Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH FILSAFAT YUNANI DAN TOKOH -TOKOH NYA

DISUSUN OLEH :

Alfina Nasukha Sifa (126211201031)

Lia Ruli Hapsari (126211202071)

DOSEN PENGAMPU:

Bapak Muh. Manar

TADRIS FISIKA 1C

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada kita semua
khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan Makalah ini dengan
judul “ Sejarah Filsafat Yunani dan Tokoh-tokoh nya (Yunani Kuno dan Yunani Klasik)”
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
pembelajaran mata Kuliah Filsafat Umum di IAIN Tulungagung.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaia
penulisan makalah ini, disamping itu kami juga menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun.
Sehingga bisa melengkapi dan menjadikan makalah ini bisa lebih baik lagi nantinya.

Akhir dari kami tentunya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan dalam
penulisan ini, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi
pembaca.

Tulungagung, 22 Oktober 2020

Alfina Nasukha Sifa

Lia Ruli Hapsari

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang....................................................................................................................4

Rumusan Masalah................................................................................................................4

Tujuan Penulisan..................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

Sejarah Filsafat Yunani........................................................................................................6

Faktor lahirnya Filsafat Yunani…………………………..........................…………….….7

Perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik……….............................…………..8

Tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik……….......…....................……..9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.........................................................................................................................17

Daftar Pustaka....................................................................................................................17

3
BAB I

A. Latar Belakang.
Seperti yang kita ketahui Filsafat dapat diartikan sebagai kekasih atau sahabat
kebijaksanan, jadi karena merupakan kekasih atau sahabat kebijaksanaan, maka
filsafat memiliki hasrat untuk selalu ingin dekat, ingin akrab, ingin mengasihi
kearifan / kebijaksanaan dan pengetahuan. Tapi, kearifan atau kebijaksanaan dan
pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat abstrak dan luas. Keabstrakan dan
keluasan ini menjadikan hasrat yang dimiliki filsafat tersebut tak mudah untuk di
puaskan sepenuhnya. Ini menyebabkan filsafat terus menerus melakukan usaha
untuk memenuhinya
Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran filsafat.
Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memiliki keraguan
atas mitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala sesuatu, baik alam
semesta maupun manusia yang tidak bisa di terima oleh akal manusia. Sudah
barang tentu kemenangan akal atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan
tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga
berabad-abad. Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir
manusia dari mite-mite menjadi lebih rasional. Pola pikir mite adalah pola pikir
yang mengandalkan mitos-mitos untuk menjelaskan fenomena alam seperti gempa
bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap kejadian alam biasa, tapi dewa
bumi sedang menggoyangkan kepalanya. Namun setelah filsafat ditemukan,
fenomena tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa melainkan fenomena
alam yang terjadi. Dan hal ini terus dikembangkan oleh manusia melalui filsafat
sehingga alam dijadikan obyek penelitian dan pengkajian sampai dalam bentuk
yang paling mutakhir, seperti yang kita kenal sekarang. kali ini kami akan
membahas tentang sejarah lahirnya filsafat Yunani dan Tokoh-tokoh dibaliknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah Filsafat Yunani?
2. Apa saja yang menjadi Faktor lahirnya Filsafat Yunani?

4
3. Bagaimana perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik?
4. Siapa saja tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik?
C. TUJUAN.
1. Mengetahui sejarah Filsafat Yunani
2. Mengetahui apa saja Faktor lahir nya Filsafat Yunani
3. Mengetahui bagaimana perjalanan Filsafat Yunani
4. Mengetahui siapa saja tokoh Pemikir Filsafat Yunani

