Anda di halaman 1dari 13

Keterampilan berbicara di SD

A campaian pembelajaran
(1) Memahami rasional;
(2) Memahami tujuan mata pelajaran;
(3) Mempelajari karakteristik;
(4) Mempelajari capaian per fase.
(5) berbicara dengan baik.
(6) menggunakan bahasa yang baku

B latar belakang
Latar Belakang
Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide,
gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Dalam
proses berbicara seseorang akan mengalami proses berfikir untuk mengungkapkan ide
dan gagasan secara luas. Proses berbicara sangat terkait hubungannya dengan faktor
pengembangan
berfikir, berdasarkan pengalaman yang mendasarinya. Pengalaman tersebut dapat
diperoleh melalui membaca, menyimak, pengamatan dan diskusi.
Dalam kesehariannya, orang membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan
komunikasi. Bentuk komunikasi yang paling mendominasi dalam kehidupan sosial adalah
komunikasi lisan. Orang membutuhkan komunikasi dengan orang lain dalam
memberikan informasi, mendapatkan informasi, atau bahkan menghibur. Selain itu
kemampuan berkomunikasi sangat pentingdimilikiseseorang untuk menyampaikan
pendapat kepada orang lain. Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang
mengikutsertakan sebagian dari anggota tubuh manusia, hal ini erat kaitannya dengan
kegiatan yang lain seperti membaca, mendengar dan menulis. Menurut Arsjad dan Mukti
(1987 : 25 ), kemampuan berbicara tidak hanya mempunyai hubungan timbal balik
dengan kemampuan mendengarkan, tetapi jugaberhubungan dengan kemampuan
menulis dan membaca. Seorang pembicara yang baik, umumnya memerlukan persiapan
menulis. Pembicara hendaknyamengetahui bagaimana
mendapatkan topik yang menarik dan bagaimana memecah topik ini menjadi kerangka,
sehinggakemudian dapat dijadikan pedoman dalam mencari bahan. Bahan ini diperoleh
dari bermacam sumber, antara lain melalui membaca.
C Ciri Berbicara
Keterampilan berbicara sangat mudah untuk diidentifikasi, sehingga dapat dengan mudah
dibedakan dengan jenis keterampilan bahasa lainnya.

Berikut adalah beberapa ciri keterampilan berbicara.


1. Keterampilan berbahasa yang dihasilkan oleh alat ucap.
2. Suatu bentuk komunikasi lisan.
3. Salah satu ragam bahasa yang bersifat produktif.
4. Digunakan untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan gagasan.
5. Keterampilan berbahasa kedua yang dikuasai oleh manusia setelah menyimak.
D Tujuan Berbicara
Berbicara setidaknya memiliki lima tujuan, di antaranya adalah menghibur,
menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan. Adapun definisi
lanjut dari keempat tujuan berbicara yakni.

1. Berbicara untuk Menghibur


Berbicara untuk menghibur adalah pembicara berusaha untuk menyenangkan atau
menyejukkan hati pendengar. Usaha untuk menyenangkan hati pendengar dapat dilakukan
dengan humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan
sebagainya. Berbicara yang memiliki efek munculnya suasana gembira pada pendengar
adalah tujuan utama dari berbicara untuk menghibur.
2. Berbicara untuk Menginformasikan
Berbicara untuk menginformasikan adalah bagian dari tujuan berbicara ketika seseorang
ingin memberitahukan suatu pengetahuan atau informasi yang menurutnya penting. Lebih
lanjut menurut (Mudini & Purba, 2009, p. 4), berbicara untuk menginformasikan
dilakukan ketika seseorang ingin: (1) menerangkan atau menjelaskan sesuatu proses; (2)
memberi atau menanamkan pengetahuan; (3) menguraikan, menafsirkan, atau
menginterpretasikan sesuatu hal; dan (4) menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara
benda, hal, atau peristiwa.

3. Berbicara untuk Menstimulasi


Berbicara untuk menstimulasi adalah berbicara dengan tujuan untuk memotivasi atau
mendorong pendengar agar melakukan sesuatu yang diinginkan pembicara. Berbicara
untuk menstimulasi ini dibutuhkan kemampuan pembicara untuk pintar merayu,
mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Tujuan berbicara ini dapat tercapai jika
pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita
pendengarnya. Berdasarkan informasi itu, pembicara dapat merayu, memotivasi,
memengaruhi, atau menstimulasi pendengarnya, sehingga pada akhirnya pendengar
tergerak untuk mengerjakan apa yang dikehendaki pembicara.

