Anda di halaman 1dari 36

MODUL DAN LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA

MATA KULIAH PRAKTIKUM BERBICARA DIALEKTIK

LABORATORIUM AUDIOVISUAL
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
GENAP 2020/2021
MODUL PRAKTIKUM BERBICARA DIALEKTIK

A. Pendahuluan

Mata kuliah ini membekali kompetensi berbicara dalam kelompok. Bahan


yang diberikan meliputi negosiasi dan wawancara. Kegiatan belajar yang dilakuan
berupa teori dan praktik, yang menekankan pada praktik. Evaluasi belajar
dilakukan melalui penilaian tugas, presentasi, dan tes lisan.
B. Deskripsi Singkat
Mata kuliah praktikum berbicara dialektik bertujuan memberikan pelatihan
dan penguasaan keterampilan berbicara secara berkelompok. Mahasiswa
diharapkan mampu menguasai kemampuan dalam bernegosiasi dan wawancara.
Hal ini jika dipraktekkan akan mengasah kemampuan mereka berbicara didepan
umum dengan baik, terlepas dari melawan rasa gugup, serta berbagai macam
tantangan lainnya ketika berbicara didepan umum.
C. Learning Outcome MK
1. Sikap
a. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada Negara dan
bangsa;
b. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama dan
kepercayaan, serta pendapat, atau temuan orisinal orang lain.
c. Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menunjukkan sikap
religius.
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
e. Kerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
f. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.
2. Keterampilan Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif
dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya;
b. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar
lembaganya;
c. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok
dan melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian
pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah
tanggung jawabnya;
D. Standar Kompetensi
Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berbicara dalam kelompok
dengan menguasai metode–metode keterampilan berbicara. Mahasiswa juga
diharapkan dapat menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif
sehingga dapat memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
pembimbing kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya.
E. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menguasai konsep negosiasi dan wawancara beserta
pelaksanaannya.
F. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa memahami hakikat negosiasi dan pelaksanaannya
2. Mahasiswa memahami hakikat wawancara dan pelaksanaannya
G. Alat yang digunakan
Buku, pelantang, dan alat tulis
A. Pengertian Berbicara
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang kompleksdan berbeda dari
ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini disebabkan selama
kegiatan berbicara seseorang tidak hanya mengekspresikan, mengungkapkan
ide/gagasan dan perasaan kepada orang lain, tetapi lebih jauh lagi berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologi, semantik, dan linguistik. Kegiatan berbicara juga memanfatkan
otot dan jaringan tubuh manusia untuk menunjang maksud dan tujuan berbicara.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan, (2008: 16) yang menyatakan berbicara
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) dan yang
kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumalah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Dengan demikian berbicara itu lebih daripada hanya sekedar
mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.
Kegiatan berbicara tidak hanya suara yang dapat didengar secara lisan
oleh penyimak tetapi dapat pula dilihat penyimak gerakan-gerakan atau mimik
si pembicara yang menunjang pokok pembicaraan, sehingga yang diutarakan
pembicara dapat dipahami pendengar/penyimak. Pemahaman penyimak tentang
sesuatu yang dibicarakan merupakan hal yang sangat diperlukan, karena hal
tersebut dapat menimbulkan hubungan timbal balik antara pembicara dengan
penyimak. Menurut Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa
secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide,
pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Pengertian ini mempunyai
makna yang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas, hanya saja
diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan
dapat dipahami oleh orang lain.
Slamet dan Amir (1996: 64) mengemukakan pengertian berbicara sebagai
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk
menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penyimak. Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya
sekedar mengucapkan kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian gagasan
yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau
penerima informasi atau gagasan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-
kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran,
serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak atau lawan
bicara individu maupun kelompok.

Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (2008: 16), “tujuan utama dari berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sehingga
pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
1. Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak
berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan
dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat
pendengarnya senang gembira dan bersukaria. Contoh:    Jenis
berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat,
cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.
2. Berbicara menginformasikan. Dalam  suasana serius, tertib dan hening.
Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas,
sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga
keakuratannya. Contoh: Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang
kabinet, Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian,
peraturan pemerintah, dan sebagainya, Penjelasan PPL di depan
kelompok tani, dan Penjelasan instruktur pada siswanya.
3. Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius,
kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari
pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan,
pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi
pendengarnya. Contoh: Nasehat guru terhadap siswa yang malas,
melalaikan tugasnya, Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya
yang kurang senonoh, Nasehat dokter pada pasiennya, Nasehat atasan
pada karyawan yang malas dan,  Nasehat ibu pada putrinya yang patah
hati.
4. Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan
pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan
menegangkan.
Contoh: Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga
berencana, Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi
segan bertransmigrasi, Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang
kurang menyenangi partai tersebut, Pidato calon kepala desa di daerah
yang belum simpati padanya, Pidato pimpinan BRI pada masyarakat
yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
5. Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi
pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam
berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan
masyarakat.
Contoh : Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda
pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
Jenis-jenis Keterampilan Berbicara
Berbicara satu arah
Merupakan suatu pembicaraan untuk mengungkapkan buah pikiran
gagasan dan perasaan kepada si pendengar tanpa terjadinya proses interaksi
timbal balik. Contohnya antara lain, pidato, khotbah, wawancara. Pada
kegiatan berpidato, yang aktif  berbicara hanya orator saja, sedangkan
pendengar hanya mendengarkan saja. Kegiatan seperti ini berlangsung dari
awal sampai akhir kegiatan berpidato. Sedangkan wawancara  termasuk  satu
arah juga karena pada kegiatan ini ada pihak yang selalu berada pada posisi
sebagai pewawancara dengan bertanya, da nada pula pihak yang selalu
menjawab atau yang diwawancarai. Dengan demikian, posisi masing-masing
pihak tetap satu arah, dan tidak boleh bertukar arah dalam satu kegiatan
wawancara.
Berbicara dua arah
Pembicaraan dua arah terjadi apabila si pembicara menyampaikan
pikiran dan perasaannya kepada orang lain, kemudian mendapat tanggapan
balik dari pendengar secara langsung. Jadi dalam proses berbicara dua arah
ini terjadi interaksi timbal balik antara pembicara dengan lawan bicara. Pihak-
pihak yang terlibat dalam pembicaraan ini aktif berbicara secara bergantian.
Contohnya, diskusi, Tanya jawab, dan drama. Disamping itu, kalau dilihat
dan disimak lebih jauh lagi, menurut tingkat keresmiannya berbicara dapat
pula dibagi atas :
a. Berbicara formal,  merupakan kegiatan berbicara yang dilakukan di
depan forum, dengan tema tertentu, dan pastilah mediumnya bahasa
Indonesia ragan baku. Contohnya, pidato, ceramah, diskusi.
b. Berbicara informal , adalah kegiatan berbicara yang dilakukan pada
acara-acara tidak resmi. Biasanya berbicara informal ini pendengar
tidak banyak. Kadang-kadang topiknya pun tidak satu. Contohnya,
berbicara atau mengobrol dengan teman sebaya, dengan keluarga,
dengan teman ketika menunggu antrian dan sebagainya.
c. Catur cara saji wicara, Berbicara tentang suatu cara yang digunakan
dalam pelaksanaannya menggunakan metode, untuk memperlancar
proses berbicara. 
Metode Berbicara
Kegiatan berbicara ini dikenalkan 4 metode berbica, keempat metode
tersebut diantaranya
1. Metode  serta merta, Metode ini biasanya digunakan oleh seseorang
yang secara serta merta atau secara tiba-tiba dan mendadak diminta
berbicara di depan orang banyak.
2. Metode  menghafal, Metode menghafal adalah satu cara yang
digunakan pembicara untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya
di depan orang banyak dengan bantuan daya ingat yang kuat dan
kekayaan materi yang dimiliki.
3. Metode  naskah, Metode ini jarang digunakan, kecuali pada saat-saat
penting, misalnya di radio dan televisi. Biasanya sebelum tampil
berbicara, pembicara memperhatikan naskah lengkap. Ketika tampil
berbicara naskah itu dibacanya kata demi kata. Kalimat demi kalimat.
Sehingga perhatian si pembicara tertuju pada naskah tersebut
4.  Metode  ekstemporan, Metode ini jarang digunakan oleh pembicara
yang ingin berbicara tanpa mempersiapkan naskah. Uraian yang akan
disampaikan denga metode ini direncanakan dengan cermat.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Kegiatan  berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan
bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan
ide dengan lancar dan teratur. Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara sebagai
berikut.
1. Faktor kebahasaan
Faktor kebahasaan meliputi: a) Ketepatan ucapan; b) Penempatan tekanan
nada, sendi atau durasi yang sesuai; c) Pilihan kata; Ketepatan penggunaan
kalimat serta  tata bahasanya; d) Ketepatan sasaran pembicaraan.
2. Faktor non kebahasaan        
Faktor non kebahasaan meliputi; e) Sikap yang wajar, tenang dan tidak
kaku; f) Pendangan harus diarahkan ke lawan bicara; g) Kesediaan
menghargai orang lain; h) gerak-gerik dan mimik yang tepat; i)
Kenyaringan suara; j) Kelancaran; k) Relevansi, penalaran; l) Penguasaan
topik.
3. Faktor penghambat
a. Faktor Fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri
dan factor yang berasal dari luar partisipan.
b. Faktor media, yaitu factor linguistic dan non linguistik,
misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian
tubuh.
c. Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi,
misalnya dalam keadaan marah, menangis dan sakit.
Konsep Dasar Dari Berbicara
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun
berkaiatan erat dan tak terpisahkan, ibarat mata uang: satu sisi ditempati
kegiatan berbicara dan sisi lainnya ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan
berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan, seperti dalam  bercakap-cakap, diskusi, bertelepon,
Tanya jawab, interviev dan sebagainya
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
Berbicara adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi
dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka
berbicara digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan
mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol
lingkungannya.
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
Melalui berbicara kreatif, manusia melakukan  tidak sekedar
menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya. Tidak
hanya dia menggunakan pesona ucapan kata dan dalam  menyatakan apa
yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara murni, fasih, ceria
dan spontan. Bergantung pada si pembicaralah apakah dia mampu
menjadikan berbicara (komunikasi lisan)  itu menjadi ekpresi kreatif atau
hanya pendekatan belaka. Karena itu dikatakan berbicara tidak sekedar
alat mengkomunikasikan  ide belaka, tetapi juga alat  utama untuk
menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4. Berbicara adalah tingkah laku
Berbicara adalah ekspresi pembicara. Melalui berbicara, pembicara
sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi
kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan dinamika dalam
pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian disekelilingnya
kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu. Dalam kepribadian
tersebut  telah terselip  tingkah laku kita. Karena  itu  tepatlah bila dikatakan
berbicara adalah tingkah laku.
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Berbicara sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh siswa di
lingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya di sekitar tempatnya
hidup sebelum mereka masuk ke sekola. Keterampilan berbicara siswa harus
dibina oleh guru melalui latihan : Pengucapan , Pelafalan , Pengontrolan suara,
Pengendalian diri , Pengontrolan gerak-gerik tubuh, Pemilihan kata, kalimat
dan pelafalannya, Pemakaian bahasa yang baik , Pengorganisasian
ide Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis.
Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara
itu. tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses
latihan. Berbicara adalah tingkah laku yang harus dipelajari, baru bias
dikuasai.
6. Berbicara distimulasi oleh pengalaman
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh
pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang
bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalaman itu.
7. Berbicara untuk memperluas cakrawala                                                     
Paling sedikit berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama
untuk mengekpresikan ide, perasaan dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat
juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala
pengalaman.
8. Keterampilan linguistik dan lingkungan
Anak-anak  adalah  produk  lingkungan. Jika dalam lingkungan
hidupnya ia sering diajak berbicara, dan segala pertanyaannya diperhatikan
dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri menyediakan kesempatan untuk
belajar dan berlatih berbicara  maka dapat diharapkan anak tersebut terampil
berbicara. Ini berarti si anak sudah memliki kemampuan linguistik yang
memadai sebelum mereka memasuki sekolah. 
9. Berbicara adalah pancaran kepribadian
Gambaran  pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai
cara. Kita dapat menduganya dari gerak-geriknya, tingkah lakunya,
kecenderungannya, kesukaannya, dan cara bicaranya. berbicara pada
hakikatnya melukisnya apa yang ada di hati, misalnya pikiran, perasaan,
keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering dikatakan bahwa berbicara
adalah indeks kepribadian.
B. Berbicara Dialektik
Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi dan
debat (Hendrikus, 1991: 15). Melalui dialektika orang dapat mengenal dan
menyelami suatu masalah, mengemukakan argumentasi, dan menyusun jalan
pikiran secara logis. Jenis-jenis berbicara dialektika adalah diskusi, seminar,
panel, negosiasi, wawancara, kolokium, symposium, rapat, lokakarya, konferensi,
muktamar, kongres, dan munas.
Diskusi berasal dari kata bahasa Latin: discutere, yang berarti
membeberkan masalah. Menurut Hendrikus (1991: 96), membagi pengertian
diskusi ke dalam dua pengertian (luas dan sempit). Dalam arti luas, diskusi berarti
memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu
masalah objektif. Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak pendapatnya,
menjelaskan alasan dan hubungan antarmasalah. Sedangkan, dalam arti sempit,
siskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau
kelompok besar.
Diskusi pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur
dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, dengan maksud
untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama
mengenai suatu masalah. Dengan demikian, bertukar pikiran baru dapat dikatakan
berdiskusi apabila: ada masalah yang dibicarakan, ada seseorang yang bertindak
sebagai pemimpin diskusi, ada peserta sebagai anggota diskusi, setiap anggota
mengemukakanpendapatnya dengan teratur, kalau ada kesimpulan atau keputusan
hal itu disetujui semua anggota.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berdiskusi adalah 1) menjelaskan
tujuan dan maksud diskusi; 2) menjamin kelangsungan diskusi secara teratur dan
tertib; 3) memberikan stimula anjuran, ajakan, agar setiap peserta betul-betul
mengambil bagian dalam diskusi tersebut; 4) menyimpulkan dan merumuskan
setiap pembicaraan dan kemudian membuat kesimpulan atas persetujuan dan
kesepakatan bersama; 5) menyiapkan laporan.
Menurut hendrikus (1991: 120), debat pada hakikatnya adalah saling adu
argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai
kemenangan untuk satu pihak. Dalam debat setiap pribadi atau kelompok
mencoba menjatuhkan lawannya, supaya pihaknya berada pada posisi yang benar.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentative lawan bicara,
sesudah itu berkonsentrasi pada titik-titik lemah argumentasi lawan. Selanjutnya
terjadi proses adu pikiran dan pendapat secara sungguh-sungguh sampai seorang
atau kelompok menyerah. Dapat juga terjadi bahwa perdebatan dihentikan tanpa
hasil, tanpa seorang pemenang.
Jenis-jenis debat berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat
dapat diklasifikasikan atas tipe-tipe atau kategori (Tarigan, 2008: 95), yaitu: 1)
debat parlementer/majelis; 2) debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui
kebenaran pemeriksaan terdahulu; 3) debat formal, konvensional, atau debat
pendidikan. Menurut Mulgrave (dalam Tarigan, 2008: 96), ketiga tipe ini,
dipergunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Akan tetapi, debat
parlementer merupakan cirri badan-badan legislatif; debat ulangan adalah suatu
teknik yang dikembangkan di kantor-kantor pengadilan; dan debat formal
didasarkan pada konversi-konversi debat bersama secara politis.
C. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,
konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam
Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara
tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui,
seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan,
yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu
umtuk mencapai tujuan kelompok.
             Komunikasi kelompok merupakan hubungan antara manusia dengan
