1. Maksim Kuantitas
Seorang penutur memberikan kontribusi berupa informasi yang secukupnya sesuai dengan yang
diperlukan oleh lawan bicara.
B : Ya, sudah. Kebetulan saya bersama keluarga sehingga kami makan bersama di rumah
makan Bukit Tinggi
Jawaban B pada kalimat di atas mengandung informasi yang berlebihan karena tidak diperlukan
mitra tutur
2. Makna Kualitas
Seseorang penutur dalam pembicaraa menyatakan hal yang sebenarnya sesuai dengan fakta.
B : Kuliah di USU
Dalam dialog A dan B terdapat kerjasama yang baik dengan peserta tutur menyampaikan sesuai
dengan sebenarnya/faktual.
Bandingkanlah
Pada dialog di atas B memberi kontribusi yang melanggar maksim kualitas. Bahkan dengan
membandingkan USU dan USI tidak faktual hingga bermakna ejekan.
Bahwa peserta pembicaraan harus memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang
dipertuturkan.
A : Dimana pulpenku?
Bandingkanlah
A : Dimana pulpenku?
Bandingkanlah
A : Dimana pulpenku?
Dialog ini tidak memiliki relevansi antara A dan B. Hal ini sering terjadi dan memberi bukti
bahwa tidak selalu harus dipenuhi dan dipatuhi maksim relevansi dalam prinsip kerjasama.
Hal seperti ini sering terjadi dengan maksud untuk mengungkapkan maksud-maksud tertentu
yang khusus sifatnya antara pemutur.
Dalam maksim ini setiap peserta pembicaraan bertutur secara jelas, langsung dan tidak
berlebihan.
Contoh:
Bandingkanlah
Ibu : Ya, ibu sudah siapkan uangnya, karena pamanmu yang dating kemarin sudah membayar
secara kontrak rumah kita yang di kampung.
Tuturan ini antara A dan Ibu, ingin memberitahukan informasi yang jelas dan runut.
Tetapi responsi Ibu agak berlebihan kepada anak (A).
Bahwa dalam pertuturan maksim cara tidak harus sejelas-jelasnya tanpa mempertimbangkan
konteksnya. Sebaliknya, jika dalam pertuturan adakalanya kesantunan berbahasa menjadi
ketidakjelasan bertutur.
Dengan demikian jelas bahwa dalam komunikasi yang sebenarnya maksim cara sering kali tidak
dipatuhi atau bahkan harus dilanggar.
Pada maksim ini tuturan antara pembicara didasarkan pada prinsip “Kerugian orang lain sekecil
mungkin dan keuntungannya sebesar mungkin”
Apabila dalam bertututur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan ia akan terhindar
dari sikap dengki, iri hati, terhadap mitra tutur.
Contoh :
Tuturan di atas memiliki tingkat kesopanan yang berbeda-beda, sehingga jika dalam bertutur
dengan maksim kebijaksanaan hendaknya tetap menganut prinsip dasarnya.
Contoh lain:
B : Ya, Makasih
(diucapkan oleh A sebagai tuan rumah kepada B yang baru tiba di rumah A)
Maksim ini disebut juga maksim kemurahan hati dimana para peserta prtuturan menganut prinsip
“keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan pengorbanan diri sendiri sebesar mungkin”
Dalam pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain dengan pengorbanan seta
memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.
Contoh:
Beda dialog di atas tampak jelas bahwa A dialog pertama terdapat maksim kedermawanan
dengan demikian juga B pada dialog kedua berikutnya.
3. Maksim Kemurahan atau Pujian/Penghargaan
Dalam tuturan ini diharapkan agar para peserta tidak saling ejek, saling mencaci atau saling
merendahkan pihak lain.
Maka prinsip yang dianut adalah : “Kurangi cacian pada orang lain, dan tambahi pujian pada
orang lain”
Contoh :
B : Ah, saya kira banyak yang lebih baik dari pada ini
Pada dialog pertama di atas A telah memuji B sebanyak mungkin dan B meresponnya dengan
berusaha membuat penghargaan dirinya sekecil mungkin.
Jadi dalam maksim penghargaan ini orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur
selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain.
Pada maksim ini peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati. Prinsip yang dianut adalah:
“Pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin”.
Dalam bertutur, kesederhanaan dan kerendahan hati adalah menjadi parameter penilaian
kesantunan seseorang. Orang yang sombong dan congkak hati adalah mereka yang selalu
memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri.
Contoh:
5. Maksim Kesepakatan/Permufakatan
Maksim ini sering juga disebut maksim keccokan, dimana ditekankan dapat saling membina
kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
Maka prinsip yang dianut adalah: ‘Kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain
dan tingkatkan kesesuaian antara diri sendiri dengan orang lain.
Contoh :
6. Maksim Kesimpatian
Dalam tuturan maksim kesimpatian diharapkan agar peserta tutur dapat memaksimalka sikap
simpati. Sikap antipasti terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan
tidak santun.
Maka prinsip yang dianut adalah: “Kurangilah rasa antipasti antara diri dengan yang lain hingga
sekecil mungkin dan tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan yang lain”.
Contoh :
Masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatian terhadap orang lain.
Kesimpatian selalu dinyatakan dengan tulus dan ikhlas.
Namun akhir-akhir ini terutama dalam media sosial ada kecederungan rasa simpati dan antipasti
dipengaruhi ketidakjujuran dan ketidakikhlasan.
1. Praanggapan Semantik.
2. Praanggapan Pragmatik.
Dalam kegiatan berbicara adakalanya suatu kalimat atau tuturan yang bermakna secara tersurat
dan tersirat. Makna yang tersirat itu merupakan tambahan makna yang sudah lazim bagi
masyarkat bahasa.
Jadi ada makna yang denotatif dan ada juga tambahan makna yang konotatif. Tambahan
makna yang tersirat itulah yang disebut makna praanggapan.
1. Praanggapan semantik.
Adalah praanggapan yang ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui kosa kata atau
leksikalnya.
Contoh: Bu Sariah sedang merenovasi rumah.
Setelah mengamati kalimat diatas, kita dapat memahami secara leksikal dan
berpraanggapan sebagai berikut:
Bu Sariah punya uang.
Bu Sariah mandah untuk sementara.
Bu Sariah repot.
Jadi praanggapan itu muncul ketika kalimat itu kita paham secara leksikal.
Contoh lain:
Praangapannya:
Praanggapan pragmatiknya:
Contoh lain:
Secara pragmatik, kalimat yang disampaikan Jongos ialah bahwa ia mau tambah
nasi, ia masih lapar, ia meminta nasi.
Ibu Doni menunjukkan periuknya yang kosong berarti nasi sudah habis. Jadi,
praanggapan pragmatiknya adalah “Ibu Doni menginformasikan sesuatu” atau “Ibu Doni
menginformasikan kalau nasi sudah habis”
Pada suatu hari, Alex berkujung ke rumah temannya Rudi yang sudah lama tidak bertemu.
Alex dengan bersusuah payah mencari alamat Rudi dan akhirnya jumpa juga.