4. Berbicara untuk Meyakinkan


Berbicara untuk meyakinkan adalah kegiatan berbicara untuk memastikan atau
memberikan keyakinan pada pendengarnya terhadap sesuatu yang belum mereka percaya.
Dengan pembicaraan yang bertujuan untuk meyakinkan, diharapkan dapat menambah
kepercayaan atau mengubah keyakinan pendengar. Melalui pembicaraan yang
meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah misalnya dari sikap menolak menjadi sikap
menerima. Misalnya bila seseorang atau sekelompok orang tidak menyetujui suatu
rencana, pendapat atau putusan orang lain, maka orang atau kelompok tersebut perlu
diyakinkan bahwa sikap mereka tidak benar. Melalui pembicara yang terampil dan
disertai dengan bukti ,fakta contoh, dan ilustrasi yang mengena, sikap itu dapat diubah
dari tak setuju menjadi setuju.

5. Berbicara untuk Menggerakkan


Tujuan berbicara yang terakhir adalah berbicara untuk menggerakkan. Berbicara untuk
menggerakkan adalah kegiatan berbicara untuk memobilisasi orang atau sekelompok
orang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan pembicara. Kegiatan berbicara untuk
menggerakkan, pendengar diharapkan untuk melakukan kegiatan seperti berbuat,
bertindak, atau beraksi seperti yang dikehendaki pembicara. Berbicara untuk
menggerakkan adalah kegiatan lanjut atau perkembangan dari tujuan berbicara untuk
meyakinkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara untuk menggerakkan di antaranya


diperlukan pembicara yang pintar, berwibawa, panutan, atau tokoh idola masyarakat.
Melalui kepintaran atau kewibawaannya dalam berbicara, kemampuannya membakar
emosi, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa
massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.

E KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN VISUALISASI


POSTER
dua, banyak siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru jika guru mengajukan
mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan hasil diskusidan mengungkapkan
pendapat. Pada siklus I hanya sedikit siswa yang berani mengutarakan pendapatnya, dan
untuk mengutarakan pendapatnya, siswa tersebut bahkan lebih sedikit menggunakan
tata bahasa karena siswa masih mencampurkan bahasa daerah yang sering digunakan
untuk berbicara, dan penggunaan bahasa Indonesia tidak mengikuti. bukan aturan yang
berlaku. Dengan bimbingan guru, siswa siklus II mulai bisa menggunakan tata bahasa
yang mengikuti aturan yang berlaku pada EYD.Indikator (3) ketepatan penyusunan
kalimat. Pada indikator ini menjelaskan bagaimana siswa mengungkapkan pendapatnya,
ketika siswa menyampaikan jawaban atau jenisnya saat berdebat dengan siswa lain yang
maju untuk menyampaikan hasil diskusinya. Pada Siklus I, hanya sedikit siswa yang
beranimembantah tanggapan temannya ketika muncul di depan kelas karena tidak
percaya diri dan malu ketika ada kesalahan. siswa mulai berani mengungkapkan
pendapatnya ketika siswa lain melangkah maju untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Tarigan (2015: 3) yang menyatakan bahwa
berbicara adalah suatu keterampilan menyatakan, menyampaikan, mengkomunikasikan
gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau
pendengarnya.Indikator (4) intonasi dan ekspresi. Pada indikator ini menjelaskan
bagaimana siswa berbicara, menjelaskan hasil diskusi yang telah dilaksanakan,
menjelaskan materi atau pendapat yang disampaikan. Pada Siklus Satu, siswa
mengungkapkan pendapatnya dengan tempo,nada, ekspresi, dan gerak tubuh yang tidak
tepat karena siswa kurang percaya diri dan rasa takut. Setelah menerapkan model
pembelajaran open problem dengan bantuan poster dan bimbingan guru, siswa siklus II
mampu berbicara dengan jelas, berbicara dengan tempo, nada, ekspresi, dan gerak
tubuh yang tepat saat mempresentasikan hasil diskusi, mengemukakan pendapat dan
mengajukan pertanyaan.Hasil penelitian yang dilakukansenada dengen riset Setiawan
(2016) daDarmuki dan Hariyadi (2019). Setiawan (2016) menyimpulkan bahwa
Pembelajaran PKn menggunakan pendekatan belajar melalui karya poster untuk
mengenalkan materi globalisasi dapat meningkatkan hasil belajar pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Peningkatan pada aspek kognitif dilihat pada siklus I ke siklus II
yaitu nilai rata-rata 69,55 naik menjadi 77,05,Pada aspek afektif dilihat dari siklus I ke
siklus II yaitu dari 62,5% kriteria cukup naik menjadi 84,43%, dengan kriteria baik,
Sedangkan Pada aspek psikomotorik dilihat siklus I ke siklus II yaitu dari 56,02% kriteria
cukup naik menjadi 84,21% berada pada kriteria baik. Sementara itu penelitian Darmuki
dan Hariyadi (2019) membuktikan bahwa menunjukkan adanya peningkatan hasil
pembelajaran berbicara, ditandai dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang
mencapai batas ketuntasan, yaitu pada siklus I ada 32 mahasiswa (80 %), pada siklus II
ada 38 mahasiswa (95%), dan padasiklus III ada 40 mahasiswa (100%)
pertanyaan secara lisan.Indikator (2) ketepatan pemilihan kata dan ejaan. Indikator ini
menjelaskan bagaimana siswa menggunakan tata bahasa saat
Keterampilan berbicara berdasarkan metode yang digunakan dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis, yaitu
(1) berbicara mendadak atau tanpa persiapan,
(2) berbicara membaca naskah,
(3) berbicara menghafal,
(4) berbicara ekstemporan.
F Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan berbicara secara umum adalah karena adanya dorongan keinginan untuk
menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain (yang diajak berbicara).
Sedangkan tujuan secara khusus ialah mendorong orang untuk lebih bersemangat,
mempengaruhi orang lain agar mengikuti atau menerima pendapat (gagasannya),
menyampaikan sesuatu informasi kepada lawan bicara, menyenangkan hati orang lain,
memberi kesempatan lawan bicara untuk berpikir dan menilai gagasannya.

