Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP KESOPANAN

Dosen: Noibe Halawa, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok VII

Nama : 1. Merry Artanti Gea (192124048)


2. Johaneslim Zalukhu (192124033)
3. Hasrat Ziliwu (192124026)
Kelas/Semester : B/IV
Mata Kuliah : Pragmatik Bahasa Indonesia

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
pertolongan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini berjudul “Prinsip Kesopanan”. Saya berterimakasih kepada Ibu
Noibe Halawa, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam membuat makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pragmatik Bahasa Indonesia
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Harapan kami semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan para pembaca.
Dalam pembuatan makalah ini jika ada kesalahan mulai dari segi pengetikan huruf,
penggunaan kata, kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gunungsitoli, April 2021


Penyusun

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Prinsip Kesopanan ...............................................................................2
B. Jenis-Jenis Prinsip Kesopanan................................................................................2
BAB III PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................................6
A.

Saran.......................................................................................................................6
B.

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................7

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi yang berhasil terjadi apabila lawan tutur tersebut dapat menangkap
makna penutur yang sesungguhnya lewat tuturan-tuturannya. Akan tetapi, dari sebuah
tuturan dapat memunculkan beberapa maksim tertentu yang bisa saja dilanggar oleh
penutur maupun mitra tutur dalam berkomunikasi.
Peranan komunikasi mempunyai andil sangat besar dengan menunjukan
berkomunikasi yang baik diharapkan dapat berkerja sama dengan mitra tutur. Berkaitan
dengan berkomunikasi maka tidak akan lepas dengan apa yang disebut bahasa. Bahasa
sebagai media berkomunikasi berperan besar dalam sebuah komunikasi. Bahasa
digunakan untuk menjalankan segala aktivitas sehari-hari, salah satunya aktivitas guru
dengan siswa dengan bahasa yang santun. Berbicara bahasa sebagai alat komunikasi akan
berkaitan erat dengan studi pragmatik yaitu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa
secara eksternal, yakni bagaimana memahami maksud yang tersirat dibalik tuturan yang
digunakan masyarakat dalam berkomunikasi.
Kesopanan berbahasa sebenarnya merupakan cara yang ditempuh oleh penutur di
dalam berkomunikasi agar penutur tidak merasa tertekan, tersudut, atau tersinggung.
kesopanan berbahasa ini dimaknai sebagai usaha penutur untuk menjaga harga diri, atau
wajah, pembicara maupun pendengar. Prinsip kesopanan dalam berkomunikasi merupakan
sesuatu yang universal, meskipun setiap budaya dan kelompok masyarakat memiliki
ukuran kesopanan dan ungkapan kesopanan yang beraneka ragam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip kesopanan?
2. Apa saja jenis-jenis prinsip kesopanan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian prinsip kesopanan.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis prinsip kesopanan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip Kesopanan


Kesopanan adalah salah satu aspek yang dibahas dalam pragmatik. Prinsip
kesopanan adalah serangkaian maksim yang telah dikemukakan Leech (1983:131) sebagai
cara untuk menjelaskan bagaimana kesopanan beroperasi dalam pertukaran percakapan.
Leech (1983:132) mengklasifikasikan prinsip kesopanan ke dalam enam maksim, yaitu
maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati,
maksim kesepakatan, dan maksim simpati.

B. Jenis-Jenis Prinsip Kesopanan


Leech (1993: 206-207), mengemukakan ada beberapa prinsip kesopanan berbahasa
sebagai berikut:
1. Maksim Kebijaksanaan
Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesopanan adalah bahwa
para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi
keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan
bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan
akan dapat dikatakan sebagai orang yang santun (Rahardi 2005:60). Dengan kata lain,
menurut maksim kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim
kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik. Untuk memperjelas pernyataan di atas,
perhatikan tuturan berikut.

Ibu : ”Ayo, dimakan bakminya! Di dalam masih banyak, kok!”

Rekan ibu :”Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu?”

Informasi Indeksal: Dituturkan oleh seorang ibu kepada teman dekatnya pada saat ia
berkunjung ke rumahnya. Pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak
sekali pada tuturan sang Ibu. Tuturan itu disampaikan kepada sang tamu sekalipun
sebenarnya satu-satunya hidangan yang tersedia adalah apa yang disajikan kepada si
tamu tersebut. Sekalipun sebenarnya jatah untuk keluarganya sendiri sudah tidak ada.
Tuturan itu disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa bebas dan dengan

2
senang hati menikmati hidangan yang disajikan itu tanpa ada perasaan tidak enak
sekalipun.

2. Maksim Kedermawanan

Inti pokok maksim kedermawanan adalah kurangi keuntungan bagi diri sendiri,
tambahi keuntungan bagi orang lain. Dengan maksim kedermawanan atau maksim
kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain
(Rahardi 2005:61). Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat
mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi
orang pihak lain. Tuturan berikut dapat memperjelas pernyataan di atas.

A : ” Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak kok yang kotor!”

B : ”Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga, kok.”

