1. Retorika adalah seni mengafeksi (menarik minat) pihak lain dengan tutur
dengan mengatur undur-unsur tutur begutu rupa untuk meraih respon
pendengar
2. Retorika adalah seni mangajarkan kaidah dasar pemakaian bahasa yang
efektif
3. Retorika adalah seni bertutur yang dapat mempersuasi dan dapat
memberikan informasi yang rasional kepada pihak lain
4. Retorika adalah upaya pemilihan bentuk pengungkapan yang efektif dengan
cara lain yang mampu memukau
5. Retorika adalah ide atau gagasan untuk mempersuasi
Ungkapan yang baik secara baik secara retoris harus didukung oleh unsur
bahasa, etika dan nilai moral, nalar yang baik, serta pengetahuan yang memadai.
Keempat unsur ini merupakan pendukung utama retorika. Jika unsur utama ini
diabaikan, maka pelencengan hakikat retorika. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1. Bahasa
Bahasa merupakan pendukung utama retorika. Boleh dikatakan bahwa tanpa
bahasa, maka tidak ada retorika. Bahasa berhubungan dengan penyajian
pesan dalam komunikasi. Wujud retorika adalah penggunaan bahasa. Pada
penggunaan bahasa inilah dilakukan pemilihan-pemilihan kemungkinan
unsur bahasa yang dipandang paling persuasive oleh komunikator.
Pemilihan-pemilihan unsur bahasa bisa dalam bentuk istilah, kata,
ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain.
2. Etika dan Nilai Moral
Etika dan nilai moral adalah hal yang penting dalam retorika. Adanya etika
dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktivitas komunikasi yang
dilakukan bertanggung jawab. Komunikator harus memperhatikan isi yang
dibicarakan, tidak sekedar memamerkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan gaya bahasa yang memukau. Etika dan nilai moral inilah
menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung
jawab dalam aktivitas komunikasinya. Ada tiga syarat yang berhubungan
dengan etika yang perlu diperhatikan oleh komunikator dalam
menyampaikan pesannya, yakni: 1) bertanggung jawab atas pemilihan
unsur-unsur persuasive dan menyadari kemungkinan berbuat salah, 2)
berusaha mengetahui dan menyadari secara jujur akan kerugian yang timbul
sebagai akibat kecurangan diri sendiri, dan 3) toleran terhadap pendengar
yang tidak setuju terhadap apa yang disampaikan.
3. Penalaran yang Benar
Penyampaian pesan dalam komunikasi harus didukung oleh penalaran yang
benar agar pesan yang disampaikan mempunyai kekuatan landasan. Ini
merupakan syarat yang sejak awal diperingatkan oleh Aristoteles bahwa
retorika bukan sekedar permainan kata-kata atau permainan bahasa. Dengan
penaran yang benar, penyampaian pesan diharapkan menggunakan
argument-argumen yang logis dalam mempersuasi pendengarnya. Untuk
mendukung penalaran yang benar, maka penyampaian pesan atau
pemakaian retorika dapat menggunakan induksi, deduksi, silogisme,
entimem, atau menunjukkan contoh-contoh.
4. Pengetahuan yang Memadai
Jika tidak ditunjang oleh pengetahuan yang memadai, maka penyampaian
pesan bisa menjadi tukang bual. Komunikator harus memahami benar
tentang apa yang ingin disampaikan. Selain itu, ia harus mempunyai fakta-
fakta yang relevan tentang apa yang hendak disampaikan, dan memiliki ide
atau gagasan yang jelas tentang bagaimana menyampaikan kepada
pendengarnya. Ini berarti, komunikator harus menguasai benar tentang
materi dan stratrgi penyampaian.
Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, maka para pendidik perlu membuat
perencanaan, menyiapkan materi, menata unit-unit materi, menentukan saran,
menetapkan metode, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari perencanaan
sampai dengan pelaksanaan yang dilakukan itu, para pendidik selalu mengkaji
persoalan-persoalan yang ada seputar peserta didik. Hal ini dilakukan agar bimbingan
yang diberikan dapat memotivasi, menarik minat, dan mempersuasi peserta didik
untuk belajar. Dalam melakukan kegiatan seperti inilah, para pendidik terlibat dalam
penggunaan retorika.
Penggunaan retorika secara praktis, tampak lebih nyata lagi dalam proses
belajar mengajar di kelas. Dalam hubungan ini, para guru menerapkan prinsip-prinsip
pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya. Melalui aktivitas belajar mengajar, guru
memanfaatkan retorika sebanyak-banyaknya berdasarkan jenis materi pembelajaran
yang diajarkan, kondisi peserta didik yang dihadapi, keadaan sekolah tempat
mengajar, situasi sosial politik yang sedang berlangsung, dan faktor yang lain. Yang
lebih nyata lagi bahwa guru menggunakan retorika adalah ketika guru mengambil
contoh yang diketahui oleh anak, memberi ulasan, menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, menggunakan mimik. Jadi, untuk meyakinkan
peserta didik akan kebenaran materi yang disajikan, para pendidik melakukan
sejumlah upaya dan tindakan. Semua upaya dan tindakan yang dilakukan itu
dimaksudkan untuk meyakinkan. Itulah pada hakikatnya retorika yang dilakukan oleh
pendidik dalam pembelajaran.