untuk mencapai tujuan

Selain itu, seorang pelajar yang memiliki inteligensi yang tinggi memiliki kemampuan
oto-kritik yang tinggi, sehingga dia bisa memperbaiki diri dari kesalahan yang ada. Sebaliknya,
seorang pelajar dengan inteligensi yang rendah (pada tingkatan di bawah normal) tidak akan
sama kemampuannya dalam kegiatan belajar. Bagi seorang guru dengan diketahuinya inteligensi
akan mempengaruhi dalam perlakuan kepada subjek didik yang berbeda-beda tersebut.

9
Seiring dengan pendapat di atas, khadijah (2009:101) mengemukakan, inteligensi
seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya. Berdasarkan
hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkorelasi searah dengan tingkat inteligensi. Artinya,
semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, maka semakin tinggi prestasi belajar yang
dicapainya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, inteligensi merupakan modal utama dalam
belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang memiliki skor IQ di bawah 70 tidak
mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar seperti anak-anak dengan skor IQ normal,
apalagi dengan anak-anak jenius

Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat inteligensi yang berbeda-
beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna di dalam kelas. Selama menerima pelajaran
yang diberikan oleh guru, ada anak yang dapat mengerti dengan cepat apa yang disampaikan
oleh guru, dan ada pula anak yang lamban dalam menerima pelajaran, ada anak yang cepat dan
ada yang lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Perbedaan individu dalam
inteligensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam hubungannya dengan
pengelompokan siswa. Selain itu, guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan
kapasitas inteligensi siswa. Perbedaan inteligensi yang dimiliki oleh siswa membuat guru harus
mengupayakan agar pembelajaran yang ia berikan dapat membantu semua siswa dengan
perlakuan metode yang beragam (Khadijah, 2009:102)

Lebih lanjut Khadijah mengatakan (2009:103), perbedaan tersebut juga tampak dari hasil
belajar yang dicapai. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa bergantung pada
tinggi rendahnya inteligensi yang dimiliki. Meski demikian, inteligensi bukan merupakan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Seperti telah dikemukakan
bahwa banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhinya. Yang terpenting dalam hal ini adalah
guru harus bijaksana dalam menyikapi perbedaan tersebut. ).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengulas informasi tentang inteligensi ini, kepada para pendidik hendaknya dapat
memahami dengan baik tentang inteligensi yang sesungguhnya, dan dapat memanfaatkan dalam
pendidikan dan pembelajaran. Jadi, bukan masalah seberapa tinggi tingkat inteligensi seorang
anak tetapi seberapa besar usaha kita dalam memberdayakan inteligensi yang ada pada diri
pelajar seoptimal mungkin. Bagi masyarakat awam, agar dapat memahami apa sebenarnya
inteligensi dan manfaatnya.

B. Saran
Penulis menyadarai banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka kami
selaku penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah kami. Atas masukan dan sarannya, kami selaku penulis mengucapakan
terimakasih

11
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi dkk., Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),

Sumadi Suryasubrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2004),

A. Sutardjo Wiramihardja, Pengantar Psikologi Klinis, (Bandung: Refika Aditama,

2007)

Senjaya, Sutisna. 2012. Faktor Faktor Mempengaruhi Intelegensi (Artikel). Sutisna.Com


Tembolok.

Khadijah, Nyanyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press

12

Anda mungkin juga menyukai