Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI

Yang diampu:

Muhammad Zainul Arifin, M.Pd.I

Disusun oleh:

Evi Wijayanti (12201163149)

Nurul Khomariyah (12201173374)

Hendri Wahyu Priyanto (12201173384)

M. Ifrodul Mahfud (12201173453)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

Februari 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta taufik
dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas matakuliah
Pengembangan Kurikulum PAI.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
terang benderang ini yaitu agama Islam.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah


memberikan dukungan kepada kami dan mengijinkan kami memakai
semua fasilitas yang ada di IAIN Tulungagung untuk menunjang
kelancaran proses perkuliahan kami,

2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.

3. Muhammad Zainul Arifin, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah


Pengembangan Kurikulum PAI yang sangat tulus dan ikhlas memberikan
bimbingan dan pembelajaran kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurnan makalah ini.

Tulungagung, Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....…..........i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang..................................................................................................1

2. Rumusan Masalah.............................................................................................2

3. Tujuan...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

1. Makna dari model desain pembelajaran ASSURE...........................................

2. Tahap-tahap model desain pembelajaran ASSURE....................................


3. Manfaat model desain pembelajaran ASSURE..................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................................29

Saran....................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai bagian dari kebutuhan manusia, memegang peranan
yang sangat penting untuk menciptakan peradaban yang maju. Maju tidaknya
suatu peradaban ditentukan oleh baik tidaknya mutu dari pendidikan yang ada
pada waktu itu.1
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena
merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks
pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang
dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik,
intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya. Kurikulum
dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang digunakan guru sebagai
pegangan dalam proses belajar mengajar.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan
alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan
kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak,
sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan
kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik
dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta
berusaha mengembangkannya. Oleh karena itu, oemakalah akan akan
membahas lebih dalam mengenai konsep pengembangan kurikulum PAI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum Secara Umum?
2. Bagaimana Prinsip-Prinsip Pemgembangan Kurikulum PAI?
3. Apa Macam-macam Desain Pengembangan Kurikulum?

1
Baharun, H. (2016a). Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis. Pedagogik,
3(2), 96– 107.

1
4. Bagaimana Aspek Sosio Kultural dalam Desain Kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Kurikulum Secara Umum.
2. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Pemgembangan Kurikulum PAI.
3. Untuk mengetahui Macam-macam Desain Pengembangan Kurikulum.
4. Untuk mengetahui Aspek Sosio Kultural dalam Desain Kurikulum
PAI.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Secara Umum


Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu curriculum
yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan bahwa kata
kurikulum berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari.2 Dalam
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, kata kurikulum berarti perangkat
mata pelajaran yang diberikan pada lembaga pendidikan, atau perangkat mata
kuliah pada bidang khusus.
Pengertian secara umum dapat dilihat dari pernyataan mengenai
Pengertian kurikulum menurut para ahli. Menurut Crow and Crow kurikulum
adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syrarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.3 Sedangkan menurut
Muhammad Ali Khail kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media
untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Dalam hal ini sejalan dengan perkembangan, istilah kurikulum
mengalami banyak perubahan makna, kurikulum tidak hanya diartikan
sebagai seperangkat pembelajaran yg harus diberikan dan dikuasai oleh siswa,
akan tetapi lebih luas lagi sebagai segala sesuatu yg harus dilaksanakan dalam
proses pembelajaran yg dialami oleh siswa dan guru. Dalam pendangan saat
ini, istilah kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu
yang nyata terjadi dalam proses pembelajaran, seperti yang dikatakan Ahmad
Tafsir mengatakan bahwa kurukulum tidak hanya sekedar berisi rencana

2
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-4, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), hlm.
1.
3
Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), hlm. 75

3
pembelajaran atau bidang studi, melainkan semua yang secara nyata terjadi
dalam proses pendidikan sekolah.4
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I
Pasal I disebutkan bahwa, kurukulum merupakan perangkat rencana dan
peraturan terkait isi dan materi pelajran serta metode yang dipakai sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.5 Saylor, alexander, dan
Lewis merumuskan pengertian kurikulum sebagai berikut:6
1. Kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar mengajar
Kurikulum diartikan sebagai planing tentang sejumlah bahan
pelajaran yang disediakan oleh lembaga pendidikan untuk dipelajari
oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran disuatu lembaga.
Rumusan pengertian seperti demikian populernya, sehingga kamus
Webster’s New Internasional Dictionary, yang sudah memasukkan
pengertian kurikulum dalam bahasa Inggris sejak tahun 1953,
memaknai kurikulum: 1) sebagai sejumlah perangkat pelajaran yang
diterapkan untuk dipelajari oleh siswa di suatu lembaga atau
perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazah dan gelar, 2) keseluruhan
perangkat mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau suatu departement tertentu.
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Kategori pengertian kurikulum yang kedua adalah kurikulum di
anggap sebagai seluruh pengalaman belajar yg diperoleh oleh peserta
didik atas tanggung jawab lembaga pendidikan.
Pengalamanpengalaman belajar itu bisa berupa mengkaji seluruh
mata pelajaran, dan bisa juga pengalaman belajar lain yg dianggap
bermanfaat bagi siswa.

4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, hlm 53
5
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, 2010 Jakarta: Rineka Cipta
6
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 2008, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, hlm 2-7

4
3. Kurikulum sebagai rencana belajar
Kedua pengertian kurikulum diatas samasama memiliki keterbatasan
sendiri di dalam proses penerapannya. Pada rumusan pertama,
keterbatasan penerapannya terletak pada sempitnya cakupan. Pada
rumusan kedua, keterbatasannya teretak pada ketidak fungsionalan
konsep untuk diterapkan dalam konteks perencanaa. Rumusan
pengertian kurikulum yang ketiga menyodorkan alternatif yang lebih
rasional dan fungsional, sehingga ia dapat diterapkan dalam situasi
praktis.

Dari beberapa pendapat dan penjelasan mengenai kurikulum dapat


disimpulkan bahwa dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian
ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak
didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang
perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan Islam.

B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum PAI


Nana Syaodih S. membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi
dua, yaitu prinsip umum dan khusus.7
1. Prinsip Umum
Pengembangan kurikulum mempunyai lima prinsip umum. Pertama,
relevansi. Ada dua macam yang harus dimiliki kurikulum, yaitu
relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevensi
ke luar maksudnya adalah tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat. Selain itu, kurikulum juga harus memiliki
relevansi di dalam, yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara
komponen-komponen kurikulum (antara tujuan, isi, proses

7
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-7, hlm. 150-151

5
penyampaian, dan penilaian). Relevansi internal ini menununjukkan
suatu keterpaduan kurikulum.
Kedua, fleksibelitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur
atau fleksibel. Kurikulum yang baik adalah yang berisi hal-hal solid,
tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan,
dan latar belakang peserta didik.
Ketiga, kontinuitas atau kesinambungan. Perkembangan dan proses
belajar peserta didik hendaknya berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus ataupun berhenti-henti. Pengembangan kurikulum
perlu dilakukan secara serempak, sehingga harus selali ada komunikasi
dan kerja sama antara para pengembang kurikulum SD, SMP, SMA, dan
perguruan tinggi.
Keempat, praktis. Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana, dan berbiaya murah. Prinsip ini juga
disebut prinsip efisiensi. Kelima, efektivitas. Walaupun kurikulum
tersebut harus murah, sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap
harus diperhatikan.
2. Prinsip Khusus
a. Prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum
atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek
(tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
1) Ketentuan dan kebujaksanaan pemerintah, yang dapat
ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara
mengenai tujuan, serta strategi pembangunan, termasuk
di dalamnya pendidikan.
2) Survey mengenai persepsi orang tua atau masyarakat
tentenag kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui
angket atau wawancara dengan mereka.

6
3) Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-
bidang tertentu yang dihimpun melalui angket,
wawancara, observasi, dan berbagai media massa.
4) Survey tentang manpower.
5) Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang
sama.
6) Penelitian.
b. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan
Dalam memilih isi pendidikan, perlu dipertimbangkan
beberapa hal berikut:
1) Perlu penjabarantujuan pendidikan/pengajaran ke
dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana. Semakin umum suatu perbuatan hasil
belajar dirumuskan, semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar.
2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang
logis dan sistematis.
c. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar
Mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Apakah metode/teknikbelajar mengajar yang digunakan
cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
2) Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan
yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan
individual peserta didik?
3) Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan
kegiatan yang bertingkat-tingkat?

7
4) Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan
kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik?
5) Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan
peserta didik, guru, atau kedua-duamya?
6) Apakah metode/teknik tersebut dapat mendorong
berkembangnya kemampuan baru?
7) Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan
kegiatan belajar di sekolah dan rumah, sekaligus
mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan
masyarakat?
8) Untuk belajar keterampilan, sangat dibutuhkan kegiatan
belajar yang menekankan learning by doing di samping
learning by seeing and knowing.
d. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Media dan Alat
Pengajaran
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk memilih
media dan alat pengajaran adalah sebagai berikut:
1) Alat atau media pengajaran apa yang diperlukan
2) Jika ada alat yang harus dibuat, hendaknya
memperhatikan bagaimana pembuatannya, siapa yang
membuat, pembiayaan, dan waktu.
3) Bagaimana pengorganisasian alat dalam behan
pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar,
atau yang lainnya,
4) bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan
kegiatan belajar
5) hasil terbaik akan diperoleh jika menggunakan
multimedia.

8
e. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Kehiatan Penilaian
1) Dalam penyusunan alat penilaian (tes), hendaknya diikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum dalam
ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b) Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku peserta didik yang
dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran.
Tuliskan butir-butir tes.
2) Dalam merencanakn suatu penilaian, perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
a) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelo,pok
yang akan di tes?
b) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
tes?
c) Apakah tes tersebut berbrntuk uraian atau objektif?
d) Berapa banyak butir tes perlu disusun?
e) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau
peserta didik?
3) Dalam pengolahan suatu hasil penilaian, hendaknya
diperhatikan hal-hal berikut:
a) Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil
tes?
b) Apakah digunakan formula questing.
c) Bagaimana pengubahan skor kedalam skor masak?
d) Skor standar yang digunakan? Untuk apakah hasil-hasil
tes digunakan.8

8
Ibin., hlm 152-155

9
Sedangkan menurut Saylor mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum Pendidikan Agama Islam prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta


pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi
pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2. Kurikulum harus memuat berbagai pengalaman belajar yang
bermakna dalam rangka merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan,
khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan
guru.
3. Kurikulim harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi
guru untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih,
membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di
sekolah.
4. Kurikulum harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan
pengalaman dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan
siswa.
5. Kurikulum harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai
pengalaman belajar anak yang diperoleh di luar sekolah dan
mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6. Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang
berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan
dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman
berikutnya.
7. Kurikulum harus didesain agar dapat membantu siswa
mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai
demokrasi yang menjiwai kultur.
8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.9
9
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),
hlm. 14

10
C. Macam-macam Desain Pengembangan Kurikulum PAI
Beberapa ahli merumuskan macam-macam desain kurikulm, Eisner
dan Vallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu model
pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum
aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalis
akademis. McNeil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model
yaitu, model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum
teknologi, dan kurikulum subjek akademik. Saylo, Alexander, dan Lewis
(1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin,
kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum
sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang bersifat
individu. Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis model desain kurikulum,
yaitu kurikulum yang berorientasi pada tujuan, model proses, dan model
kurikulum yang didasarkan kepada analsisis situasional. Lingstreet dan Shane
(1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain yaitu, kurikulum
yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada
anak, kurikulum yang bersifat ekletik.
Manakala kita kaji desain kurikulum yang dikemukakan para ahli tersebut,
kurikulum itu memiliki kesamaan-kesamaan sebagaimana skema berikut:

11
PAKAR KURIKULUM
Sukmadinata Eisner & Vallance (1974) McNeil
(1977) Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) Brennan (1985) Longstreet
& Shane (1993)

Subject Centered Design Pengembangan proses kognitif Kurikulum


subjek akademik Subject matter disiplin Kurikulum berorientasi
pada tujuan Kurikulum berorientasi pada pengetahuan
Kurikulum sebagai teknologi Kurikulum teknologi Kurikulum
teknologi Kurikulum berorientasi pada proses
Kurikulum rasional akademis

Learner Centered Design Kurikulum aktualisasi diri Kurikulum


humanis Kurikulum yang bersifat individu Kurikulum
berorientasi pada anak

Problem Centered Design Kurikulum rekonstruksi social Kurikulum


rekonstruksi social Kurikulum sebagai fungsi sosial Kurikulum
berorientasi pada analisis situasional Kurikulum berorientasi pada masyarakat
Kurikulum yang bersifat ekletik

Selanjutnya berdasarkan apa yang menjadi fokus pengajaran, desain


kurikulum Pendidikan Agama Islam, maka pembahasan makalah ini akan
membahas tentang macam-macam desain pengembangan kurikulum menurut
Sukmadinata, yaitu:

12
1. Subject Centered Design
Subject centered design curiculum merupakan kurikulum yang dipusatkan
pada isi atau materi yang akan diajarkan. Desain ini merupakan bentuk desain
yang paling banyak digunakan. Desain ini juga disebut dengan separated
subject curriculum , krena kurikulum model ini tersusun atas sejumlah mata
pelajaran dan diajarkan secara terpisah-pisah. Desain ini memiliki kelebihan
dan kekurangan, antara lain :
kelebihan kekurangan
a. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan.
b. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai
ilmu atau bahan yang akan diajarkan.a. Karena pengetahuan
disampaikan secara terpisah-pisah, maka hal itu berlawanan dengan
kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.
b. Karena mengutamakan bahan ajar, maka peran peserta didik adalah
pasif.
c. Pengajaran lebih menekankan pada aspek kognitif dan kehidupan
masalalu serta kurang praktis.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan diatas, para pengkritik menyarakn


perbaikan ke arah yang lebih terintegrasi, praktis, dan bermakna serta
memberikan peran yang lebih aktif kepada siswa. Beberapa variasi model ini
antara lain :
a. The Subject Design
Ciri variasi model ini yaitu :
1) Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-
mata pelajaran.
2) Isi pelajaran diambil dari pengetahuan dan nilai-nilai yang telah
ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya.
3) Siswa dituntut menguasai pengetahuan yang diberikan.
kelebihan kekurangan

13
a. Karena mata pelajaran diambil dari imu yang sudah tersusun sitematis
logis, maka penyusunannya cukup mudah.
b. Bentuk ini sudah lama dikenal, sehingga mudah untuk dilaksanakan.
c. Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi, karena pada pergurua tinggi umumnya digunakan bentuk
ini.
d. Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien.
a. Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu
terlepas dari yang lainnya.
b. Isi kurikulum out of date.
c. Kurikulum kurang memperhatikan minat dan kebutuhan serta
pengalaman peserta didik.
d. Kurang memperhatikan cara penyampian.

b. The disclipnes design


Ciri dari variasi model kurikulum ini antara lain :
1) Menekankan pada isi atau materi kurikulum
2) Kriteria (tentang apa yang disebut subject/ilmu) telah tegas
3) Isi kurikulum yang diberikan disekolah adalah disiplin-disiplin ilmu
4) Peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar
suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting,
juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukan.
5) Proses belajar menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery.
kelebihan kekurangan
a. Kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan
efektif tetapi juga dapat memlihara integritas intelektual pengetahuan
manusia.
b. Peserta didik tidak hanya menguasai serentakan fakta, prinsip hasil
hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual

14
yang berkembang pada siswa.a. Belum dapat memberikan pengetahuan
yang terintegarsi.
b. Belum dapat mengintegarsikan sekolah dengan masyarakat atau
kehidupan.
c. Susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun
untuk penggunaannya.

Penggunaan dua pola desain kurikulum diatas sedikit sekali mendapat


proporsi dalam kurikulum Pendidikan Agama Islamkarena desain ini masih
dalam taraf pemula atau taraf verbalistik untuk peserta didik tingkat dasar
(ibtida’) dan kurang sesuai untuk tingkat berikutnya.
d. The broad fields design
Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang
berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah,
geografi, dan ekonomi digabungkan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu
nahwu, ilmu sharaf, ilmu balaghah, ilmu mantiq dikelompokkan sebagi “ilmu
alat”, dan sebagainya.
kelebihan kekurangan
a. Karena dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi
penyatuan beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-
warisan secara sitematis dan teratur.
b. Karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan
peserta didik melihat hubungan antara berbagai hal. a. Kemampuan guru
untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasai bidang yang luas, teapi
untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi di perguruan tinggi sukar sekali.
b. Karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan
secara mendetail, yang diajarkannya hanya permukaannya saja

15
Pola desain kurikulum ini lebih baik diterapkan dalam pola
pengembangan kurikulum pendidikan agama islam daripada kedua pola
sebelumnya. Walaupun demikian, pola ini masih belum memenuhi kriteria
kaffah yang dapat menyangkut semua masalah kehidupan peserta didik, orang
tua, dan masyarakat. Misalnya, interpretasi tentang tafsir hanya menggunakan
ilmu bantu “kebahasaan, asbabun nuzul, qishah israiliyah, dan ushul fiqih”.
Belum menggunakan interpretasi yang aktual kontekstual yang menuntut
adanya pemasukan materi ekonomi, politik, sosial, biologis, psikologis, dan
sebagainya.
2. Learner Centered Design
Learner centered design curriculum merupakan kurikulum yang
memberikan tempat utama kepada peserta didik. Guru hanya berperan
menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Salah satu variasi model ini adalah the activity or experience design.
Ciri dari variasi model ini adalah :
a. Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik
dan implementasinya hendaknya guru dapat menemukan minat dan kebutuhan
peserta didik dan membantu para siswa memilih mana yang paling penting
dan urgen.
b. Kurikulum disusun bersama oleh guru dan para siswa.
c. Desain kurikulum menekankan pada pemecahan masalah.

kelebihan kekurangan
a. Motivasi belajar bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar.
b. Pengajaran memperhatikan perbedaan individual.
c. Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan
dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan diluar sekolah. a.

16
Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok
dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b. Kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan
pesertadidik, dasar apa yang digunakan untuk menyususn struktur kurikulum.
c. Sangat lemah dalam kontunuitas dan sekuens bahan.
d. Kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa.

3. Problems Centered Design


Problems centered design berdasar pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia dan menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat. Konsep berdasar dari asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Manusia menghadapi masalah
bersama dan dipecahkan bersama pula. Model ini menekankan pada isi
maupun perkembangan peserta didik. Variasi model ini antara lain :
a. The areas of living design
Model ini menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah
dan ciri lain model ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi
nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-
bidang kehidupan. Desain ini menarik minat peserta didik dan
mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hiudpnya dalam bermasyarakat.
kelebihan kekurangan
a. Model ini merupakan the subject matter desain tetapi dalam bentuk
yang terintegrasi.
b. Model ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan
masalah.
c. Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang relevan dan fungsional.
d. Motivasi belajar datang dari dalam peserta didik. a. Penentuan
lingkungan dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yag sangat esensial dan
sukar.

17
b. Lemahnya atau kekurangannya integritas dan kontinuitas organisasi
kurikulum.
c. Mengabaikan warisan budaya.
d. Kecenderungan untuk mengindoktrinisasi peserta didik dengan kondisi
yang ada.
e. Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan
dengan model tersebut

b. The core design


Istilah the core curriculum merujuk pada suatu rencana yang
mengorganisasikan dan mengatur bagian terpenting dari program pendidikan
umum di sekolah. Faunce dan Bossing mengistilahkan core curriculum
dengan merujuk pada pengalaman belajar berasal dari : 1) kebutuhan atau
dorongan secara individual maupun secara umum, 2) kebutuhan secara sosial
dan sebagai warga negara masyarakat demokratis.
Pada awalnya, core dimaksudkan sebagai bahan penting yang harus
diketahui oleh setiap peserta didikpada semua tingkatan sekolah. Jadi, core
memberikan pendidikan umum yang mana materinya perlu diketahui atau
dipelajari setiap anak didik.
Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design. Mayoritas
memandang sebagai suatu model pendidikan atau progaram pendidikan yang
memberikan pendidikan umum. The core curriculum diberikan guru-guru
yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Variasi the
core curriculum menurut Alberty ada enam, yaitu :
1) The separate subject core, yaitu core yang terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang diorganisasikan, diajarkan secara bebas untuk menunjukkan
hubungan masing-masing pelajaran tersebut.
2) The correlated core, yaitu core yang terdiri dari sejumah mata
pelajaran yang dihubungkan antara yang satu dengan yang lain

18
3) The fused core, yaitu core yang terdiri dari masalah yang luas,unit
kerja atau tema yang disatukan, yang dipilih untuk menghasilkan arti
mengajar secara tepat dan efektif mengenai isi pelajaran tertentu, misalnya,
MTK, IPA dan IPS.
4) The activity core, yaitu core yang menampakkan mata pelajaran yang
dilebur dan diintegrasikan.
5) The areas of living core, yaitu core yang merupakan masalah luas,
yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial, serta masalah minat peserta
didik.
6) The social problems core, yaitu core merupakan unit kerja yang
direncanakan oleh peserta didik dan guru mememnuhi kebutuhan kelompok.
Masing-masing desain tersebut dikembangkan menjadi satu
rancangan kurikulum yang memuat unsur-unsur pokok kurikulum,
yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi yang sesuai
denagan inti setiap model desain.

19

Anda mungkin juga menyukai