Anda di halaman 1dari 49

A.

Peranan dan fungsi bahasa Indonesia


I. Bahasa (dari bahasa Sanskerta भभभभ, bhāṣā) adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia
untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah
contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.
Menurut para ahli bahasa adalah:
1. Pengertian Bahasa menurut (Depdiknas, 2005: 3) bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran
dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
2. Pengertian Bahasa menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan
struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
3. Pengertian Bahasa menurut Plato bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan
cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
4. Pengertian bahsa menurut Bill Adams bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi
individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
5. Pengertian bahasa menurut Wittgenstein bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat
dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang di gunakan di Indonesia.

II. DASAR HUKUM


Dasar hukum diterapkan berdasarkan UU Replubik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, yaitu :

1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai
dengan dinamika peradaban bangsa.
2) Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai jati diri bangsa,
kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah
dan antarbudaya daerah.
3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional,
pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.

III. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA


1. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam
Sumpah pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa
Nasional. Kedua adalah sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional,
Bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi
1.1 Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa Indonesia.
1.2 Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia mewakili jatidiri bangsa Indonesia, selain Bahasa Indonesia terdapat pula lambang
identitas nasional yang lain yaitu bendera Merah-Putih dan lambang negara Garuda Pancasila.
1.3 Alat perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda, maka kan sangat
sulit berkomunikasi kecuali ada satu bahasa pokok yang digunakan. Maka dari itu digunakanlah Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan nasional.
1.4 Alat pemersatu bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras, dan budaya, bahasa
Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat kesemua elemen masyarakat yang beragam
tersebut kedalam sebuah persatuan.

* Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara


Bahasa negara sama saja dengan bahasa nasional atau bahasa persatuan artinya bahasa negara
merupakan bahasa primer dam baku yang acapkali digunakan pada kesempatan yang formal.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara yaitu :
2.1 Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan
digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu
dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam
bentuk lisan maupun tulis.
2.2 Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan
pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak,
maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Cara ini
akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknolologi (iptek).
2.3 Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan
digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat
dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
2.4 Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
Kedudukan keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dibuktikan dengan
penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer,
majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Karena sangatlah tidak mungkin bila suatu buku
yang menjelaskan tentang suatu kebudayaan daerah, ditulis dengan menggunakan bahasa daerah itu
sendiri, dan menyebabkan orang lain belum tentu akan mengerti.

IV. FUNGSI BAHASA INDONESIA


1. Fungsi bahasa secara umum :
1) Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Melalui bahasa kita dapat
menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
2) Sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan
dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai
komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama
perhatian seseorang. Manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal.
Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan
berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode,
dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3) Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial,
seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang
akan menggunakan bahasa yang non-formal pada saat berbicara dengan teman dan menggunakan
bahasa formal pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.
4) Sebagai alat kontrol Sosial. Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang.
Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat.

2. Fungsi bahasa secara khusus:


1) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari. Manusia adalah makhluk sosial yang tak
terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat
menggunakan bahasa formal dan non formal.
2) Mewujudkan Seni. Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni
khususnya dalam hal sastra. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau
makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui
makna yang ingin disampaikan.
3) Mempelajari bahasa kuno. Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa
atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali
dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari
suatu hal.
4) Mengeksploitasi IPTEK. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan
supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia
itu sendiri.
V. PERANAN BAHASA INDONESIA
1. Bahasa sebagai alat komunikasi.
2. Bahasa sebagai alat pengekspresian diri.
3. Bahasa sebagai kontrol sosial.
4. Bahasa sebagai alat intergrasi dan adaptasi sosial dalam lingkungan.

B.Ragam bahasa
Pengertian Ragam Bahasa.
Ragam bahasa adalah varian dari bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan varian dialek sesuai
dengan pengguna. Variasi mungkin termasuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai sosiolinguistik lain,
termasuk variasi bahasa standar itu sendiri.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak
masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa
variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi
tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).

Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu
varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya,
atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat
leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu,
meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri.

Variasi dalam tingkat leksikon, seperti slang dan dialek, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat
formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai variasi atau keragaman
saja.Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut media
pembicara.

Pengertian ragam bahasa menurut para ahli.


Pengertian ragam bahasa menurut Bachman (1990), Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999).


bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di
taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed (1968).
suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat
pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma
yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara,
dan topik pembicaraan.

Fungsi Ragam Bahasa.

Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa nasional:

1. Mampu menyatukan ribuan bahasa yang beragam di Indonesia


2. Speaker Indonesia mampu
3. Simbol kebanggaan nasional
4. Simbol identitas nasional
5. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
6. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-regional
7. Fungsi sebagai bahasa negara:
8. bahasa resmi negara
9. bahasa pengantar dalam pendidikan
10. berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan pembangunan nasional
dan pelaksanaan
11. budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jenis - Jenis Ragam Bahasa.
Berbagai macam bahasa sastra adalah bahasa yang menggunakan banyak kalimat yang tidak efektif.
Jelas penggambaran melalui konotasi serangkaian kata tersebut sering digunakan dalam berbagai
bahasa sastra.
Berbagai macam bahasa ilmiah adalah bahasa berdasarkan pengelompokan berdasarkan jenis
penggunaan di bidang kegiatan sesuai dengan berbagai properti keilmuannya. 4 bahasa ilmiah dapat
juga diartikan sebagai alat verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar.

Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:

1. Ragam bahasa undang-undang


2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Ragam bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra

Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:

1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:


2. Ragam bahasa cakapan
3. Ragam bahasa pidato
4. Ragam bahasa kuliah
5. Ragam bahasa panggung
6. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
7. Ragam bahasa teknis
8. Ragam bahasa undang-undang
9. Ragam bahasa catatan
10. Ragam bahasa surat
11. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibedakan menurut akrab tidaknya
pembicara
12. Ragam bahasa resmi
13. Ragam bahasa akrab
14. Ragam bahasa agak resmi
15. Ragam bahasa santai

Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu


1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari :
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa lisan,
sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam
bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya

2.Ragam lisan.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan
dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di
dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan
lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak
dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan
dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri
ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan
sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan
yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:

a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;


b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
h. Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu

Ragam tulis.
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :
 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
 Harus memperhatikan unsur gramatikal;
 Berlangsung lambat;
 Selalu memakai alat bantu;
 Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;

Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.Contoh
ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.
2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam diantara nya
adalah:
Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :

 Ragam bahasa ilmiah


 Ragam hukum
 Ragam bisnis
 Ragam agama
 Ragam sosial
 Ragam kedokteran
 Ragam sastra
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
 Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
 Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
 Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
 Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
 Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
 Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
 Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
 Faktor Budaya atau letak Geografi
 Faktor Ilmu pengetahuan
 Faktor Sejarah

Pembagian Ragam Bahasa.

Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu mengucapkan dan
memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman (1990, dalam Angriawan, 2011:1),
menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Dengan kata lain, ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-
beda yang disebabkan karena berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan,
agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang budaya daerah, dan sebagainya.
Akibat berbagai faktor yang disebutkan di atas, maka Bahasa Indonesia pun mempunyai ragam bahasa.
Chaer (2006:3) membagi ragam Bahasa Indonesia menjadi tujuh ragam bahasa.

Pertama, ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam bahasa ini disebut dengan istilah idiolek.
Idiolek adalah variasi bahasa yang menjadi ciri khas individu atau seseorang pada saat berbahasa
tertentu.
Kedua, ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari wilayah tertentu, yang
biasanya disebut dengan istilah dialek. Misalnya, ragam Bahasa Indonesia dialek Bali berbeda dengan
dialek Yogyakarta.

Ketiga, ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari golongan sosial
tertentu, biasanya disebut sosiolek. Misalnya ragam bahasa masyarakat umum ataupun golongan buruh
kasar tidak sama dengan ragam bahasa golongan terdidik.

Keempat, ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu, seperti kegiatan ilmiah,
sastra, dan hukum. Ragam ini disebut juga dengan istilah fungsiolek, contohnya ragam bahasa sastra dan
ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa sastra biasanya penuh dengan ungkapan atau kiasan, sedangkan
ragam bahasa ilmiah biasanya bersifat logis dan eksak.

Kelima, ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi. Biasa disebut
dengan istilah bahasa baku atau bahasa standar. Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa
yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Bahasa baku biasanya dipakai dalam situasi
resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat menyurat dan rapat resmi, serta tidak dipakai untuk
segala keperluan tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum,
dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar itu biasanya dipakai ragam tak baku.

Keenam, ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi informal atau tidak resmi yang biasa disebut
dengan istilah ragam nonbaku atau nonstandar. Dalam ragam ini kaidah-kaidah tata bahasa seringkali
dilanggar.

Ketujuh, ragam bahasa yang digunakan secara lisan yang biasa disebut bahasa lisan. Bahasa lisan sering
dibantu dengan mimik, gerak anggota tubuh, dan intonasi. Sedangkan lawannya, ragam bahasa tulis
tidak bisa dibantu dengan hal-hal di atas. Oleh karena itu, dalam ragam bahasa tulis harus diupayakan
sedemikian rupa agar pembaca dapat menangkap dengan baik bahasa tulis tersebut.

B.EYD dan Tanda Baca


1.EYD (Ejaan yang Disempurnakan)

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan
huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan
sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. ejaan bahasa
indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.
Perbedaan Ejaan Lama dan Baru

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

“tj” menjadi “c” : tjutji → cuci


“dj” menjadi “j”: djarak → jarak
“j” menjadi “y” : sajang → sayang
“nj” menjadi “ny” : njamuk → nyamuk
“sj” menjadi “sy” : sjarat → syarat
“ch” menjadi “kh”: achir → akhir
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.

Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada
kata furqan, dan xenon.

Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di rumah, di
sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada dibeliataudimakan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.

Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai
penanda perulangan

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.


2. Penulisan kata.
3. Penulisan tanda baca.
4. Penulisan singkatan dan akronim.
5. Penulisan angka dan lambang bilangan.
6. Penulisan unsur serapan.
7. Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik.
Jadi sebelum EYD, “oe” sudah tidak digunakan.

Tanda Baca dan Fungsinya

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu
bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi
serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi,
waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya
tergantung pada pilihan penulis.
Pedoman Penulisan Tanda Baca
Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Saya suka makan
nasi. Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak
satu ketukan. Cara ini dilakukan dalam penulisan karya ilmiah.

Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


contoh:
Irwan S. Gatot
• George W. Bush
Tetapi apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa

Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (Doktor)
• Ny. (Nyonya)
• S.E. (Sarjana Ekonomi)

Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
• dsb. (dan sebagainya)
• tgl. (tanggal)
Dalam karya ilmiah seperti skripsi, makalah, laporan, tesis, dan disertasi, dianjurkan tidak
mempergunakan singkatan.

Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau daftar.
contoh:
Penyiapan Ulangan Umum.
A. Peraturan.
B. Syarat.
Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut dan tanda titik tidak dipakai
pada akhir sistem desimal.
Contoh:
• 1.1
• 1.2
• 1.2.1

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak
menunjukkan jumlah.
contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
• Nomor Giro 033983 telah saya kasih kepada Michael.

Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau
gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga- lembaga nasional di
dalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
contoh:
Sekjen : (Sekretaris Jenderal)
• UUD : (Undang-Undang Dasar)
• SMA : (Sekolah Menengah Atas)
• WHO : (World Health Organization)

Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang.
contoh:
Cu (Kuprum)
• 52 cm
• l (liter)
• Rp 350,00

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel
dan sebagainya.
contoh:
Latar Belakang Pembentukan
• Sistem Acara.

Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima
surat.
contoh:
• Jalan Kebayoran 32

Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya,
yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya.
contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mengiringi induk kalimat.
contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
• Jadi, saya tidak jadi datang.

Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal
kalimat.
contoh:
O, begitu.
• Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.

Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal,
dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
contoh:
Medan, 18 Juni 1984
• Medan, Indonesia.

Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

contoh: Rinto Jiang,S.E.

Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
contoh:
33,5 m
• Rp 10,50

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
contoh: dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-
sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.

Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
contoh: malam makin larut; kami belum selesai juga.

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan nama-
nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

Tanda Titik Dua (:)

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
contoh:
yang kita perlukan, sekarang ialah barang-barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
• Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
contoh:
Ketua : Borgx
Wakil Ketua : Hayabuse
Sekretaris : Ivan Lanin

Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
contoh:
Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!”
Rex : “Siap, Boss!”
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-
kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9

Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
contoh:
….dia beli ba-
ru juga.
-Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
ujung baris.
contoh:
…. masalah i-
tu akan diproses.

Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian
kata di depannya ada pergantian baris.
contoh:
…. cara baru meng-
ukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
contoh: mengharga-
i pendapat.

Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


contoh: anak-anak
tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.

Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
contoh: p-e-n-g-u-r-u-s

Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.


bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
• dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
• Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
• PN dengan di-PN-kan.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau
kata.
contoh:
se-Indonesia
• hadiah ke-2
• tahun 50-an
• ber-SMA
• KTP-nya nomor 11111
• bom-V2
• sinar-X.

Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
• pen-tackle-an
Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).
Tanda Pisah (—)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar
bangun kalimat.
contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar
-Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak.
contoh: Medan—Ibu kota Sumut—terletak di Sumatera

Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua
nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
contoh:
1919—1921
• Medan—Jakarta
• 10—13 Desember 1999
Tanda Garis Bawah (_)
Tanda Elipsis (….)
Tanda Tanya (?)
Tanda Seru (!)
Tanda Kurung ((…))
Tanda Kurung Siku ([…])
Digunakan untuk tambahan komentar yang bukan berasal dari penulis asli. Contoh:
• Katanya, “[Adam] tidak datang ke sekolah hari ini”.
Tanda Kurung Lancip ()
Biasa digunakan di bahasa komputer HTML
Tanda Kurung Kurawal ({…})
Tanda Kurung Ganda («…»)
Biasa digunakan di bahasa pemrograman komputer

Tanda Petik (“…”)

Tanda petik digunakan untuk menyatakan suatu kalimat langsung atau kadang juga sebagai penegasan.
contoh: kata Ketua, “Kita akan segera berangkat besok.”

Tanda Petik Tunggal (‘…’)


Tanda petik tunggal biasa digunakan untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya, seperti di bawah ini.
“Aku mendengar seseorang memanggil, ‘Nori, Nori’, dari hutan itu,” ujar Ramon.
Tanda petik tunggal juga digunakan untuk mengapit terjemahan, ungkapan asing, atau penjelasan kata.
Kalau dalam linguistik, tanda petik itu disebutkan mengapit makna.

Tanda Ulang (…2)


Ditulis dengan menambahkan angka 2 (atau 2) di akhir kata yang seharusnya diulang, menandakan kata
tersebut diulang dua kali. Tanda penyingkatan ini tidak resmi. Kata yang berulang harus ditulis penuh.
Contoh:
Buku-buku (bukan “buku2”)
• Saudara-saudara (bukan “saudara2”)

Tanda Garis Miring (/)


Biasa digunakan untuk menyatakan “atau”, biasanya untuk dua kata yang bersinonim. Contoh:
Membuat / melakukan. (dibaca: membuat atau melakukan)
Untuk dua hal yang hampir serupa bunyinya, dalam hal ini tanda “/” tidak dibaca. Contoh:
• RT/RW
• AC/DC
Sebagai lambang matematika untuk pembagian (tanda bagi).

Tanda Garis Miring Terbalik (\)

Tanda Penyingkat (Apostrof)(`)(‘)

Format penulisan
Selain tanda baca, ada juga format penulisan yang cukup membantu untuk keperluan penulisan kalimat.
Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang menjadi pembicaraan. Contoh:
Buaya adalah reptil terbesar yang hidup di sungai dan rawa-rawa.

Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang digunakan. Contoh: Menjelang
masa Pilkada, banyak calon yang sowan para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa Jawa. Cetak miring
juga digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain. Contoh: Hantu Jeruk Purut adalah
film bertema horor yang turut mewarnai perfilman nasional saat ini.

Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring, ketika teknologi komputer
belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui, mesin ketik generasi tua belum ada fasilitas cetak tebal
dan miring. Tapi untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas penggunaannya.

C. Pilihan Kata (Diksi)


 Definisi Diksi

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita
ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

 Fungsi Diksi

Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas.
Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata
bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu
berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi
oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih
jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

 Manfaat Diksi

1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir
bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.

2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal
yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.

 Contoh Kalimat Diksi :

· Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat
· Dia adalah wanita cantik (denotatif)
· Dia adalah wanita manis (konotatif)
· APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
· Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna
dan relasi makna :

• Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun
makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

1. Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera /
makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah
binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

2. Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk
menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg
bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

3. Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah
berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu
sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen,
sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi
(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).

3. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem.
Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan
dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada
contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi
kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan.
Orang akan senang bila dikatakan ramping.
D. Kalimat Efektif
 A.Pengertian

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda
bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat
efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti
apa yang dimaksudkan oleh penulis.

 Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:

Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan
kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut
akan diuraikan sebagai berikut:

A. Kesepadanan Struktur

Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai
dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan
kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas

Contoh:

Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)

Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efekti)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal.

Contoh:

Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efekti)

Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)

B. Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan
kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk
verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian
definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan
definisi kalimat efektif.

C. Kehematan Kata

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari
pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk

Contoh:

Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)

Saya tidak suka buah apel dan duren. (Efektif)

2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat

Contoh:

Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)

Saya hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak

Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)

Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)

D. Kecermatan

Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan
kerancuan dan makna ganda.

Contoh:

Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)

Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)


E. Ketegasan

Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam
kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat

contoh:

Sudah saya baca buku itu. (Tidak efektif)

Buku itu sudah saya baca. (Efektif)

2. Mengurutkan kata secara bertahap.

Contoh:

Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)

Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)

F. Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-
pecah.

Contoh:

Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)

Budi membicarak pengalaman liburannya. (Efekti)

G. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah
EYD.

Contoh:

Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)

Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efektif)


E. Kalimat Efektif (Pengertian, Ciri dan contoh Kalimat
Efektif).
 PENGERTIAN
Pengertian, ciri-ciri, dan contoh kalimat efektif. Seringkali ketika kita di beri tugas membuat
kalimat efektif kita mengalami kesulitan. Bagaiman membuat kalimat efektif, bagaimana kriteria
kalimat efektif, dan untuk lebih jelasnya lagi kalian pasti butuh contoh kalimat efektif. Nah kali
ini kakak akan menjelaskan mengenai pengertian, ciri-ciri, dan juga contoh kalimat efektif.
Semoga saja bias menjadi solusi dari kesulitan kalian.

 Ciri-ciri kalimat efektif:


1. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan merupakan keseimbangan antara gagasan yang ditulis oleh penulis dengan struktur
bahasa yang digunakan dalam kalimat.
Ciri-ciri kesepadanan sebagai berikut:
a. Mempunyai subjek dan predkat yang jelas.
Contoh:
Bagi seluruh warga Desa Ngroto wajib mengikuti kegiatan bersih desa. (tidak efektif)
Seluruh warga Desa Ngroto harus wajib mengikuti kegiatan bersoh desa. (efektif)
*Agar subjek jelas, hindari memakai preposisi (kata depan) di depan subjek.
b. Dalam kalimat tunggal tidak menggunakan subjek ganda.
Contoh:
Pembangunan jembatan Desa Durian Runtuh kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak
efektif)
Dalam membangun jembatan Desa Durian Runtuh kami dibantu oleh semua warga. (efektif)

2. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Yang dimaksudkan pada ciri ini adalah kecermatan dan ketepatan dalam memilih kata sehingga
tidak menimbulkan salah tafsir, penafsiran ganda, atau kalimat ambigu.
Contoh:
Murid baru masuk ke ruang kelas. (tidak efektif)
Murid baru itu masuk ke ruang kelas. (egektif)

3. Kehematan Kata
Kehematan kata berarti tidak perlu menggunakan kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Hal yang harus diperhatikan agar tidak terjadi pemborosan kata:
a. Hindari unsur yang sama pada kalimat majemuk.
Contoh:
Saya tidak suka sayur bayam dan saya tidak suka sayur sawi. (tidak efektif)
Saya tidak suka sayur bayam dan sawi. (efektif)
b. Hindari sinonim dalam kalimat.
Contoh:
Ibu hanya membeli sabun saja. (tidak efektif)
Ibu hanya membeli sabun. (efektif)
c. Hindari menjamakkan kata pada kalimat jamak.
Contoh:
Para ibu-ibu berkumpul di masjid. (tidak efektif)
Para ibu berkumpul di masjid. (efektif)

4. Kelogisan
Dalam kalimat efektif, ide haruslah dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah
kebahasaan.
Contoh:
Untuk menghemat waktu,mari kita mulai acaranya. (tidak efektif)
Untuk mengefektifkan waktu, mari kita mulai acaranya. (efektif)

5. Kepaduan atau Kesatuan


Kalimat efektif harus memiliki kepaduan pernyataan untuk menghindari terpecahnya informasi
yang disampaikan.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kesadaran kita orang-orang terpelajar yang sudah terlanjur
menghilangkan rasa peduli kita terhadap lingkungan kita. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kesadaran orang-orang terpelajar yang sudah hilang rasa peduli
lingkungannya. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesejajaran Bentuk


Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah penggunaan bentuk kata atau imbuhan yang sama
dalam kalimat.
Risma membantu ibu dengan disapunya lantai rumah hingga bersih. (tidak efektif)
Risma membantu ibu dnegan menyapu lantai rumah hingga bersih. (efektif)

7. Ketegasan
Ada penegasan dalam kalimat pokoknya agar ide pokok menpnjol dalam kalimat. Berikut cara
member penegasan dalam kalimat:
a. Kata kunci diletakkan di awal kalimat.
Contoh:
Sudah adik makan kue itu. (tidak efektif)
Kue itu sudah adik makan. (efektif)
b. Kata diurutkan secara bertahap.
Contoh:
Pesta pernikahan itu dihadiri oleh menteri sosial, presiden, dan gubernur. (tidak efektif)
Pesta pernikahan itu dihadiri oleh presiden, menteri sosial, dan gubernur. (efektif)

 Contoh-contoh Kalimat Efektif


1. Raisha sedang belajar membaca.
2. Dia memakai celana hitam.
3. Pekerjaan itu bagi Dian sangat menyenagkan.
4. Andryan seorang drummer yang terkenal.
5. Kepada Kepala SMA Negeri 1 Paguyangan kami persilakan.

F.Kalimat Efektif (Turunan)


 PENGERTIAN

Pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata seperti aturan – aturan
yang lain Berikut informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

 Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam Bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:

1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.

a. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-

b. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya

2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.

a. ber-an dan ber-i

b. di-kan dan di-i

c. diper-kan dan diper-i

d. ke-an dan ke-i

e. me-kan dan me-i


f. memper-kan dan memper-i

g. pe-an dan pe-i

h. per-an dan per-i

i. se-nya

j. ter-kan dan ter-i

3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).

a. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.

b. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

 Awalan me-Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:

tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w.

Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.

me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v.

Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i
→ memfasilitasi.

me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*.

Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.

me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.

Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.

me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata.

Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.

me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*.

Contoh:me- + sapu → menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:

Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal.

Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.

Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan.
Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.

Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna.

Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus, Ada beberapa aturan pembentukan kata turunan nya, yaitu:

1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)

2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)

3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)

4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)

G. Alinea
 PENGERTIAN ALINEA
Alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi alinea, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan
dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam Alinea membicarakan satu gagasan(gagasan
tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam alinea itu kompak, saling berkaitan mendukung
gagasan tunggal alinea.

Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan
hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi,
alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Alinea diperlukan untuk mengungkapkan ide
yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang alinea sebenarnya ssudah
memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari
satu alinea. Jadi, tanpa kemampuan menyusun alinea, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan
sebuah karangan.

 Bagian-bagian alinea

Pada umumnya alinea terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat dikatakan bahwa alinea pada
umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat
dipilah-pilah menjadi kalimat topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.

Tujuan pembentukan alinea

1. Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema

2. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal


 Struktur alinea

Alinea terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung.
Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas
atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

a. Ciri kalimat topik :

1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut

2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri

3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain

4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi

b. Ciri kalimat pendukung :

1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri

2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea

3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat
transisi

4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik

 Syarat-syarat alinea

1. Kesatuan

Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah
mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak
boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia
dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau
selalu relevan dengan topik.

2. Koherensi

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya
hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan
kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan
pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan
menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi,
termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari
satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain,
sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk
menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu
penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.

 Macam-macam alinea

1. Eksposisi

Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.

Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai
impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen.
Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.

2. Argumentasi

Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai
alasan/ bukti.

Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian
pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di
bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini
dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau
mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang
kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua
mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

3. Deskripsi

Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau
mendengar hal tersebut.

Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di
hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga
melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan
yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia
sungguh tampak sempurna.

4. Persuasi

Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.

Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai
cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa
dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap
tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh
suasana kemanusian dan saling mencintai.

5. Narasi

Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan
jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.

Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali
kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali
menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.

 Macam-macam alinea berdasarkan tujuannya

1. Alinea pembuka

Alinea pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca
kepada masalah yang akan diuraikan.

Contoh alinea pembuka :

Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena
pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg
yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan
tidak mau makan.

2. Alinea penghubung

Alinea penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, alinea ini
lebih panjang dari pada alinea pembuka. Sifat alinea-alinea penghubung bergantung pola dari jenis
karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf
itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung
pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk
kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.

3. Alinea penutup

Alinea penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi)
mengenai hal-hal yang dianggap penting.

Contoh alinea penutup :


Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan
YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

 Macam-macam alinea berdasarkan letak kalimat utama

1. Alinea deduktif

Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan
pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.

Contoh alinea deduktif :

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus
disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya untuk membuka usaha baru.

2. Alinea induktif

Alinea induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian
atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.

Contoh alinea induktif :

Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-
sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa
merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.

3. Alinea campuran

Alinea campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat
utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.

Contoh alinea campuran :

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi.Kegiatan apa pun yang
dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana
maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini
tanpa adanya sarana komunikasi.

 Macam-macam alinea berdasarkan isi

1. Alinea deskripsi

Alinea deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema alinea
tersirat dalam keseluruhan Alinea. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi
dalam cerita.
Contoh alinea deskripsi :

Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi
basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang
tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan
angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.

2. Alinea proses

Alinea proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam
kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang,
klimaks dan antiklimaks.

3. Alinea efektif

Alinea efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri alinea yang baik. Alineanya terdiri atas satu pikiran
utama dan lebih dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar
kalimat.

 Unsur–unsur Alinea

Dalam pembuatan suatu alinea harus memiliki unsur unsur pembangun Alinea agar alinea dapat
berfungsi dengan sebagaimana mestinya

Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal
terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf
atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang
telah ditentukan sebelumnya.

Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat
utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal
paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.

Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

Deduktif : kalimat utama diletakan di awal alinea

Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anilea

Variatif : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea

Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea

Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat
penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas.
Judul (kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi, yaitu :

 Provokatif (menarik)
 Berbentuk frase
 Relevan (sesuai dengan isi)
 Logis
 Spesifik
H. Alinea (pengembangan alinea)
 METODE PENGEMBANGAN ALINEA

a. Metode Definisi

Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah
tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi
konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi,
kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu.

b. Metode Proses

Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses
ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu.
Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus
menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda
satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses
peristiwa sejarah.

c. Metode Contoh

Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih
yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.

d. Metode Sebab-Akibat

Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan
akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah
kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan
informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya
tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni
atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
e. Metode Perbandingan

Kalimat topik berisi perbandingan dua hal, misalnya yang bersifat abstrak dengan yang bersifat kongkret.
Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan memperinci perbandingan tersebut dalam bentuk yang
lebih detail.

3. CONTOH-CONTOH PENGEMBANGAN ALINEA

1) Paragraf Deduktif

" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang
yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya
jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."

2) Paragraf Induktif

" Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya
saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat
juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat
harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta
dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh
masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara
membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya."

3) Paragraf Deduktif-Induktif

Dalam buah terkandung beberapa macam vitamin yang mengandung manfaat. Salah satunya adalah
vitamin A yang berguna untuk kesehatan penglihatan. Vitamin A juga menjaga kesehatan sel pada
berbagai macam struktur mata dan diperlukan untuk transfer cahaya menjadi tanda-tanda syaraf di
retina. Daya tahan tubuh yang terganggu juga diakibatkan oleh serangan radikal bebas berupa polusi
udara dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok. Radikal bebas akan membuat sel-sel tubuh kita
mudah rusak dan tidak mampu berfungsi dengan baik. Itulah beberapa macam vitamin yang terkandung
dalam buah dan manfaat yang terkandung di dalamnya.

4) Paragraf penuh kalimat topik

" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan.
Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat
indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."

5) Paragraf Persuasif

“Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari
penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu,
perlu kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
6) Paragraf Argumentasi

Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama
tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah
wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik
tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang
belum digarap petani.

7) Paragraf Naratif

Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18
Maret. Aku dan seluruh keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk mengadakan liburan keluarga.
Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai Parangtritis. Pagi-pagi aku telah berbenah dan menyiapkan
semua perbekalan yang nantinya diperlukan. Sepanjang perjalanan, aku iringi dengan nyanyian lagu
riang. Betapa senangnya aku ketika sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai
Parangtritis dengan senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi favoritku. Tanpa
menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air dan aku ayunkan ke
mukanya. Dengan canda tawa, kami saling berbalasan. Puas rasanya, terasa hilang semua kepenatan
karena kesibukan tiap harinya. Di sana, aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk
mengabadikan momen yang indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan disana. Hari pun
mulai sore menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela rasanya kebahagiaan ini akhirnya
selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.

8) Paragraf Deskriptif

“Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink
elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga
sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya
fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.

9) Paragraf Eksposisi

“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di
Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat
Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan
oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana
Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.

10) Alinea Definisi

Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan prilaku seseorang untuk tetap bertahan dalam membeli
sesuatu pada took yang diyakininya sebagai took yang dapat dipercaya,baik tentang harga maupun
tentang kualitas barag.Meskipun banyak took-toko baru yang bermunculan,ia tetap menjadi pelanggan
yang setia pada took itu betapapun gencarnya usaha pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
lain,keyakinannya tidak goyah terhadap took yang dilangganiya
11) Alinea Proses

Sebagai suatu fungsi penyediaan jasa,akuntansi merupakan sumber informasi keuangan yang bersifat
kuantitatif kepada berbagai pihak yang berkepentingan.Sebagai suatu system informasi,petugas
akuntansi (akuntan) melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data keuangan
perusahaan.Perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan data akuntansi sehari-hari.Hari ini perlu
dilakukan sbagi pedoman untuk membuat keputusan ekonomis.

12) Alinea contoh

Perubahan telah terjadi pada industri tradisional.Berbagai jenis peralatan produk baru seperti mesin
potong, mesin pres, mesin bor, mesin bubut mesin las kini telah meningkat kapasitasnya dengan berlipat
ganda. Kapasitas mesin potong pada industri modern telah banyak meningkat sebanyak ribuan kalilipat
selama 1900-an. Hal ini dimungkinkan karena telah ditemukannya logam yang tetap keras meskipun
dioprasikan dalam kecepatan sangat tinggi. Disamping itu, telah tercipta pula mesin-mesin peralatan
yang sangat kuat untuk mendukung proses tersebut.

13) Alinea Sebab Akibat

Masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat adalah masalah keuangan.Produksi barang dan jasa
melimpah-limpah ditawarkan kepada masyarakat,sedangkan kemampuan masyarakat untuk membeli
dan memperolehnya sangat terbatas.Penghasilan mereka rata-rata jauh lebih rendah daripada
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.Oleh sebab itu,mereka tidak bisa memperoleh semua
barang dan jasa yang diperlukan.

14) Alinea perbandingan

Tata cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern. Masyarakat primitive dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-bahan yang tersedia dilingkungannya tanpa membelinya.
Jika barang yang diperlukannya tidak ada dilingkungannya,maka mereka dapat memperolehnya dari
masyarakat tetangganya dengan sistem barter (saling menukar barang).