Informasi indeksial: Tuturan ini merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos pada
sebuah rumah kos yang memiliki hubungan persahatan yang erat. Dari tuturan yang
disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan
keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu
dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotor milik si
B.

3. Maksim Penghargaan

Maksim penghargaan dapat dikatakan bahwa orang akan dapat dianggap sopan
apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain
(Rahardi 2005:63). Seperti halnya maksim kedermawanan inti dari maksim
penghargaan adalah kurangi cacian pada orang lain, tambahi pujian pada orang lain.
Dengan maksim penghargaan diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling
mengejek, mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Peserta tutur yang sering
mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang
yang tidak sopan. Dikatakan demikan, karena tindakan mengejek merupakan tindakan
tidak menghargai orang lain. Tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk pernyataan
di atas.

A :”Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business English.”

3
B :”Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali dari sini.”

Informasi Indeksal: Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga seorang
dosen dalam ruang kerja dosen pada sebuah perguruan tinggi. Pemberitahuan yang
disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B pada contoh di atas, ditanggapi
dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh dosen A.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu dosen B berperilaku
santun terhadap dosen A.

4. Maksim Kesederhanaan

Rahardi (2005:63) mengemukakan bahwa di dalam maksim kesederhanaan atau


maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan
cara mengurangi pujian terhadap diri sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan
congkak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan
dirinya sendiri. Contoh pertuturan yang menggunakan prinsip kesederhanaan.

Risa :”Rian, lo ganteng banget sih!’

Rian :”Ah, biasa-biasa aja...”

Informasi Indeksal: Pertuturan yang diucapkan Risa menyatakan bahwa Risa benar-
benar memuji Rian karena ketampanan Rian. Dari pertuturan di atas, kita bisa melihat
sikap Rian yang berusaha merendah. Walapun ia menyadari dirinya tampan, tetapi ia
tidak ingin mengatakan hal yang sebenarnya.

5. Maksim Permufakatan

Maksim permufakatan seringkali disebut dengan maksim kecocokan. Menurut


Rahardi (2005:64) dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling
membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Hal ini terutama
berlaku jika penutur dan mitra tutur berbeda dalam hal umur, jabatan, dan status sosial.
Masyarakat Indonesia seperti sudah mempunyai pola bahwa orang yang lebih muda
harus menghormati orang yang lebih tua, salah satunya dengan mengiyakan keinginan
orang yang lebih tua. Begitu pula dengan unsur jabatan, orang yang posisinya lebih
rendah dari orang lain diharapkan mematuhi keinginan orang yang posisinya lebih
tinggi. Perhatikan contoh berikut.

4
Direktur : ” Urusi bagian keuangan karyawan bulan ini!”

Manajer : ”Baik Pak, saya akan segera mengurusinya.”

Informasi indeksal: Seorang Direktur memberikan perintah kepada bawahannya,


seorang manajer keuangan. Pertuturan di atas memperlihatkan sang manajer
memberikan persetujuan atas perintah yang diberikan oleh sang direktur. Kita melihat
persetujuan atau permufakatan ini sebagai hal yang wajar. Kita menganggap aneh jika
manajer itu menentang keinginan direktur.

6. Maksim Kesimpatian

Rahardi (2005:65) di dalam maksim kesimpatian diharapkan agar para peserta


tutur memiliki rasa simpati terhadap keadaan mitra tuturnya. Masyarakat tutur
Indonesia, sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatian terhadap orang lain di dalam
komunikasi kesehariannya. Tuturan berikut akan memperjelas pernyataan di atas.

Gina : ”Rina, gue lagi sedih, kita gagal dapat sponsor hari ini.”

Rina : ”Sabar ya Gina...besok masih bisa kita usahain.”

Informasi Indeksal: Gina sedang sedih karena ia tidak jadi pergi ke sebuah perusahaan
yang akan ditawari kerja sama dalam suatu acara. Dalam pertuturan di atas, Rina
menunjukkan simpatinya terhadap keadaan yang sedang dialami Gina. Kalimat yang
diutarakan Rina akan dianggap santun oleh orang Indonesia yang mendengarnya.
Seandainya Rina bersikap antipati, ia akan dianggap tidak tahu sopan santun.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesopanan adalah salah satu aspek yang dibahas dalam pragmatik. Prinsip
kesopanan adalah serangkaian maksim yang telah dikemukakan Leech (1983:131) sebagai
cara untuk menjelaskan bagaimana kesopanan beroperasi dalam pertukaran percakapan.
Leech (1983:132) mengklasifikasikan prinsip kesopanan ke dalam enam maksim, yaitu
maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati,
maksim kesepakatan, dan maksim simpati.

B. Saran

Prinsip kesopanan dalam berbahasa merupakan hal yang penting bagi kita. Kami
berharap agar pembaca tidak hanya menekankan pemahaman prinsip kesopanan, namun
dari segi memahami prinsip kesopanan itu sendiri serta bisa menerapkan prinsip
kesopanan dalam berbahasa sehari-hari.

6
DAFTAR PUSTAKA

Leech, Geoffrey. 1983. The Principle of Pragmatics. Cambridge: Cambridge University


Press.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai