KESANTUNAN BERBAHASA
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Pertama – tama mari kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga saat ini kami
dapat menyelesaikan tugas bahasa indonesia yang ber tema Makalah Kesantunan
Bahasa.
Terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
ikut serta membantu dalam pembuatan makalah ini termasuk para pemberi dasar
dasar teori untuk pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang
telah kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami pun juga
meminta kritik dan saran yang dapat bermanfaat dan menjadikan makalah ini
lebih sempurna.
Semoga dengan makalah ini dapat menjadi manfaat bagi penulis maupun
pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
A. Kesimpulan ...............................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Apa yang di maksud oleh kesantunan berbahasa itu?
Bagaimana penerapan teori kesantunan berbahasa dalam kehidupan
sehari – hari?
1
C. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini para pembaca dapat memahami apa itu yang
dimaksud dengan kesantunan berbahasa dan bagaimana cara penerapannya
dalam kehidupan sehari hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tuan rumah : “Silakan makan dulu, nak! Tadi kami sudah mendahului”
Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”
2. Maksim Kedermawanan
Dengan Maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para
peserta pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain.
3
Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat
mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan
keuntungan bagi pihak lain. Pelaksanaan maksim kedermawanan dapat
dilihat pada contoh tuturan berikut ini :
Dari tuturan tersebut, dapat dilihat dengan jelas bahwa Anak kos A
berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara
menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara
menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya si B.
3. Maksim Penghargaan
Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa seseorang akan
dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan
penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para
peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling
merendahkan pihak lain. Pelaksanaan maksim penghargaan dapat dilihat
pada contoh tuturan berikut ini :
4. Maksim Kesederhanaan
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati,
peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara
mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Pelaksanaan maksim
4
kesederhanaan atau maksim kerendahan hati dapat dilihat pada contoh
tuturan berikut ini :
Ibu A : “Nanti ibu B yang memberikan sambutan dalam rapat nanti, ya!”
Ibu B : ” Waduh, nanti grogi aku.”
5. Maksim Pemufakatan/Kecocokan
Di dalam maksim ini, diharapkan para peserta tutur dapat saling
membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
Pelaksanaan maksim pemufakatan/Kecocokan dapat dilihat pada contoh
tuturan berikut ini :
6. Maksim Kesimpatian
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Di
dalam maksim kesimpatian, diharapkan agar para peserta tutur dapat
memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak
lainnya. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan,
penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapat
kesusahan, atau musibah penutur layak berduka, atau mengutarakan bela
5
sungkawa sebagai tanda kesimpatian. Pelaksanaan maksim kesimpatian
dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini :
1. Skala Formalitas
Skala formalitas berarti jangan memaksa atau jangan angkuh.
Konsekuensi skala ini adalah bahwa tuturan yang memaksa dan angkuh
adalah tuturan yang tidak atau kurang santun.
Contoh :
a. “Cepat bawa bukunya kemari, lama sekali!”
b. “Maaf, pintunya dibuka saja agar udaranya dapat masuk!”
6
b. “Jika ada waktu dan tidak mengganggu, pergilah ke kantor mengambil
surat yang tertinggal!”
1. Keinginan Wajah
Di dalam interaksi sosial sehari-hari, orang pada umumnya
berperilaku seolah-olah ekspektasi mereka terhadap public self-
image yang mereka miliki akan dihargai orang lain. Jika seorang penutur
mengatakan sesuatu yang merupakan ancaman terhadap ekspektasi orang
lain mengenai self-image mereka, tindakan tersebut dikatakan
sebagai Face Threatening Act (FTA). Sebagai alternatif, seseorang dapat
mengatakan sesuatu yang memiliki kemungkinan ancaman lebih kecil. Hal
ini disebut sebagai Face Saving Act (FSA). Perhatikan contoh berikut:
7
Seorang tetangga sedang memainkan musik sangat keras dan
pasangan suami istri sedang mencoba untuk tidur. Si suami dapat
melakukan FTA: “Aku akan mengatakan padanya untuk mematikan musik
berisik itu sekarang juga!” atau si istri dapat melakukan FSA: “Barangkali
kita dapat memintanya untuk berhenti memainkan musik itu karena
sekarang sudah mulai larut dan kita perlu tidur”.
8
“Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu, tapi barangkali Anda bisa
memberitahukan alamat situs yang dosen bicarakan tadi pagi?”
9
memberi bantuan. Dalam kasus ini, pertama-tama anda harus membuat
keputusan apakah mengatakan sesuatu atau tidak.
10
hubungan pertemanan dengan anda. Menggunakan bahasa identitas
dalam sebuah kelompok, anda bisa berkata: (“How about letting
me use your pen?)” bentuk let menandai adanya rasa solidaritas di
antara pembicara dan pendengar. Namun demikian, tetap saja
strategi ini memiliki resiko untuk ditolak jika si pendengar berbeda
tingkat social dengan anda. Dalam kasus ini, strategi kesopanan
sebaliknya mungkin lebih tepat untuk digunakan.
Strategi kesopanan negatif tidak selalu bermaksud tidak baik.
Kenyataannya, strategi ini bermaksud memperbaiki fakta negative
yang mengancam pendengar. Anda dapat meminta bantuan secara
tidak langsung dengan bertanya “Could you lend me a
pen?” atau “Sorry to bother you, but may I borrow your
pen?” Pertanyaan-pertanyaan ini didahului oleh ungkapan
permintaan maaf untuk pembebanan yang menunjukkan
keprihatinan anda tentang kerugian untuk pendengar. Selain itu,
meminta izin untuk mengajukan pertanyaan lebih sopan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13