Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

SEJARAH FILSAFAT
ZAMAN YUNANI KUNO (600 SM-200 SM) DAN
PERTENGAHAN (200 SM-1500 M)
“Diajukan sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu yang diberikan
oleh Dr. Ihsana Sabriani Borualogo, M.Si., Psikolog”

Disusun Oleh :
Astri Firdasannah (20050119011)
Wulan Sufiani Fauziah (20050119014)

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


1.1 Sejarah Filsafat (A. Wiramihardja, 2009) ................................................ 3
1.2. Zaman Yunani Kuno (600 SM – 200 M) ..................................................... 9
1.2.1. Masa Awal Filsafat Yunani Kuno ..................................................... 9
1.2.2. Zaman keemasan Yunani Kuno ...................................................... 10
1.2.3. Masa Helenitas dan Romawi ........................................................... 12
1.3. Zaman Pertengahan (200M-1500M) ...................................................... 15
1.3.1. Zaman Patristik ................................................................................... 16
1.3.2. Zaman Awal Skolastik ........................................................................ 18
1.3.3. Zaman Keemasan Skolastik ................................................................ 20
1.3.4. Masa Akhir Abad Pertengahan ........................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

[Date] 2
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

SEJARAH FILSAFAT
ZAMAN YUNANI KUNO (600 SM-200 SM) DAN
PERTENGAHAN (200 SM-1500 M)

1.1 Sejarah Filsafat (A. Wiramihardja, 2009)

Sejarah filsafat merupakan salah satu metode yang terkenal banyak


digunakan orang dalam mempelajari filsafat; bahkan merupakan metode yang
sangat penting dalam belajar berfilsafat, tetapi sejarah filsafat pun merupakan
subject matter tersendiri. Dengan perkataan lain, sejarah filsafat bukan sekedar alat
untuk membahas sesuatu apa pun dalam wacana filsafat. Meskipun dapat dianggap
sebagai bahan pengetahuan tersendiri, sejarah filsafat yang disajikan pada dasarnya
merupakan “alat” unutk mengenal filsafat pada umumnya.

Mengapa sejarah dapat dianggap sebagai suatu metode dalam mempelajari


filsafat dan belajar berfilsafat? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat sejarah tidak
sekedar sabagai catatan kejadian, tetapi sebagai urutan kejadian yang saling
berhubungan, bahkan mungkin memliki hubungan sebab-akibat yang kompleks.
Dengan dimikain, suatu kejadian tidak begitu saja terjadi dan diartikan sebagai
fenomena yang berdiri sendiri. Suatu kejadian menampilkan bentuk, faktor-faktor
penyebab, dan dampaknya. Hal yang penting bukan mengingat kejadian atau urutan
waktu kejadiannya, melainkan makna dibalik kejadian atau urutan kejadian
tersebut. Dalam hal ini, kejadian dimaknai dalam wujud pemikiran. Demikian pula
halnya pada saat kita melihat persepsi kejadian-kejadian dalam sejarh filsafat. Jadi,
suatu pemikiran dapat dianggap sebagai akibat dari berbagai latar belakang atau
sebagai kondisi untuk mencapau suatu tujuan. Bahkan hanya sebagai “wajah” dari
kondisi dan situasi yang ada pada saat ini dan di tempat ini (here and now situation).

A Wiramihardja (2009) menganggap akan lebih tepat mengartikan


perkembangan dalam pemikiran ini dalam dua sejarah berbeda. Pertama, sejarah
perkembangan berpikir, dan kedua, sejarah filsafat atau sejarah perkembangan
filsafat. Perlu diingat bahwa filsafat adalah pemikiran yang terjadi mulai saat
Socrates mengganti istilah sofist menajdi filosofist, kira-kira 5 abad SM.

[Date] 3
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Sebelumnya sudha ada pemikiran lain, yaitu mitologi-kemudian teknologi dan


sains. Namun, kita melihat di antara dua yang terakhir itu, keterkaitan, bahkan
hubungan sebab-akibat. Hal terpentig, perlu disadari bahwa filsafat adalah
pemikiran manusia mengenai segala sesuau asumsi tertentu, yang
mengembangakan diri melalui pemikiran dan pembuktian objektif.

Mempelajari filsafat melalui sejarah fisaat, berarti bahwa dengan dasar


kategori waktu, kita mempermasalahkan segala hal mengenai pemikiran filsafat
secara kronologis; hal-hal yang muncul, penyebabnya, dan dasar pemikiran yang
menjadi penyebab munculnya pemikiran lain, tanpa melibatkan kegiatan
pembuktian. Dengan perkataan lain, secara lebih rinci dibahas permasalahannya,
cara pembahasannya tempat kejadian dan lingkungan sosial budayanya, serta kaitan
bahasan pada suatu waktu dengan waktu lainnya. Dengan demikian, kita akan
memahami masalah kehidupan yang jauh lebih luas daipada sekedar filsafat atau
pemikirannya.

Sebagai contoh, berikut ini diajukan bagan mengenai sejarah filsafat sejak
abad Yunani Kuno sampai dengan kontemporer dengan menyebut nama tokoh dan
aliran, ikhtisar pemikirannya, atau mahzabnya.

1 3 5 7 9 11 13a

2 4 6 8 10 12

13b

Keterangan:
1. Herakleitos 8. Kant
2. Parmenides 9. Feuerbach
3. Socrates 10. Hegel
4. Plato 11. Marx
5. Aristoteles 12. Comte
6. Descrates 13a. Fenomenologi
7. John Locke 13b. Eksistensialisme

[Date] 4
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Sepanjang sejarah filsafat, filsafat Barat mula-mula dikembangkan oleh


Thales (600 SM), bentuk penyampaiannya tidak seccara langsung melalui tulisan.
Filsafat Timur dikenal melalui Wedda di India, pada tahun yang diperkirakan sama
dengan filsafat Barat di yunani. Demikian pula di Asia Tenggara, filsafat Timur
dibangun oleh Sidharta Gautama. Ia kelahian India, tetapi hidup dan
mengembangkan pemikirannya di Asia Tenggara. Sementara di Asia Timur, Cina,
filsafat dibangun oleh Kong Hu Tsu atau Confucius (552-479 SM); atau Korea
dan Jepang (Tao).
Patut dicatat, kita mengenal filsafat Yunani dan kemudian filsafat Barat, pada
umumnya oleh banyak orang dianggap sebagai sejarah filsafat dunia. Sejarah
filsafat di India, Asia Tenggara, dan Timur (Tiongkok, Jepang, Korea) tidak begitu
terkenal. Hal ini meskipun abad ke-20 dapat dianggap sebagai kebangkitan dunia
Timur dan diprakirakan akan memunculkan wacana filsafat yang lebih besar selali
Yunani.
Sejarah perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan
yang telah dibangun sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak
pemikirannya boleh dikatakan mewarnai diskusidiskusi filsafat sepanjang sejarah
perkembangannya, yaitu Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides (540-475 SM).
Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad
pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh
terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme.
Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran,
zaman Neo-Konfusionisme, dan zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina
adalah masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India
adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat
Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat
Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu
ke pemikiran filsafat di Barat.
Ada yang berpendapat, lebih tampilnya sejarah filsafat Yunani dan Barat
disebabkan kemunculan disertai budaya tulisan. Sementara filsafat Timur Tengah,

[Date] 5
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Asia Selatan sampai Asia Timur, lebih hidup dalam budaya lisan. Dengan demikian,
dapat dipahami jika perkembangannya relatif lambat.
Sampai saat ini, kita belum dapat mengetahui kapan sebenarnya filsafat mulai
muncul. Namun para pemikir Kreasionisme percaya, ketika manusia pertama,
Nabi Adam dan Siti Hawa, turun di bumi pada 60.000 tahun yang lalu abad 600
SM, Tuhan YME membekali mereka “senjata” berupa akal (termasuk qolbu), untuk
menjalani hukuman harus keluar dari surga turun ke bumi dengan tugas memelihara
kehidupan dunia. Alat yang dibekalkan kepada Nabi Adam dan Siti Hawa adalah
akal. Dengan akalnya, manusia berpikir dan menempuh kehidupannya; menjalanan
amanat Tuhan, memelihara kehidupan di muka bumi. Dengan demikian
Kreasionisme, yakni mereka yang percaya pada wacana agama. Oleh karena itu,
bersamaaan dengan adanya manusia, pemikiran filsafat pun ada. Artinya, kegiatan
berpikir merupakan ciri manusia sejak 600 abad SM, bukan 6 abad SM.
Sebelum filsafat lahir, orang-orang pandai disebut kaum sofis. Tetapi
kegiatan mereka lebih banyak disekitar retorika yang lebih banyak digunkaan
dalam kegiatan pengadilan. Ada kesombongan diantara mereka yang dinyatakan
dalam bentuk pembelaan, bahwa yang penting bukan masalah kebenarn, melainkan
bagaimana mengalahkan musuhnya. Oleh karena itu, mereka disindir sebagai kaum
sophistry. Melalui kerendahan hati ocrates kemudian mengganti istilah sofi menjadi
filosofi. Slah satu cara berpikir yang ditampilkan pada masa pra filsafat ini adalah
melalui mitologi.
Kelompok pemikir lain di luar Kreasinisme adalah kelompok ilmuwan yang
disebut Evolusionis. Mereka mempercayai teori Evolusi dari Charles Darwin.
Teori ini menyatakan bahwa pada kira-kira tahun 60.000 SM, terbentuk makhluk
hidup yang disebut manusia sebagai hasil evolusi yang panjang. Manusia
merupakan wujud makhluk yang paling sempurna. Namun, jika kompleksitas yang
ada padanya bertambah akan menimbulkan “kehancuran”. Landasan filsafati
makhluk hidup itu, antara lain didapat dari Aristoteles; bahwa terdapat tiga lapisan
kehidupan sejalan dengan jenis makhluk yang berkembang, yaitu:
a) Lapisan kehidupan vegetatif, yaitu lapisan yang mendasarkan kehidupannya
pada motabolisme, seperti pada tumbuhan-tumbuhan

[Date] 6
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

b) Lapisan kehidupan nafsu atau dorongan, yaitu lapisan yang mendasarkan


kehidupannya selain pada metabolisme, juga kebutuhan, dorongan, atau
nafsu-nafsu, seperti pada binatang; dan
c) Lapisan kehidupan human, yaitu makhluk hidup yang mendasarkan
kehidupannya selain pada metabolisme dan nafsu, juga intellechie. Dalam
intellechi ini termasuk pemikiran kognitif dan pertimbangan-pertimbangan,
antara lain moralitas

Pada kira-kira tahun 600 SM, ditemukan daerah-daerah sumber filsafat yang
hingga saat ini telah diketahui manusia. Itulah sebabnya masa-masa tersebut dikenal
sebagai masa awal ditemukan filsafat. Sementara pikiran-pikiran sebelumnya
sering disebut sebagai masa prafilsafat atau pranalar, dan secara lebih khusus
disebut pra-Socrates. Prakiraan pra ahli mengenai hal tersebut, bahwa pada tahun
600 SM itu telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan pemikiran dan
budaya manusia. Perubahan tersebut lebih diyakini menyangkut adanya penulisan,
budaya tulis-menulis dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Setelah tahun 600-an
SM, mulai muncul tradisi penullisan buah pikiran tertentu. Tradisi tersebut,
menurut sebagian kalangan, harus ditempatkan diantara dua tanda kutip, karena
baru berupa tanda-tanda saja.

Merujuk kembali kepada permasalahan filsafat Yunani Kuno, termasuk


adanya akal yang menyertai manusia, kita bisa belajar bahwa filsafat terdorong
tampil oleh berkembanngnnya mitologi dan sastra/drama di kalangan rakyat-
sebagai wacana alam yang bercerita tentang berbagai sisi kehidupan manusia dan
alam. Mitologi dan drama-drama itu terpelihara, teruatma dari mulut ke mulut,
kemudian ditulis dengan berbagai bantuk “tulisan”. Juga terpelihara karena
mengandung nilai-nilai moral yang perlu diikuti, bahkan dikembangkan untuk
kelangsungan kehidupan manusia. Tema-tema dalam mitologi dan sastra tersebut,
misalnya tema kepahlawanan, penting untuk membangun peradaban tinggi.
Sebagai contoh, Zeus adalah lambang heroisme. Ia tetap berusaha berenang ke tepi
danau, meskipun tahu, ia akan ditangkap dan dilempar kembali ke tengah danau
oleh musuh-musuhnya. Ia tidak mengenal putus asa, hingga tiba saat kematiannya.

[Date] 7
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Kini muncul pertanyaan, mengapa terjadi periodisasi dalam perkambangan


filsafat. Hal ini karena adanya ciri-ciri tertentu dalam wacana itu, baik berupa
penekanan isi/tema maupun cara perbincangannya, sebagai sesuatu yang penting
bagi kehidupan, peradaban, dan kebudayaan. Misalnya, pada abad XIX terdapat
pemikiran bahwa manusia dengan daya pikiranya dianggap memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kalaupun ada permasalahan yang tidak
terselesaikan maka penyelesaiannya hanyalah soal waktu.

Berbeda dengan pemikiran adab XX, pada waktu itu terdapat pemikiran
umum, bahwa manusia mempunyai akal untuk dapat memecahkan masalah-
masalahnya, tetapi terbatas pada masalah tertentu. Pada abad XXI sekarang ini,
terdapat kecenderunagn pemikiran transpersonal sesuai dengan pikiran Maslow-
yang landasan-landasannya diletakan oleh Jung-dan kesadaran akan keterbatasan
manusia dalam berilmu. Selanjutnya, secara lebih jelas dimulai melirik pada
kesadaran spiritual; pada peranan agama, kerohanian, atau spirit dalam pengertian
lebih luas sebagai sumber kekuatan yang selama ini tersisihkan oleh ilmu-ilmu yang
sekular.

Dalam buku “Pengantar Filsafat” (Wiramihardja, 2009) ditulis pembagian


sejarah filsafat dalam lima periode, yaitu:

1. Zaman Yunani Kuno (600 SM - 200 M)


2. Zaman Pertengahan (200 M – 1500 M)
3. Zaman Pencerahan (1500 M – 1700 M)
4. Zaman Modern (1700 – 2000 M)
5. Zaman Pasca Modern (2000- ...... M)
Perlu dicatat bahwa angka-angka tahun tersebut ditulis sebagai prakiraan
semata. Karena selain tidak bisa memberi batas yang tepat untuk perkembangan
pemikiran, juga awal pemikirna baru telah terjadi beberapa puluh tahun sebelumnya,
sedangkan beberapa pemikiran yang lama masih berjalan beberapa puluh tahun
sesudahnya. Sementara itu, dampak dari model pemikiran sebelumnya masih belum
hilang, bahkan masih tetap cemerlang.

[Date] 8
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

1.2. Zaman Yunani Kuno (600 SM – 200 M)

Filsafat Yunani Kuno merupakan perkembangan dari mitologi dan sastra,


cerita rakyat dan drama-drama yang hidup subur di masyrakat. Setelah tokoh-tokoh
pemikir dalam lingkaran “istana” membenahinya, jadilah cerita-cerita itu
pendorong pemikiran-pemikiran baru yang lebih teratur. Dorongan tersebut
didasari keinginan untuk memahami masalah, tidak sekedar mengikuti kehendak
alam, tetapi pemikiran yang rasional. Menurut Bertens 1976 (dalam Sutardjo,2008)
terdapat tiga periode masa sejarah filsafat, yaitu Masa Awal, Masa Keemasan, dan
Masa Helenitas dan Romawi.

1.2.1. Masa Awal Filsafat Yunani Kuno


Masa Awal Filsafat Yunani Kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama filsuf
yang berasal dari daerah Miletos yaitu Thales, Anaximandros, dan Anaximenes.
Terdapat beberapa nama dari daerah lain seperti Herakleitos dari Ephesos,
Phytagoras dari Italia Selatan, Parmenides dari Elea, Demokritos dari Abdera.

Pikiran-pikiran Thales ditulis oleh murid-muridnya yaitu Anaximandros


dan Anaximenes. Perhatiannya adalah pada alam dan kejadian alamiah, terutama
dalam hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh karenanya
nama untuk masa awal Yunani Kuno sering disebut Filsafat Alam. Mereka yakin
bahwa terdapat perubahan-perubahan itu terdapat suatu asas yang menentukan,
tetapi di antara mereka ada yang menyebut asas yang berbeda. Thales menyebutnya
air, Anaximandros menyebutnya “asas yang tak terbatas” (to apeiron) dan
Anaximenes, asas udara. Kemudian, Herakleitos berpendapat bahwa asas itu adalah
api. Menurutnya api melambangkan perubahan, karena tidak ada suatu apapun di
dunia yang tetap, definit, dan sempurna, tetapi berubah. Seperti kayu disebabkan
oleh api dapat menjadi abu. Segala sesuatu berada dalam status “menjadi”,
mengalir, panta rhei.

Phytagoras memiliki pemikiran yang berbeda dari filosof sezamannya,


kecuali dengan Anaximandros. Ia tida menganggap perlu asas pertama yang dapat
ditentukan dengan pengenalan indra, karena segala hal dapat diterangkan

[Date] 9
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

berdasarkan atas dasar bilangan. Phytagoras terkenal sebagai pengembang ilmu


pasti dengan mengemukakan “Dalil Phytagoras”.

Parmenides pada masa Filsafat Yunani Kuno mengemukakan apa yang kita
sebut sebagai “metafisika” yaitu bagian dari filsafat yang mempersoalkan “ada”
(being), kemudian berkembang menjadi “yang ada, sejauh ada” (being as being,
being as such). Parmenides juga berpendapat, “yang ada, ada, dan tidak ada, tidak
ada”. Artinya, pluralitas itu tidak ada.

Filosof selanjutnya kembali pada kesaksiaan indra yaitu Demokritos yang


bersama Leucippus membangun daan mengajukan teori yang dikenal dengan istilah
atomisme. Demokritos dan kawan-kawan berpendapat bahwa segala sesuatu yang
ada terdiri atas bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (atom-atom, a
tomos). Meskipun bentuk atom itu kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata, namun
karena selalu bergerak, maka ia membentuk realitas yang tampak pada indra kita.

1.2.2. Zaman keemasan Yunani Kuno


Pada masa ini Filsafat ditandai oleh sejumlah nama besar yang sampai
sekarang tidak dilupakan oleh kalangan pemikir, termasuk pemikir masa kini,
sekalipun berbeda pendapat. Pertama adalah Perikles, tinggal di Athena sebagai
pusat penganut berbagai aliran filsafat yang ada pada masa itu. Terdapat pula
pemikiran sofistik penganutnya disebut kaum sofis, dimana mereka tidak lagi
menaruh perhatian pada alam dan menjadikan manusia sebagai pusat perhatian
studinya. Salah satu tokohnya adalah Protagoras. Pemahamannya memperlihatkan
sifat-sifat relativisme; bahwa kebenaran bersifat relatif. Tidak ada kebenaran yang
tetap dan definit. Benar, baik dan bagus, selalu dalam hubungan dengan manusia,
tidak mandiri sebagai kebenaran yang mutlak.

Socrates (470 SM-399 M) menentang sofistik dengan mengatakan, bahwa


benar dan baik adalah nilai objektif yang harus dijungjung tinggi semua orang.
Socrates merupakan seorang filosof yang jujur dan berani. Sebagai pemikir, ia
mengembangkan pemikiran filosofis seperti seorang bidan yang tidak melahirkan
anaknya sendiri, tetapi anak orang lain. Metode belajarnya terkenal dengan
bertanya sampai dapat menemukan sendiri apa yang baik dan benar di dalam
dirinya sendiri. Pada masa modern dikenal degan nama “Metode Socrates” yaitu

[Date] 10
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

jenis metode pendidikan dimana pada metode tersebut, seorang pendidik tidak
menguliahi siswanya dengan sejumlah informasi, tetapi bertanya secara tajam dan
kritis sampai siswa tersebut menemukan jawaban dan pengetahuan yang
dibutuhkannya. Jasa terbesar Socrates adalah mepertahankan tradisi Filsafat
Yunani yang pada saat itu sedang digoyah kaum Sofis.

Plato (427 SM-347 SM), merupakan salah seorang murid Socrates yang
terkenal. Plato lahir dari kalangan bangsawan Athena. Ajaran-ajarannya dituang
dalam bentuk dialog, sampai saat ini sudah ditemukan 24 dialog karya Plato. Pada
tahun 387 SM, Plato mendirikan sekolah filsafat yang disebut Akademia. Plato
menentang realisme, karena menurutnya apa yang dinyatakan benar menurut
realisme yaitu kebenaran yang dapat diindera,sebenarnya adalah bayangan. Plato
kemudian membagi realitas menjadi dalam dua dunia. Pertama, dunia gagasan yang
hanya terbuka bagi rasio, tidak dapat berubah dan telah sempurna. Kedua, dunia
jasmani yang hanya terbuka bagi indra kita yang senantiasa berubahm secara tidak
sempurna hanya mengutip dunia gagasan, seperti gambar di papan tulis yang
sewaktu-waktu dapat dihapus.

Pendapat Plato tersebut juga diterapkan pada manusia. Manusia termasuk


ke dalam dua dunia tadi karena mengenal kedua-duanya yaitu tubuh dan jiwa. Plato
menyatakan sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah ada dan
memandang gagasan. Sekarang, jiwa merasa terkurung dalam tubuh. Dalam diri
manusia masih ada ingatan akan gagasan yang pernah dipandang dan dapat
dihidupakan sejak manusia melepaskan diri dari dunia jasmani. Terhdap pendapat
Herakleitos yang menyatakan bahwa hakikat kehidupan adalah perubahan, Plato
membenarkannya sepanjang hanya menyagkut dunia jasmani. Sedangkan terhadap
Parmenides yang menyatakan bahwa yang ada itu hanya yang sama sekali
sempurna dan tidak dapat berubah, Plato membenarkannya sepanjang hal itu hanya
menyangkut dunia gagasan (ideal).

Aristoteles (384 SM-322 SM) merupakan murid Plato yang terkenal, dari
Yunani Utara, lulusan Akademia Plato. Gagasannya banyak dinilai sebagai ilmu
pengetahuan. Sebagian orang menjadikan Aristoteles sebagai Bapak Filsafat Ilmuu.
Aristoteles pernah menjadi guru Alexander Agung selama dua tahun, sebelum

[Date] 11
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Aleander diangkat sebagai raja. Ia mendirikan sekolah yang disebut Lykeion atau
dalam bahas Latin disebut Lyceum. Aristoteles memperlihatkan diri sebagai murid
Plato yang baik dengan memahami secara mendalam ajaran dan pribadi gurunya.
Aristoteles meskipun sangat menghormati Plato tetapi ia memiliki pendirian yang
berbeda. Plato menyukai matematika, sedangkan Aristoteles berminat pada ilmu
alam.

Menurut Aristoteles, ada sesuatu yang konkret benda ini atau benda itu,
bukan benda umumnya atau ciri benda. Jadi, yang ada adalah yang konkret, bukan
sekedar gagasan atau idea. Menurutnya dunia idea terdapat pada materi itu sendiri
dan bermanfaat untuk menjamin adanya pengetahuan alam. Pendapatnya yang
paling penting adalah “teori bentuk-materi”. Dalam teori ini dinyatakan, bahwa
setiap benda jasmani terdiri dari bentuk dan materi. Aristoteles befikir jauh
mengenai bentuk dan materi dengan menyatakan bahwa bentuk dan materi
bukanlah yang terlihat oleh mata, melainkan bentuk dan materi sebagai metafisis.
Materi adalah prinsip yang tidak ditentukan yang sama sekali terbuka. Materi
adalah kemungkinan untuk menerima bentuk sehingga disebut materi pertama (hyle
prote). Disebut pertama karena ditentukan. Bentuk (morphe) adalah prinsip yang
menentukan, karena materi pertama, suatu benda merupakan benda konkret,
misalnya pohon ini. Karena bentuknya, suatu benda konkret mempunyai kodrat
tertentu, termasuk jenis tertentu sehigga dapat dikenali oleh rasio. Ilmu
pengetahuan bagi Aristoteles dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam
setiap benda konkret, pandangan ini dikenal sebagai nama “hilemorfisme”.

1.2.3. Masa Helenitas dan Romawi


Masa ini tidak dapat dilepaskan dari peranan Raja Alexander Agung.
Kebudayaan Yunani menjadi kebudayaan supranasional dan disebut “Kebudayaan
Helenitas”. Dalam bidang kebudayaan termasuk di dalamnya filsafat, selain
akademia Lykeion dibuka sekolah baru. Tekanan pembelajarannya adalah masalah
etika, yaitu bagaimana sebaiknya orang mengatur tingkah lakunya agar dapat hidup
bahagia dalam kehidupan bersama. Aliran pada masa ini seperti stoisisme,
epikurisme, skeptisisme, eklektisme dan neoplatonisme.

[Date] 12
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Stoisisme merupakan mahzab yang didirikan di Athena oleh Zeno dari


Kition, sekitar tahun 300 SM. “Stoa” mengacu pada serambi bertiang empat tempat
Zeno memberikan pelajaran. Menurut stoisisme, jagat raya dari dalam ditentukan
“logos” yang berarti rasio. Dengan demikian, kejadian alam telah ditentukan dan
tidak dapat dielakkan. Jiwa manusia merupakan bagian dari logos sehingga sanggup
mengenal alam raya. Manusia dapat hidup bahagia dan bijaksana jika mengikuti
rasionya sehingga menguasai nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara
sempurna. Mati dan hidup merupak kejadian berdasarkan keharusan mutlak.
Epikurisme dibagun oleh Epikuros (341-270 SM) mendirikan sekolah
sendiri di Athena dan membangun kembali atomisme Demokritos. Menurut aliran
ini, segala hal terdiri dari atom senantiasa bergerak dan secara kebetulan
bertabrakan. Manusia akan bahagia apabila mengakui susunan dunia ini dan tidak
ditakut-takuti para dewa. Manusi seharsnya menggunakan kehendak bebas dengan
mencari sedapat mungkin kesenangan. Apabila manusia terlalu banyak mendapat
kesenangan, ia akan gelisah. Orang bijaksana akan mendapat kebahagian karena
mampu membatasi diri terutama dalam mencari kesenangan rohani.
Skeptisisme di Yunani di pelopori oleh Phyrro (365-275 SM). Aliran ini
tidak jelas identitasnya pada masa Helenitas, dan ajarannya lebih tampak sebagai
sikap umum masyrakat luas yang meyakini bahwa kemampuan manusia tidak akan
sampai pada kebenaran yang mutlak. Isi mahab ini adalah kesangsian.
Elektisme pada dasarnya bukan dimaksudkan sebagai mahzab atau aliran,
sama seperti skeptisisme. Aliran ini lebih merupakan kecenderungan masyarakat
luas untuk memetik berbagai unsur filsafat dari berbagai aliran dalam menghadapi
permasalahan dan tidak sampai pada kesatuan pemikiran. Tokoh aliran ini yang
hidup di Roma adalah Cicero (106-43 SM) yang berusaha mendamaikan agama
Yahudi dengan Filsdafat Yunani, khususnya filsafat Plato.
Neoplatonisme merupakan pucak terkahir Filsafat Yunani. Neoplatonisme
berarti menghidupkan kembali Filsafat Plato, tetapi para pengikutnya dipengaruhi
filsafat lain yang lahir sesudah Plato, misalnya Aristoteles dan Stoa. Aliran ini
ditanggapi sebagai sintesos dari semua aliran pemikiran saat itu. Tokohnya adalah
Plotinos, hasil pemikirannya dihimpun dan diterbitkan oleh muridnya yang
bernama Porphyrios. Sistem filsafat Plotinos adalah kesatuan yang disebut Allah,

[Date] 13
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

atau “Yang Satu” (to Hen). Artinya, semua berasal dan kembali pada “Yang Satu”
itu sehingga menimbulkan gerakan pemikiran dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas.

a. Gerakan dari atas ke bawah, “Yang Satu” merupakan puncak hierarki semua
mahluk. Suatu taraf berasal dari taraf lain yang lebih tinggi melalui jalan
emanasi (Ing, emanation) yang perlu dan merupakan keharusan. Taraf lebih
tinggi tidak bebas dalam mengeluarkan taraf berikutnya, tetapi tidak
berubah, sedangkan kesempurnaannya tidak berkurang. Prosesnya dari
“Yang Satu” dikeluarkan akal budi (nus) sesuai dengan gagasan utama
filsafat Plato. Plotinos mengartikannya sebagai intelek yang memikirkan
dirinya sendiri. Dalam akal budi terdapat dualitas, ialah pemikiran (yang
memikirkan) dan yang dipikirkan. Akal budi melahirkan Jiwa Dunia
(psykhe) dan dari Jiwa Dunia dikeluarkan materi (hyle) yang bersama
dengan psykhe merupakan jagat raya. Sebagai taraf terendah, materi
merupakan yang paling tidak sempurna dan sumber dari kejahatan.
b. Gerakan dari bawah ke atas, setiap taraf dalam hierarki bertujuan kembali
pada taraf yang lebih tinggi dan akhirnya menuju Allah. Karena hanya
manusia yang memiliki tiga taraf itu maka manusialah yang bisa kembali
pada Allah. Proses kembalinya manusia dilakukan melalui tiga langkah,
yaitu penyucian, saat melepaskan diri dari materi dengan cara bertapa;
penyatuan diri dengan Tuhan yang mengatasi pengetahuan; dan ekstasi
(ecstasy).
Neoplatonisme merupakan aliran filsafat yang dianggap sebagai filsafat
abru dalam filsafat Yunani Kuno, menjadi aliran intelektual yang dominan yang
tampak bersaing dengan dunia Kristen (teologi Kristiani). Filsuf yang sukses
mengajarkan neoplatonisme di Athena adalah Proklos (410-485). Pada tahun 529
M, Kaisar Justianus dari Byzantium menutup seluruh sekolah filsafat Kafir di
Athena yang dianggap sebagai akhir masa filsafat Yunani Kuno. Kafir yang
dimaksud adalah, aliran-aliran filsafat yang dilandasi oleh pikiran-pikiran manusia
dan bukan bersumber dari gereja.

[Date] 14
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

1.3. Zaman Pertengahan (200M-1500M)

Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu


pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun
demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi
pada masa ini.

Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan


abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbul-
nya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi
membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.

Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan
peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan
logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal
ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran
dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada
zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles
tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama
Kristen adalah benar.

Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak
sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran
orang kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang
mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia
berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat
mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.

Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu:


Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah
ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini
mengalami dua tahap: 1) Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai

[Date] 15
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan


diri keluar memperkuat gereja dan kedalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat
Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.
Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik,
berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1)
Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak
pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode puncak
perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh
Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan
pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan
pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang
berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama
dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen
yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.

Untuk lebih jelasnya, zaman ini sering dianggap sebagai zaman dimana
filsafat begitu erat, bahkan berada d bawah naungan agama. Zaman ini, dibagi ke
dalam empat periode, yaitu Zaman Patristik, Zaman Awal Skolastik, Zaman
Keemasan Skolastik dan Masa Akhir Abad Pertengahan

1.3.1. Zaman Patristik


Istilah patristik berasal dari kata latin patres yang Bapak dalam lingkungan
kehidupan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen mencari jalan
menuju teologi Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk agama kristen.
Dalam masyarakat luas, terdapat pula pemikiran filosof yang disebut sebagai
kebudayaan kafir. Jadi, ketika itu terdapat dua pendirian yang berlainan, yaitu yang
berdasarkan agama kristen dan berdasarkan Filsafat yunani. Pandangan pemikir
agama pun terbagi tiga dalam menanggapi filsafat ini. Pertama, pandangan bahwa
setelah ada wahyu ilahi yang terwujud dalm Yesus Kristus, seharusnya tidak ada
lagi pemikiran filosofis. Dengan demikian, pemikiran filosofis tidak diakui. Kedua,
pandangan yang berusaha menengahinyadengan menyintesiskan kedua pemikiran
terseut. Ketiga, pandangan yang justru menyatakan bahwa filsafat Yunani

[Date] 16
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

merupakan langkah awala menuju agama (Praeparatio evangelica). Jadi harus


diterima dan dikembangkan.

Beberapa nama perlu ditampilkan dalam uraia ini, yaitu Yustinus Martyr,
Clemens (150-215 M), dan Origenes (185-254). Martyr adalah pemikir yang sejak
semula telah mempelajari berbagai sistem filsafat, dan ketika masuk agama kristen,
ia masih menyebut dirinya filosof. Ia menulis dua buku tentang pembelaan hak
agama Kristen. Clemens dan Origenes berasal dari Alexandria, kota pusat
intelektual pada akhir Zaman Kuno; merancang suatu teologi yang tersusun secara
ilmiah berdasrkan filsafat Yunani, khususnya Platonisme dan Stoisisme.

Zaman keemasan patristik, melliputi Yunani ataupun Latin yang muncul


pada masa yang kurang lebih sama. Di Yunani, Zaman keemasan terbangun setelah
Kaisar Constaninus Agunng mengeluarkan “Edik Milano” yang melindungi
warganya dalam dan untuk menganut agama kriten. Sebelumnya, gereja kristen
mengalami penindasan di bawah penguasa Romawi yang menjajahnya. Tiga bapak
gereja yang penting untuk disebut mewakili kehidupan pemikiran masa ini, adalah
Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilius (330-379), dan adiknya Gregorius
dari Nyssa (335-394). Mereka membangun sistesis dari agama kristen dan
kebudayaan helenitas. Diantara ketiga orang tersebut yang paling menonjol adalah
Gregorius dan Nyssa. Pada dasarnya mereka menggunakan Neoplatonisme, naun
mereka menulak disebut neoplatonisme yang merendahkan materi. Pada abad ke-
8, zaman keemasan pattristik yunani berakhir dengan Johannes Damasenus
sebagai raja yang menulis suatu karya berjudul “Sumber Pengetahuan”. Karyanya
tersebut secara sistematis menggambarkan seluruh sejarah filsafat pada masa
patrsitik yunani, sebanyak tiga jilid.

Sekitar abad ke-8, oang arab (islam) merebut Siria, Mesir, Afrika Utara, dan
bagian selatan Spanyol. Alexandria jatuh dan sekolah-sekolahnya ditutup. Melalui
filosof Kristen, orang Arab berkenalan dengan filsafat Yunani, anatra lain
menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, di kemudian hari
Baghdad dan Cordova pun menjadi pusat filsafat.

Pada abad ke-4, azaman keemasan patristik latin terjadi. Nama besar dari
jajaran bapak Gereja Barat adalah Agustinus (354-430). Yang dinilai menjadi

[Date] 17
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

pemikir terbesar untuk seluruh Zaman Patristik. Adapun kekuatan dan kelemahan
pemikiran Agustinus terletak pada pemikirannya sebagai integrasi dari teologi
Kriste dan pemikiran filsafatinya. Tulisannya merupakan penghayatan rohani
pribadinya. Ia sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatakan bahwa
filsafat itu otonom, lepas dai iman kristiani. Menurutnya, filsafat hanya dapat
dipahami sebagai “filsafat kritsiani” atau “kebijaksanaan kristiani”. Dalam filsafat,
ia tergolong dalam pengikut neoplatonisme, bahkan platonisme juga. Pemikiran
lain yang memepengaruhinya adalah stoisisme.

Terdapat beberapa hal penitng untuk dipahami dari pemikirannya


Agustinus, yaitu:

1. Iluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jika mendapat
penerangan dari rasio ilahi. Allah adalah guru yang tinggal dalam batin kita
dan menerangi roh manusia.
2. Dunia jasmani yang terus-menerus berkembang, tetapi bergantung kepada
Allah menciptakan mareri yang tidak mempunyai bentuk tertentu, tetapi
mengandung benih (rasional seminales) berupa pirnsip bagi perkembangan
jasmani. Prinsip perkembangannya berbeda dengan evolusi Darwin karena
tidak mengandung mutasi jenis. Mennurutnya, di dalam benih segala hal telah
ada, seperti sesudah telor akan lahir ayam. Suatu maslaah tidak akan mencapai
jalan buntu apabila berdasrkan Allah.
3. Manusia jiwanya terkurung tubuh. Menurut Agustinus-sebagaimna
dipengarhi platnisme, tetapi tidak mengakui dualisme ekstrim Plato-tubuh
bukan sumber kejahatan; sumber kejahatan adlah dosa dari kehndak bebas.

1.3.2. Zaman Awal Skolastik


Zaman ini ditandai dengan terjadinya migrasi penduduk, yaitu perpindahan
bangsa Hun dari Asia ke Eropa, sehingga bangsa Jerman berpindah melintasi
perbatasan kekaisaran Romawi yang secara politik mengalami kemerosotan. Akibat
situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran filsafati yang patut dikemukakan pada
masa ini. Namun, ada beberapa tokoh dan situasi penting yang harus diperhatikan
dalam memahami filsafat masa ini.

[Date] 18
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Pertama, ahli pikir Boethius (480-524 M), dalam usianya yang ke-44 tahun,
ia dikenai hukuman mati dengan tuduhan berkomplot. Ia dianggap sebagai filosof
akhir romawi dan filosof pertama Skolastik. Jasanya adalah menerjemahkan logika
Aristoteles ke dalam bahasa latin dan menulis beberapa traktat logika Aristoteles.
Boethius adalah guru logika Abad Pertengahan dan mengarang beberapa
traktat teologi yang dipelajari sepanjang Abad Pertengahan.
Kedua, Kaisar Karel Agung yang memerintah pada awal abad ke-9 dan
berhasil mencapai stabilitas politik yang besar. Hal ini menyebabkan
perkembangan pemikiran kultural berjalan pesat. Lembaga pendidikan yang
digabungkan dengan biara, pendidikan yang ditanggung keuskupan, dan
pendidikan yang dibangun raja atau kerabat kerajaan. Meskipun demikian, seluruh
pemikiran abad pertengahan berada dalam naungan teologi. Seperti dikatakan
Thomas Aquinas pada abad ke-13, ilmu pengetahuan adalah pembantu teologi.
Pemikirannya merupakan keberlanjutan dari pemikiran Augustinus.
Ketiga, terdapat beberapa nama penting lain, seperti Johannes Scotus
Eriugena, Anselmus, dan Abelardus.
Eriugena (810-877) bekerja di sekolah lingkungan istana Karel Agung. Ia
berasa dalam menerjemahkan karya Pseudo-Dionysios ke dalam bahasa Latin
sehingga menjadi referensi bagi dunia peikiran abad-abad selanjutnya. Berdasarkan
filsafat Neoplatonisme, ia membangun sintesis teologis. Akan tetapi, karena agak
sulit dicerna, pemikirannya tidak dilanjutkan orang.
Anselmus (1033-1109) memimpin biara di Normandi, Perancis dan Uskup
Aging di Centerbury, Inggris. Ia meluruskan perkataan Augustinus dengan
mengatakan, “Saya percaya supaya saya mengerti” (credo ut intelligam). Ia terkenal
terutama karena argumentasinya, bahwa Allah itu benar-benar ada. Ada tiga
langkah pembukina filsafatinya. Pertama, Allah itu mahabesar sehingga tidak
terpikirkan sesuatu yang lebih besar (id quo nihil mallus cogitari potest). Kedua,
hal yang terbesar tentulah berada dalam kenyataan, karena apa yang ada dalam
pikiran tidak meungkin lebih besar. Ketiga, Allah tidak hanya berada dalam
pemikiran, tetapi juga ada dalam kenyataan. Jadi, Allah sungguh-sungguh ada.
Abelardus (1079-1142) berjasa dalam bidang logika dan etika. Ia telah
memberikan sumbangan terhadap penyelesaian masalah yang ramai dibicarakan

[Date] 19
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

dalam kalangan skolastik, ialah masalah “universalia”. Universalia menyangkut


konsep-konsep umum yang menentukan kodrat dan kedudukan konsep-konsep
tersebut. Dalam hal ini, terdapt dua pendirian, yaitu realisme, atau sering disebut
ultra-realisme, dengan tokohnya Gulielmu yang membicarakan maslaah
“kemanusiaan”. Selanjutnya, nominalisme, dengan tokohnya Roscelinus. Ia
berpendapat bahwa selain individu-individu tidak ada sesuatu yang nyata. Konsep-
konsep umum, menurut nominalisme, hanya bunyi (flatus vocis)
Keempat adalah cara mengajar yang terdiri dari dua jenis, yaitu cara kuliah
(lectio) yang diberikan seorang mahaguru, dan cara diskusi yang dipimpin seorang
mahaguru. Suatu topik dibahas secara sistematis dengan menampung semua
argumen pro dan kontra (disputation). Dalam pelaksanaannya, baik kuliah maupun
diskusi dibuatkan buku pegangan (sententiae), yang artinya pendapat-pendapat.
Dari sentetiae kemudian dibuat buku pegangan lain yang disebut Summa yang
artinya ikhtisar.

1.3.3. Zaman Keemasan Skolastik


Zaman keemaan Skolastik terjadi pada abad ke -13. Sama dengan abad
pertengahan, pada Zaman Keemasan Skolastik ini, filafat dipelajari dalam hubugan
teologi. Namun, hal ini tidak berarti wacana filsafat hilang. Filsafat tetap dipelajari
meskipun tidak secara terbuka dan mandiri. Pada abad ini dibangun sintesis
filosofis penting dan berkaitan dengan tiga hal, yaitu (1) didirikannya universitas-
universitas pada tahun 1200, (2) beberapa ordo membiara yang baru dibentuk, dan
(3) ditemukan dan digunakannya sejumlah karya filsafat yang sebelumhya tidak
dikenal.
Keterangan mengenai hal-hal tersebut diatas adalah sebagian berikut:
(1) Univeristas. Sekolah-sekolah di Paris secara bersama-sama mahasiswa
(magistrorum et scolarium). Sejak abad ke-9, di Eropa barat didirikan
sekolah, setelah Akademia ditutup pada abad ke-2. Di Paris sekolah-sekolah
itu merupakan yang terbanyak. Sekolah-sekolah ini merupkaan yang
terbanyak. Sekolah –sekolah ini merupakan universitas pertama di dunia
dan yang mula-mula bekerja sama antarsekolah di Paris. Di sekolah tersebut
terdapat hak-hak khusus dari pihak gereja yang menjadikan universitas
berkembanng pesat. Hal ini ditiru oleh daerah lain, seperti Oxford, Bologna,

[Date] 20
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

dan Cambridge di Inggris serta banyak kota lainnya. Apda abad


pertengahan, umumnya universotas terdiri atas empat fakultas yaitu
kedokteran, hukum, sastra (facultas atrium), dan teologi.
(2) Ordo-ordo membiara yang baru, merupakan faktor kedua yang
mempengaruhi perkembangan hidup intelektual. Dua ordo yang terkenal
adalah ordo fransiskan yang didirikan Fransiskus pada taun 1209, dan ordo
dominikan yang diidrikan Dominikus pada tahun 1215. Di berbagai kotaa,
para eksponen domikian mendirikan rumah studi (studium generale) yang
digabungkan dalam universitas setempat.
(3) Penemuan karya filsafat Yunani, terutama karya Aristoteles. Penemuan ini
merupakan faktor terpenting dalam perkembangan intelektual. Semula
budaya barat hanya mengenal Aristoteles sebagai filsof di bidang logika.
Namun, mereka kemudian sadar bahwa pemikiran Aristoteles itu sangat
luas. Ajaran Aristoteles masuk kedunia barat baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara tidak langsung, ajaran ini masuk melalui Arab
dengan tokoh-tokohnya Ibnu Sina (980-1037), Ibn Rushd (1126-1198),
serta beberapa filsof Yahudi. Sedangkan secara langsuubg, ajaran ini masuk
melalui Sisilia.
Beberapa nama yang patut ditampilkan sebagai pengembang suasana
intelektual adalah Bonaventura. Ia memberikan komentar atas “Sententeae”
sebanyak emat jilid hasi pemberan kuliahnya anatra tahun 1250 dan 1253; Siger
dari fakultas sastra, Albertus Agung, Thomas Aquinas, dan J.D. Scotus.

1.3.4. Masa Akhir Abad Pertengahan


Pada akhir abad XIV terjadi sikap kritis atas berbagai usaha pemikiran yang
menyintesisikan pemikiran filsafati dan teologi yang semakin menyimpang dari
pendapat Aristoteles. Dua tokoh pada abd ke-14 yang berjasa dalam
mempersiapkan ilmu pengetahua alam modern, ialah Johannes Buridanus (1298-
1359) di Paris Thomas Bradwardine (1300-1349) di Oxford. Dalam filsafat,
perkembangan tampil dalam bentuk “jalan modern” (via antiqua)

“jalan kuno” adalah mahzab-mahzab skolastik tradisional, terutama


thomisme dan scotisme. Juga neoplatonisem, aristotelisme moderat, dan albertisme.

[Date] 21
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

Namun, pada jalan lam atidak ditemukan pemikir-peikir besar sehingga lebih
penting untuk membicarakan jalna baru.

“Jalan baru” didasari pemikiran Gulielmus (1285-1349) dari Inggris yang


menjadi anggota ordo fransiskan. Pendapat-pendapatnya sering bertentangan
dengan pemikiran gereja, teutama Paus di Vatikan. Terjadilah pertengakaran yang
menjadikan ia lebih memperhatikan masalah-masalah logika, meskipun masih
menullis komentar atas “Sentetiae”

Pikiran-pikiran Gulielmus lebih terkenal dengan nama Ockham, nama kota


kelahirannya. Pemikirannya cenderung pada empirisme. Ia menolak individuasi,
tetapi lebih cenderung pada yang bersifat individual. Bentuk penegnalan paling
sempurna adalah yang bersifat indrawi, lebih langsung. Oleh akrena itu, pengenalan
indrawi harus dianggap intuitif, dibedakan dengann pengenalan abstrak. Pengenaan
intelektual yang abstrak mempunyai konsep-konsep umum sebagai objeknya.
Masalahnya, apakah konsep umum itu? Ockhma mempunyai pendirian eksttrem
mengenai hal ini yang biasanya disebut terminisme dan nominalisme. Menurutnya
mausia tidak mengenal kodrat, sementara konsep seperti “kemanusiaan” tidak
dimiliki oleh siapapun. Ockham menekankan bahwa konsep merupakan sesutu
“tanda wajar” (Signum naturale), sedangkan term atau istilah yang menjelma
konsep dalam bahasa bersifat konvensional sehingga dapat berlainan.

Dalam metafisika, Ockham menggunakan dua prinsip yang berpengaruh


pada pemikirna filsafat pada waktu itu. Pertama, “okcham razor” bahwa
keberadaan tidak dapat dilipatgandakan, apabila tidak perlu (entia non sunt
mulplicanda praeter necessitatem). Artinya, suatu realitas metafisika tidak dapat
diterima jika dasarnya tidak kuat. Kedua, apa yang dapat dibedakan dapat
dipisahkan pula paling tidak Allah lah yang dapat memisahkannya. Berdasarkan
dua prinsip tersebut, ia membershkan metafisika dari perdebatan steril yang
merajalela dalam mazhab skolastik. Melalui jalan modern ini, Ockham dinilai
berhasil karena banyak orang sudah bosan dengan perselisihan yang tidak memberi
manfaat nyata.

Dalam mengenal Allah, Ockham bersikap lebih kritis terhadap pengenalan


manusia atas Allah. Menurutnya, denngan rasio saja, manusia tidak meungkin

[Date] 22
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

mengenal Allah. Pengenalan hanya dapat terjadi memalui iman atau kepercayaan.
Kekuasaan Allah adalah absolut. Susunan moral yang dibuat oleh manusia tidak
bersifat absolut dan sangat bergantung pada kehendak Allah.

Filsafat abad pertengahan diawali Boethius, dan dakhiri oleh Nicolaus


Cusanus (1401-1464). Nicolaus Cusanus membedakan 3 macam pengenalan, ialah
panca indra, rasio dan intuisi. Pengenalan indrawi kurang sempurna. Rasio
membentuk konsep berdasarkan pengenalan indrawi dan aktifitasnya dikuasai
prinsip non kotradiksi (tidak meungkin sesuatu ada dan sekaligus tidak ada). Iakui
bahwa kita tidak mengetahui apa-apa (docta ignoratia). Dengan intuisi, manusia
dapat mencapai segala sesutau yang tidak terhingga. Allah merupakan objek intuisi
manusia. Dalam diri Allah, seluruh hal yang berlawanan mencapai kesatuan (coinci
dentia oppositorium).

[Date] 23
Sejarah Filsafat (Zaman Yunani Kuno dan Pertengahan)

DAFTAR PUSTAKA

Wiramihardja A, Sutardjo. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2009.

[Date] 24

Anda mungkin juga menyukai