MAKALAH
Yang diampu:
Disusun oleh:
Februari 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta taufik
dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas matakuliah
Pengembangan Kurikulum PAI.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
terang benderang ini yaitu agama Islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurnan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………....…..........i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
3. Tujuan...............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .........................................................................................................29
Saran....................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai bagian dari kebutuhan manusia, memegang peranan
yang sangat penting untuk menciptakan peradaban yang maju. Maju tidaknya
suatu peradaban ditentukan oleh baik tidaknya mutu dari pendidikan yang ada
pada waktu itu.1
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena
merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks
pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang
dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik,
intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya. Kurikulum
dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang digunakan guru sebagai
pegangan dalam proses belajar mengajar.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan
alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan
kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak,
sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan
kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik
dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta
berusaha mengembangkannya. Oleh karena itu, oemakalah akan akan
membahas lebih dalam mengenai konsep pengembangan kurikulum PAI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum Secara Umum?
2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Pemgembangan Kurikulum PAI?
3. Apa Macam-macam Desain Pengembangan Kurikulum?
1
Baharun, H. (2016a). Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis. Pedagogik,
3(2), 96– 107.
1
4. Bagaimana Aspek Sosio Kultural dalam Desain Kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Kurikulum Secara Umum.
2. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Pemgembangan Kurikulum PAI.
3. Untuk mengetahui Macam-macam Desain Pengembangan Kurikulum.
4. Untuk mengetahui Aspek Sosio Kultural dalam Desain Kurikulum
PAI.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-4, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm.
1.
3
Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), hlm. 75
3
pembelajaran atau bidang studi, melainkan semua yang secara nyata terjadi
dalam proses pendidikan sekolah.4
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I
Pasal I disebutkan bahwa, kurukulum merupakan perangkat rencana dan
peraturan terkait isi dan materi pelajran serta metode yang dipakai sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.5 Saylor, alexander, dan
Lewis merumuskan pengertian kurikulum sebagai berikut:6
1. Kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar mengajar
Kurikulum diartikan sebagai planing tentang sejumlah bahan
pelajaran yang disediakan oleh lembaga pendidikan untuk dipelajari
oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran disuatu lembaga.
Rumusan pengertian seperti demikian populernya, sehingga kamus
Webster’s New Internasional Dictionary, yang sudah memasukkan
pengertian kurikulum dalam bahasa Inggris sejak tahun 1953,
memaknai kurikulum: 1) sebagai sejumlah perangkat pelajaran yang
diterapkan untuk dipelajari oleh siswa di suatu lembaga atau
perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazah dan gelar, 2) keseluruhan
perangkat mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau suatu departement tertentu.
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Kategori pengertian kurikulum yang kedua adalah kurikulum di
anggap sebagai seluruh pengalaman belajar yg diperoleh oleh peserta
didik atas tanggung jawab lembaga pendidikan.
Pengalamanpengalaman belajar itu bisa berupa mengkaji seluruh
mata pelajaran, dan bisa juga pengalaman belajar lain yg dianggap
bermanfaat bagi siswa.
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, hlm 53
5
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, 2010 Jakarta: Rineka Cipta
6
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 2008, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, hlm 2-7
4
3. Kurikulum sebagai rencana belajar
Kedua pengertian kurikulum diatas samasama memiliki keterbatasan
sendiri di dalam proses penerapannya. Pada rumusan pertama,
keterbatasan penerapannya terletak pada sempitnya cakupan. Pada
rumusan kedua, keterbatasannya teretak pada ketidak fungsionalan
konsep untuk diterapkan dalam konteks perencanaa. Rumusan
pengertian kurikulum yang ketiga menyodorkan alternatif yang lebih
rasional dan fungsional, sehingga ia dapat diterapkan dalam situasi
praktis.
7
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-7, hlm. 150-151
5
penyampaian, dan penilaian). Relevansi internal ini menununjukkan
suatu keterpaduan kurikulum.
Kedua, fleksibelitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur
atau fleksibel. Kurikulum yang baik adalah yang berisi hal-hal solid,
tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan,
dan latar belakang peserta didik.
Ketiga, kontinuitas atau kesinambungan. Perkembangan dan proses
belajar peserta didik hendaknya berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus ataupun berhenti-henti. Pengembangan kurikulum
perlu dilakukan secara serempak, sehingga harus selali ada komunikasi
dan kerja sama antara para pengembang kurikulum SD, SMP, SMA, dan
perguruan tinggi.
Keempat, praktis. Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana, dan berbiaya murah. Prinsip ini juga
disebut prinsip efisiensi. Kelima, efektivitas. Walaupun kurikulum
tersebut harus murah, sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap
harus diperhatikan.
2. Prinsip Khusus
a. Prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum
atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek
(tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
1) Ketentuan dan kebujaksanaan pemerintah, yang dapat
ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara
mengenai tujuan, serta strategi pembangunan, termasuk
di dalamnya pendidikan.
2) Survey mengenai persepsi orang tua atau masyarakat
tentenag kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui
angket atau wawancara dengan mereka.
6
3) Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-
bidang tertentu yang dihimpun melalui angket,
wawancara, observasi, dan berbagai media massa.
4) Survey tentang manpower.
5) Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang
sama.
6) Penelitian.
b. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan
Dalam memilih isi pendidikan, perlu dipertimbangkan
beberapa hal berikut:
1) Perlu penjabarantujuan pendidikan/pengajaran ke
dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana. Semakin umum suatu perbuatan hasil
belajar dirumuskan, semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar.
2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang
logis dan sistematis.
c. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar
Mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Apakah metode/teknikbelajar mengajar yang digunakan
cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
2) Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan
yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan
individual peserta didik?
3) Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan
kegiatan yang bertingkat-tingkat?
7
4) Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan
kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik?
5) Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan
peserta didik, guru, atau kedua-duamya?
6) Apakah metode/teknik tersebut dapat mendorong
berkembangnya kemampuan baru?
7) Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan
kegiatan belajar di sekolah dan rumah, sekaligus
mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan
masyarakat?
8) Untuk belajar keterampilan, sangat dibutuhkan kegiatan
belajar yang menekankan learning by doing di samping
learning by seeing and knowing.
d. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Media dan Alat
Pengajaran
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk memilih
media dan alat pengajaran adalah sebagai berikut:
1) Alat atau media pengajaran apa yang diperlukan
2) Jika ada alat yang harus dibuat, hendaknya
memperhatikan bagaimana pembuatannya, siapa yang
membuat, pembiayaan, dan waktu.
3) Bagaimana pengorganisasian alat dalam behan
pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar,
atau yang lainnya,
4) bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan
kegiatan belajar
5) hasil terbaik akan diperoleh jika menggunakan
multimedia.
8
e. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Kehiatan Penilaian
1) Dalam penyusunan alat penilaian (tes), hendaknya diikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum dalam
ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b) Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku peserta didik yang
dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran.
Tuliskan butir-butir tes.
2) Dalam merencanakn suatu penilaian, perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
a) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelo,pok
yang akan di tes?
b) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
tes?
c) Apakah tes tersebut berbrntuk uraian atau objektif?
d) Berapa banyak butir tes perlu disusun?
e) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau
peserta didik?
3) Dalam pengolahan suatu hasil penilaian, hendaknya
diperhatikan hal-hal berikut:
a) Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil
tes?
b) Apakah digunakan formula questing.
c) Bagaimana pengubahan skor kedalam skor masak?
d) Skor standar yang digunakan? Untuk apakah hasil-hasil
tes digunakan.8
8
Ibin., hlm 152-155
9
Sedangkan menurut Saylor mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum Pendidikan Agama Islam prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
10
C. Macam-macam Desain Pengembangan Kurikulum PAI
Beberapa ahli merumuskan macam-macam desain kurikulm, Eisner
dan Vallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu model
pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum
aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalis
akademis. McNeil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model
yaitu, model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum
teknologi, dan kurikulum subjek akademik. Saylo, Alexander, dan Lewis
(1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin,
kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum
sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang bersifat
individu. Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis model desain kurikulum,
yaitu kurikulum yang berorientasi pada tujuan, model proses, dan model
kurikulum yang didasarkan kepada analsisis situasional. Lingstreet dan Shane
(1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain yaitu, kurikulum
yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada
anak, kurikulum yang bersifat ekletik.
