Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KONSEP DASAR TENTANG BAHASA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Belajar Bahasa
Dosen Pengampu: Welly Nores Kartadireja., S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh

Lisna Lestari 212121069


Milna Widya 212121055
Winda Murni 212121043
Wini Nurlela Sari 212121057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
Jl. Siliwangi No. 24 kahuripan Kec. Tawang, Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkah rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Tentang
Bahasa” dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dan tak lupa pula
kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Welly Nores Kartadireja M. Pd. Yang
telah membimbing kami pada mata kuliah Teori Belajar Bahasa.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna melengkapi tugas mata
kuliah Teori Belajar Bahasa. Disamping itu, makalah ini dapat memberikan
wawasan kepada mahasiswa tentang Konsep Dasar Tentang Bahasa.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini banyak


terdapat kekurangan. Khusunya menyangkut masalah pembahasan yang
kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami. Maka dari itu kami
butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Kawali, 24 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................2
C. Tujuan makalah ..........................................................................2
D. Kegunaan makalah .....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa ......................................................................3


B. Asal Usul Bahasa ........................................................................3
C. Jenis dan Ragam Bahasa.............................................................5
D. Fungsi-fungsi Bahasa .................................................................10
E. Struktur Bahasa ..........................................................................15
F. Asumsi-asumsi Tentang Bahasa .................................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................19
B. Saran ...........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bahasa secara umum digunakan sebagai sarana komunikasi antar
penutur dengan mitra tutur. Bahasa juga sebagai media untuk
mengekspresikan diri yang dapat memberikan ciri khas suatu kelompok.
Adapun bahasa dapat digunakkan apabila saling memahami atau
saling mengerti. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang
dikatakan.
Bahasa merupakan hal penting bagi manusia, tanpa bahasa manusia
tidak bisa berkomunikasi dengan baik antara satu dengan yang lainnya.
Begitu pentingnya bahasa bagi manusia menjadikan bahasa memiliki
banyak cara untuk mempelajarinya, hal ini dilakukan agar bisa
berkomunikasi dengan lancar.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakkan berdasarkan kebutuhan seseorang. Yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat
untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau
situasi tertentu, dan alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997:3)
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan ini karena
bahasa sendiri memiliki kedudukan yaitu sebagai alat komunikasi sesama
manusia. Maka dari itu perlu bagi kita untuk mempelajari bahasa terutama
mengenai konsep dasar tentang bahasa. Agar komunikasi yang kita jalin
bisa terlaksana dengan baik dan menambah wawasan kita mengenai
pentingnya konsep dasar tentang bahasa.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian/definisi bahasa?
2. Bagaimana asal-usul bahasa?
3. Apa saja jenis dan ragam bahasa?
4. Apa saja fungsi-fungsi bahasa?
5. Bagaimana struktur bahasa?
6. Bagaimana asumsi-asumsi bahasa?
C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan pengertian/definisi bahasa.
2. Menjelaskan asal usul bahasa.
3. Memaparkan jenis dan ragam bahasa.
4. Menjelaskan fungsi-fungsi bahasa.
5. Memaparkan struktur bahasa.
6. Memaparkan asumsi-asumsi bahasa.
D. Manfaat Makalah
1. Untuk mengetahui wawasan tentang teori berbahasa.
2. Menambah wawasan tentang berbahsa.
3. Mengetahui asal-usul bahasa.
4. Mengetahui apa saja jenis dan ragam bahasa.
5. Dapat dijadikan acuan untuk keperluan belajar.
6. Menambah pemahaman kita tentang cara berbahasa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan
umat manusia, mengingat manusia sebagai makhluk sosial, makhluk
Tuhan yang tidak bisa hidup tanpa kerja sama dengan orang lain.
Bahasa dibutuhkan sebagai sebuah sarana untuk menghubungkan
manusia satu dengan lainnya. Secara umum, bahasa lebih dikenal
sebagai alat komunikasi. Secara teknis, bahasa adalah seperangkat
ujaran yang bermakna yang dihasilkan alat ucap manusia, sedangkan
secara praktis, menurut Keraf (2004:1), bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia.
Berdasarkan pengertian bahasa di atas, dapat dikatakan bahwa
bahasa memiliki dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan
aspek makna. Bunyi bahasa memiliki sistem, artinya tersusun menurut
aturan. Sistem bunyi terdapat pada bahasa lisan, sedangkan system
bunyi yang digambarkan dengan lambang, yaitu huruf ditemukan
dalam bahasa tulis. Aspek makna dalam bahasa mengandung suatu
arti/pengertian yang ditimbulkan oleh bentuk bahasa.
B. Asal-usul Bahasa
Terdapat beberapa asumsi yang memberikan gambaran mengenai asal-usul
bahasa. Pemberian asumsi tersebut sebagai berikut.
1. Penyelidikan Antropologi
Menurut budaya primitif meyakini keterlibatan Tuhan dan
Dewa dalam permulaan bahasa. Pada abad ke-15 SM seorang raja
Mesir bernama Psammeticus mengadakan penyelidikan mengenai

3
4

bahasa pertama. Hasilnya mengatakan bahwa bahasa pertama adalah


bahasa Mesir. Pada abad ke-17, seorang ahli filologi dari Swedia,
Andreas kemke, menyatakan Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia
dan Prancis, sedangkan Nabi Adam berbahasa Denmark. Sementara
itu, Johannes Goropius Becanus berpendapat bahwa bahasa di surga
adalah bahasa Belanda
2. Fase organis
Fase organis adalah perpindahan spekulasi asal-usul bahasa
dari wawasan keagamaan, mistik, dan tahayul, pada akhir abad ke-18
menuju alam baru. Jonathan Gotfried (Syamsuddin, 2007),
mengemukakan bahwa tidaklah tepat bahwa bahasa merupakan
anugerah Ilahi. Menututnya bahasa lahir karena dorongan manusia
untuk mencoba-coba berpikir. Bahasa adalah akibat sentakan yang
secara insting, seperti halnya dalam proses kelahiran. Teori ini
bersamaan dengan lahirnya teori evolusi manusia yang dipelopori oleh
Immanuel Kant (Syamsuddin, 2007) yang kemudian disusun oleh
Charles Darwin.
3. Pooh-pooh Theory
Charles Darwin (syamsuddin, 2007), mengemukakan bahwa
bahasa manusia dibandingkan dengan suara binatang berbeda dalam
tingkatannya saja. Bahasa manusia seperti halnya manusia sendiri
berasal dari bentuk yang primitif, barangkali dari ekspresi emosi saja.
Perasaan jengkel atau jijik terlahirkan dengan mengeluarkan udara dari
hidung dan mulut, terdengar seperti pooh atau pish! Max Muller
(1823-1900), ahli filologi dari Inggris kelahiran Jerman, yang tidak
sependapat dengan Darwin menyebutnya sebagai Pooh-Pooh Theory.
Teori Darwin ini tidak diterima oleh para sarjana bahkan tidak
disetujui, termasuk Edward Sapir dari Amerika.
4. Dingdom Theory atau Nativistic Theory
Max Muller (syamsuddin,2007) memperkenalkan Dingdom
Theory atau disebut juga Nativistic Theory. Teori ini sejalan dengan
5

teori yang dikemukakan Socrates bahwa bahasa lahir secara alamiah.


Menurut teori ini, manusia mempunyai insting yang istimewa untuk
mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap stimulus yang datang dari
luar. Kesan yang diterima melalui indra, bagaikan pukulan pada bel
sehingga melahirkan ucapan yang sesuai.
5. Yo-he-ho Theory
Teori ini mengemukakan bahwa bahasa lahir dalam kegiatan
sosial. Contonya orang primitif terdahulu atau mungkin kita juga
melakukannya sewaktu mengangkat kayu atau beban berat secara
kerjasama. Ketika mengangkat beban yang berat itu, pita suara mereka
bergetar akibat dorongan oleh gerakan-gerakan otot yang secara
spontan keluarlah ucapan tertentu, seperti heave ‘angkat’ rest ‘diam’,
dan sebagainya.
6. Bow-wow Theory
Bow-wow Theory disebut juga Onomatopoetic atau Echoic
Theory. Menurut teori ini kata-kata yang pertama kali merupakan
tiruan tiruan dari bunyi-bunyi alami, seperti nyanyiaan burung, suara
binatang, suara guntur, hujan, angin, sungai, ombak, dan sebagainya.
Teori ini agak bertahan, tetapi Max Muller dengan sarkatis
mengomentari bahwa teori ini hanya berlaku bagi kokok ayam dan
bunyi itik, padahal kegiatan berbahasa lebih banyak terjadi di luar
kandang ternak.
C. Jenis dan Ragam Bahasa
A. Ragam Bahasa Dilihat dari Cara Penuturan
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi
empat, Yaitu:
1. Ragam dialek
Ragam dialek/daerah adalah variasi bahasa yang dipakai
oleh kelompok bangsawaan di tempat tertentu (Kridalaksana.
1993:42). Dalam istilah lama disebut logat. Selain itu, dialek
6

merupakan sistem kebahasaaan yang digunakan oleh suatu


masyarakat untuk membedakan dari masyarakat yang lain.
2. Ragam terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga
mewarnai penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang
digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas
perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur
yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari bahasa asing.
3. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi
resmi. Seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan
perundang-undangan. Ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai
berikut.
 Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan
konsisten.
 Menggunakan imbuhan secara lengkap.
 Menggunakan kata ganti resmi.
 Menggunakan kata baku.
 Menggunakan EYD.
 Menghindari unsur kedaerahan.
4. Ragam tidak resmi
Ragam tidak resmi adalah ragam yang digunakan dalam
situasi tidak resmi. Sepeti dalam pergaulan atau percakapan
pribadi.
Ragam bahasa resmi atau tidak resmi ditentukan oleh
tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat
kebakuan suatu bahasa, berarti semakin resmi bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya,
semakin rendah tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (Sugono,
1998:12-13)
7

B. Ragam bahasa dilihat dari cara berkomunikasi


1. Ragam lisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa
lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata
bahasa, kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Dalam dengan
memperhatikan hal-hal tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi
rendah suara atau tekanan yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka
yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide sang pembicara. Contoh ragam lisan, yakni
meliputi hal-hal berikut.
 Ragam bahasa cakapan
 Ragam bahasa pidato
 Ragam bahasa kuliah
 Ragam bahasa panggung

2. Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan


dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan
beberapa hal seperti tata cara penulisan (ejaan) di samping
aspek tata bahasa dan pemilihan kosakata, dalam hal ini kita
dituntut untuk tepat dalam pemilihan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata, susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide kita.

C. Ragam bahasa dilihat dari topik pembicaraan


1. Ragam sosial
Ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan
sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa
8

yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang


akrab dapat dikatakan sebagai ragam sosial. Selain itu, ragam
sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status
kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.

2. Ragam fungsional

Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa


yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau
kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan
dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam fungsional
dapat menjadi bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian,
seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi,
kedokteran, dan keagamaan.

3. Ragam jurnalistik

Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang


dipergunakan oleh dunia persuratkabaran (dunia pers = media
massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa
jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media
massa. Dalam hal ini termasuk media massa audio (radio), audio
visual (televisi), dan multimedia (internet). Ragam bahasa
jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang dibentuk oleh
spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus
jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.

4. Ragam sastra

Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter


subjektif, lentur, konotatif, kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra
ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi
(perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan,
penghayatan lahir dan batin, peristiwa dan khayalan dengan
bentuk istimewa. Dalam hal ini istimewa karena kekuatan
9

efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara


penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai
bahan kesenian, di samping sebagai alat komunikasi. Untuk
memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan
yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan,
panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi,
posisi kata, ulangan kata/kalimat di mana perlu dikerahkan
untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas
bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah. ragam bahasa


sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif.
Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata
bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi
pembaca.
5. Ragam politik dan hukum
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh
penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan
masyarakat. Dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu
sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar
dalam pengembangan bahasa di masyarakat. Salah satu ciri khas
bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang
dengan pola kalimat luas. Dalam hal ini diakui bahwa bahasa
hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas
bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan hukum
Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis
pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa
Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat
yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum
kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan
penjelasan yang panjang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta
10

situasi yang dimaksud.

