Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Di susun oleh:

Riana Rafika

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA

PROGRAM PASCASARJANA

2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian landasan kurikulum PAI 2


B. Landasan pengembangan kurikulum PAI 3
1. Landasan teologis (Agama) 3
2. Landasan filosofis 4
3. Landasan psikologis 5
4. Landasan sosial budaya 7
5. Landasan pengetahuan dan teknologi 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 14

DAFTRA PUSTAKA 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunnyai kedudukan yang


sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum didalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan
kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana
kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait
dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrument dalam
melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum disetiap jenjang pendidikan.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam
melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya
sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu kurikulum dalam pendidikan perlu mempunyai perhatian yang besar
baik bagi pemerintah sebagai penanggung jawab umum atau pihak sekolah yang turun
langsung mengimplementasikan kurikulum tersebut ke peserta didik, dengan berlandaskan
pada teologis, filosofis, psikologis, sosiologis dan sosio-budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta bersifat dinamis agar tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Landasan Kurikulum PAI?
2. Apa Landasan Pengembangan Kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan kurikulum PAI
2. Untuk mengetahui apa landasan pengembangan kurikulum PAI

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Kurikulum PAI


Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting,
sehinga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak
mengunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi
goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan
kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum akan mudah
terombang-ambing dan yang akan di pertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang
dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan
dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan
kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merupakan
alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum
harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju
1
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengertian landasan Menurut Hornby c. s. dalam “The anvance leaner’s dictionari of


current English” mengemukakan definisi landasan sebagai berikut : “faoundation …. that on
which an idea or belief rest an underlying principle’s as the foundations of religious belief
the basis or starting point…”. Yang diartikan sebagai suatu gagasan atau kepercayaan yang
menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari sesuatu. Contohnya dalam agama Islam
yang menjadi landasan utama umat muslim dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT
adalah al-qur’an dan sunnah. Sedangkan Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala
pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa
atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu
lembaga pendidikan”. Juga dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta carayang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pedidikan tertentu.2

1
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), 16.
2
Suwito,Kaya gagasan miskin kesulitan, (Tanggerang: Hak Cipta Suwito, 2018), 114.

2
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum diantaranya
Robert S. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : “Philosopy
and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning theory”. Sedangkan
S. Nasution berpendapat dalam bukunya “ Pengembangan Kurikulum” yaitu asas filosofis
yang pada hakikatnya menentukan tujuan umum pendidikan, asas sosiologis yang
memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, asas
organisatoris yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu
disusun, bagaimana luas dan urutannya dan asas psikologis yang memberikan prinsip-prinsip
tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang
disediakan dapat dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
Landasan itu sama dengan dasar-dasar. Seringkali istilah pembinaan dan
pengembangan dalam pemakaiannya menyatu dan kabur. Pembinaan menunjukkan
pengertian bahwa suatu upaya atau kegiatan mempertahankan, penyempurnaan dan perbaikan
yang telah ada dianggap baik berdasarkan suatu ukuran/kriteria tertentu mencapai sasaran
yang diharapkan. Sedangkan Pengembangan di sini menunjukkan pada kegiatan yang
menghasilkan alat, sistem atau cara baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan
dan penyempurnaan atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pengembangan
tersebut.
Dengan demikian landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan,
landasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum yang dinamis.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum PAI
Landasan Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam, pada hakikatnya
adalah faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum
ketika hendak mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum lembaga pendidikan.
Landasan-landasan tersebut antara lain :
1. Landasan Teologis (Agama)
Dasar teologis adalah dasar yang ditetapkan nialai-nilai ilahi yang terdapat pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan nilai yang kebenarannya mutlak dan universal.
Prinsip dalam pendidikan Islam tentang penyusunan kurikulum menghendaki keterkaitannya
dengan sumber pokok agama yaitu al-Qur’an dan Hadis. Prinsip yang ditetapkan Allah SWT.
dan diperintahkan Rasulullah Saw. berikut ini dapat dijadikan pegangan dasar kurikulum
tersebut:

3
a. “Carilah segala apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu mengenai kehidupan
di akhirat dan janganlah kamu melupakan nasib hidupmu di dunia dan berbuatlah
kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (Q.S. Al-Qisas : 77).3
b. Sabda Rasulullah : Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia
menguasai ilmunya dan barang siapa menghendaki akhirat (kebahagiaan hidup di
akhirat) hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barangsiapa menghendaki
keduanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu keduanya. (Hadist Nabi).
Dari dasar-dasar kurikulum tersebut diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan
formal yang terdapat pada kurikulum pendidikan agama Islam. Merujuk kurikulum
pendidikan formal yang terdapat di sekolah dan madrasah di Indonesia, maka batasan atau
konsep kurikulum mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional.
Dasar kurikulum secara umum dapat ditarik secara khusus ke dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam yang tentunya al-Qur’an sebagai dasar pokoknya. Mengembangkan
kurikulum sebaiknya berlandaskan pada Pancasila terutama sila ke satu “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Di Indonesia menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing individu. Dalam
kehidupan, dikembangkan sikap saling menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-
pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat
terbina kehidupan yang rukun dan damai.
2. Landasan Filosofis
Kata filsafat berasal dari Yunani kuno, yaitu philosophia (philore = cinta, senang, suka,
dan Sophia = Kebaikan, kebijaksanaan atau Kebenaran). Menurut asal katanya, filsafat
berarti cinta akan kebenaran. Orang yang suka berfilsafat adalah orang yang senang
dengan kebenaran. Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut Philosopher (Inggris),
Failasuf (Arab), dan Filsuf (Indonesia). Dengan demikian, filsuf adalah orang yang cinta
akan kebenaran, berusaha untuk mendapatkanya, memusatkan perhatian padanya, dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakikat sesuatu, berusaha
menghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran atas pengalaman-
pengalaman manusia. Berfikir filsafat berarti berfikir secara menyeluruh, sistematis, logis,
dan radikal.4

3
QS. Al-Qisas:77
4
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Cet.4;Bandung : Remaj Rosda
Karya.2014), 47.

4
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan”. Orang belajar
berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus
tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berfikir, yaitu
berpikkir secara sistematis, logis, dan mendalam. Secara akademik, filsafat bererti upaya
untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif
tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.5
Dasar filosofis dalam pendidikan Islam harus berdasarkan pada wahyu Tuhan dan
tuntunan Nabi Saw serta warisan para ulama. Filsafat pendidikan menurut Islam, yakni
filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam atau yang di pahami dan
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber
dasarnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Perumusan tujuan kurikulum sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya.
Jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan kurikulum lebih
banyak di arahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada
upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif. Apabila kurkulum yang
diembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan utamanya, maka tujuan
pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan
lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif.
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekontruktivisme sebagai
dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah
sosial yang krisial dan kemampuan bekerjasama. Sementara kurikulum yang dikembangkan
dengan menggunakan dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis,
maka tujuan pendidikan lebih di arahkan pada pencapaian kompetensi.
3. Landasan Psikologis
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis individu yang
terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntut peserta didik untuk
melakukan perbuatan belajar atau sering di sebut proses belajar. Dalam proses
pembelajaran juga terjadi interaksi yang bersifat multiarah antara peserta didik dengan
pendidik (guru). Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum di perlukan dua
landasan psikologi, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Kedua landasan ini

5
Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja
Rosda Karya.2015), 39.