Manakala kita kaji desain kurikulum yang dikemukakan para ahli tersebut,
kurikulum itu memiliki kesamaan-kesamaan sebagaimana skema berikut:
11
PAKAR KURIKULUM
Sukmadinata Eisner & Vallance (1974) McNeil
(1977) Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) Brennan (1985) Longstreet
& Shane (1993)
12
1. Subject Centered Design
Subject centered design curiculum merupakan kurikulum yang dipusatkan
pada isi atau materi yang akan diajarkan. Desain ini merupakan bentuk desain
yang paling banyak digunakan. Desain ini juga disebut dengan separated
subject curriculum , krena kurikulum model ini tersusun atas sejumlah mata
pelajaran dan diajarkan secara terpisah-pisah. Desain ini memiliki kelebihan
dan kekurangan, antara lain :
kelebihan kekurangan
a. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan.
b. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai
ilmu atau bahan yang akan diajarkan.a. Karena pengetahuan
disampaikan secara terpisah-pisah, maka hal itu berlawanan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
b. Karena mengutamakan bahan ajar, maka peran peserta didik adalah
pasif.
c. Pengajaran lebih menekankan pada aspek kognitif dan kehidupan
masalalu serta kurang praktis.
13
a. Karena mata pelajaran diambil dari imu yang sudah tersusun sitematis
logis, maka penyusunannya cukup mudah.
b. Bentuk ini sudah lama dikenal, sehingga mudah untuk dilaksanakan.
c. Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi, karena pada pergurua tinggi umumnya digunakan bentuk
ini.
d. Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien.
a. Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu
terlepas dari yang lainnya.
b. Isi kurikulum out of date.
c. Kurikulum kurang memperhatikan minat dan kebutuhan serta
pengalaman peserta didik.
d. Kurang memperhatikan cara penyampian.
14
yang berkembang pada siswa.a. Belum dapat memberikan pengetahuan
yang terintegarsi.
b. Belum dapat mengintegarsikan sekolah dengan masyarakat atau
kehidupan.
c. Susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun
untuk penggunaannya.
15
Pola desain kurikulum ini lebih baik diterapkan dalam pola
pengembangan kurikulum pendidikan agama islam daripada kedua pola
sebelumnya. Walaupun demikian, pola ini masih belum memenuhi kriteria
kaffah yang dapat menyangkut semua masalah kehidupan peserta didik, orang
tua, dan masyarakat. Misalnya, interpretasi tentang tafsir hanya menggunakan
ilmu bantu “kebahasaan, asbabun nuzul, qishah israiliyah, dan ushul fiqih”.
Belum menggunakan interpretasi yang aktual kontekstual yang menuntut
adanya pemasukan materi ekonomi, politik, sosial, biologis, psikologis, dan
sebagainya.
2. Learner Centered Design
Learner centered design curriculum merupakan kurikulum yang
memberikan tempat utama kepada peserta didik. Guru hanya berperan
menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Salah satu variasi model ini adalah the activity or experience design.
Ciri dari variasi model ini adalah :
a. Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik
dan implementasinya hendaknya guru dapat menemukan minat dan kebutuhan
peserta didik dan membantu para siswa memilih mana yang paling penting
dan urgen.
b. Kurikulum disusun bersama oleh guru dan para siswa.
c. Desain kurikulum menekankan pada pemecahan masalah.
kelebihan kekurangan
a. Motivasi belajar bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar.
b. Pengajaran memperhatikan perbedaan individual.
c. Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan
dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan diluar sekolah. a.
16
Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok
dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b. Kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan
pesertadidik, dasar apa yang digunakan untuk menyususn struktur kurikulum.
c. Sangat lemah dalam kontunuitas dan sekuens bahan.
d. Kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa.
17
b. Lemahnya atau kekurangannya integritas dan kontinuitas organisasi
kurikulum.
c. Mengabaikan warisan budaya.
d. Kecenderungan untuk mengindoktrinisasi peserta didik dengan kondisi
yang ada.
e. Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan
dengan model tersebut
18
3) The fused core, yaitu core yang terdiri dari masalah yang luas,unit
kerja atau tema yang disatukan, yang dipilih untuk menghasilkan arti
mengajar secara tepat dan efektif mengenai isi pelajaran tertentu, misalnya,
MTK, IPA dan IPS.
4) The activity core, yaitu core yang menampakkan mata pelajaran yang
dilebur dan diintegrasikan.
5) The areas of living core, yaitu core yang merupakan masalah luas,
yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial, serta masalah minat peserta
didik.
6) The social problems core, yaitu core merupakan unit kerja yang
direncanakan oleh peserta didik dan guru mememnuhi kebutuhan kelompok.
Masing-masing desain tersebut dikembangkan menjadi satu
rancangan kurikulum yang memuat unsur-unsur pokok kurikulum,
yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi yang sesuai
denagan inti setiap model desain.
19