Pembelajaran dalam melatih keterampilan berbicara harus mampu memberikan


kesempatan kepada setiap individu mencapai kemampuan berbicara dengan baik.
Menurut Hermawan (2014), tujuan keterampilan berbicara bagi peserta didik adalah
sebagai berikut:
Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk mengembangkan keterampilan
berbicara agar terlatih kepercayaan diri dalam pengucapannya.
Kejelasan, untuk melatih peserta didik agar dapat berbicara dengan artikulasi yang jelas
dan tepat dalam pengucapan.
Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara dengan baik dan dapat
menempatkan pada situasi yang sesuai agar dapat bertanggung jawab.
Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam menyimak lawan bicara
dan mampu mengoreksi jika ada ucapan yang salah.
Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam mengucapkan kosa kata
atau kalimat sederhana secara baik dan ini juga harus dibantu oleh lingkungan sekolah
atau guru.
Jenis-jenis Keterampilan Berbicara
Menurut Musaba (2012), keterampilan berbicara dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Bercerita
Bercerita adalah menuturkan suatu cerita secara lisan (walaupun bahan cerita bisa
berwujud karangan tertulis). Kebiasaan bercerita ini banyak ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia. Pada waktu dulu kegiatan bercerita jauh lebih semarak, dibandingkan masa
sekarang. Kegiatan bercerita di kalangan masyarakat Jawa dan beberapa daerah lain juga
mengenal kegiatan bercerita berupa pertunjukan wayang yang dibawakan oleh dalang
dengan perangkat alatnya. Banyak daerah lain mengenal kegiatan bercerita tersebut
dengan nama dan cara yang berbeda-beda. Kegiatan bercerita yang disebutkan di sini
lebih bersifat tradisional, berlaku secara turun-temurun.

b. Debat
Istilah debat tampaknya juga cukup dikenal di kalangan masyarakat. Terkadang ada
ungkapan untuk seseorang yang senang berdebat, maka disebut suka debat atau jago
debat. Debat sebenarnya mirip dengan dialog. Debat berarti bertukar pikiran secara
terbuka untuk membahas masalah yang masih merupakan pro dan kontra dengan
memperhatikan aturan dan tata tertib tertentu.

c. Diskusi
Istilah diskusi cukup dikenal, terutama di kalangan kaum terdidik. Bagi kalangan kampus,
diskusi sudah merupakan kegiatan yang dianggap lazim. Diskusi diartikan sebagai
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi kelompok
biasanya ditandai dengan lebih terbatasnya jumlah peserta, tingkat keformalannya kurang
menonjol. Diskusi panel biasanya menghadirkan beberapa pembicara kunci atau para
penyaji materi, kemudian diikuti audiens. Dalam diskusi panel yang banyak berperan
adalah para panelis (para penyaji atau pembicara), audiens memang diberi kesempatan
memberikan pendapat atau tanggapan, tetapi jatahnya lebih sedikit.

d. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat
kabar, disiarkan melalui radio atau ditayangkan pada layar televisi. Istilah wawancara
sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Wawancara mirip dengan dialog. Namun,
wawancara cenderung lebih mengaktifkan orang yang diwawancarai. Orang yang
diwawancarai tentu amat beragam, bisa ia merupakan seorang ahli atau nara sumber, juga
bisa sebagai anggota masyarakat biasa.

e. Pidato dan Ceramah


Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan
pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Sedangkan ceramah
merupakan suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi tertentu untuk tujuan
tertentu dan kepada pendengar tertentu.

f. Percakapan
Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun komunikasi melalui
bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan (di chat room). Percakapan ini
bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua atau lebih orang.