5
BAB II
D. PEMBAHASAN
1. Sejarah Filsafat Yunani
Pada abad ke 6 SM orang Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa
segala sesuatunya harus di terima sebagai segala sesuatu kebenarannya lewat
akal pikir (logos) tidak berlaku. Phytagoras dianggap sebagai orang pertama
yang membawa filsafat ke Yunani. Namun demikian, orang pertama yang
digelari filosof adalah Thales (sekitar abad ke-6 S.M) dari Mileta karena dia-
lah yang pertama kali menjelaskan Asal-usul dunia yang terlepas dari
kepercayaan akan mitos-mitos kuno. Kemudian, muridnya Anexi mander
(610-546 S.M) menjelaskan lebih dalam Tentang asal-usul dunia dan alam
semesta yang kemudian dikenal dengan teori Kosmologi. Selain itu juga ada
beberapa filosof lain seperti Xenophanes dari Colophon (560-478 S.M) yang
berargumentasi tentang satu tuhan sebagai Penguasa alam semesta yang kekal,
Permenides dari Elea (lahir sekitar tahun 515 S.M), Heraklitus dari Ephesus
(540-480 S.M), Anaxagoras dari Clazomenae (500-428 S.M), dan Democritus
(460-370 S.M).
Setelah abad ke 6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini
memiliki jawaban yang dapat diterima oleh akal secara rasional. Keadaan ini
dinamakan demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk
menggunakan akal pikiran dan meninggalkan hal-hal yang bersifat metologi.
Periode filsafat Yunani merupakan perdebatan yang panjang antara logos
dengan mitos. Kata logos diterjemahkan sebagai ratio dalam bahasa Inggris,
dan akal sehat dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian jawaban alam
pikiran logos terhadap persoalan-persoalan kehidupan didasarkan akal sehat,
sedangkan jawaban alam pikiran mitos berdasarkan prasangka. Alam pikiran
logos mempunyai jawaban berbeda terhadap satu persoalan, misalnya tentang
pelangi yang menurut alam pikiran mitos adalah tangga bagi dewi-dewi yang

6
ingin turun dari langit menuju bumi. Xenophanes dari Elea (570 – 480 SM)
mengemukakan bahwa pelangi bukan tangga dari langit, tetapi awan yang
berwarna. Jawaban Xenophanes diperbaharui satu abad kemudian oleh
Anaxagoras juga dari Elea (499 – 428 sm) yang berpendapat bahwa pelangi
merupakan pantulan sinar matahari melalui awan. Xenophanes adalah tokoh
filsuf Elea yang mengajarkan keesaan dan kekekalan Tuhan sebagai awal dari
semua hal. Ajaran Xenophanes bertentangan dengan Heraklietos yang
mengatakan bahwa semua hal berubah, termasuk Tuhan. Tokoh penting dalam
mahzab Elea ialah Permenides. Ia menjadi penentang utama konsep panta rei
dari Heraklietos dengan mengatakan bahwa semua hal berasal dari satu yang
tetap. Pertentangan antara mahzab Ionia dengan Elea bertumpu pada apakah
kebenaran satu atau banyak, dan tetap atau berubah.
2. Faktor lahirnya Filsafat Yunani
Lahirnya filsafat memang dapat disebut sebagai peristiwa ajaib, karena tidak
mungkin memberi alasan-alasan yang menerangkan kejadian itu secara
memuaskan, namun demikian ada beberapa faktor yang sudah mendahului
danseakan-akan sudah mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Faktor-
faktor itu adalah:
1. Mitologi
Pertama-tama pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa
sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Nah, mitologi ini
dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului Filsafat, karena mite-mite
sudah merupakan percobaan untuk dimengerti. pertanyaan yang hidup di
dalam hati manusia, mulai dari dimana dunia kita berada, sampai dengan
mengapa matahari terbit dan tenggelam. Melalui mite-kite ini, manusia
mencari kejelasan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-
kejadian yang berlangsung di dalamnya. Yang khusus pada bangsa Yunani
ialah bahwa mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite
yeng diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis.
Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan
mencari keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan
untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain, dan menyingkirkan mite
yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
2. Sastra Yunani

7
Kesusasteraan Yunani juga dianggap sebagai persiapan yang mempengaruhi
lahirnya filsafat di Yunani, asal saja kita memakai kata itu dalam arti seluas-
luasnya, sehingga meliputi juga amsal-amsal, teka-teki, dongeng-dongeng,
dan sebagainya. Kedua karya puisi HOMEROS (-) yang masing-masing
berjudul Ilias dan Odyssea, mempunyai kedudukan yang sangat istimewa
dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair ini lama juga digunakan sebagai
semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.
3. Ilmu Pengetahuan
yang dianggap sebagai faktor lahirnya filsafat di Yunani, ialah ilmu
pengetahuan yang pada waktu itu sudah ada di Timur Kuno. Bangsa Yunani
tentu berhutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa
unsur ilmu pengetahuan dari mereka.