5
dianggap penting terutama dalam memilih dan menyusun isi kurikulum, proses
pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan.6
Pendidikan bekenaan dengan perilaku manusia sebab melalui pendidikan diharapkan
adanya perubahan pribadi menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun
sosial. Kurikulum sebagai program pendidikan sudah pasti berkenaan pula dengan seleksi dan
organisasi bahan yang secara ampuh dapat mengubah prilaku manusia. Namun harus diingat
pula bahwa perubahan prilaku pada manusia tidak seluruhnya sebagai akibat Intervensi dari
program pendidikan tetapi juga sebagai akibat kematangan dirinya dan faktor
lingkungan yang membentuknya diluar program pendidikan yang diberikan di
7
sekolah.
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta
didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainnya.
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya. Manusia berbeda
dengan benda atau tanaman, karena benda atau tanaman tidak mempunyai aspek psikologis.
Manusia juga lain dari binatang, karena kondisi psikologisnya jauh lebih tinggi tarafnya dan
lebih kompleks dibandingkan dengan binatang. Berkat kemampuan-kemampuan psikologis
yang lebih tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya manusia lebih maju, lebih banyak
memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan dibandingkan dengan binatang.
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap
perkembangannya, latar belakang social-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang
dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan,
dan status individu diantara individu-individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam
situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi
pendidiknya.
Jadi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata bahwa
minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1)
psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik di
dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan
menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat

6
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum, 56.
7
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Cet. 3; Bandung:Sinar Baru
Algensindo.1996), 14.

6
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
4. Landasan Sosial-Budaya
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan
antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Didalam kehidupan sehari-hari anak selalu bergaul dengan lingkungan atau
dunia sekitar. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Pada dasarnya dunia
sekitar manusia dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar yaitu:
a. Dunia alam kodrat.
b. Sekitar benda-benda buatan manusia.
c. Dunia sekitar masyarakat.
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal
dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Pendidikan
adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya.
Pendidikan merupakan proses sosialisasi dan pewarisan budaya dari generasi ke generasi
selanjutnya dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik sebagai
individu, kelompok masyarakat, maupun dalam konteks yang lebih luas yaitu budaya
bangsa. Oleh karena itu anak didik dihadapkan pada budaya, dibina dan dikembangkan
sesuai dengan nilai budayanya.
S. Nasution mengemukakan: “mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita
memahami masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu, setiap pembina
kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan
aspirasi masyarakat.”8
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup
dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat,
dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik kembali

8
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), 36.

7
kemasyarakat tentu ia harus di bekali dengan sejumlah kompetensi, sehinga ia dapat
berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah sejumlah
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang di peroleh peserta didik melalui
berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah. Kegiatan dan pengalaman belajar
tersebut diorganisasi dalam pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan
kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan
kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar
pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan
merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila pengembangan
kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus ditunjang oleh
masyarakat.

Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan daya
cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban manusia yang lebih luas dan tinggi, yaitu
manusia yang berbudaya. Semakin meningkatnya perkembangan sosial budaya manusia,
akan menjadikan tuntutan hidup manusia semakin tinggi pula, untuk itu diperlukan kesiapan
lembaga pendidikan dalam menjawab segala tantangan yang diakibatkan perkembangan
kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, sebagai antisipasinya lembaga pendidikan harus
menyiapkan anak didik untuk hidup secara wajar sesuai dengan perkembangan sosial budaya
masyarakatnya, untuk itu diperlukan inovasi-inovasi pendidikan terutama menyangkut
kurikulum.
Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini, dan
bahkan harus dipersiapkan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi, dan hal
ini juga menjadi tugas dari seorang guru untuk dapat membina dan melaksanakan kurikulum,
agar apa yang diberikan kepada anak didiknya berguna dan relevan dengan kehidupan dalam
masyarakat.
Mendidik anak dengan baik hanya mungkin dilakukan jika kita memahami
masyarakat tempat ia hidup, karena itu setiap pembina kurikulum harus senantiasa
mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat. Salah satu ciri
masyarakat adalah perubahannya yang sangat cepat seiring perkembangan ilmu pengetahuan.
Perubahan-perubahan itu secara otomatis memberikan tugas yang lebih luas dan berat kepada
lembaga pendidikan, karena anak yang saat ini memasuki sekolah dasar (SD) akan
menghadapi dunia yang sangat berbeda dengan masyarakat 15 atau 20 tahun kedepan saat
anak tersebut menyelesaikan studinya di universitas misalnya. Perubahan masyarakat

8
mengharuskan kurikulum untuk senantiasa ditinjau kembali. Kurikulum yang baik pada suatu
saat, bisa jadi sudah tidak lagi sesuai dalam keadaan yang sudah berubah. Sebagai contoh,
dalam kehidupan bermayarakat, anak harus dididik untuk menghargai jasa orang lain, karena
di zaman yang semakin maju manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, begitu pula
dalam kehidupan berbangsa, setiap negara tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan negara
lain, untuk itu anak harus dididik dalam hubungan manusia dengan dunia internasional.
Alasan lain mengapa kurikulum harus berlandaskan sosial budaya adalah bahwa
pengajaran akan mencapai hasil sebaik-baiknya bila didasarkan atas interaksi murid dengan
sekitarnya. Apa yang dipelajari anak hendaknya hal-hal yang juga terdapat dalam
masyarakat, karena itu berguna bagi kehidupan anak sehari-hari. Kurikulum itu seharusnya
merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis, mengikuti dan turut serta menentukan
perkembangan masyarakat di lingkungan sekolah. Dan karena keadaan masyarakat di tiap
daerah itu berbeda, maka hendaknya setiap sekolah di daerah diberi kebebasan pada batas
tertentu untuk menentukan kurikulum sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakatnya, dengan pertimbangan hal berikut:
a. Keadaan fisik lingkungan (iklim, mata pencaharian, luas daerah, topografi daerah,
keadaan tanah dan kekayaan alam).
b. Penduduk (jumlahnya, mata pencahariannya, susunan penduduknya, dan latar
belakang pendidikannya).
c. Organisasi-organisasi masyarakat, manusia tidak hidup sendiri, tetapi membentuk
kelompok dan organisasi yang mempunyai tujuan dan problem masing-masing.
Adapun cara menggunakan masyarakat dalam pelajaran adalah dengan hal-hal berikut:
a. Karyawisata. murid-murid dapat dibawa ke luar kelas untuk mempeajari berbagai hal.
b. Menggunakan orang sebagai sumber. dalam tiap masyarakat betapapun kecilnya pasti
terdapat orang-orang yang mempunyai pengalaman, kecakapan atau pengetahuan
yang khusus.
c. Pengabdian masyarakat. murid diharapkan tidak hanya memperhatikan dan
mempelajari, tetapi juga turut serta dalam usaha-usaha memperbaiki keadaan
masyarakat.
d. Pengalaman kerja dalam masyarakat.
Sedangkan tugas yang harus dihadapi oleh para pengembang kurikulum adalah:
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti dirumuskan dalam
undang-undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan sebagainya.
b. Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada.

9
c. Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.
d. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat.
Pada ahirnya keputusan yang akan diambil tentang kurikulum akan bergantung pada
bagaimana para pengembang kurikulum memandang dunia tempat ia hidup, bereaksi
terhadap berbagai kebutuhan yang dikemukakan oleh berbagai golongan masyarakat, dan
juga oleh falsafah hidup dan pendidikannya.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang
berbudaya. Dalam konteks itulah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi
manusia berbudaya. Kebudayaan adalah hasil, cipta, karsa dan rasa manusia. Pendidikan
sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasa.
Proses pembudayaan tidak terjadi dalam keadaan vakum, tetapi dalam keadaan selalu
berinteraksi dengan lingkungan budaya yang oleh Linton dapat dibagi menjadi tiga
kategori, yakni: (a) budaya umum dan (b) budaya khusus.
Budaya Umum mencakupi nilai-nilai, kepercayaan dan kebiasaan yang dianut
oleh orang-orang dewasa pada umumnya dari satu suku bangsa, atau bangsa-bangsa di dunia
yang mencakupi prilaku kehidupan sehari-hari yang teramati, misalnya, bahasa, cara
berpakaian, makanan, kesenian, cara mendidik anak, agama yang dianut, kehidupan sosial,
politikdan perekonomian.
Sedangkan Budaya Khusus mencakupi unsur-unsur budaya yang berkembang hanya
dalam kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, yang sifatnya vokasional (kejuruan),
unsur khusus dari setiap kebudayaan umum akan terdapat didalamnya. Misalnya bahasa
secara universal setiap manusia mempunyai bahasa, namun bahasa tersebut untuk setiap
masyarakat/negara berbeda satu sama lain.9
Isi pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia yang senantiasa
berkembang. Baik kebudayaan umum/universal maupun kebudayaan khusus yang sesuai
dengan masyarakat setempat. Kebudayaan universal terutama bahasa, religi, dan sistem
pengetahuan serta teknologi, adalah unsur-unsur utama isi kurikulum secara umum,
sedangkan unsur kebudayaan khusus masuk sebagai isi kurikulum dalam bentuk kurikulum
muatan lokal.