D Teknik Keterampilan Berbicara


Menurut Oetomo (2015), terdapat beberapa teknik berbicara yang harus dikuasai untuk
mendapatkan kemampuan atau keterampilan berbicara, yaitu sebagai berikut:

BACA JUGA
Keterampilan Menulis
Pengertian, Jenis dan Bentuk Pola Komunikasi
Kecemasan Berbicara
Komunikasi Kelompok
a. Teknik berbicara yang Baik
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi
mis-communication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah
berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan bicara.
Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur sehingga
intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah personal
seorang rekan sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara
diplomatis.

b. Teknik berbicara di depan umum


Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan tersebut bisa dilatih dengan
kepercayaan diri dan kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melatih teknik berbicara di depan umum antara lain adalah sebagai berikut:

Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.


Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus berkeliling bukan pada satu
orang saja. Jadi, semua orang merasa diajak berbicara.
Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.
Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan, namun hindari humor
yang berbau porno.
Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua wawasan yang kita punya,
karena akan menunjukkan kita sok pintar.
Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari maksud.
c. Teknik Berbicara Profesional
Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif. Terdapat tiga faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam berbicara secara profesional, yaitu:

Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata yang kita
ucapkan.
Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.

d. Teknik Membuka dan Menutup Pembicaraan


Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti mengucapkan selamat
pagi, siang atau malam. Untuk memancing perhatian pendengar, lemparkan joke ringan.
Setelah itu baru ke topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustrasi dan summary hasil
pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya diringkas
sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau inti sari pembicaraan. Berbicara
atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan tiga hal. Pertama wawasan atau
materi yang disampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara,
dan penekanannya, ketiga penampilan. Semua hal tersebut dapat dipelajari asalkan siswa
memiliki kemauan. Milikilah motivasi untuk maju dan berkembang mencapai
keberhasilan yang diinginkan.

Faktor Penilaian Keterampilan Berbicara


Menurut Arsjad dan Mukti (1988), terdapat dua faktor yang harus diperhatikan oleh
pembicara dalam memperoleh keterampilan berbicara dengan efektif dan baik, yaitu
faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Adapun penjelasan dari dua faktor
penilaian keterampilan berbicara tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Kebahasaan
Faktor-faktor kebahasaan sebagai penilaian keterampilan berbicara seseorang antara lain
adalah sebagai berikut:

Ketepatan ucapan. Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi


bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan
menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik, atau sedikitnya
bisa mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat
kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa. Sehingga terlalu menarik
perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh.
Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai. Kesesuaian tekanan, nada,
sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang
merupakan faktor penentu. Ketepatan masalah yang dibicarakan dan durasi yang sesuai,
akan menjadi lebih menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat
dipastikan dapat menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
Pilihan kata (diksi). Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih
terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah
dikenal oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau
pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-
betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Selain itu,
pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan.
Ketepatan sasaran pembicaraan. Hal ini menyangkut pemakaian kalimat pembicara yang
menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang
mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menimbulkan akibat.
b. Faktor Non-kebahasaan
Faktor-faktor non-kebahasaan sebagai penilaian keterampilan berbicara seseorang antara
lain adalah sebagai berikut:

Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku
tentu akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja
sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu
saja sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.
Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara. Supaya pendengar dan pembicara betul-
betul dalam kegiatan berbicara, maka pandangan pembicara harus sesuai. Pendengar yang
hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.
Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan isi pembicaraan,
seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima
pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau
ternyata memang keliru.
Gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula
menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan,
biasanya juga dibantu dengan gerak-gerik atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan
komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu
keefektifan berbicara.
Kenyaringan suara yang pas. Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi,
tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak, aturlah
kenyaringan suara supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan
juga mengingat kemungkinan gangguan dari luar.
Kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Sering kali seorang mendengar pembicara berbicara
terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi
tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi
e, o, a, dan sebagainya. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan
menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
Relevansi/Penalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan kenyataan.
Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah jelas. Hal ini berarti
hubungan bagian-bagian dalam kalimat dan hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas
serta berhubungan dengan pokok pembicaraan.
Penguasaan topik. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan, tujuannya tidak lain
supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting,
bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
KETERAMPILAN BERBICARA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), berbicara adalah (1) berkata,
bercakap, berbahasa, (2) melahirkan pendapat (dengan perkataan tulisan, dsb).
Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan.
Pembicara melakukan enkode dan memiliki kode bahasa untuk menyampaikan pesan
dan amanat. Pesan dan amanat ini akan diterima oleh pendengar yang melakukan
dekode atas kode-kode yang dikirim dan memberikan interpretasi. Proses ini berlaku
secara timbal umpan balikantara pembicara dan pendengar yang akan selalu berganti
peran dari peran pembicara menjadi peran pendengar, dan dari peran pendengar
menjadi peran pembicara.Menurut Djargo Tarigan, dkk (1998,12-13), berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Berbicara
identik dengan penggunaan bahasa secara lisan. Penggunaan bahasa secara lisan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara
langsung adalah hal-hal

sebagai berikut:
(1) pelafalan,
(2) intonasi,
(3) pilihan kata
, (4) struktur katadakalimat,
(5) sistematika pembicaraan,
(6) isi pembicaraan,
(7) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta
(8) penampilan (gerak-gerik), penguasaan diri. Hakikat Keterampilan Berbicara Dalam
ilmu komunikasi kita memahami pengertian bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi
yang diucapkan oleh manusia untuk berkomunikasi. Sebelum menelusuri keterampilan
berbicara yang baik dan benar yang Berkaitan dengan hakikat keterampilan berbicara
ada dua hal yang sangat penting kita pahami. Pertama bahwa bahasa adalah suatu
sistem lambang bunyi yang diucapkan dan kedua bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi. Kenyataan bahwa hakikat bahasa itu adalah lambang bunyi yang
diucapkan. Keterampilan berbicara sebagai alat berbahasa utama. Dengan
keterampilanberbicaralah pertama-tama kita memenuhi kebutuhan untuk
berkomunikasi dengan lingkunganmasyarakat tempat kita berada. Kemampuan
berbicara, menyatakan maksud dan perasaan secara lisan, telah dipelajari dan telah
dimiliki siswa sebelum mereka memasuki sekolah. Taraf kemampuan berbicara siswa ini
bervariasi mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang (Tarigan, 1998:39)
Pilihan berganda
1.Membaca cepat untuk mencari ide ide utama disebut…..
a.Reseptif
b.Decoding
c.Encoding
d.Skimminge.Antalog
2 Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apreasias dan…..
a.Menulis
b.Mencatat
c.Menggambar
d.Evaluasie.Menyintesis
3 .Keberhasilan menyimak sangat sanagat bergantung kepada…..
a.Seseorang yang menyimpulkan
b.Kemampuanmengintegrasikankomponenkomponen
c.Pemateri
d.Pemakalahe.Moderator
4.Jenis menyimak diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu….
a.Responsive dan aktif
b.Moderatif
c.Ekstensif dan intensif
d.Inofatif dan aktif
e.Social dan pribadi
4.Apakah tujuan dari menyimak kritis…
a.Menemukan tujuan
b.Menemukanseseorang
c.Menemukan kesalahan
d.Menemukan kejanggalane.Memperoleh fakta
5Aksi terpenting untuk kesuksesan menyimak adalah…
.a.Proses pembuatan keputusan
b.Aksi menyanggah
C.menggoreksi
D menyimpulkan
Esai
1 Upaya apa yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas keterampilan
berbicara pada siswa SD?
Ragamcara meningkatkan kemampuan komunikasi padasiswaDengarkanaspirasi anak. ...
2. Jadi pendengar yang baik. ...
3. Contohkan pada anak untuk selalu berbicara postur tubuh yang baik. ...
4. Rutin adakan diskusi kelompok. ...
Berikan siswa tugas yang mengharuskannya untuk berbicara di depan kelas.
2 Masalah apa saja yang sering muncul dalam keterampilan berbicara?
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa problematika yang dialami siswa dalam
praktik keterampilan berbicara diantaranya kesulitan pemilihan kata dan tata bahasa,
rendahnya konsentrasi, penggunaan campur kode, terbatasnya kosakata, dan rendahnya
tingkat percaya diri.
Daftar Pustaka
Iskandarwassid, D.S. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hermawan, Acep. 2014. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arsjad M, dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai