Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang profesional mempunyai kebermaknaan ahli dengan pengetahuan yang

dimiliki dalam melayani pekerjaannnya. Memberikan layanan pekerjaan secara

terstruktur dan ini dapat dilihat dari tugas personal yang mencerminkan suatu pribadi

yaitu terdiri dari konsep diri, ide yang muncul dari diri sendiri dan realita atau kenyataan

dari diri sendiri. Profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa

setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam

bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki

pengetahuan dan keterampilan bekerja dalam bidangnya.

Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan

pendidikan profesi.

Kesehatan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap manusia. Dengan

semakin banyak dan beragamnya penyakit yang diderita manusia, berkaitan dengan

perubahan gaya hidup yang dipengaruhi oleh kemajuan jaman, menyebabkan kebutuhan

manusia akan pelayanan kesehatan semakin meningkat. Akan tetapi peningkatan

kebutuhan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kompetensi dan jumlah tenaga

kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang utama. Jumlah dokter, perawat,

bidan, serta tenaga kesehatan lainnya di beberapa daerah masih sangat kurang. Dengan

demikian, tidak semua masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang semestinya.


Profesi kesehatan dihadapkan dengan masalah pasien setiap hari. Peningkatan

permasalahan pasien yang kompleks membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan dari

beberapa tenaga profesional. Dalam praktiknya, penyedia layanan kesehatan tidak

bekerja sendiri. Mereka bekerja bersama dengan profesi kesehatan lain untuk

memecahkan masalah ini. Oleh karena itu, sikap profesionalisme sangat dibutuhkan oleh

setiap profesi kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Rendahnya profesionalisme aparatur mempengaruhi kinerja dan kualitas pelayanan.

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian profesionalisme.

2. Untuk mengetahui etos kerja.

3. Untuk mengetahui prinsip sumber daya manusia profesional.

4. Untuk meningkatkan etika profesi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Profesionalisme

1. Profesi

Pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan

sebagainya) tertentu. Menurut Daniel Bell (1973), profesi adalah aktivitas intelektual

yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak

formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok atau badan yang

bertanggungjawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,

menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi

mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan moral, serta bahwa perawat

mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.

2. Profesional

Dalam KBBI dijelaskan bahwa profesional bersangkutan dengan profesi yang

membutuhkan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Menurut Aholiab Watloly,

profesional adalah orang yang berdisiplin dan menjadi kerasan dalam pekerjaannya.

Sedangkan menurut Hary Suwanda, profesional ialah seseorang yang ahli di

bidangnya dan mengandalkan keahliannya tersebut sebagai mata pencahariannya.

3. Profesionalitas

Profesionalitas adalah sikap para anggota profesi yang benar-benar menguasai,

sungguh-sungguh kepada profesinya. Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap


kualitas sikap para anggota profesi pada profesinya serta derajat pengetahuan dan

keahlian yang mereka milki untuk dapat melakukan tugas mereka.

4. Profesionalisasi

Menurut Dedi Supriadi (1998), profesionalisasi adalah pendidikan prajabatan

dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.

Sedangkan menurut Eric Hoyle (1980), konsep profesionalisasi mencakup dua

dimensi yaitu peningkatan status dan peningkatan pelatihan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa profesionalisasi adalah proses peningkatan status dan

peningkatan pelatihan secara intensif serta membutuhkan waktu yang cukup lama.

5. Profesionalisme

Profesionalisme artinya sifat Profesional. Menurut Onny S. Prijono,

profesionalisme adalah kemampuan untuk memasuki ajang kompetisi sebagai

antisipasi menghadapi gloalisasi. Sedangkan menurut Aholiab Watloly

profesionalisme berarti sikap seorang profesional atau profit. Sedangkan menurut

Korten & Alfonso, profesionalisme adalah kecocokan (fitness) antara kemampuan

yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas.

Profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap

pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam

bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki

pengetahuan dan keterampilan bekerja dalam bidangnya.

Profesionalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan

sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya yang terdapat pada atau

dilakukan seorang profesional. Profesionalisme merupakan kompetensi untuk


melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar dan juga komitmen dari

pada anggota dari sebuah profesi untuk meningkatkan kemampuan dari seorang

pekerja.

Ciri-ciri profesionalisme antara lain:

a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang dapat dijadikan sebagai

rujukan yang baik.

b. Berusaha meningkatkan dan memlihara perilaku profesionalnya melalui

perwujudan perilaku profesional. Perwujudan tersebut dilakukan melalui

berbagai cara misalnya dari cara berpenampilan, cara berbicara, penggunaan

bahasa, sikap tubuh bdan, serta sikap hidupnya sehari-hari.

c. Keinginan untuk senantiasa mengejar berbagai kesempatan pengembangan

profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas

pengetahuan dan keterampilannya.

Sumber daya manusia yang profesional adalah mereka yang mampu

mempraktikkan keahlian dan/atau keterampilan sesuai bidang profesinya. Selain itu

pula mereka harus memiliki sikap dan etos kerja yang mencakup keahlian dan

keterampilannya dan memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas dan produktivitas.

Berbeda dengan orang yang mengerjakan sesuatu hanya sebagai hobi semata.

Ciri-ciri sumber daya manusia yang profesional adalah :

a. Bekerja secara efisien, efektif dan produktif

b. Mandiri atau tidak bergantung kepada atasan maupun orang lain

c. Mampu bersaing melalui kompetisi secara sehat

d. Memiliki kemampuan manajemen dibidang profesinya (Managerial Skill)


e. Memiliki kemauan untuk terus belajar seumur hidup (Life time education)

Prinsip sumber daya manusia profesional. mencakup 5C, yaitu senantiasa

bekerja :

a. Competency : Bekerja sesuai kompetensinya tanpa mengganggu pekerjaan

atau kompetensi profesi lain.

b. Conceptual : Memiliki konsep yang matang dalam melakukan pekerjaannya.

c. Consistent : Melakukan sesuatu secara berkesinambungan atau tetap

konsisten dan terus bekerja.

d. Cooperative : Membangun kerja sama dengan teman seprofesi maupun

dengan teman yang berprofesi lain.

e. Commited : Menepati kesanggupan atau berkomitmen dalam bekerja.

B. Etos Profesionalisme

1. Etika

Etika menurut penjelasan Bartens berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos,

sedangkan dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak

yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah to ether artinya adat kebiasaan. Maka

“etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat

kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya etika yang oleh

Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.

Empat prinsip dalam etika profesi :

a. Tanggung jawab : bertanggung jawab dan memberikan yang terbaik, serta

bermutu tinggi, dan mengurangi risiko dalam bekerja.


b. Keadilan ; adil, obyektif, rasional, tidak diskriminatif dalam melaksanakan

tugas.

c. Otonomi ; mengatur diri sendiri tanpa campur tangan atau bergantung pada

orang lain

d. Integritas moral ; senantiasa menjaga citra dan kehormatan profesi

Lima azas etika profesi :

a. Kemanfaatan (utilitarian ethics); memberikan manfaat bagi kepentingan

masyarakat disekitar.

b. Kewajiban (duty ethics) ; mentaati dan melaksanakan nilai-nilai moral yang

berlaku di lingkungan tempat kita berada.

c. Kebenaran (right ethics) ; menganggap salah hal yang melanggar moralitas.

d. Keunggulan (virtue ethics) ; mengutamakan tindakan yang baik, benar, dan

berbudi pekerti luhur

e. Kelestarian lingkungan (environmental ethics); menyadari pentingnya

kelestarian lingkungan dan ikut melestarikan dan menjaga lingkungan.

Dalam etika profesi, terdapat banyak pelanggaran contohnya adalah pelanggaran

terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh profesi. Adapula pelanggaran terhadap

pelayanan jasa profesional dalam hal kualitas keahlian dan mendiamkan terjadinya

pelanggaran etika profesi oleh rekan seprofesi dengan dalih melindungi kehormatan,

masa depan dan meningkatkan kredibilitas profesi.

2. Etos Kerja

Etos kerja adalah sikap atau perilaku dan kemauan yang disertai kerja keras

untuk mencapai kinerja dan hasil yang lebih baik.Etos berasal dari bahasa Latin
'ethikos', yang berarti moral atau karakter moral. Etos biasa diartikan juga sebagai

suatu keyakinan, kepercayaan, kebiasaan, sikap, atau dasar dari etika.Keyakinan

adalah sesuatu yang sulit dirubah, termasuk di sini adalah nilai-nilai tentang baik

buruk, hati nurani, dan ajaran agama. Etos kerja dimasukkan ke dalam kategori

kepercayaan, yang bisa berubah sesuai dengan inputan yang masuk dari pikiran. Etos

kerja menjadi dasar dari cara pikir profesionalisme. Dan selanjutnya akan diwujudkan

dalam bentuk perbuatan cara kerja.

Ada dua faktor utama dari luar yang mempengaruhi suatu etos kerja, yaitu etos

kerja lingkungan dan etika kerja. Etos kerja lingkungan adalah contoh nyata yang

diberikan oleh lingkungan. Adapun etika kerja adalah bagian dari kesisteman

organisasi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk formal prosedural.

Etos kerja memiliki konsep yaitu menuntut perilaku bekerja tulus dan

bertanggung jawab, memiliki integritas tinggi dan kreativitas tanpa batas. Etos kerja

adalah aktualisasi dan ibadah. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja keras penuh

semangat dan memiliki kecintaan terhadap pekerjaan yang tengah dikerjakan.

Untuk meningkatkan etos kerja, harus memperteguh karakter untuk

melaksanakan tugas maupun pekerjaan secara bertanggung jawab, meningkatkan

kompetensi dan kemampuan dalam melakukan pekerjaan, memperkuat kepercayaan

diri dalam bekerja, dan mengembangkan wibawa yang dapat menumbuhkan aspirasi

bagi orang lain.

3. Etika Kesehatan Masyarakat

Etika kesehatan masyarakat umumnya berhubungan dengan proses pengambilan

keputusan. Etika kesehatan masyarakat juga berkaitan dengan ketidaksesuaian atau


pertentangan antara kewenangan pemerintah (sebagai pengelola sistem pelayanan

kesehatan) dengan kebebasan individu. Etika kesehatan masyarakat juga dapat

membantu ahli kesmas dalam membuat keputusan, menentukan pada yang harus

dilakukan dan mengapa hal tersebut dilakukan. Ortmann dkk (2016) menyatakan

etika kesehatan masyarakat membantu dalam memutuskan tindakan-tindakan yang

mempengaruhi kesehatan komunitas dan populasi berdasarkan bukti ilmiah serta

sesuai dengan nilai-nilai dan standar (baik atau buruk) yang diterima masyarakat.

Etika kesehatan masyarakat berfungsi dalam mengklarifikasi, menentukan

prioritas, dan mempertimbangkan tindakan-tindakan kesehatan masyarakat

berdasarkan prinsip-prinsip etik, nilai-nilai dan kepercayaan dari masyarakat, serta

berdasarkan ilmu pengetahuan dan informasi lainnya.

Sementara Barrett dkk (2016) mendefinisikan etika kesehatan masyarakat bukan

sebagai proses saja melainkan sebagai aplikasi etik, “public health ethics can be seen

both as the application of principles and norms to guide the practice of public health

and as a process for identifying, analyzing, and resolving ethical issues inherent in the

practice of public health”. (terjemahan bebas, Etika kesehatan masyarakat dapat

dilihat dalam dua hal yaitu pertama sebagai aplikasi dari prinsip-prinsip dan norma-

norma yang mengatur pekerjaan ahli kesehatan masyarakat, atau sebagai proses untuk

mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah atau isu-isu etik yang

berkaitan dengan pekerjaan ahli kesehatan masyarakat). Dengan demikian etika

kesehatan masyarakat bisa dianggap sebagai aplikasi norma-norma dan proses

penyelesaian masalah etik kesehatan masyarakat.

Kode etik bagi profesi ahli kesehatan masyarakat :


1. Profesi kesehatan masyarakat sebaiknya secara prinsip mengetahui

penyebab paling mendasar dari penyakit dan kebutuhan terhadap kesehatan,

yang bertujuan untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan.

2. Profesi kesehatan masyarakat sebaiknya menghormati hak asasi individu

dalam komunitas dalam rangka memahami kesehatan masyarakat.

3. Profesi kesehatan masyarakat sebaiknya bekerja atau memberikan advokasi

dalam rangka pemberdayaan anggota masyarakat yang lemah dalam

memperoleh haknya sebagai warga negara, memastikan sumber daya dasar

dan kondisi yang dibutuhkan bagi pelayanan kesehatan dapat diakses

dengan baik oleh seluruh orang dalam masyarakat/komunitas.

4. Profesi kesehatan masyarakat sebaiknya memperhatikan kebutuhan

informasi dalam mengimplementasikan kebijakan dan program yang efektif

dala rangka mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.

C. Ahli Profesi Kesehatan Masyarakat

Tak Seperti ilmu medis seperti kedokteran dan Keperawatan, Ilmu Kesehatan

Masyarakat, menitikberatkan pada langkah pencegahan dan promotif dalam menghadapi

masalah kesehatan di masyarakat banyak. Menurut dekan FKM UI bahwa :

“ilmu kesehatan masyarakat itu merupakan kombinasi dari ilmu pengetahuan,

keterampilan, etika dan moral yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

dan memperpanjang usia semua orang melalui tindakan kolektif yang

terorganisir.  Ilmu kesehatan masyarakat juga bertujuan untuk mencegah penyakit dan

memenuhi seluruh kebutuhan dalam kesehatan dengan memenuhi strategi

pemberdayaan masyarakat untuk hidup secara mandiri.  Ahli kesehatan masyarakat itu
harus dapat membuat masyarakat berdaya, bukan tergantung karena yang kita

ciptakan adalah masyarakat mampu hidup sehat. Seorang ahli kesehatan masyarakat

juga harus mampu bekerja dalam tim, bekerja kolektif dan multi sektor”

Dalam ahli kesehatan masyarakat terdapat konsep MIRACLE yang berarti :

1. M – Manager, artinya mampu mengelola kebijakan dan program kesehatan

masyarakat.

2. I – Innovator yang berarti menciptakan inovasi terkait metode dan paradigma

kesehatan. 

3. R – Researcher yang maknanya melaksanakan penelitian kesehatan secara

komprehensif dan berbasis bukti.

4. A – Apprenticer, membimbing untuk mencapai kesehatan yang sempurna.

5. C – Communitarian berarti mengupayakan kesehatan dengan- dari- untuk dan

oleh masyarakat. 

6. L – Leader, memimpin terwujudnya visi kesehatan masyarakat. Terakhir

7. E – Educator artinya mendidik masyarakat agar hidup sehat.

Seorang ahli kesehatan masyarakat diwajibkan untuk memiliki tujuh kemampuan diri

tersebut sehingga dapat menjadi Miracle (Keajaiban) yang sesungguhnya untuk

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Filosofi Miracle penting dimiliki oleh ahli

kesehatan masyarakat mengingat tantangan kesehatan masalah kesehatan di masyarakat

masih banyak yang belum dapat diatasi.Angka Kematian Ibu, Gizi buruk, pelayanan

kesehatan untuk masyarakat, kecelekaan dan penyakit akibat kerja, dan lain-lain.
Pekerjaan untuk orang dengan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat :

1. Ahli Gizi

Jika seorang dokter spesialis gizi bertugas untuk menganalisa penyakit, terkait

gizi seseorang dan memberikan obat yang tepat untuk pasien. Sementara ahli

gizi bekerja untuk memberikan pengetahuan mulai dari kebiasaan berperilaku

hidup sehat, menjelaskan komposisi makanan atau minuman, dan lain-lain di

suatu populasi.Kamu juga bisa menjadi ahli gizi di sebuah perusahaan produk

makanan, minuman, atau obat, dimana kamu harus menganalisa hingga

memastikan manajemen kualitas produk, sudah sesuai atau belum

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Biasanya seorang ahli K3 akan sangat dibutuhkan di perusahaan-perusahaan

besar, guna mengetahui hingga mengidentifikasi seluruh aspek keselamatan

dan kesehatan kerja, karyawan di lingungan perusahaan.Seorang ahli K3 juga

dituntut untuk mencari risiko kecelakaan kerja hingga risiko bahaya yang

mungkin saja bisa mengancam kesehatan pekerja di perusahaan tempatnya

bekerja.Dari analisa tersebut, seorang K3 tentunya harus membuat sistem demi

menjaga seluruh karyawan dari sebuah kecelakaan kerja.

3. Epidemiologis

Menjadi hal yang sangat penting di dunia kesehatan, ahli epidemologist secara

umum adalah bekerja untuk membahas pola kesehatan atau sebuah penyakit

serta seluruh faktor yang terkait terhadap penyakit.Namun, tidak asal seorang

ahli epidemiologist menganalisa sebuah penyakit, karena ia akan

menggunakan berbagai komponen untuk meringkasnya, seperti ilmu


kedokteran, ilmu statistika, ilmu sosiologi dan antropologi. Jika kamu masih

belum jelas terkait pekerjaan ahli epidemiologi,

4. Dosen/Pengajar

Dengan ilmu dan bekal yang telah dapatkan di bangku kuliah minimal S2, dan

juga memiliki keahlian mengajar, di sini kamu bisa menjadi tenaga

pengajar.Dengan menjadi dosen atau pengajar, hal ini juga bisa mengasah diri

dalam berkomunikasi. Karena dengan pandai berkomunikasi, bisa medapatkan

keahlian dalam mentransfer informasi atau ilmu dengan baik dan mudah

dicerna oleh orang lain.

5. Administrasi Kebijakan Kesehatan

Dimana pekerjaan ini merupakan sebuah proses manajemen dan organisasi

yang digunakan sebagai sarana untuk menentukan pekerjaan umum, yang

memiliki tujuan utnuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan

hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau

profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki pengetahuan dan

keterampilan bekerja dalam bidangnya.

Etika menurut penjelasan Bartens berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos,

sedangkan dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang

baik. Bentuk jamak dari ethos adalah to ether artinya adat kebiasaan. Maka “etika” berarti

ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Etos kerja memiliki konsep yaitu menuntut perilaku bekerja tulus dan bertanggung

jawab, memiliki integritas tinggi dan kreativitas tanpa batas. Etos kerja adalah aktualisasi

dan ibadah. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja keras penuh semangat dan memiliki

kecintaan terhadap pekerjaan yang tengah dikerjakan.

B. Saran

Penulis tahu bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu penulis harapkan untuk kritik dan saran dari para pembaca. Disarankan pula apabila

kedepannya akan membuat makalah, agar supaya menambah referensi sehingga makalah

yang dibuat menjadi lebih baik dan lengkap.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Faqir, Qais. 2020. Profesi, Profesional, Profesionalisme, dan Profesionalisasi. Artikel.

Loangtuna, Banjarsari, Desa Labuhan Haji. Diakses pada tanggal 14 September 2021,

Pukul 21.19. website :

https://www.banjarsari-labuhanhaji.desa.id/artikel/2020/3/30/profesi-profesional-

profesionalisme-dan-profesionalitas

Anonim. 2012. Etos Kerja, Etika Kerja, dan Profesionalisme. Artikel. Diaksses pada tanggal 16

September 2021, Pukul 12.56 WITA. Website :

https://www.kompasiana.com/tepekur.blogspot.com/5511697c8133117348bc5fb3/etos-

kerja-etika-kerja-dan-profesionalisme

Djalla, Abidin, dkk. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Petugas

Kesehatan di Puskes Baroko Kabupaten Enrekang. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan,

Vol. 1, No.1.

Heryana, Ade. 2019. Pengantar Etika dan Hukum Kesehatan Masyarakat. Universitas Esa

Unggul.

Anda mungkin juga menyukai