Anda di halaman 1dari 18

PENDIDKAN NILAI

Kelompok 2
- DEFINDA KAWULUSAN
- FAZRUL FALAQ
GOLONGGOM
- WULANSARI MAMONTO
- MARYAM KAWULUSAN
- MUHAMAD REZA
ALAMRI
NILAI DALAM
ALIRAN
FILSAFAT
A.Nilai dalam Filsafat
Klasik
Landasan filosofis nilai sekurang-
kurangnya dapat dilihat dari tiga aliran
besar filsafat. Tiga aliran tersebut
adalah idealisme,realisme, dan
pragmatisme. Penjelasan dari tiga aliran
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Idealisme
Bagi penganut paham idealisme, nilai dianggap sebagai sesuatu
yang mutlak,. Nilai baik,buruk, benar, salah, indah atau tidak
indah tidak berubah dari generasi ke generasi. Tidak ada nilai
yang di ciptakan manusia. Semua nilai merupakan bagian dari
alam semeta yang terjadi dmikian alamiah. Dalam bukunya
yang berjudul The Republic, plato (Titus, 1979) menjelaskan
bahwa kehidupan yang baik hanya dapat dibangun melalui
masyarakat yang baik. Masyarakat yang ideal adalah
masyarakat yang dibangun diatas fondasi-fondasi kebaikan
yang dilahirkan dari pemikiran cemerlang pada filosofis.
2. Realisme
Penganut aliran realisme sependapat dengan apa yang
diyakini oleh para idealis bahwa nilai – nilai fundamental
pada dasarnya bersifat tetap. Hanya saja cara nalar mereka
tentang fundamental itu berbeda. Kelompok realis klasik
setuu dengan pemikiran aristoteles yang menyatakan bahwa
ada sebua hukum moral universal yang memberikan ruang
gerak terhadap akal, sementara itu realis ilmuan menolak
bahwa nilai memiliki sanksi supranatural
3. Pragmatisme
Penganut aliran pragmatisme melihat nilai sebagai sesuatu yang
relatif baik etika maupun moral selalu mengalami perubahan
seiring dengan perubahan masyarakat dan budaya. Dalam
pandangan ini tidak ada yang disebut sebagai nilai universal. Nilai
adalah apa yang ditemukan dalam kehidupan nyata yang
berlangsung dalam proses kehidupan. Dwey (Titus, 1979)
berpandangan bahwa campuran antara kehendak individu dengan
sanksi sosial merupakan pertunangan kritis (Critical Engagement)
yang selalu melibatkan pertimbangan nilai pada manusia.
B. Nilai Dalam Aliran
Filsafat Pendidikan
Berbeda dari pandangan filsafat klasik, filsafat pendidikan menempatkan nilai sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pendewasaan manusia melalui tindakan-
tindakan pendidikan

1. Perenialisme
Aliran perenialisme merupakan paham filsafat pendidikan yang menempatkan
nilai pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber dari Tuhan. Aliran
filsafat pendidikan ini mencoba membangun kembali cara berfikir abad
pertengahan yang meletakkan keseimbangan antara moral dan intelektual dalam
konteks kesadaran spiritual . Dengan menempatkan kebenaran supranatural
sebagai sumber tertinggi, maka nilai dalam pandangan aliran perenialisme selalu
bersifat theosentris.
2. Eksistensialisme
Eksistensialisme merupaka aliran filsafat pendidikan yang lahir setelah perang
dunia kedua. Nilai dalam pandangan eksistensialisme berada wilayah struktur
dasar dari fenomena yang tampak. Nilai dapat berlaku objektif ketika banyak
manusia yang mengakui keberadaannya, demikian pula nilai pula nilai dapat
bersifat subjektik ketika antara seorang dengan yang lainnya memiliki penilaian
yang berbeda. Betapapun nilai yang bersifat objektif objektif itu diakui kebaikan
dan keberadaannya oleh komunitas manusia tetapi para eksistensialis nilai itu
tidak memiliki keterkaitan dengan nilai preskiptif yang turun dari tuhan (power,
1982)
3. Progresivisme
Para penganut aliran Progresivisme berkeyakinan bahwa nilai
merupakan bagian integral dari pengalaman yang bersifat
relatif, temporal dan dinamis. Ketika struktur sosial berubah
maka nilai yang terdapat dalam struktur sosial itu ikut
berubah. Sesuai dengan karakteristik pemikiran aliran ini yang
induktif, nasional, dan empirik, pengalaman dianggap unsur
utama dalam epistemologi yang semata-mata berlaku khusus
dan partikular.

Dalam pandangan progresivisme nilai dapat dimiliki secara


individual maupun sosial
C. Nilai Dalam Filsafat Nilai
Perkembangan pemikiran nilai mengkristal dalam aliran-aliran filsafat
nilai. Hal ini terjadi karena wacana nilai berada pada wilayah aksiologis
filsafat. Bahkan istilah aksiologis sering digunakan sebagai kata yang
menggatikan teori nilai. Memang garis berfikir dalam aliran filsafat nilai
tidak dapat dipisahkan dari akar pemikiran yang berkembang dalam
filsafat klasik

1. Hedonisme
Hedonisme merupakan filsafat nilai yang sudah ditemukan sejak
zaman yunani kuno. Filsafat ini merupakan kesenangan sebagai
kebaikan tertinggi dalam menimbang nilai. Sesuai dengan istilah
aliran ini yang berasal dari bahasa yunani yaitu Hedon, apa yang
baik adalah yang memuaskan keinginan kita, apa yang
menigkatkan kualitas kesenagngan pada diri kita. (Bertens, 1999)
2. Utilitarisme
Aliran ini adalah aliran filsafat nilai yang menempatkan asas kegunaan sebagai nilai
tertinggi. Salah seorang pelopor aliran ini adalah Jeremy Betham (1748-1832). Betham
berkeyakinan bahwa manusia diperintah oleh kodratnya yang berdaulat yakni
ketidaksenangan dan kesenangan. Ketika kesenangan itu tercapai, maka manusia
cenderung akan memperoleh kebahagiaan. Sampai disini sebenarnya Betham
meneruskan tradisi nilai yang dianut oleh aliran Hedonisme.
Betham The Greatest Happiness of The Greatest Number mengemukakan
bahwa kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar prinsip
berimplikasi pada penarikan kualitas nilai (baik-buruk, benar-salah,
Indah-tidak indah) yang secara sederhana tingkat keabsahannya
ditimbang melalui banyak tidaknya orang merujuk pada nilai tersebut.
Dalam istilah Emile Dukhem penimbangan niai seperti itu berlaku dalam
prinsipnya disebut akal kolektif (Collective Reasson)
D. Nilai Kebenaran Dalam
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
1. Nilai Kebenaran Dalam Filsafat
Hingga kini filsafat diyakini, sebagai cara berfikir handal untuk memecahkan logis dan
masalah kehidupan. Filsafat dapat menembus keterbatasan ruang dan waktu untuk
menemukan hakikat sesuatu. Cara kerjanya yang radikal membuat sudut tinjau filsafat
lebih komprehensif daripada ilmu. Ilmu pengetahuan terikat metode ilmiah yang dibatasi
oleh pengalaman empirik dengan jangkauan pemikiran komprehensif, filsafat dapat
berfungsi sebagai penengah ilmu pengetahuan yang cenderung menukik pada spesialisasi
2. Nilai Kebenaran dan Optisme Ilmiah
Tak dapat dipungkiri bahwa metode ilmiah (Scientific Methods) merupakan cara yang
handal untuk menemukan kebenaran ilmiah. Tingkat kebenarannya yang logis empiris
membuat metode ilmiah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang semakin lama
semakin maju. Bukti dari kemajuan ilmu adalah banyaknya teori baru dan semakin
canggihnya produk teknologi.

Dalam perkembangan ilmu, ilmu pengetahuan alam (Natura sciences) telah berhasil
membuktikan secara objektif rahasia-rahasia yang terkandung dalam gejala-gejala alam.
Demikian pula ilmu pengetahuan sosial (Sosial Sciences) mampu menggali rahasia
kehidupan dinamika kehidupan manusia
PENDIDIKAN NILAI DALAM
PERSPEKTIF GLOBAL
A. Pendidikan Nilai Dalam Perspektif Global
disinyalir bahwa pada tahap-tahap awal pelaksanaan desentrialisasi
pendidikan, telah melhirkan upaya pemusatan pedidikan di daerah dalam
kemasan desentralisasi (Centralize Desentrasilization) pendidikan dalam
perspektif global, tampaknya menjadi suatu keharusan. Konsep management
berbasis sekolah (MBS) memberikan gambaran yang jelas bahwa sekolah
harus dibangun atas dasar visi dan misi yang jauh kedepan, sehingga
memiliki akuntabilitas publik yang diharapkan.
B. Isu Pendidikan Nilai di Beberapa Negara
Pada bagian inni dikemukakan sejumlah isu pendidikan nilai di lima negara, yaitu india,
china, malaysia, selandia baru, dan filipina. Lima negara itu sengaja dipilih sengaja dipilih
untuk mewakili karakteristik bangsa dan latar belakang idiologi yang berbeda. India
sebagai negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai
universal, malaysia sebagai representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas islam,
selandia baru representasi negara liberal, china sebagai perwakilan negara sosialis komunis
dan filipina sebagai negara berkembang yang bergaya liberal.
C. Negara dan Nilai Agama
Dalam fenomena pendidikan dewasa ini, nilai moral agama seringkali terabaikan
keadaan ini berlaku hampir pada semua negara terkecuali pada negara yang masih
secara kukuh memegang idiologi pendidikan yang bersifat fundamental. Kejadian
yang cukup tragis telah dialami oleh sejumlah negara yang memisahkan aspek
nilai moral dan etika agama dari pendidikan
D. Menuju Kesadaran Umiah - Lahiriyah
Sejarah telah membukukan nama-nama besar dari kalangan muslim
sebagai peletak dasar-dasar sains modern. Dalam bidang matematika
kita kenal Al Khawarizmi yang nama aslinya dipanggil Muhammad
Ibn Musa sebagai pengukir basis aritmatika dan aljabar.
KONSEP INTEGRASI PENDIDIKAN NILAI
DALAM PEMBELAJARAN
A. Makna Pendidikan Nilai
Mardiatmadja (Muliana, 2004: 119) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai
bantuan kepada peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta
menempatkannya secara integral dalam keseluruhan proses pendidikan

Pendidikan nilai merupakan proses bimbingan melalui suriteladan pendidikan


yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya
mencakup nilai-nilai agama, etika, budaya, dan estetika menuju pembentukan
peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual pengandaian diri,
keagamaan, berakhlak mulia, kepribadian yang utuh serta keteramoilan, yang
diperlukan dirinya, masyarakat dan negara (Sumantri, 2007: 134)
B. Integrasi
Menurut Sanusi (1987: 11) integrasi adalah satu kesatuan yang utuh,
tidak terpecah belah dan bercerai berai. Integrasi meliputi kebutuhan
atau kelengkapan anggota-anggota yang membentuk suatu kesatuan
dengan jalinan hubungan yang erat dan harmonis antara anggota
kesatuan itu.
C. Integrasi Pendidikan Nilai
Integrasi pendidikan nilai adalah proses pendidikan nilai-nilai tertentu terhadap
konsep lain sehingga menjadikan satu kesatuan yang koheren dan tidak bisa
dipisahkan dariproses pembaruan hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan
bulat (Sauri, t.t.: 3)

Anda mungkin juga menyukai