Anda di halaman 1dari 4

Laporan Bacaan Bab 7 (Contextual Phenomena)

Buku Introduction to Discourse Studies karya Jan Renkema


Nama : Resti Putri Andriyati
NPM : 1706999500
Jurusan : Ilmu Linguistik Peminatan Pengajaran Bahasa
Dosen : Dr. Untung Yuwono
Mata Kuliah : Kajian Wacana

Fenomena Kontekstual

Jan Renkema membagi enam konsep yang sering digunakan dalam studi
tentang hubungan antara wacana dan konsep. Enam konsep tersebut adalah deixis
(deiksis) , staging, perspectivization, given- new management, presuppositions
(presuposisi), dan inferences (inferensi).

1.Deiksis ( Deixis)
Deiksis pertama kali dikenalkan oleh Buhler. Buhler membedakan deiksis
menjadi tiga yaitu, deiksis persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu. Kata- kata
deiktis umumnya terfokus dari sudut pandang pembicara.
Renkema menjelaskan deiksis persona diwujudkan dengan menggunakan
kata ganti orang. Kata ganti orang pertama yaitu saya atau aku. Kata ganti orang
kedua yaitu kamu. Kata ganti orang ketiga yaitu dia, mereka. Pemilihan kata ganti
tersebut dapat dibagi menjadi kata ganti orang tunggal dan kata ganti orang jamak.
Contoh :
a. Saya akan datang ke rumahmu.
b. Dia sedang berada di Jakarta.
Kata ‘saya’ pada contoh a merujuk kepada orang pertama tunggal sebagai
pembicara sedangkan ‘mu’ merujuk pada orang kedua tunggal sebagai lawan
bicara. Kata ‘dia’ pada contoh b merujuk pada orang ketiga tunggal.
Menurut Renkema (2004:123), deiksis tempat merujuk pada sesuatu yang
berada di sekitar atau lebih jauh dari pembicara : ini, itu. Deiksis tempat tidak
hanya dapat direalisasikan dengan kata ganti demonstratif, tetapi juga denngan
penggunaan kata ganti keterangan tempat: di sana, di sini. Contoh :
c. Buku ini milik saya.
d. Di sana ada restoran enak.
Pemakaian kata ‘ini’ pada contoh c merujuk pada tempat yang dekat dengan
pembicara. Namun, pemakaian kata ‘di sana’ pada contoh d merujuk pada tempat
yang jauh dari pembicara.
Renkema mengatakan bahwa deiksis waktu tampaknya menjadi bentuk
deiksis yang sederhana karena bersumber dari kata sifat waktu dalam urutan
“kemarin…sekarang…besok”. Contoh:
e. Besok Pak Andi akan pergi ke Depok.
Kata “besok” pada contoh e merujuk pada hari setelah hari ini. Selain
menggunakan kata sifat urutan waktu, Renkema juga memberikan contoh dari
bentuk kata kerja past perfect progressive dan present perfect progressive dalam
bahasa Inggris. Renkema berpendapat bahwa deiksis waktu sering disertai dengan
elemen makna lain. Oleh karena itu, sulit untuk mengisolasi.

2.Staging
Renkema menggunakan istilah staging terinspirasi dari metafora teater
(pementasan) yang mengungkapkan adanya latar depan informasi dan latar
belakang informasi. Unsur wacana yang memiliki informasi lebih penting dari
unsur lainnya disebut staging. Contoh:
f. Setiap libur semester saya pulang ke Lampung selama dua bulan.
g. Setiap libur semester selama dua bulan saya pulang ke Lampung.
Renkema menggunakan prinsip head-tail (kepala-ekor) sebagai titik awal yang
baik untuk menganalisis penyajian informasi. Semakin ke kiri (kepala) atau kanan
(ekor) informasi yang disajikan, semakin penting dan menonjol. Misalnya,
kalimat “saya pulang ke Lampung” pada contoh g lebih penting atau menjadi
latar depan informasi daripada contoh f.
3.Perspectivization
Konsep ketiga yang diusung oleh Renkema adalah perspectivization
(perspektif). Informasi dapat disajikan dari beberapa perspektif (sudut pandang)
yang berbeda. Ada tiga pendekatan dalam konsep perspectivization. Pertama,
Vision (visi) yaitu informasi disajikan dari perspektif ideologis, suatu sistem
norma dan nilai yang berkaitan dengan hubungan sosial. Pertanyaan sentral dalam
pendekatan vision (visi) adalah bagaimana sebuah ideologi mempengaruhi
penggunaan bahasa. Contoh:
h. Terbukti, Pancasila dengan lima sila mampu menyatukan berbagai
keragaman dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). (dikutip dari sindonews.com)

Kedua, Focalization yaitu informasi disajikan dari sudut pandang naratif, artinya
adanya subjek dan objek, pengamat dan yang diamati. Contoh:
i. Anggun menghampiri Arum yang sedang menata buku di
perpustakaan.
Ketiga, pendekatan empathy (empati) sebagai gambaran sejauh mana suatu
identitas pembicara dengan seseorang atau objek yang merupakan bagian dari
suatu peristiwa atau kondisi yang digambarkan dalam sebuah kalimat. Contoh:
j. Susi membantu Nani menyebrang jalan raya.
k. Susi membantu neneknya menyebrang jalan raya.
Pada contoh k terlihat empati yang lebih kuat antara Susi dan objek dibanding
contoh j.

4.Given- new management


Renkema mendeskripsikan konsep mengenai informasi lama- informasi
baru (Given-New). Informasi lama menandakan bahwa penutur berasumsi ia
sudah mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang diujarkan, sedangkan
informasi baru menandakan bahwa penutur baru memperkenalkan informasi pada
petutur. Contoh:
l. Baju merah itu milik Nabila.
Informasi lama pada contoh l adalah baju merah, petutur sudah mengetahu konspe
dari baju merah dibicaraka oleh penutur. Informasi baru milik Nabila.
5.Presuposisi/ Praanggapan (Presuppositions)
Informasi yang dinyatakan secara implisit atau tersirat disebut
dengan presupposition (praanggapan). Praanggapan berada di wilayah makna.
Istilah praanggapan berasal dari logika filsafat. Praanggapan dapat bermakna
sama untuk kalimat positif dan kalimat ingkarannya. Contoh:
m. Rachma tidak berangkat ke sekolah karena sakit.
Berdasarkan contoh m dapat diketahui praanggapan/ presuposisi kalimat tersebut
adalah Rachma seharusnya berangkat ke sekolah.

6.Inferensi (Inferences)
Konsep terakhir yang disampaikan Renkema (2004) adalah
inference (inferensi). Inferensi menunjukkan fenomena bahwa wacana memanggil
pengetahuan atau informasi yang dapat digunakan untuk memahami informasi.
Kasus-kasus yang paling signifikan dari ini, selain presuposisi, adalah entailment,
implikatur konvensional, implikatur percakapan, dan konotasi. Entailment adalah
istilah dari logika. Contoh :
n. Nana mengupas Mangga.
o. Nana mengupas buah.
Contoh o merupakan entailment dari contoh n. Istilah implikatur konvensional
diciptakan oleh Grice. Contoh:
p. Dia adalah seorang dokter; karena itu dia pintar.
Grice membedakan konsep impilkatur konvensional dengan implikatur
percakapan. Berikut ini adalah contoh dari konsep implikatur percakapan.
q. Apakah kamu sudah membeli sate?
r. Sate sudah ada di meja makan.
Konsep konotasi yaitu adanya nilai rasa. Misalnya, penggunaan kata “wc”,
“kamar mandi”, dan “toilet”.

Anda mungkin juga menyukai