masyarakat secara dialektis dalam eksternalisasi, obyektifitas, dan internalisasi.
Ekternalisasi adalah pencurahan kehadiran manusia, baik dalam aktifitas maupun
mentalitas.Melalui eksternalisasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Obyektifitas adalah disandangnya produk-produk aktifitas
suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya (manusia) dalam suatu
kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain, dari pada podusennya sendiri.
            Internalisasi adalah peresapan kembali realitas oleh manusia dan
mentranformasikannya sekali lagi struktur-struktur dunia obyektif ke dalam
struktur-struktur kesadaran subyektif.Komunikasi kelompok dapat dikatakan
sebagai disiplin karena komunikasi kelompok ini mempunyai ruang lingkup,
menunjukkan kemajuan dalam pengembangan teori serta mempunyai metodologi
riset, kritik, dan penerapan.
Konsep dasar teori komunikasi kelompok
          Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita
sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan
wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya
berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan
media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai
kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para
anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk
memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok
pemecahan masalah).  
Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam
seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang
memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang
penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh
Adler dan Rodman tersebut,yaitu : Elemen pertama adalah interaksi dalam
komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi
inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut
dengan coact.
 Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam
aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya,
mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara
teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai
kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengandosen atau rekan
mahasiswa yang lain.Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang
berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai
kelompok. 
Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang,
karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak
dipunyai oleh kumpulan Yang bersifat sementara.Elemen yang ketiga adalah
ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang
pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas
3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah
anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu
kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi
terhadap anggota kelompok lainnya.
Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap
anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap
anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang
dikemukakan dalam definisi pertama. Elemen terakhir adalah tujuan yang
mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan
membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan
satu atau lebih tujuannya.
Teori-teori dalam komunikasi kelompok
1. Teori Perbandingan Sosial
Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan
kelompok kita dengankelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir
semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi,
kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari
pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk
dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita
di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan
melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi
yang sama dengan kita.
Prasangka terlahirketika orang menilai adanya perbedaan yang
mencolok (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaankekayaan
anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila
status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat. Para
sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari
stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan
kekayaan yang tidak seimbang diantara kelompokkelompok yang
bertentangan (Manger, 1991).
Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan
tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan
bawahan, manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik
atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk , karyawan yang tidak
disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik
perbandingan sosial dan dimana ada juga sama-sama karyawan tapi
dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang
jelas akan menimbulkan suatu konflik.
2. Teori Percakapan Kelompok
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan
produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui
pemeriksaaan masukan dari anggota (member input), variable-variabel
perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group
output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat
diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan
(expectation) yang bersifat individual.
Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada
strukturstruktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status,
norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan output
kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan
kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui
konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur
kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan
(input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran
(mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas,
semangat dan keterpaduan (group achievement).
Contoh kasus : ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu
budaya batak dan jawa yang membedakan antara bahsa dan konotasi
dalam pengucapan kalau jawa terkenal dengan kelembutannya akan tetapi
suku batak yang terkenal dengan suara keras dan lantang ini terkadang
menjadi suatu problem karna pada dasar nya orang-orang di indonesia
terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan menimbulkan konflik
apabila ada suatu percakapan yang sebenernya biasa saja tapi kalau
ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan seperti
suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini
dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.
3.  Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa
seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari
kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic
relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari
hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut
mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang
dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam
situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-
individu selama interaksi sosial.
Contoh Kasus : Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan
pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan
langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan.
Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya,
akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika
merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Banyak perceraian
diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara mereka
merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa
dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. 
Macam-macam klasifikasi bentuk komunikasi kelompok
          Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan
sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi
kelompok.
1. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin
Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan
menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok
sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak
akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok
keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reperence
group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-
anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk
sikap.
3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok
menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan
klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga: kelompok tugas, kelompok pertemuan
kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya
transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok
pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai
acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak
tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh
kelompok pertemuan.
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan
identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS)
pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan
dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu:
diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan
prosedur parlementer.
Komunikasi kelompok dari tinjauan teoritis dan praktis
            Kelompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw
sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu cara
tertentu, dimana masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak
lainnya. Suatu kelompok (kecil) adalah kelompok yang terdiri dari dua puluh
orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih berkepentingan
dengan kelompok yang terdiri dari lima orang atau kurang. 
1. Teori pertandingan sosial           
Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa
tindakan komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya
kebutuhankebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat
dan kemarnpuannya dengan individu-individu lainnya. 
Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang
untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami
peningkatan, jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu
kejadian atau peristiwa kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut
peningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness)
juga menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan
kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling berkomunikasi
untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu-
individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang
dibuat tersebut.
2. Teori perdamaian kelompok 
Dimensi kelompok merujuk pada ciri-ciri populasi atau
karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence).
Sementara ciri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan
kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan, merujuk pada peran-peran
spesifik, klik dan posisi status. 
Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan
sinergi, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa
dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan
kelompok. Banyak dari sinergi atau energi kelompok harus dicurahkan ke
arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok
3. Teori pencapaian kelompok
Teori pencapaian kelompok ini sangat berkaitan dengan
produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui
pemeriksaan masukan dari anggota (member inputs), variabel - variabel
perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group
output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat
diidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan
(expectations) yang bersifat individual. 
4. Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa
seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari
kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic
relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk menjadi sebuah
kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. 
5. Teori sosiometrik
Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu
pada suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap kelompok.
Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam
kelompok yang merasa tertarik satu sama lain, akan lebih banyak
melakukan tindak komunikasi, sebaliknya individu-individu yang saling
menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan tindak komunikasi. 
Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur
melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk
memberi jenjang angka atau rangking terhadap anggota-anggota lainnya
dalam kerangka ketertarikan antarpribadi (interpersonal
attractiveness) dan keefektifan tugas (task effectiveness).
D. Definisi Negosiasi
Definisi negosiasi secara formal dapat diartikan sebagai suatu bentuk
pertemuan bisnis antara dua pihak atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan
bisnis. Negosiasi merupakan perundingan antara dua pihak dimana didalamnya
terdapat proses memberi, menerima, dan tawar menawar. Selain itu negosiasi juga
merupakan ijab kabul dari sebuah proses interaksi yang dilakukan oleh kedua
belah pihak untuk saling memberi dan menerima atas sesuatu yang ditentukan
dengan kesepakatan bersama.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan dasar dalam bernegosiasi
yaitu: Ketajaman pikiran / kelihaian, kesabaran, kemampuan Beradaptasi, Daya
tahan, Kemampuan bersosialisasi, Konsentrasi, Kemampuan berkomunikasi,
Memiliki selera humor.
Kriteria Negosiasi
Adapun kriteria dalam melakukan negosiasi antara lain :
1. Ada pihak – pihak yang terlibat
2. Ada tujuan yang hendak dicapai setiap pihak
3. Ada permasalahan yang dibahas
4. Ada proses tawar-menawar
5. Ada harapan mencapai kesepakatan
Langkah – Langkah dalam Melakukan Negosiasi
1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah
persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi
negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa
percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang
pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan
secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus
jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk
bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan
untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling
mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai
teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming)
kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita,
sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi
lebih siap dan percaya diri.

2. Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita
bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang
tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah
negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga
sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu:
pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm
(teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan
dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan
memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada
beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi: Jangan memegang
apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu; Jabat tangan dengan
tegas dan singkat; Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk
mengawali pembicaraan.

Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan


membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar
kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain
memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat
dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.
3. Memulai proses negosiasi

Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah


menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut
adalah: Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai
pembicaraan pada materi pokok negosiasi; Sampaikan pokok-pokok
keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya
diri; Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk
mencapai suatu kesepakatan dengan mereka, Sediakan ruang untuk
manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua
pilihan ya atau tidak; Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini
anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you
that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka
berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.

Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah


mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi
tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan
teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan
tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak
mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun
penuh perhatian.

4. Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)

Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita
perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu
wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s
Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer).
Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s
Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s
Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada isi
pembeli. Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di
dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s
Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi
ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah
Final Offer Zone.

5. Membangun Kesepakatan

Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun


kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya
kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan
(deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen
untuk melaksanakannya.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai
kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak
memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun
dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak
bertepuk sebelah tangan.

Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita


memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang
disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau
keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti
membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti
misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.

Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih banyak hal


lain yang tidak bisa dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi kita selaku
praktisi Mandiri, kita harus tahu bahwa negosiasi bukan hal yang asing.

Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap hari setiap saat.
Selain itu negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan seluruh hati dan
pikiran kita), memerlukan penguasaan metoda atau pun teknik-tekniknya dan
memerlukan kebiasaan dalam membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan
benar.

Negosiasi Antara Penjual Dan Pembeli

CONTOH 1
Penjual : Mau cari Apa Mas?
Deni     : Hmm, Baju yang ini harganya berapa ya?
Penjual : Kalau yang ini harganya 150.000
Deni     : Wah ko' mahal sekali Mba?
Penjual : Iya, soalnya bahannya bagus dan juga limited edition
Deni     : Iya memang benar bahannya bagus, tapi apakah harganya tidak bisa
kurang?
Penjual : Baiklah saya kurangi,jadi 145.000 gimana?
Deni     : Wah itu masih kemahalan Mba, kurangi sedikit lagi Mba
Penjual : Ga bisa Mas ini saja sudah murah
Deni     : Gimana kalau 140.000 Mba?
Penjual : Ga bisa Mas, itu sudah paling murah
Deni     : Ayolah Mba ini buat oleh-oleh saya di rumah
Penjual : Baiklah buat Mas saya bolehkan, mau beli apalagi?
Deni     : Tidak ini saja, ini Uangnya.
Penjual : Ya, terimakasih
Deni     : sama-sama

E. Pengertian Wawancara
Menurut beberapa ahli, wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi
tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidak langsung (I. Djumhur dan Muh.Surya, 1981:50), sedangkan
menurut Dewa Ketut Sukardi (2000:159) wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antar interviewer
(penanya) dengan interview (responden), atau dengan kata lain dalam wawancara
terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pertemuan tatap muka (face to face).
2. Cara yang dipergunakan dalam wawancara adalah cara lisan.
3. Pertemuan tatap muka itu mempunyai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, pengertian wawancara secara umum
mengandung beberapa aspek atau unsur-unsur antara lain: Proses tanya jawab
(percakapan), Melibatkan dua pihak (interviewer dan interviewee), Komunikasi
verbal dan non verbal, dan informasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan proses tanya jawab
(percakapan) antara interviewer dan interviewee untuk mendapatkan suatu
informasi yang dilakukan melalui komunikasi verbal dan didukung oleh
komunikasi non verbal, yang mempunyai tujuan antara lain: Pengumpulan data,
penyampaian informasi, penempatan.

Langkah-Langkah Wawancara
Anda dapat memperhatikan kelengkapan hasil wawancara yang ingin anda
peroleh dengan memanfaatkan unsur 5W+1H yaitu What/apa?, Who/siapa?,
Where/dimana?, When/kapan?, Why/kenapa?, dan How/bagaimana?.
Saat melakukan wawancara, kita dapat mencatat informasi yang telah
disampaikan narasumber seacara garis besar atau pokok-pokok pikirannya saja.
Selain itu anda juga dapat menggunakan alat perekam terlebih dahulu. Dengan
adanya alat perekam tersebut, kita dapat mendengarkan hasil wawancara tersebut
berulang kali.
Wawancara dapat pula dilakukan secara spontan terhadap orang-orang
yang ditemui di sekitar sumber berita atau melakukan wawancara khusus terhadap
tokoh atau pejabat penting. Dalam wawancara khusus biasanya di butuhkan
perencanaan terlebih dahulu, seperti menentukan waktu dan tempat wawancara
yang tepat. Dengan begitu, Anda dapat dengan leluasa melakukan kegiatan
wawancara.
Ada tiga tahap wawancara, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pendahuluan atau pembukaan
Tahap ini merupakan tahap awal untuk memberi kesan yang
menyenangkan, untuk menciptakan suasana yang nyaman, serta menumbuhkan
motivasi agar kegiatan wawancara berajalan dengan baik
2. Tahap kegiatan tanya jawab
Tahap ini merupakan tahap inti dalam wawancara. Pewawancara
menyampaikan pertanyaan secara santun kepada narasumber. Tidak menutup
kemungkinan muncul pertanyaan lain setelah mendengarkan penjelasan
narasumber.
3. Tahap penutup
Tahap ini merupakan tahap pemyipulan terhadap masalah yang menjadi
pokok perbincangan.
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
PRAKTIKUM BERBICARA DIALEKTIK
NILAI:
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelas :

Kegiatan 1: Memahami konsep negosiasi dan pelaksanaannya.

Cara kerja: Negosiasi adalah wujud interaksi sosial yang berfungsi mendapatkan
penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang terlibat disebabkan oleh adanya
suatu kepentingan yang berbeda atau saling bertentangan.

Struktur teks negosiasi terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup. Secara kompleks
struktur tersebut meliputi: orientasi, permintaan, pemenuhan, penawaran,
persetujuan, pembelian dan penutup.

Untuk lebih mengasah kemampuan kalian dalam bernegosiasi. Buatlah


percakapan yang di dalamnya terdapat struktur negosiasi, kemudian praktikkan
konsep percakapan tersebut!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
PRAKTIKUM BERBICARA DIALEKTIK
NILAI:
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelas :

Kegiatan 2: Memahami konsep wawancara dan pelaksanaannya.

Cara kerja: Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data. Untuk lebih mengasah kemampuan
Anda dalam wawancara, maka Anda ditugaskan:
1. Membuat konsep wawancara dengan memperhatikan unsur 5W+1H yaitu
What/apa?, Who/siapa?, Where/dimana?, When/kapan?, Why/kenapa?,
dan How/bagaimana?.
2. Mempraktikkan konsep wawancara yang telah dibuat!
3. Membuat laporan hasil wawancara yang telah Anda lakukan!

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………

SKOR:

Anda mungkin juga menyukai