D. Fungsi-fungsi bahasa
1. Fungsi bahasa secara umum
Bahasa selain merupakan alat komunikasi, pada dasarnya juga
merupakan alat ekspresi diri, alat integrasi dan adaptasi sosial dan
alat kontrol sosial.
a. Alat ekspresi diri
Bahasa merupakan sarana untuk mengekspresikan segala
sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik secara gagasan,
pikiran, perasaan, maupun pengalaman. Sebagai alat ekspresi
diri, bahasa mampu menyatakan keberadaan atau menunjukan
eksitensis seseorang kepada orang lain. Pada dasarnya, tindakan
mengekspresikan diri sudah dimiliki sejak masih bayi, yaitu
dengan cara menangis untuk menunjukan rasa haus, lapar,
mengantuk, atau mengompol. Bahasa bukan hanya saja
mencermikan gagasan dan pikiran, melainkan juga
mencerminkan perasaan dan perilaku seseorang. Maraknya
media sosial pada massa sekarang ini, seperti facebook, twitter,
instagram, dan path merupakan salah satu wadah untuk
mengekspresi diri dan untuk mencurahkan perasaan,
menceritakan segala sesuatu. Meskipun media komunikasi
mengalami kemajuan teknologi yang cukup pesat, bahasa tetap
menjadi media utama yang dibutuhkan untuk berekspresi
melalui media-media sosial tersebut.
b. Alat komunikasi
Dalam fungsi ini, bahasa digunakan untuk menjalin
hubungan dengan anggota masyarakat yang lain yang
mempunyai kesamaan bahasa. Fungsi bahasa yang kedua ini
merupakan perluas dari fungsi bahasa yang pertama, fungsi
ekspresi diri. Bahasa yang digunakan untuk berekspresi diri dan
11

mengakibatkan munculnya respon dari orang lain menjadikan


bahasa berfungsi tidak hanya sekedar untuk berekspresi diri,
namun sudah mampu menjadi media komunikasi dua arah.
Sebagai alat komunikasi, bahasa berperan sebagai sarana untuk
menjalin kerja sama dengan pihak lain, baik kepentingan
perseorangan, kelompok, maupun bersama. Dengan bahasa, kita
dapat mempelajari segala sesuatu, seperti warisan nenek
moyang. Sehingga selain mewarisi budaya dan tradisi sekaligus
dapat melestarikan dengan cara mengajarkannya kepada
generasi penerus.
c. Alat integrasi dan adaptasi sosial
Melalui bahasa, seorang anggota masyarakat perlahan-
lahan belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku, dan
tata krama masyarakat. Ia mencoba menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang
baru dalam masyarakat pun harus melakukan hal yang sama.
Bila ingin hidup tentram dan harmonis dengan masyarakat itu,
ia harus menyesuaikan diri dengan masyarakatnya. Untuk itu,
ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat tersebut. Jika ia
dapat menyesuaikan diri, ia pun akan dengan mudah membaur
(berintegrasi) dengan segala macam tata krama di dalam
masyarakat tersebut.
d. Alat kontrol sosial
Bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai
aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dan
mengarahkannya kedalam suatu tujuan yang diinginkan. Segala
kegiatan dapat berjalan dengan baik apabila diatur atau
dikontrol dengan bahasa. Selain itu, kita dapat memberikan
perintah atau intruksi kepada seseorang untuk melakukan suatu
aktivitas atau sebaliknya, melarang melakukan aktivitas. Semua
tutur kata dimaksudkan untuk mendapat tanggapan, baik
12

tanggapan yang berupa lisan (perkataan) maupun berupa


perbuatan/tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan
kewibawaan, bila bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
ilustrasi atau penerangan kepada bawahanya adalah bahasa yang
kacau dan tidak teratur. Kekacauan dalam berbahasa akan
menggagalkan usaha untuk memengaruhi tingkah laku
bawahannya.
e. Sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat
memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih
dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan
dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan
intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainnya.
Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligasi,
kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain lain. Dan
pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu
membangun dan mengorbitkannya ke arah potensi dan
kemampuannya menciptakan suatu kreativitas pengembangan
baru.
f. Sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut
harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan
kepastian proses berpikir sehingga dapat mengekspresikan hasil
pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar
belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya,
mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana
cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana
hasil pengamatan, dan apa kesimpulan.
g. Sebagai sarana berpikir logis
Kemampuan berpikir logis memungkinkan seseorang
dapat berpikir logis induktif, deduktif, sebab akibat, atau
13

kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran


secara jelas, utuh, dan konseptual. Melalui proses berpikir logis,
seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus
dilakukan. Proses berpikir logis merupakan hal yang abstrak.
Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan
ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang
abstrak tersebut menjadi konkret.
h. Membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan
menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata,
kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi,
deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan
menggunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan
fungsi kebahasaan.
i. Membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat
mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan
bahasannya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri
dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana, misalnya rasa lapar,
rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks, misalnya
membuat proposal yang menyatakan dirinya akan membuat
suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
j. Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan
pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri
(kecerdasan ) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran,
tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut
menuju pendakian puncak karier/profesi. Puncak pendakian
karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi
dengan mitra, pesaing dan sumber peganggan ilmunya. Untuk
14

itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman,


kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mampu
menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
k. Sarana menciptakan kreativitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi
berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan
untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu
sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya.
Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu
bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat
berkembang spontan menghasilkan suatu kreatifitas yang baru.

2. Fungsi bahasa secara khusus

a. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari hari.

Manusia makluk sosial yang tak lepas dari hubungan


komunikasi dengan makhluk sosial lainnya. Komunikasi yang
berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.

b. Mewujudkan seni (sastra)

Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan


melalui media seni, syair, puisi, prosa, dll. Terkadang bahasa
yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna
tersirat. Dalam hal ini diperlukan hal yang mendalam agar dapat
mengetahui makna yang ingin disampaikan.

c. Mempelajari bahasa-bahasa kuno

Dengan mempelajari bahasa bahasa kuno, akan dapat


mengetahui peristiwa atau kejadian dalam masa lampau. Untuk
mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi
kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar
memahami rasa keingintahuan tentang latar belakang suatu hal.
Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat
15

ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.

d. Mengeksploitasi IPTEK

Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki


manusia, serta akal dan pikiran yang diberikan tuhan kepada
manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai
hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan
yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan agar
manusia lainnya dapat mempergunakannya dan
melestarikannnya demi kebaikan manusia itu.

E. Struktur Bahasa

Struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur


bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola. Struktur bahasa meliputi
fonologi (tata bunyi), morfologi (tata bentuk), dan sintaksis (tata
kalimat).

A. Fonologi

Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa.


Fonologi terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

 Fonetik

Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi


bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana
bunyi itu dihasilkan

 Fonemik

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi


bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.

B. Morfologi

Morfologi adalah ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kata


atau morfem-morfem dari suatu bahasa.
16

morfem merupakan satuan bentuk bahasa terkecil yang memiliki


makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna
lebih kecil

C. Sintaksis

Sintaksis adalah cabang dari ilmu bahasa yang menjelaskan seluk


beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.

 Frase ialah kelompok kata yang memiliki fungsi tertentu


(subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dalam
kalimat.

 Klausa merupakan satuan gramatik yang minimal terdiri dari


subjek-predikat dan maksimal terdiri dari subjek, predikat,
objek, dan keterangan dan memiliki potensi sebagai kalimat.

 Kalimat ialah satuan bahasa yang secara relatif berdiri


sendiri, memiliki pola intonasi final dan secara aktual dan
potensial terdiri atas klausa.

Ditinjau dari segi jumlah pola strukturnya kalimat terdiri dari


kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

 Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya terdiri dari satu


pola. Kalimat tunggal terdiri dari beberapa jenis, yakni
kalimat nominal, kalimat verbal (intransitif, ektransitif,
dwitransitif, semi transitif, pasif) kalimat ajektival, kalimat
preposisional.

 Kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri dari dua pola


atau lebih. kalimat majemuk terdiri dari dua jenis, yaitu
kalimat majemuk setara (penjumlahan pertentang,
pemilihan, sebab),dan kalimat majemuk bertingkat.
17

F. Asumsi-asumsi Tentang Bahasa


Asumsi adalah dugaan/angapan yang dianggap benar. Asumsi
tentang bahasa berarti acuan yang dapat dijadikan pegangan untuk
berbahasa. Berikut adalah asumsi-asumsi menurut para ahli.
1. Menurut Moltan (dalam Sumardi 1992:19) mengemukakan tentang 5
asumsi bahasa,yaitu
 Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan.
 Bahasa adalah seperangkat kebiasaan.
 Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa.
 Bahasa adalah apa yang diucapkan oleh penutur asli, bukan apa
yang dianggap seharusnya diujarkan.
 Bahasa berbeda satu dengan yang lain
2. Menurut Chaer (dalam Muliastuti, 2014, halaman 13 ) mengungkapkan
tentang ciri bahasa yaitu:
 Bahasa itu adalah sebuah sistem, yang berarti bahasa memiliki
susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna atau berfungsi.
 Bahasa itu berwujud lambang, kata atau gabungan kata dalam
bahasa terdiri atas lambang-lambang bunyi, contohnya adalah
huruf a-z dalam alphabet.
 Bahasa itu berupa bunyi, namun spesifik terhadap bunyi-bunyi
bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bunyi
tersebut disebut dengan fon/fonem (bunyi diluar bersin, batuk,
dsb).
 Bahasa itu bersifat arbitrer, dipilih secara acak tanpa alasan
tetapi berdasarkan kebiasaan (sepatu disebut sepatu, mengapa
tidak disebut alas kaki? karena bahasa itu arbiter; manasuka).
 Bahasa itu bermakna, kata atau morfem pada dasarnya telah
memiliki makna, namun jika disusun dalam kalimat tidak
18

bermakna maka kalimat tersebut bukanlah bahasa. Oleh karena


itu, segala ucapan yang tidak bermakna bukanlah bahasa.
 Bahasa itu bersifat konvensional, bahasa haruslah mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu digunakan untuk mewakili
konsep yang diwakilinya. Jika tidak dipatuhi maka akan terjadi
hambatan komunikasi yang terjadi karena hambatan bahasa.
 Bahasa itu bersifat unik, atau memiliki ciri khas spesifik yang
tidak dimiliki oleh bahasa lain. Contohnya, susunan kata dalam
kalimat bahasa Indonesia sangat menentukan makna,
sedangkan dalam bahasa Latin tidak.
 Bahasa itu bersifat universal, meskipun unik bahasa tetap
memiliki ciri sama yang dimiliki oleh semua bahasa di dunia.
Misalnya, setiap bahasa memiliki kata-kata berkategori
nomina, verba, ajektiva, adverbia. Setiap bahasa juga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, tanpa bahasa manusia tidak bisa berkomunikasi
dengan baik antara satu dengan yang lainnya.
Terdapat beberapa asumsi mengenai asal usul bahasa diantaranya
Penyelidikan Antropologi, Fase Organis, Pooh-pooh theory, Dingdom
theory, Nativistic theory, Yo-he-yo theory, dan Bow-wow theory.
Jenis dan ragam bahasa dapat dilihat dari cara penuturannya
(ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi, dan ragam tidak resmi), cara
berkomunikasi (ragam lisan, dan ragam bahasa tulis), dan topik
pembicaraannya (ragam sosial, ragam fungsional, ragam jurnalistik, ragam
sastra, dan ragam politik hukum).
Bahasa juga memiliki beberapa fungsi umum seperti alat ekspresi
diri, alat komunikasi, alat integrasi dan adaptasi sosial, alat kontrol sosial,
sebagai sarana memahami diri, sarana mengamati lingkungan, sarana
berfikir logis, membangun kecerdasan, membangun karakter,
mengembangkan profesi, dan sarana menciptakan kreativitas. Adapun
fungsi khusus bahasa adalah mengadakan hubungan dalam pergaulan
sehari hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari bahasa bahasa kuno,
mengeksploitasi IPTEK.
Struktur bahasa meliputi fonologi (tata bunyi), morfologi (tata
bentuk), dan sintaksis (tata kalimat). Adapun asumsi tentang bahasa yang
dikemukakan para ahli seperti Menurut Moltan (dalam Sumardi 1992:19)
yang mengemukakan tentang 5 asumsi bahasa, dan menurut Chaer (dalam
Muliastuti, 2014, halaman 13 ) mengungkapkan tentang ciri bahasa,

19
20

B. Saran

Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini


masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang
bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2019. Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi

Kasara.

Fokkema, D.W. 1998. Teori Sastra Abad Kedua Puluh. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Bentang

Pustaka.

Purwito, dkk. 2016. Cinta Bahasa Indonesia Cinta Tanah Air. Yogyakarta: BP

ISI.

iii

Anda mungkin juga menyukai