9
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 38.

10
Di sinilah pentingnya guru, para pembina dan pelaksanaan kurikulum dituntut lebih
peka mengantisiasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa
relevan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa di masyarakat. Apa yang telah
diprogramkan dalam kurikulum secara nasional, tidak berarti barang mati, mengingat
penerapan konsep-konsep yang ada di dalamnya harus sesuai dengan kehidupan masyarakat
setempat. Kurikulum tidak hanya dipandang sebagai isi, tetapi juga dapat digunakan sebagai
media, sumber belajar dan atau pendekatan belajar. Teori, prinsip, konsep, hukum yang
terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, penerapannya harus
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di masyarakat setempat, sehingga hasil belajar
yang dicapai anak lebih bermakna dalam hidupnya.10
Dengan demikian, adanya Perealisasian Kurikulum Muatan lokal saya pikir sangatla
efektif dalam mengembangkan kebudayaan dan potensi-potensi yang ada pada daerah
tersebut, tetapi pada pelasanaanya hanya sebagian kecil saja sekolah yang mewujudkan
kurikulum muatan lokal tesebut ini seharusnya menjadi acuan agar budaya dapat di
lestarikan shingga kurikulum di indonesia kaya akan budayanya.
5. Landasan pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah produk dari kebudayaan. Kebudayaan manusia
yang terkait dengan ilmu dan teknologi pada saat ini telah mencapai tingkatan yang sangat
tinggi. Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa
terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini,
diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar
mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan
meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn)
dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu
dan antisipatif terhadap ketidak pastian. Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah
tatanan kehidupan manusia.

10
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah, 12-13.

11
Ilmu pengetahuan juga dapat dipahami sebagai seperangkat pengetahuan yang
disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah- masalah dalam
kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Teknologi banyak digunakan dalam
berbagai bidang kehidupan.Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif,
efisien dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Perkembangan yang begitu cepat pada
beberapa dekade terakhir adalah perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan
informatika, serta media cetak.Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-
20 berkenaan dengan penjelajahan luar angkasa.Temuan-temuan dibidang fisika,
kimia, dan matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran.
Perkembangan IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut
perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan isi atau materi atau bahan yang akan disampaikan dalam
pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi
menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menimbulkan
problem baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan, kemampuan, keterampilan
baru yang dikembangkan dalam pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat
mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan
temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun
tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula
terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik
dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat
dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan
sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri
seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang
dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan
produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan
keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program
12
pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi
masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan system evaluasi. Secara tidak
langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.11
Dengan adanya landasan pengembangan IPTEK Implikasinya adalah pengembangan
kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman.
Perkembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali
dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan masyarakat
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.

11
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran, 42.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan Kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi,
atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya
memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara
mendalam.
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan
sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu: Landasan Filosofis, Landasan psikologis, Landasan Sosial-
Budaya dan Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Arifin , Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Cet.4;Bandung Remaj
Rosda Karya.2014)
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Cet. 3;
Bandung:Sinar Baru Algensindo.1996)
Sukmadinata, Nana Syaodhi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet.
18;Bandung:Remaja Rosda Karya.2015)
Suwito, Kaya gagasan miskin kesulitan, (Tanggerang: Hak Cipta Suwito, 2018)
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan (Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010)
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali
Pers.2015)

15

Anda mungkin juga menyukai