3. Perjalanan Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik?


Filsafat Yunani Klasik Pada zaman ini filsafat bercorak “antroposentris”
artinya menjadikan manusia (antropos) sebagai objek pemikiran filsafat
mereka. Mereka berupaya mencari jawaban tentang masalah etika dan hakikat
manusia. Tokoh-tokoh dari filsafat Yunani klasik ini, diantaranya ada
Socrates, Plato dan Aristoteles. Mereka dijuluki filsuf klasik karena mereka
memiliki ide-ide yang masih tetap aktual (Mustansyir, 2001: 12).
Periode Yunani Klasik ini dipandang sebagai zaman keemasan Filsafat, karena
pada periode inilah dimana orang-orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada periode Yunani Klasik ini
perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yang ditandai dengan semakin
besarnya minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode
Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari
kata Sophos yang artinya cerdik pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan
keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama
tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga keberadaan
Sofisme ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.
Mereka tidak tertarik pada filsafat alam, ilmu pasti, atau metafisika. Mereka
menilai filsafat-filsafat sebelumnya terlalu mengawang-awang. Mereka lebih
tertarik pada hal-hal yang lebih konkret seperti makna hidup manusia, moral,
norma, dan politik. Hal-hal inilah yang dianggap perlu diajarkan pada generasi

8
muda dan dikembangkan untuk kelangsungan Negara. Terdapat tiga faktor
yang mendorong timbulnya kaum sofis, yaitu sebagai berikut :
a. Perkembangan secara pesat kota Athena dalam bidang politik dan
ekonomi. Hal ini mengakibatkan kota Athena menjadi ramai, demikian juga
para ahli pikir atau intelektual yang mengunjungi Athena. Dengan demikian,
Athena menjadi kota yang berkembang sangat pesat dalam bidang intelektual
maupun bidang kultural.
b. Setelah kota Athena mengalami keramaian penduduknya, maka
kebutuhan dalam bidang pendidikan tidak terelakkan lagi karena desakan
kaum intelektual. Lebih-lebih kota Athena sebagai pusat politik sehingga
peranan pendidikan sangat penting untuk mendidik kaum mudanya.
c. Karena pemukiman perkotaan bangsa Yunani biasanya terletak di
pantai, kontak dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat terelakkan lagi.
Hingga akhirnya, orang-orang Yunani banyak mengenal berbagai
kebudayaan, dan sekaligus terjadi akulturasi kebudayaan. Sehingga dengan
terbukanya masyarakat Yunani terhadap budaya luar akan membuat orang-
orang Yunani menjadi dinamis dan berkembang (Nafas, 2015).
Filsafat Yunani Kuno. Pada zaman Yunani, filafat merupakan dasar untuk
memandang hakikat segala sesuatu termasuk bahasa. Hal ini dapat dipahami
karena pada zaman tersebut belum berkembang ilmu pengetahuan modern.
Oleh karena itu, bahasa juga merupakan objek materi pemecahan problem
spekulatif para filsuf. Pada saat itu muncullah persoalan filsofis yaitu apakah
bahasa itu dikuasai oleh alam, nature atau fisei ataukah bahasa itu bersifat
konvensi atau nomos.
Pendapat yang menyatakan bahwa bahasa bersifat alamiah (fisei) menyatakan
bahwa bahasa mempunyai hubungan dengan asal-usul, sumber dalam prinsip-
prinsip abadi. Kaum ini selanjutnya mengutarakan bahwa bahasa bukanlah
hanya bersifat fisie belaka melainkan mencapai makna secara alamiah atau
fisei. Sebaliknya Pembahasan kaum konvensionalis berpendapat bahwa
makna bahasa diperoleh dari hasil-hasil tradisi, kebiasaan-kebiasaan berupa
persetujuan diam, karena hal ini merupakan tradisi maka dapat dilanggar dan
dapat berubah dalam perjalanan zaman (Anonim, 2010).
4. Tokoh Pemikir Filsafat Yunani Kuno dan Yunani Klasik?
✓Filosof Besar Zaman Yunani Kuno

9
1. Thales
Thales (624-546 SM), orang Miletus itu digelari bapak filsafat, karena dialah
orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan
pertanyaan yang amat mendasar; what is the nature of the world stuff ? (apa
sebenarnya bahan alam semesta ini ?) Ia menjawab air. Jawaban ini amat
sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas karena dari apa air itu ? Thales
mengambil air sebagai asal alam semesta, barang kali karena ia melihat
sebagai suatu yang amat diperlukan dalam kehidupan dan menurut
pendapatnya bumi ini mengapung di atas air (Ahmad Tafsir, 1990:41).
2. Anaximandros
Anaximander disebut murid Thales. Ia hidup kira-kira antara tahun 610 SM
dan tahun 540 SM. (K. Bartens, 1988:28). Anaximander mencoba
menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan
sendirinya. Anaximander mengatakan udara. Udara merupakan sumber segala
kehidupan, demikian alasannya (Ahmad Tafsir, 1990:4).
3. Anaximenes
Karakteristik pemikirannya yaitu pada udara, bahwa udara adalah sebuah zat
yang menyebabkan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bermunculan.
4. Pytagoras
Adalah bapak Matematika, menurutnya hakikat kenyataan terletak pada
angka. Ia mengatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Kebenaran
itu bersifat pribadi (private). Akibatnya ialah tidak akan ada ukuran yang
absolut dalam etika, metafisika maupun agama. Bahkan teori-teori metafisika
tidak juga dianggapnya mempunyai kebenaran yang absolut.
5. Heraclitus
Heraclitus (544 – 484 SM) menyatakan You can not step twice to the river, for
the fresh waters are ever flowing upon you (Engkau tidak dapat terjun ke
sungai yang sama dua kali karena air sungai itu mengalir). Menurut Heraclitus,
alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah
menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak
memahami kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis, kosmos
tidak pernah dalam keadaan berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak
berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah
sebabnya ia pada konklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini

10
bukanlah bahan (stuff)nya seperti yang dipertanyakan oleh filosof pertama itu,
melainkan prosesnya. Pernyataan “semua mengalir” berarti semua berubah
menjadi bukanlah pernyataan yang sederhana. Implikasi pernyataan ini amat
hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu
berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar
besok. Hari ini 2 x 2 = 4, besok dapat bukan empat (Ahmad Tafsir, 1990 : 41-
42).
✓ Tiga Filosof Besar Zaman Yunani Klasik
1. Zaman Socrates (470 SM-399 SM)
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun
399 M. Ajaran Kefilsafatan Socrates:
1) Metode.
bagi Socrates kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-
mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak,
tetapi justru untuk meraih kebajikan, karena menurut Socrates filsafat
adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat
tingkah laku manusia yang pantas, yang baik, dan yang terpuji. Menurut
Socrates, metode yang dijalankan olehnya bukanlah penyelidikan atas
fakta- fakta melainkan analisis atas pendapat-pendapat atau pertanyaan-
pertanyaan yang diucapkan oleh orang atau oleh negarawan (Rapar, 1996:
100).
2) Dialektika
Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata
kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog
yang mempunyai peran penting didalamnya Menurut Socrates Dialog
adalah “wahana” berfilsafat. Jadi dialog itu “membuka” pikiran,
“mencairkan” kebekuan pikiran, “melahirkan” pikiran dan “menuntut”
perjalanan pikiran (Salam, 2008: 149).
3) Maieutika
Menurut Gaarder (1997: 83) mengemukakan bahwa Maieutika sering juga
disebut dengan istilah metode kebidanan, karena dengan cara ini Socrates
bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran seorang bayi
pengertian yang benar, maksudnya adalah Socrates menganggap bahwa

11
tugasnya adalah seperti membantu orang-orang “melahirkan” wawasan
yang benar, sebab pemahaman yang sejati harus timbul dari dalam diri
sendiri. Dengan cara bekerja yang demikian, Socrates menemukan suatu
cara berfikir yang disebut induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang
sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal
yang khusus.
4) Ironi
Kata ironi berasal dari bahasa Yunani yang bermakna bersikap pura-pura,
cara seseorang berbicara, pura-pura menyetujui apa yang dikatakan oleh
lawan bicaranya, tetapi dengan senyuman, mimik dan sebagainya
menyangkal pendapat orang itu. Oleh Socrates dipergunakan untuk
membimbing lawan bicaanya kepada kebenaran (Garder, 1997: 83).
5) Etika
Menurut Lavine (2012: 12) mengemukakan bahwa Etika (Etimologik),
berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti kesusilaan atau adat. Identik
dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam
bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup. etika
juga dapat disebut dengan filsafat moral. Etika dan moral sama artinya,
tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau
moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika
dipakai untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang ada. Filsafat Socrates
banyak membahas masalah-masalah etika. Ia beranggapan bahwa yang
paling utama dalam kehidupan bukanlah kekayaan atau kehormatan,
melainkan kesehatan jiwa. Prasyarat utama dalam kehidupan manusia
adalah jiwa yang sehat. Jiwa manusia harus sehat terlebih dahulu, agar
tujuan-tujuan hidup yang lainnya dapat diraih (Abidin, 2011: 100).
6) Pemikiran tentang Politik
Dalam Apologia, Socrates mengakui bahwa ia tidak merasa terpanggil
untuk campur tangan dalam urusan-urusan politik, tetapi ia selalu setia
pada kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Bila ia dihukum
mati, ia tidak mau melarikan diri, dengan alasan bahwa sampai saat
terakhir ia akan taat pada Undang-Undang di Athena. Ia meneruskan
prinsip-prinsip etikanya juga dalam bidang politik. Menurut Socrates

12
tugas negara ialah memajukan kebahagiaan para warga negara dan
membuat jiwa mereka menjadi sebaik mungkin (Bertens, 1975: 92).

7) Pemikiran tentang Negara


Menurut Salam (2008: 158) mengatakan bahwa ajaran atau pandangan
Socrates mengenai negara belum terlalu jelas, akan tetapi Socrates telah
memberikan mengenai asas-asas etika dalam kenegaraan. Menurut
Socrates, bahwasannya negara itu mempunyai tugas untuk mewujudkan
kebahagiaan bagi warga negaranya masig-masing dengan cara membuat
jiwa mereka sebaik mungkin. Oleh karenanya seorang penguasa harus
tahu “apa yang baik”. Di dalam pemerintahan, yang paling penting bukan
hanya demokrasi atau suara rakyat saja, akan tetapi harus adanya keahlian
yang khusus yaitu mengenai pengenalan tentang “ yang baik ”.
2. Zaman Plato (427 SM-347 SM)
Plato memiliki nama asli Aristokles,merupakan salah satu filsuf yang
terlahir di Atena pada tahun427 SM, dan meninggal pada tahun 347 SM
di Atena pula pada usia 80 tahun. Dia memiliki cita-cita menjadi seorang
negarawan besar, akan tetapi perkembangan politik saat itu tidak
memungkingkan baginya untuk mengejar impiannya itu (Anonim, 2013).
Ajaran dan Karya Kefilsafatannya
1) Konsep tentang Ide
Plato adalah seorang filsuf yang memiliki pemikiran tentang hakekat dari
ide. Menurutnya, ide berbeda dengan pemikiran karena ide lebih luas
cakupannya, lebih besar dan lebih nyata. Ide bersifat abadi dan dari ide
itulah manusia akan menciptakan pemikiran-pemikiran yang baru.
2) Ajaran tentang Jiwa
Plato beranggapan bahwa jiwa merupakan intisari kepribadian manusia.
Dalam dialog Phaidros, terdapat argumen yang bermaksud membuktikan
kebakaan jiwa. Plato menganggap jiwa sebagai prinsip yang
menggerakkan dirinya sendiri dan oleh karenanya juga dapat
menggerakkan badan. Baginya, jiwa itu bersifat baka dan tidak akan mati,
karena jiwa sudah ada sebelum manusia hidup di dunia.
3) Konsep tentang Negara

13
Filsafat Plato memuncak dalam uraian-urainannya mengenai Negara.
Latar belakangnya yaitu pengalaman yang pahit mengenai politik Athena.
3. Zaman Aristoteles (384 SM-322 SM)
Smith (1986: 35) menjelaskan bahwa Aristoteles adalah seorang
cendekiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Aristoteles
adalah seorang filsuf, ilmuwan, sekaligus pendidikan Yunani. Ia
dilahirkan di Stagirus, Makedonia, pada tahun 384 SM dan tutup usia di
Chalcis Yunani pada tahun 322 SM
Ajaran dan Karya Kefilsafatannya
Hasil karya Aristoteles banyak sekali. Akan tetapi sulit menyusun
karyanya itu secara sistematis. Berbeda-beda cara orang membagi-
bagikannya. Ada psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan
ekonomi, dan akhirnya retorika dan poetika. Ada juga orang yang
menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles meliputi 3 tahap,
sebagaimana yang telah tertera dalam buku Hadiwijono (1980: 45), yaitu:
1) tahap di Akademi, ketika ia masih setia kepada gurunya, Plato,
termasuk ajaran Plato tentang idea.
2) tahap ia di Assos, ketika ia berbalik dari Plato, mengritik ajaran Plato
tentang ide-ide serta menentukan filsafatnya sendiri.
3) tahap ketika ia di sekolahnya di Athena, waktu ia berbalik dari
spekulasi ke penyelidikan empiris, mengindahkan yang kongkret dan yang
individual. Asal pembagian ini tidak diterapkan secara konsekuen, tapi
diperkirakan dapat dicapai juga.
Pemikiran filsafat Aristoteles dituangkan dalam beberapa ajarannya yang
terdiri dari:
1) Ajarannya tentang Logika
Logika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai istilah
analitika.Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik
tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda.
2) Ajarannya tentang Silogisme
Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan
dengan dua cara, yaitu deduksi dan induksi. Menurut pendapatnya,
deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan

14
baru. Berpikir deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor dan
premis minor dan kesimpulan.
3) Ajarannya tentang pengelompokkan ilmu pengetahuan
Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan
dalam buku Achmadi (1995: 55-59), yaitu:
a) Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik)
b) Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian)
c) Ilmu pengetahuan teoritis (fisika, matematika dan metafisika)
4) Ajarannya tentang Aktus dan Potensia
Menurut Aristoteles, yanga ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan
konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya
adalah ajaran Plato tentang ide.
5) Ajarannya tentang Pengenalan
Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan
indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi kita hanya
dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya)
dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan
rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari
sesuatu benda. dengan pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-
satunya untuk ke ilmu pengetahuan. Aristoteles menempatkan filsafat
dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang
logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon
(alat) untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk
selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis.
Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung
mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu
kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara
sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest
(oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments
on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis
oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-
masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan
tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing (Wikipedia, 2015).

15
Tujuan terakhir dari filsafat ialah pengetahuan tentang adanya yang
umum. Dia juga berkeyakinan bahwa kebenaran yang sebenarnya hanya
dapat di capai dengan jalan pengertian. Gagasan Aristoteles tentang
keterkaitan antara filsafat dengan
ilmu-ilmu lainnya belum terkupas dengan sempurna karna ia harus
menghadap panggilan dewa dalam kehidupan rasional yang mistik. Ia
terebih dahulu meninggal dunia sebelum cita-cita filosofis nya terungkap
dengan maksimal (Raharjo, 2000: 105).
6) Ajarannya tentang Etika
Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus tterhadap masalah etika.
Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai
sebagai hukum kesusilaan.
7) Ajarannya tentang Negara
Menurut Aristoteles, Negara akan damai apabila rakyatnya juga damai.
Negara yang paling baik adalah Negara dengan system demokrasi
moderat, artinya sistem demokrasi yang berdasarkan Undang-undang
Dasar (Achmadi, 1995: 55-59).

16
BAB III

KESIMPULAN

Pada abad ke 6 SM orang Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala


sesuatunya harus di terima sebagai segala sesuatu kebenarannya lewat akal pikir (logos) tidak
berlaku. Phytagoras dianggap sebagai orang pertama yang membawa filsafat ke Yunani.
Namun demikian, orang pertama yang digelari filosof adalah Thales (sekitar abad ke-6 S.M)
dari Mileta karena dia-lah yang pertama kali menjelaskan Asal-usul dunia yang terlepas dari
kepercayaan akan mitos-mitos kuno.

Filsafat Yunani memiliki dua periode. yaitu Filsafat Yunani Kuno dan Filsafat
Yunani Klasik. Yunani KunoDisebut juga periode tersebut dengan Filsafat Alam karena pada
masa ditandai oleh ahli pikir alam. Dengan perhatian pemikiran dan arahnya terhadap apa
yang di amati di sekitarnya. Yunani Klasik, Pada perkembangan ini filsafat berkembang
dengan pesat. Karena mayoritas orang minat dengan filsafat.Aliran yang mengawali periode

17
Yunani adalah sofifme. Sofifme yang berarti pandai. Berbagai macam bidang dalam sofifme
dapat membawa perubahan budaya dan peradaban athena.

faktor lahirnya Filsafat Yunani diantaranya yaitu: mitologi, sastra yunani dan ilmu
pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

- http://muhammadfaizalnafas.blogspot.com/2015/09/makalah-filsafat-yunani-yunani-
kuno-dan.html?m=1

- Syukur, abdul.2007.Jurnal Sejarah Lontar.Vol 4(2) 58-59.

- Bertens K. 2011. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:Kanisius.

18

Anda mungkin juga menyukai