Alat-alat yang diperluka untuk memenuhi kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya, yaitu
berupa batu, tanah liat, atau pun dahan pohon yang diolah secara manual. Sedangkan masyarakat
modern memperoleh kebutuhannya dengan cara membeli barang atau membayar jasa. Alat-alat yang
diperlukan merupakan olahan dari pabrik yang juga harus dibeli untuk memperolehnya.
I.Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang bagus, seorang penulis harus terlebih dahulu
merencanakannya dengan matang, berikut ini beberapa langkah dalam perencanaan penulisan ilmiah :

A. Pemilihan Topik

Pemilihan topik merupakan hal terpenting dalam penulisan ilmiah, karena pemilihan topik menentukan
batasan-batasan isi atau permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Dalam memilih topik karya
ilmiah, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :

- topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dikaji.

- topik jangan terlalu luas dan terlalu sempit.

- topik yang dipilih sesuai dengan mminat dan kemampuan penulis.

- topik yang dikaji hendaknya ada manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan atau berkaitan
dengan profesi.

B. Pembatasan Topik

Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin
bahwa topik yang dipilihnya cukup dan terbatas sehingga tulisannya dapat terfokus.

C. Pemilihan Judul

Pemilihan judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuag penelitian yang akan
dibahas. Bagi pembaca, judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang ditulis, bahkan
merupakan gambaran mutu tulisan yang akan digarap.

D. Menentukan Tujuan Penulisan

Menetapkan tujuan yaitu menyampaikan maksud dari penulisan karya ilmiah atau penelitian yang akan
di buat, sehingga pembaca dapat mengetahui manfaat yang diperoleh dari karangan ilmiah tersebut.
Namun kita harus seksama, sering kali penulis memberikan tujuan yang sangat luas sehingga topik yang
dibahas keluar dari apa yang sudah dibataskan.

E. Menentukan Kerangka Karangan

Kerangka karangan akan membuat penulisan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan dibuatnya
karangan ilmiah tersebut, supaya tidak melenceng terlalu jauh karena kerangka karangan merupakan
suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan. Disusun secara sistematis, logis,
jelas, terstruktur dan teratur. Beberapa fungsi kerangka karangan :

- untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.


- kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan tulisan dalam sekilas pandang.

- memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.

- menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.

- dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangkan, penulis lebih mudah untuk
mengembangkan apa yang ingin dijabarkan.

F. Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah

Metode ilmiah penelitian dan pengembangan menulis karya ilmiah adalah suatu cara untuk pelaksanaan
secara sistematis dan objektif yang mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan. Langkah awal dalam penulisan ilmiah
yaitu melakukan pengamatan atas objek yang diteliti dan menetapkan masalah dan tujuan yang akan
diteliti.

2. Menyusun hipotesis. Menyusun dugaan-dugaan yang menjadi penyebab dari objek penelitian.

3. Menyusun rancangan penelitian. Ini merupakan kerangka kerja bagi penelitian yang dilakukan.

4. Melaksanakan percobaab berdasarkan metode yang direncanakan. Kegiatan nyata dari proses
penelitian dalam bentuk percobaan terkait penelitian yang dilakukan.

5. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data. Setelah melakukan percobaan atas objek
penelitian, maka selanjutnya melakukan pengamatan pada objek penelitian.

6. Menganalisis dan menginterprrestasikan data. Menjelaskan segala kondisi yang terjadi pada saat
pengamatan atau penelitian.

7. Merumuskan kesimpulan. Menarik kesimpulan dari semua proses percobaan, pengamatan,


penganalisaan dan penginterprestasian terhadap objek penelitian.

8. Melaporkan hasil penelitian. Langkah inilah yang sesungguhnya merupakan proses penulisan
karangan ilmiah. Pada langkah ini kita telah menyusun sebuah karya tulis ilmiah yang akan memberikan
manfaat bagi pembaca.

J. Kerangka Karangan (Outline)


 Pengertian Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencan penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan
yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur.
B. Manfaat Kerangka Karangan

Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan dapat membantu penulis untuk
menyusun semua gagasan yang telah dibuat supaya saling terhubung dan terkait satu sama lain
sehingga tidak terlepas dari tema karangan yang dibuat.

Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Tujuannya agar pembaca dapat terpikat
secara terus menerus maka penyusunan klimaksnya harus diatur sedemikian rupa sehingga tercapai
klimaks yang berbeda-beda dan pembaca pun semakin berminat membaca tulisan tersebut.

Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan
dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik
sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak
menguntungkan.

Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam


kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas
atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di
bagian mana dalam karangannya itu.

C. Cara Membuat Kerangka Karangan

Adapun cara membuat kerangka suatu karangan adalah sebagai berikut:


1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan
Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan
mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau
tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan.
Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul
yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut.

2. Mengumpulkan bahan
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang
berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan.
Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik
yang terlintas di dalam pikiran untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.

3. Menseleksi bahan
Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan
penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas.
4. Mengembangkan kerangka karangan
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara
mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada
kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.

D. Pola Kerangka Karangan


a. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan
yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
berdasar urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.
1) berdasar urutan ruang
2) berdasar urutan waktu
3) berdasar urutan topik yang ada
b. Pola Logis
Pola logis berdasar urutan:
1) klimaks – anti klimaks
2) umum – khusus
3) sebab – akibat
4) Proses

5. Sistem Penomoran Kerangka Karangan


Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut :
1.Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau
prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2. Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode
dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3. Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4. Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di
tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem
dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT
Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll.
(dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harus
dicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang
Disempurnakan.
6. Macam-macam Kerangka Karangan
Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:
cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a) topiknya tidak kompleks
b) akan segera digarap
2) Kerangka Karangan Formal:
terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) topiknya sangat kompleks
b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

K. Kutipan (Quotation)
 Pengertian

Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan
itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah,
internet, dan lain sebagainya.

 Adapun pengertian lainnya seperti dibawah ini ;


Kutipan adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang,
baik berupa tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau bentuk tulisan lainnya,
mau pun dalam bentuk lisan.

 Tujuan

Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan.
Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu
membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain,
penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.

 Dengan demikian kutipan memiliki fungsi sebagai:

a. landasan teori
b. penguat pendapat penulis
c. penjelasan suatu uraian
d. bahan bukti untuk menunjang pendapat itu

 Berdasarkan fungsi di atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:


1) penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
2) penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
3) kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
4) jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
5) penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
Fungsi Kutipan:

 Kutipan memiliki fungsi tersendiri. Fungsi dari kutipan adalah sebagai berikut :

1) Menunjukkan kualitas ilmih yang lebih tinggi.

2) Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.

3) Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.

4) Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.

5) Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.

6) Meningkatkan estetika penulisan.

7) Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah


yang terkait dengan data pustaka.

Macam-macam Kutipan

 Pada umumnya kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

1. Kutipan langsung (direct quotation):

Kutipan langsung ini dibedakan bagi menjadi dua yaitu :

a. Kutipan langsung pendek (short direct quotation),

b. Kutipan langsung panjang (long direct quotation).

2. Kutipan tidak langsung (indirect quotation atau paraphrase);

Kutipan tidak langsung ini juga dibedakan menjadi dua yaitu

a. Kutipan tidak langsung pendek (short indirect quotation)

b. Kutipan tidak langsung panjang (long indirect quotation)

1. Kutipan langsung :

Kutipan langsung adalah kutipan yang dilakukan persis seperti sumber aslinya, kata-kata yang digunakan
sama seperti bahan aslinya.

Kutipan langsung biasanya digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :

a) Untuk mengutip rumus atau model matematika

b) Untuk mengutip peraturan-peraturan hukum, surat keputusan, surat perintahanggaran rumah


tangga, tabel statistik dan sebagainya.
c) Untuk mengutip peribahasa, puisi, karya drama, dan kata-kata mutiara.

d) Untuk mengutip beberapa definisi yang dinyatakan dalam kata-kata yang sudah pasti.

e) Untuk mengutip beberapa pemyataan ilmiah yang jika dinyatakan dalam bentuk lain dikhawatirkan
akan kehilangan maknanya.

• Kutipan langsung pendek

adalah kutipan langsung yang panjangnya tidak melebihi tigabaris ketikan. Kutipan yang demikian cukup
dimasukkan dalam teks dengan memberikantanda petik diantara bahan yang dikutip.

• Kutipan langsung panjang

adalah kutipan langsung yang panjangnya melebihi tiga barisketikan. Kutipan semacam ini tidak
dimasukkan dalam teks. Kutipan tersebut diberi tempattersendiri, dalam alinea baru yang berdiri
sendiri. Kutipan langsung panjang ini diketik dengan satu spasi. Lebar jorokan ke dalam dari kalimat
pertama adalah tujuh ketukan huruf dari garis tepi yang baru. Sedangkan baris kedua, ketiga dan
seterusnya dimulai sesudahempat ketukan huruf dari garis tepi kiri. Bahan kutipan langsung panjang
tidak ditulis diantara tanda petik.

2. Kutipan tidak langsung :

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak persis sama seperti bahan aslinya. Kutipan ini
merupakan suatu petikan. Pokok – pokok pikiran atau ringkasan kesimpulan yang disusun menurut jalan
pikiran dan dinyatakan dalam Bahasa pengutip sendiri. Kutipan tidak langsung tidak dituliskan di antara
tanda petik, melainkan langsung dimasukkan dalam kalimat atau alinea. Ketentuan ini berlaku baik
untuk kutipan tidak langsung pendek maupun kutipan-kutipan tidak langsung panjang.

A. menarik perhatian, serta

B. menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.

Contoh : Upaya menurunkan risiko bahaya letusan gunung Penanggulangan krisis air di Jakarta

Tujuan dapat diungkapkan dengan kata operasional :

- Menanggulangi
- Mengurangi
- Menemukan
- Meningkatkan
- Mengoptimalkan
- Mengevaluasi
- Mengendalikan
2. Mengumpulkan bahan

Sudah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? sebelum melanjutkan menulis, perlu ada
bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. bagaimana ide, dan inovasi dapat
diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. buat apa ide muluk-muluk
kalau tidak diperlukan. perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.

Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis)
dalam berbagai bidang dengan rapi. hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam
tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. banyak cara
memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-masing sesuai juga dengan tujuan
tulisannya.

3. menyeleksi bahan

Sudah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan
abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi
tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-
petunjuknya :

1. catat hal penting semampunya.


2. jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
5. mengembangkan kerangka karangan

L. Abstrak dan Daftar Pustaka


 Definisi

Pengertian umum abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan,
ia menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada
pembaca.Sedangkan pengertian khusus abstrak adalah sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada
obyek atau peristiwa khusus. Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual serta secara
imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung.Jadi abstrak adalah kata yang menunjukan kepada
sifat, keadaan dan kegiatan yang dilepas dari objek tertentu. Pemahaman akan pengertian abstrak
sepertinya masih dianggap sebagai suatu yang sulit bahkan tak teraplikasi. Sebagaimana tertera di atas,
suatu perikatan adalah suatu pengertian abstrak (dalam arti tidak dapat dilihat dengan mata), maka
suatu perjanjian adalah suatu peristiwa atau kejadian yang konkret. Misalnya : Perjanjian jual beli
 Jenis

Abstrak dalam seuah penulisan karya ilmiah memiliki beberapa jenis penulisan berdasarkan isinya.
Abstrak dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut.
Abstrak indikatif adalah abstrak yang menyajikan uraian secara singkat mengenai masalah yang
terkandung dalam laporan atau karya ilmiah lengkapnya. Abstrak indikatif bertujuan agar pembaca
mengetahui isi informasi tanpa memadatkan isi informasi aslinya dan hanya memberikan indikasi
sasaran cakupan tulisan. Maka, pembaca dapat mempertimbangkan apakan tulisan asli perlu dibaca
atau tidak.
Abstrak informatif adalah miniatur laporan atau karya ilmiah asli dengan menyajikan data dan informasi
secara lengkap sehingga pembaca tidak perlu lagi membaca tulisan aslinya, kecuali untuk
mendalaminya. Dalam abstrak informatif, disajikan keseluruhan tulisan asli dalam bentuk mini. Seperti,
judul, penulis, institusi, tujuan, metode dan analisis laporan, hasil penelitian, dan simpulan.

 Cara Penggunaan

Membuat abstrak tidaklah mudah, namun juga bukan merupakan hal yang menakutkan. Ada
beberapa tips khusus untuk anda dalam membuat abstrak, sehingga dapat terhindar dari kesalahan yang
sifatnya umum.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan abstrak.

1. Semua bagian harus seimbang. Jangan hanya menonjolkan hanya salah satu aspek saja, seperti
judul saja atau penggunaan metode penelitian saja, tetapi mengulas hasil penelitian lebih
ditekankan.
2. Pastikan penulisan abstrak menggunakan unsure 5W + 1H dengan lengkap.
3. Harus ada hubungan yang kohesif antar unsure penelitiannya. Harus ada benang merah dari
hasil penelitian yang telah dibuat.
4. Pilihlah kata kunci yang sesuai dengan subjek dan objek penelitian yang telah dibuat.

Salah satu fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya
tulis yang ingin meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya tulis yang
bersangkutan. Fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan apresiasi atau penghargaan
terhadap penulis buku atau karya tulis yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang
peraran dalam penulisan karya tulis yang kita tulis. Dan fungsi lain daftar pustaka yang tak kalah penting
adalah menjaga profesionalitas kita (jika kita sebagai seorang penulis karya tulis) terhadap tulisan yang
kita buat.

 Contoh

Mamudji, Sri. “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan.” Majalah
Hukum Dan Pembangunan 3 (Juli-September 2004): 194-209.

Berawal dari ketidakpuasan akan proses pengadilan yang memakan waktu relatiF lama, biaya yang
mahal, dan rasa ketidakpuasan pihak yang merasa sebagai pihak yang “kalah”, dikembangkan mediasi
sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Selain itu, pengembangan mediasi
juga didukung oleh berbagai faktor yaitu, (1) cara penyelesaiannya dikenal di berbagai budaya, (2)
bersifat non adversial, (3) mengikutsertakan baik pihak yang langsung berkaitan maupun pihak yang
tidak langsung berkaitan dengan sengketa dalam perundingan, (4) bertujuan win-win solution. Mediasi
adalah negosiasi lanjutan, yaitu perundingan yang dibantu oleh pihak ketiga netral yang keberadaannya
dipilih oleh para pihak. Mediator tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan. Di dalam
melakukan perundingan dikenal dua teknik yaitu perundingan yang bertumpu pada posisi dan
perundingan yang bertumpu pada kepentingan. Keberhasilan mediasi ditentukan oleh kecakapan
mediator, oleh karena itu mediator harus menguasi berbagai keterampilan dan teknik. Agar dapat
membantu para pihak menyelesaikan sengketa dan dapat menawarkan alternatif penyelesaian,
mediator harus dapat memetakan apa yang menjadi penyebab konflik. Hal ini dapat dilakukan melalui
pengamatan terhadap sikap, persepsi, pola interaksi, dan komunikasi yang ditunjukkan para pihak
dalam perundingan. Menurut Moore, ada tiga tipe mediator, yaitu, (1) mediator jaringan sosial (social
network mediator), (2) mediator otoritatif (authoritative mediator), (3) mediator mandiri (independent
mediator). Di Indonesia, penyelesaian sengketa melalui mediasi dikenal tidak hanya dalam masyarakat
tradisional tetapi telah diatur dalam berbagai undang-undang, misalnya Undang-undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang tentang Kehutanan,
Undang-undang tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-undang tentang Arbitrasi dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Untuk mediasi di pengadilan, Mahkamah Agung telah mengeluarkan
Peraturan MA tentang Prosedur Mediasi Si Pengadilan.

 Daftar Pustaka
A. Definisi

Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi yang kita pakai untuk suatu
tulisan ataupun karya tulis ilmiah. Daftar Pustaka biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan
bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya:
thesis).

B. Jenis

 Kelompok Textbook
a. Penulis perorangan
b. Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
c. Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga
d. Buku terjemahan
 Kelompok Jurnal
a. Artikel yang disusun oleh penulis
b. Artikel yang disusun oleh lembaga
c. Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi /symposium
C. Cara Penggunaan

Dalam penulisan daftar pustaka kita juga harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa
menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya).

Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:


– Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih dahulu, baru nama depan)
– Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
– Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah judul buku diberi tanda titik
(.).
– Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik dua (:). Setelah
nama penerbit diberi tanda titik.
– Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka sumber dirilis dari
buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu
dibutuhkan tanda garis panjang.

Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:

– Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang memuat• URL yang terdiri
dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses.
– Menurut Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai
berikut: Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online
– Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatan resminya), nomor, volume, halaman dan
alamat website.*) Nama majalah online harus ditulis miring
– Artikel umum dari internet dengan nama
Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) Judul artikel harus
ditulis miring.
– Artikel umum dari internet tanpa nama
Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) “Anonim” dapat
diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring.

D. Contoh

Nama_Pengarang. (Thn_Publikasi). Judul_Buku. seri. Penerbit, Kota :


Rusli, H.(1991). Kewajiban-kewajiban Perusahaan di Indonesia. Huperindo, Jakarta.
Nama_Pengarang. (Thn_Publikasi). Judul_Artikel dalam Nama_Editor(ed.) Judul_Buku. seri. Penerbit,
Kota :
Hedley, C.(1971). Reading dan Language Difficultiesm dalam Wilson, J.A.R.(ed.) Diagnosis of Learning
Difficulties, pp135-156. McGraw-Hill, New-York.
Nama_Pengarang. (Thn_Publikasi). Judul_Artikel. Judul_Majalah, volume (nomor), halaman :
Widodo, J.(1993). Analisis kestabilan sistem. Jayabina, 1(1),pp16-36.
M. Kegiatan Menulis di Perguruan Tinggi
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisah dalam seluruh proses belajar yang dialami
mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi, karena diharapkan akan memiliki wawasan yang
lebih luas dan mendalami mengenai topik yang ditulisnya. Beberapa keuntungan dari pelaksanaan
penulisan :

1. dengan menulis kita lebih mengenali kemampuan potensi diri dan mengetahui batas kemampuan
tentang suatu topik.

2. melalui menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan melalui membandingkan fakta – fakta yang
tidak pernah dilakukan.

3. Kegiatan menulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi tentang topik
yang akan ditulis.

4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat,
dengan demikian dapat menjelaskan permasalahan yang belum jelas.

5. Menulis akan dapat meninjau serta menilai gagasan secara objektif.

6. Dengan menulis akan mempermudah memecahkan permasalahan, yaitu menganalisis secara tersurat
dalam konteks yang lebih konkret.

7. Dapat mendorong belajar secara aktif.

8. kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan berpikir serta berbahasa secara tertib.

Tulisan yang baik mempunyai ciri: bermakna, jelas/lugas,merupakan kesatuan yang bulat,singkat dan
padat serta memenuhi kaidah kebahasaan dan harus bersifat komunikatif. Untuk menghasilkan tulisan
seperti diatas harus memiliki pengetahuan apa yanga akan ditulis juga bagaimana menuliskannya, isi
karangan dan asfek –asfek kebahasaan serta tehnik penulisan.

 Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah
kegiatan yaitu:

1. Menentukan topiknya., dengan pengamatan atau dari imajinasi sendiri ,karangan ilmiah harus
mengenai fakta dan memilih topik perlu diperhatikan beberapa persaratan.

2. Membatasi topik berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan

3. Menentukan bahan atau materi penukisan,macamnya,beberapa luasnya dan dari mana diperoleh.

4. Menyusun kerangka karangan


 Tahap penulisan

Pada tahap ini membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun dengan
menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam
mengembangkan gagasan menjadi suatau karangan yang utuh, diperlukan bahasa dan menguasai kata
kata yang akan mendukung gagasan yang dipahami pembaca.

 Tahap Revisi

Pada tahap ini biasanya meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca
pilihan kata, kalimat, paragraf, mengetikan catatan kaki dan daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai