Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STUDI HADIS EKONOMI

TENTANG MANAJEMEN

Dosen Pengampu: Drs. Tamimi, M.Ag

Disusun Oleh Kelompok VIII

1. MASKANAH (180502039)
2. MEILANI WINDA SARI (180502053)
3. IKHWANUL MUSLIMIN (180502055)

KELAS IV-B PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2020
BAB I

(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang

Dalam Al-Qur’an istilah manajemen merujuk pada kata yudabbiru yang berarti mengatur,
mengelola, merekayasa, melaksanakan, mengurus dengan baik. Diantara ayat yang memuat
kaayudabbiru terdapat pada suratYunus.

Dalam sebuah perusahaan atau organisasi pasti membutuhkan kiat-kiat bagaimana


perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Tentu, untuk menunjang kelancaran, suatu
perusahaan tidak dapat asal-asalan dalam menjalankan usahanya. Maka sistem manajemen
diperlukan dalam hal ini. Dalam sistem manajemen terdapat seorang manajer yang bertugas
mengatur jalannya perekonomian dalam perusahaan.

Manajemen memiliki kontribusi besar dalam mencapai profit yang tinggi. Namun kita
tahu, dalam berekonomi umat muslim sangat dilarang untuk melakukan hal-hal yang dilarang
seperti riba. Maka perlu adanya sebuah dalil yang kuat bagaimana praktik-praktik ekonomi
itu boleh termasuk manajemen.
Tentunnya sistem manajemen dibentuk karena memiliki fungsi didalamnya. Meskipun
tidak jauh berbeda dengan fungsi manajemen dari manajemen konvensional, tetapi
manajemen Islami atau syariah lebih mengedepankan tujuan yang luhur untuk menciptakan
maslahah bersama. Adapun prinsip-prinsipnya juga diambil nari nilai-nilai keislaman yang
bersumber pada Quran dan Hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen terkait ayat dan hadits ?
2. Apa saja fungsi manajemen terkait dalam hadits ?
3. Apa saja prinsip-prinsip manajemen ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen.
2. Untuk mengetahui fungsi dari manajemen.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsop manajemen.
BAB II
(PEMBAHASAN)

A. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen sebenarnya mengacu kepada proses pelaksanaan aktifiitas yang


diselesaikan secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Menurut J. Echols,
kata manajemen berasal dari manage, yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan
mengelola. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manjemen berarti pengunaan sumber
secara efektif untuk mencapai sasaran. Manajemen menurut Stooner adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengguna sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar dapat mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan.

Beberapa pengertian manajemen di atas pada dasarnya memilki titik tolak yang sama,
sehinggga dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal, yaitu:

1. Manajemen merupakan suatu usaha atau tindakan ke arah pencapain tujuan melalui suatu
proses.
2. Manajemen merupakan suatu sistem kerja sama dengan pembagian peran yang jelas.
3. Manajemen melibatkan secara optimal kontribusi orang-orang, dana, fisik, dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien.1

 Menurut Kajian Ayat Alquran

Dalam sudut pandang Islam manajemen diistilahkan dengan menggunakan kata al-tadbir
(pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat
dalam Al Qur’an seperti firman Allah SWT:

َ‫ض ثُ َّم يَ ْع ُر ُج إِلَ ْي ِه فِي يَوْ ٍم َكانَ ِم ْقدَا ُرهُ أَ ْلفَ َسنَ ٍة ِم َّما تَ ُع ُّدون‬
ِ ْ‫يُ َدبِّ ُر اأْل َ ْم َر ِمنَ ال َّس َما ِء ِإلَى اأْل َر‬

Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As Sajdah: 5).
1
M. Ma’ruf. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Dan Hadits. “Jurnal Didatika Religi”. ( Vol. 3
No. 2 Thn. 2015), hlm. 21.
Dari isi kandungan diatas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (Al
Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam
mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan dijadikan sebagai khalifah di
bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaima Allah
mengatur alam raya ini.
Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali tidak
terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid.orang-orang yang menerapkan manajemen
konvensional tidak merasa adanya pengawasan melekat, kecuali dari atasannya. Setiap
kegiatan dalam manajemen syariah diupayakan menjadi amal saleh yang bernilai abadi.[2]

 Menurut Kajian Hadits

Nabi bersabda: “sesunguhnya Allah mewajibkan perbuatan yang dilakukan dengan baik
dalam segala hal, jika kamu membunuh binatang maka lakukanlah dengan cara yang baik,
jika kamu mau menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, pertajamlah alat
potongnya, kemudian istirahatkanlah binatangnya.” (matan lain: Muslim 3615, Turmudzi
1329, Abu Daud 2432, Ibnu Majah 3161, Ahmad 16490), Darimi 1888).

Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu dengan baik, secara maksimal Dan optimal. Jika
dikaitkan dengan manajemen secara umum, maka hadits tersebut menganjurkan pada umat
Islam agar mengerjakan sesuatu dengan baik, dari baik menjadi lebih baik. Manajemen
adalah melakukan sesuatu agar lebih baik. Perbuatan yang baik dilandasi dengan niat atau
rencana yang baik, tata cara pelaksanaan sesuai syariat dan dilakukan dengan penuh
kesungguhan dan tidak asal-asalan sehingga tidak bermanfaat.

Rasulullah SAW. Bersabda: “Diantara baiknya, indahnya keislaman seseorang adalah


meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat.” (Mtan lain: Ibnu Majah 3966).

Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah
direncanakan. Jika perbuatan itu tidak direncanakan, maka tidak termasuk dalam kategori
yang baik. Adapun langkah-langkah menerapkan manajemen syari’ah yang berkualitas
adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, dilakukan secara terus-menerus, dan tidak asal-
asalan, dilakukan secara bersama-sama, dan mau belajar dari kegagalan diri dan keberhasilan
orang lain.2

B. Fungsi Manajemen

Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu
akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manjemen itu sendiri
merupakan suatu perangkat dengan melakukan suatu proses tertentu dalam fungsi yang
terkait. Fungsi dari manajemen, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik
dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai
mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut F. E. Kast dan Jim Rosenzweig, perencanaan adalah suatu kegiatan yang
terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas keseluruhan usaha-usaha,
sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan organisasi yang bersangkutan. Fungsi perencanaan
antara lain untuk menetapkan arah dan setrategi serta titik awal kegiatan agar dapat
membimbing serta memperoleh ukuran yang dipergunakan dalam pengawasan untuk
mencegah pemborosan waktu dan faktor produksi lainnya.

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan,
tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ke
tiga kegiatan itu adalah:

a. Perumusan tujuan yang ingin dicapai,


b. Pemiihan program untuk mencapai tujuan itu,
c. Identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selaluterbatas.

Mengenai pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang dalam al-
Qur’an dan Hadis. Di antara ayat al- Qur’an yang terkait dengan fungsi perencanaan adalah:
Surat al-Hasyr ayat 18:

2
Ilfi Nur Diana, Hadits-Hadts Ekonomi, (Malang: UIN Maliki,2012), hlm. 155.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetakan tujuan atau memformulasikan


tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan haruslah bisa membedakan poin
pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
b. Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuan-tujuan yang
akan di capai.
c. Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang akan
mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.

Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai sekarang adalah peristiwa
khalwat dari Rasulullah di gua Hira. Tujuan Rasulullah SAW., ber-khalwat dan ber-tafakkur
dalam gua Hira tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat
Makah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat
hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan
mencapai ma’rifat serta mengetahui rahasia alam semesta.

Pada usia 40 tahun, dalam keadaan khalwat Rasulullah SAW., menerima wahyu pertama.
Jibril memeluk tubuh Rasulullah SAW., ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril tersebut
merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di lubuk hati beliau.
Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah tersentak walau kemudian membalasnya. Sebuah
tindakan refleks yang melambangkan sikap berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah tidak pernah
dihinggapi rasa takut, apalagi bimbang dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.

Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini dibuktikandenganwahyu pertama di


atas yang disampaikan Rasulullah bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau
menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang laki-laki dan perempuan. Rasulullah diutus dengan
tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan pada masa
Rasulullah.

2. Pengorganisasian (organizing)

Kegiatan administartif manajen tidak berakhir setelah perencanaan tersusun. Kegiatan


selanjutnya adalah melaksanakan perencanaan itu secara opersional. Salah satu kegitan
administratif manajemen dalam pelaksanaan suatu rencana disebut orgnisaasi atau
pengorganisasian.

Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam sistem kerjasama ini diadakan pembagian untuk menetapkan bidang-bidang atau fungsi-
fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan. Sistem ini harus
senantiasa mempunyai karakteristik antara lain:

a. Ada komunikasi antara orang yang bekerja sama,


b. Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama,
c. Kerja sama itu ditunjukan untuk mencapai tujuan.

Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara
terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi
akan dengan mudah bisa diluluhlantakkan oleh kebatilan yang tersusun rapi.

Ali Bin Talib berkata: “Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan
yang terorganisasi”. Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam
segala tindakan sehingga tercapai tujuan, sebenarnya telah dicontohkan di dalam al- Qur’an.
Firman Allah dalam surat Ali imran ayat 103 menyatakan:
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.

Dalam kaitannya dengan pengorganisasian, Rasulullah SAW., telah mencontohkan ketika


memimpin perang Uhud. Ketika pasukan Islam pimpinan Nabi Muhammad SAW., berhadapan
dengan angkatan perang kafir Quraish di dekat gunung Uhud. Nabi mengatur strategi peperangan
dengan sempurna dalam hal penempatan pasukan. Beberapa orang pemanah ditempatkan pada
suatu bukit kecil untuk menghalang majunya musuh. Pada saat perang berkecamuk, awalnya
musuh menderita kekalahan. Mengetahui musuh kocar-kacir, para pemanah muslim
meninggalkan pos-pos mereka di bukit untuk mengumpulkan barang rampasan. Pada sisi lain,
musuh mengambil kesempatan ini dan menyerang angkatan perang muslim dari arah bukit ini.
Banyak dari kaum Muslim yang mati syahid dan bahkan Nabi SAW., mengalami luka yang
sangat parah. Orang kafir merusak mayat-mayat kaum Muslim dan menuju Makah dengan
merasa suatu kesuksesan.

Dari cerita sejarah Nabi Muhammad yang tertulis di atas, dapat diketahui suatu tindakan
pengorganisasian. Nabi Muhammad memerintahkan kepada pasukan pemanah untuk tetap
berada di atas bukit dalam keadaan apapun. Ternyata pasukan pemanah lalai dari perintah atasan,
kemudian mereka meninggalkan tempat tugasnya dari atas bukit untuk mengambil harta
rampasan ketika musuh lari kocar-kacir. Tanpa disadari musuh menyerang balasan dari sebelah
bukit yang berakibat pada kekalahan pasukan muslim. Kalau pasukan pemanah memperhatikan
dan melaksanakan perintah pimpinan (Nabi Muhammad SAW) tentu ceritanya akan lain.

3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi manajemen karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari
tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai dengan rencana
yang ditetapkan semula, dengan cara yang baik dan benar. Adapun istilah yang dapat
dikelompokkan kedalam fungsi pelaksanaan ini adalah directing commanding, leading dan
coornairing.

Pelaksanaan kerja sudah barang tentu yang paling penting dalam fungsi manajemen karena
merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai
dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang
telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.

Karena tindakan pelaksanaan sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga memberikan
motivating untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pada pekerjaan
yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang ingin dicapai, disertai memberikan motivasi-
motivasi baru, bimbingan atau pengarahan, sehingga mereka bisa menyadari dan timbul
kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.

Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti memelihara, menjaga dan menunjukkan


organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatan
tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat
berbentuk sebagi berikut:

a. Memberikan dan menjelaskan perintah,


b. Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan,
c. Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan
keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan orgnisasi,
d. Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk
memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativits masing-masing,
e. Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.

Al-Qur’an dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar terhadap proses
pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk actuating ini. Allah
berfiman dalam surat al-Kahfi ayat 2 sebagai berikut:
Artinya: Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih
dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan
amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.

Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi agung, Nabi
Muhammad ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau menjadikan dirinya sebagai
model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah adalah al-Qur’an yang hidup (the living Qur’an).
Artinya, pada diri Rasulullah tercermin semua ajaran al-Qur’an dalam bentuk nyata. Beliau
adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan- Nya. Oleh
karena itu, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru
perilaku Rasulullah SAW.

4. Pengawasan

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian. Pengendalian adalah salah
satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan
tujuan yang telah digariskan semula.

Pengawasan adalah salah satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan
kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Dalam al-Qur’an pengawasan bersifat transendental, jadi dengan begitu akan muncul inner
dicipline (tertib diri dari dalam). Itulah sebabnya di zaman generasi Islam pertama, motivasi
kerja mereka hanyalah Allah kendatipun dalam hal-hal keduniawian yang saat ini dinilai
cenderung sekuler sekalipun.

Mengenai fungsi pengawasan, Allah SWT., berfirman di dalam al-Qur’an sebagai berikut:
Artinya: Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah
mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi
mengawasi mereka.

Artinya: Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi
mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami
merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira-ria karena rahmat itu. Dan
jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka
ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).

Contoh pengawasan dari fungsi manajemen dapat dijumpai dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari sebagai berikut:

Al-Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Suatu malam aku menginap
di rumah bibiku, Maimunah. Setelah beberap saat malam lewat, Nabi bangun untuk menunaikan
shalat. Beliau melakukan wudhu` ringan sekali (dengan air yang sedikit) dan kemudian shalat.
Maka, aku bangun dan berwudhu` seperti wudhu` Beliau. Aku menghampiri Beliau dan berdiri
di sebelah kirinya. Beliau memutarku ke arah sebelah kanannya dan meneruskan shalatnya
sesuai yang dikehendaki Allah…”.

Dari peristiwa di atas dapat ditemukan upaya pengawasan Nabi Muhammad terhadap Ibnu
‘Abbas yang melakukan kesalahan karena berdiri di sisi kiri beliau saat menjadi makmum dalam
shalat bersama Beliau. Karena seorang makmum harus berada di sebelah kanan imam, jika ia
sendirian bersama imam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan kekeliruan Ibnu
‘Abbas dengan dalih umurnya yang masih dini, namun beliau tetap mengoreksinya dengan
mengalihkan posisinya ke kanan beliau. Dalam melakukan pengawasan, beliau langsung
memberi arahan dan bimbingan yang benar.3

C. Prinsip-Prinsip Manajemen

A. Prinsip-prinsip Manajemen dan Implikasinya dengan Kajian Ayat Alquran dan Hadits

Dalam Al-Qur’an sering kali kita menemukan beberapa perintah Allah yang merupakan
falsafah hidup yang harus kita jalani. Falsafah tersebut merupakan prinsip yang harus kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Yang pada dasarnya prinsip-prinsip ini tidak jauh beda
dengan prinsip-prinsip dalam manajemen pada umumnya. Berikut beberapa prinsip
manajemen yang ada dalam Al-Qur’an.

1. Efektif

Efektif merupakan “ada efeknya baik dari segi akibat dan pengaruh yang ditimbulkan
oleh suatu hal yang diperbuat.” Maka seorang pemimpin dituntut agar mendatangkan
pengaruh yang baik untuk organisasi demi memperoleh efek yang diharapkan oleh
seorang leader dan setiap bagian yang berkecimpung didalam organisasi, maka di dalam
Q.S. Al-Insyirah (94:7) menjelaskan:

artinya: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh.”

Ajaran Islam menurut umatnya untuk melakukan suatu hal itu haruslah efektif dan
sungguh-sungguh dalam arti kata tidaklah setengah-setengah. Apabila seseorang telah
menyelesaikan pekerjaannya, maka ia baru memfokuskan kensentrasinya kepada yang
lain.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah “tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu dengan
tidak membuang-buang waktu”. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan utama sebuah
organisasi seorang leader di tuntut untuk memanfaatkan waktu seefisiensi mungkin.

3
M. Ma’ruf. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Dan Hadits. “Jurnal Didatika Religi”. ( Vol. 3
No. 2 Thn. 2015), hlm. 25-32.
Didalam Q.S.Al-‘Asr (103: 1-3) Allah SWT bersumpah demi waktu dikarenakan
banyaknya hamba tidak lihai dalam memanfaatkan waktu sehingga apa ang mereka
usahakan tidaklah mencapai hasil yang maksimal.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali


orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salehdan nasehat-menasehati supaya
menetapi kesabaran.”

3. Tidak Boros

Firman Allah SWT dalam surah Al- A’raf (7:31)

“Hai anak Adam, pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.”

Ayat diatas menganjurkan bagi setiap muslim haruslah mempergunakan apapun yang
perlu dipergunakan, akan tetapi Allah sangat membenci orang-orang yang melampaui
batas. Israf adalah sesuatu yang dilarang, sesuatu yang tidak disukai Allah SWT. Jangan
mengeluarkan sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

4. Musyawarah

Musyawarah adalah hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang leader yang
hendakmenuntaskan suatu perkara agar keputusan yang diambil bukan erupakan
keputusan-keputusan yang egois dari seorang manager artinya keputusan yang dihasilkan
secara musyawarah. Pada umumnya metode musyawarah melahirkan keputusan yang
matang karena melalui proses yang penuh pertimbangan. Allah memerintahkan agar
semua urusan itu diputuskan dengan musyawarah.

Sebagai firmman-Nya dalam Surah Asy-Syura (42:38)


“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”

5. Kebersamaan

Berlatar belakang sebagai makhluk sosial, maka manusia dimuka bumi ini
membutuhkan pasangan sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, akan tetapi
manusia membutuhkan kebersamaan. Demikian halnya juga dengan manajemen dalam
persepektif islam yang menurut kebersamaan walaupun dipisahkan oleh jurang perbedaan
dan berbagai profesi dan tingkatan dalam manajemen. Allah SWT berfirman dalam Q.S.
Al-Hujarat (49:13).

”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”.

6. Akhlak Sebagai Kunci Ibadah

Berbicara tentang akhlak, pastinya sedikit menyinggung masalah bagaimana sikap/


tatacara seorang pemimpin menghadapi bawahannya. Hal ini jelas disebutkan dalam
Surah Al-Baqarah (2:44).
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca kitab (Taurat) ?, maka tidaklah
kamu berpikir?.”

Hampir semua atasan adalah yang lebih mengetahui dibandingkan bawahan meskipun
tidak secara kaffah, akan tetapi hendaknya seorang atasan ada baiknya mengemukakan
terdahulu apa yang ia inginkan dan menjelaskan tujuannya sekaligus memberikan contoh
kepada bawahannya.

Artinya jika seorang atasan menyuruh bawahannya, maka dia harus memulai dari
dirinya sendiri, tidak mungkin kita menyuruh bawahan kita bersikap baik, sedangkan kita
tidak.

7. Kebersamaan adalah hal yang Konstruktif

Pada dasarnya, manajemen bukanlah kegiatan yang individual. Manajemen itu


bersifat membangun (konstruktif). Kegiatan membangun pada umumnya dilakukan
secara bersama-sama. Tidak berbeda dalam islam, Allah sangat mencintai hamba-
hambanya yang kompak. Dan karena kekompakan tersebut, Allah mengibaratkan orang-
orang tersebut laksana satu bangunan yang berdiri kokoh. Sebagai firman Allah dalah
Surah Ash-Shaff (61:4)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan


yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Kokoh disini berarti adanya sinergi antara bagian yang satu dengan yang lainnya.

8. Possitive Thinking

Salah satu sudut pandang manajemen dalam islam adalah berfikir positif (possitive
thingking). Artinya kita dianjurkan agar tetap menjalin tali silaturahim terhadap sesama
komponen yang ada dalam satu organisasi atau dalam organisasi yang berbeda.
Allah sangat melarang hamba-hambanya untuk berperasangka buruk. Berperasangka
buruk merupakan suatu dosa yang wajib dihindari oleh setiap bagian dari suatu organisasi
tertentu. Karena dapat menimbulkan suatu perpecahan antar sesama.

Adapun merumpamaan tentang orang yang berperasangka buruk adalah setiap yang
difirmankan oleh Allah SWT dalam Surah Al-Hujurat (49:12)

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),


karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu
yang suka memakan dagimg saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.”

9. Etos kerja yang tinggi

Dalam pandangan islam mempunyai etos kerja yang tinggi dalam sebuah manajemen
merupakan suatu keharusan. Hal ini disebabkan karena setiap pekerjaan yang tersusun
jelas akan membawakan kepada kesuksesan, keberhasilan, dan pencapaian tujuan yang di
idam-idamkan.

Adapun janji Allah SWT bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh, maka mereka
akan mendapatkan apa yang di harapkannya. Sebagaimana firman Allah Surah Al-
Ankabut (29:69).

“Dari orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan
kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik. Bekerja dengan sungguh-sungguh.”
10. Disiplin

Sebagaimana halnya sholat yang maktubah yang telah ditetapkan waktunya seperti
yang telah kita ketahui bersama ayat tersebut tergambarkan dalam Surah An-Nisa
(4:103), maka begitu pula halnya sistem manajemen yang harus diterapkan oleh kita
semua agar tujuan yang kita harapkan pada tujuan utama mendirikan sebuah organisasi.

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu


berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa
Aman, maka dirikanlah Shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
Fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”4

4
Diakses dari https://www.google.com/amp/s/farislengkap.wordpress.com/2016/05/22/manajemen-menurut-
persfektif-a-quran/amp/ pada tanggal 21 April, pukul 10:08 WITA.
BAB III

(PENUTUP)

A. SIMPULAN

Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu Manajemen sangat
erat kaitannya dengan kitab suci Al-Qur’an dan Hadits. Semua dasar-dasar ilmu
manajemen sudah diterapkan oleh Rasulullah dakam kepemimpinannya. Maka kita
sebagai umat islam harus mengikuti jejaknya dalam memimpin, baik memimpin
individual diri sendiri, maupun memimpin kelompok dalam organisasi.

Prinsip-prinsip sebagai kode etik yang harus dijalankan dalam organisasi juga
dijelaskan dalam Al-Quran sebagaimana pemaparan dalam pembahasan di atas.
Sehingga tidak ada keraguan lagi dalam menjalankan manajemen yang berlandaskan
Al-Qur’an dan Sunnah.

Maka dari itu kita sebagai umat Islam dalam bidang keilmuan harus
memperkenalkan kembali kepada yang lainnya tentang prinsip manajemen islam
yang telah diterapkan Rasulullah sejak dahulu, agar terciptanya kedamaian dan
kesejahteraan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

M. Ma’ruf. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Dalam Al-Qur’an Dan Hadits. “Jurnal
Didatika Religi”. ( Vol. 3 No. 2 Thn. 2015)

Ilfi Nur Diana, Hadits-Hadts Ekonomi, (Malang: UIN Maliki,2012)

https://www.google.com/amp/s/farislengkap.wordpress.com/2016/05/22/manajemen-
menurut-persfektif-a-quran/amp/

Anda mungkin juga menyukai