A campaian pembelajaran
(1) Memahami rasional;
(2) Memahami tujuan mata pelajaran;
(3) Mempelajari karakteristik;
(4) Mempelajari capaian per fase.
(5) berbicara dengan baik.
(6) menggunakan bahasa yang baku
B latar belakang
Latar Belakang
Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide,
gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Dalam
proses berbicara seseorang akan mengalami proses berfikir untuk mengungkapkan ide
dan gagasan secara luas. Proses berbicara sangat terkait hubungannya dengan faktor
pengembangan
berfikir, berdasarkan pengalaman yang mendasarinya. Pengalaman tersebut dapat
diperoleh melalui membaca, menyimak, pengamatan dan diskusi.
Dalam kesehariannya, orang membutuhkan lebih banyak waktu untuk melakukan
komunikasi. Bentuk komunikasi yang paling mendominasi dalam kehidupan sosial adalah
komunikasi lisan. Orang membutuhkan komunikasi dengan orang lain dalam
memberikan informasi, mendapatkan informasi, atau bahkan menghibur. Selain itu
kemampuan berkomunikasi sangat pentingdimilikiseseorang untuk menyampaikan
pendapat kepada orang lain. Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang
mengikutsertakan sebagian dari anggota tubuh manusia, hal ini erat kaitannya dengan
kegiatan yang lain seperti membaca, mendengar dan menulis. Menurut Arsjad dan Mukti
(1987 : 25 ), kemampuan berbicara tidak hanya mempunyai hubungan timbal balik
dengan kemampuan mendengarkan, tetapi jugaberhubungan dengan kemampuan
menulis dan membaca. Seorang pembicara yang baik, umumnya memerlukan persiapan
menulis. Pembicara hendaknyamengetahui bagaimana
mendapatkan topik yang menarik dan bagaimana memecah topik ini menjadi kerangka,
sehinggakemudian dapat dijadikan pedoman dalam mencari bahan. Bahan ini diperoleh
dari bermacam sumber, antara lain melalui membaca.
C Ciri Berbicara
Keterampilan berbicara sangat mudah untuk diidentifikasi, sehingga dapat dengan mudah
dibedakan dengan jenis keterampilan bahasa lainnya.
a. Bercerita
Bercerita adalah menuturkan suatu cerita secara lisan (walaupun bahan cerita bisa
berwujud karangan tertulis). Kebiasaan bercerita ini banyak ditemukan di berbagai daerah
di Indonesia. Pada waktu dulu kegiatan bercerita jauh lebih semarak, dibandingkan masa
sekarang. Kegiatan bercerita di kalangan masyarakat Jawa dan beberapa daerah lain juga
mengenal kegiatan bercerita berupa pertunjukan wayang yang dibawakan oleh dalang
dengan perangkat alatnya. Banyak daerah lain mengenal kegiatan bercerita tersebut
dengan nama dan cara yang berbeda-beda. Kegiatan bercerita yang disebutkan di sini
lebih bersifat tradisional, berlaku secara turun-temurun.
b. Debat
Istilah debat tampaknya juga cukup dikenal di kalangan masyarakat. Terkadang ada
ungkapan untuk seseorang yang senang berdebat, maka disebut suka debat atau jago
debat. Debat sebenarnya mirip dengan dialog. Debat berarti bertukar pikiran secara
terbuka untuk membahas masalah yang masih merupakan pro dan kontra dengan
memperhatikan aturan dan tata tertib tertentu.
c. Diskusi
Istilah diskusi cukup dikenal, terutama di kalangan kaum terdidik. Bagi kalangan kampus,
diskusi sudah merupakan kegiatan yang dianggap lazim. Diskusi diartikan sebagai
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi kelompok
biasanya ditandai dengan lebih terbatasnya jumlah peserta, tingkat keformalannya kurang
menonjol. Diskusi panel biasanya menghadirkan beberapa pembicara kunci atau para
penyaji materi, kemudian diikuti audiens. Dalam diskusi panel yang banyak berperan
adalah para panelis (para penyaji atau pembicara), audiens memang diberi kesempatan
memberikan pendapat atau tanggapan, tetapi jatahnya lebih sedikit.
d. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat
kabar, disiarkan melalui radio atau ditayangkan pada layar televisi. Istilah wawancara
sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Wawancara mirip dengan dialog. Namun,
wawancara cenderung lebih mengaktifkan orang yang diwawancarai. Orang yang
diwawancarai tentu amat beragam, bisa ia merupakan seorang ahli atau nara sumber, juga
bisa sebagai anggota masyarakat biasa.
f. Percakapan
Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun komunikasi melalui
bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan (di chat room). Percakapan ini
bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua atau lebih orang.
BACA JUGA
Keterampilan Menulis
Pengertian, Jenis dan Bentuk Pola Komunikasi
Kecemasan Berbicara
Komunikasi Kelompok
a. Teknik berbicara yang Baik
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi
mis-communication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah
berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan bicara.
Saat bicara dengan atasan, usahakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur sehingga
intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah personal
seorang rekan sekerja, sebagai bawahan yang profesional sebaiknya kita berbicara
diplomatis.
Faktor verbal 7 %, menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata yang kita
ucapkan.
Faktor vokal, 38 %, seperti intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
Faktor visual, 55 % yakni penampilan kita.
a. Faktor Kebahasaan
Faktor-faktor kebahasaan sebagai penilaian keterampilan berbicara seseorang antara lain
adalah sebagai berikut:
Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku
tentu akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja
sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Tentu
saja sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.
Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara. Supaya pendengar dan pembicara betul-
betul dalam kegiatan berbicara, maka pandangan pembicara harus sesuai. Pendengar yang
hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.
Kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dalam menyampaikan isi pembicaraan,
seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima
pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau
ternyata memang keliru.
Gerak-gerik dan mimik yang tepat. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula
menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan,
biasanya juga dibantu dengan gerak-gerik atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan
komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu
keefektifan berbicara.
Kenyaringan suara yang pas. Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi,
tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak, aturlah
kenyaringan suara supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan
juga mengingat kemungkinan gangguan dari luar.
Kelancaran. Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Sering kali seorang mendengar pembicara berbicara
terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi
tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi
e, o, a, dan sebagainya. Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan
menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
Relevansi/Penalaran. Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan kenyataan.
Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah jelas. Hal ini berarti
hubungan bagian-bagian dalam kalimat dan hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas
serta berhubungan dengan pokok pembicaraan.
Penguasaan topik. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan, tujuannya tidak lain
supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting,
bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
KETERAMPILAN BERBICARA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), berbicara adalah (1) berkata,
bercakap, berbahasa, (2) melahirkan pendapat (dengan perkataan tulisan, dsb).
Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan.
Pembicara melakukan enkode dan memiliki kode bahasa untuk menyampaikan pesan
dan amanat. Pesan dan amanat ini akan diterima oleh pendengar yang melakukan
dekode atas kode-kode yang dikirim dan memberikan interpretasi. Proses ini berlaku
secara timbal umpan balikantara pembicara dan pendengar yang akan selalu berganti
peran dari peran pembicara menjadi peran pendengar, dan dari peran pendengar
menjadi peran pembicara.Menurut Djargo Tarigan, dkk (1998,12-13), berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Berbicara
identik dengan penggunaan bahasa secara lisan. Penggunaan bahasa secara lisan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara
langsung adalah hal-hal
sebagai berikut:
(1) pelafalan,
(2) intonasi,
(3) pilihan kata
, (4) struktur katadakalimat,
(5) sistematika pembicaraan,
(6) isi pembicaraan,
(7) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta
(8) penampilan (gerak-gerik), penguasaan diri. Hakikat Keterampilan Berbicara Dalam
ilmu komunikasi kita memahami pengertian bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi
yang diucapkan oleh manusia untuk berkomunikasi. Sebelum menelusuri keterampilan
berbicara yang baik dan benar yang Berkaitan dengan hakikat keterampilan berbicara
ada dua hal yang sangat penting kita pahami. Pertama bahwa bahasa adalah suatu
sistem lambang bunyi yang diucapkan dan kedua bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi. Kenyataan bahwa hakikat bahasa itu adalah lambang bunyi yang
diucapkan. Keterampilan berbicara sebagai alat berbahasa utama. Dengan
keterampilanberbicaralah pertama-tama kita memenuhi kebutuhan untuk
berkomunikasi dengan lingkunganmasyarakat tempat kita berada. Kemampuan
berbicara, menyatakan maksud dan perasaan secara lisan, telah dipelajari dan telah
dimiliki siswa sebelum mereka memasuki sekolah. Taraf kemampuan berbicara siswa ini
bervariasi mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang (Tarigan, 1998:39)
Pilihan berganda
1.Membaca cepat untuk mencari ide ide utama disebut…..
a.Reseptif
b.Decoding
c.Encoding
d.Skimminge.Antalog
2 Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apreasias dan…..
a.Menulis
b.Mencatat
c.Menggambar
d.Evaluasie.Menyintesis
3 .Keberhasilan menyimak sangat sanagat bergantung kepada…..
a.Seseorang yang menyimpulkan
b.Kemampuanmengintegrasikankomponenkomponen
c.Pemateri
d.Pemakalahe.Moderator
4.Jenis menyimak diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu….
a.Responsive dan aktif
b.Moderatif
c.Ekstensif dan intensif
d.Inofatif dan aktif
e.Social dan pribadi
4.Apakah tujuan dari menyimak kritis…
a.Menemukan tujuan
b.Menemukanseseorang
c.Menemukan kesalahan
d.Menemukan kejanggalane.Memperoleh fakta
5Aksi terpenting untuk kesuksesan menyimak adalah…
.a.Proses pembuatan keputusan
b.Aksi menyanggah
C.menggoreksi
D menyimpulkan
Esai
1 Upaya apa yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas keterampilan
berbicara pada siswa SD?
Ragamcara meningkatkan kemampuan komunikasi padasiswaDengarkanaspirasi anak. ...
2. Jadi pendengar yang baik. ...
3. Contohkan pada anak untuk selalu berbicara postur tubuh yang baik. ...
4. Rutin adakan diskusi kelompok. ...
Berikan siswa tugas yang mengharuskannya untuk berbicara di depan kelas.
2 Masalah apa saja yang sering muncul dalam keterampilan berbicara?
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa problematika yang dialami siswa dalam
praktik keterampilan berbicara diantaranya kesulitan pemilihan kata dan tata bahasa,
rendahnya konsentrasi, penggunaan campur kode, terbatasnya kosakata, dan rendahnya
tingkat percaya diri.
Daftar Pustaka
Iskandarwassid, D.S. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hermawan, Acep. 2014. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arsjad M, dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia