Anda di halaman 1dari 2

LANDASAN YURIDIS PANCASILA

Yuridis berasal dari kata Yuridisch yang berarti menuruti hukum yang telah diakui oleh
pemerintah. jika aturan ini dilarang, maka siapapun yang melanggarnya akan mendapatkan
teguran. Yuridis ini bersifat memaksa dan mengikat artinya seseorang haruslah mematuhinya
dan mengikat semua orang yang ada di sebuah wilayah dimana hukum ini diberlakukan. yuridis
memiliki dua bentuk aturan, yaitu berbentuk tulisan dan juga lisan. Aturan yang berbentuk
tulisan tertulis di dalam Undang-Undang, sedangkan aturan yang berbentuk lisan terdapat
dalam aturan hukum adat.

Dalam bidang tatanan negara, seringkali menggunakan kata "Yuridis". Karena yuridis adalah
hukum dan di negara Indonesia terdapar aspek yuridis, artinya adalah aspek hukum dari
Pancasila. Yuridis juga dapat diartikan sebagai peraturan yang terdapat pada setiap negara.
Adapun pengertian yuridis menurut KBBI, yaitu menurut hukum; bantuan hukum (diberikan
oleh pengacara kepada kliennya di muka pengadilan). Dengan demikian pengertian yuridis
adalah hukum baik secara tertulis maupun secara lisan. Yuridis yang tertulis contohnya undang-
undang, sedangkan yuridis yang berupa lisan contohnya hukum adat.

Landasan yuridis adalah landasan yang berdasarakan aturan yang telah dibuat melalui
perundingan dan permusyawarahan. Landasan yuridis pancasila tertuang dalam pembukaan
UUD NRI 1945 alinea IV yang di dalamnya terdapat rumusan sila sila pancasila sebagai dasar
negara yang sah. Selain itu batang tubuh UUD NRI 1945 juga merupakan landasan yuridis
konstitusional karena pancasila dijabarkan lebih lanjut dan rinci dalam pasal dan ayat.

Dasar Yuridis Pendidikan Pancasila:

1. Pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menetapkan bahwa sistem Pendidikan nasional harus berdasarkan Pancasila.

2. Pasal 2 Undang-undang No. 12 Tahun 2012 mengatakan Sistem Pendidikan Tinggi harus
berdasarkan Pancasila.

3. Pasal 35 ayat 5 Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan Tinggi di
Indonesia yang menyatakan bahwa Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
“Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa
Indonesia”

4. SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan


Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi,
yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Sebagai pelaksanaan dari SK Mendiknas RI, No.232/U/2000 tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi
mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi
kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan
dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah
MPK Pancasila adalah terdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa
dan bernegara serta etika politik.

6. Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43 /DIKTI/KEP/2006, bahwa misi pendidikan


kewarganegaraan harus berbasis Pancasila.

7. SE Dirjen DIKTI No. 14/E/T/2011, tanggal 30 Juni 2011 yang menyatakan bahwa Pendidikan
Pancasila harus dilaksanakan bersama dengan mata kuliah Kewarganegaraan.

8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 39 telah
menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan, wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Isi UU Nomor 2
Tahun 1989 Pasal 39:

1. Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan
pendidikan nasional.

2. Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikah wajib memuat:

a. pendidikan Pancasila;

b. pendidikan agama; dan

c. pendidikan kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai