Anda di halaman 1dari 7

UTS PRAGMATIK

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Fakultas Keguruaan Ilmu Pendidikan

Nama : Rika Indra Nurwati

Nim : 203180044

Semester : 5(B) Reguler

1. Pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang berkaitan dengan


cabang linguistik lainnya, maka jelaskan hubungan pragmatik dengan
Sintaksis, Fonologi, Semantik, Sosiolinguistik dan Psikolinguistik?

a. Hubungan Pragmatik dengan Sintaksis

Linguistik struktural, khususnya sintaksis, bergerak di wilayah bahasa,


sedangkan pragmatik bergerak di wilayah tutur. Satuan kajian linguistik, dan juga
semantik, adalah kalimat (sentence), sedangkan satuan kajian pragmatik ialah
ujaran (utterance). Bisa jadi, pragmatik dan linguistik atau sintaksis mempunyai
kesamaan objek kajian, yaitu kalimat, tetapi sudut pandangnya berbeda.

b. Hubungan Pragmatik dengan Fonologi

Hubungan Fonologi dan Pragmatik dengan bunyi yang di hasilkan atau di


ucapkan pada konteks bacaan karena Fonologi sendiri memiliki pengertian
menurut bahasa berasal dari kata fon (bunyi) dan logis (ilmu). Menurut istilah
fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa secara
umum.
c. Hubungan Pragmatik dengan Semantik

Hubungan antara semantik dengan pragmatik berawal dari buah pemikiran


Charles Morris yang melahirkan konsep ilmu tanda atau yang dikenal dengan
istilah semiotik. Morris membagi kajian semiotik atas tiga bidang, yakni sintaksis,
semantik, dan pragmatik. Berdasarkan buah pikiran Morris tersebut terlihat bahwa
semantik dan pragmatik sama-sama berada dalam naungan kajian yang lebih
besar, yaitu ilmu tentang tanda (semiotic).

Pragmatik dan semantik merupakan dua cabang linguistik yang samasama


memfokuskan kajian pada aspek makna suatu bahasa. Namun, dalam prakteknya,
kajian semantik tidak bisa disamakan dengan pragmatik. Oleh Morris, semantik
diberi batasan sebagai “telaah mengenai hubungan formal di antara tanda (atau
lambang) dan objeknya”, sedangkan pragmatic didefinisikan sebagai “telaah
mengenai hubungan di antara lambang dan penafsirnya”.

d. Hubungan Pragmatik dengan Sosiolinguistik

Sosiolinguistik dan pragmatik sama-sama lahir dari buah pemikiran


penganut paham fungsionalis yang tidak puas terhadap penanganan bahasa
bersifat formal seperti yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Kajian pragmatik
dan sosiolinguistik keberatan dengan pandangan kaum struktural dalam
memandang bahasa yang hanya berorientasi pada bentuk, tanpa
mempertimbangkan bahwa satuan-satuan bahasa sebenarnya hadir dalam konteks,
baik konteks yang bersifat lingual (co-teks) maupun konteks yang bersifat
ekstralingual.

e. Hubungan Pragmatik dengan Psikolinguistik

Hubungan antara pragmatik dan psikolinguistik terlihat dari sumbangan


teori psikolinguistik dalam memahami makna pragmatik. Kajian psikolinguistik
lebih menitikberatkan kajian pada hubungan bahasa dengan pemikiran manusia.
Dengan kata lain dalam memahami sebuah bahasa, peran pemikiran atau faktor
psikologi memegang peranan penting. Kaitannya dengan pragmatik, sebuah
tuturan pragmatis akan lebih mudah dipahami, bila peserta tutur lebih
mengoptimalkan peran psikologinya.

2. Jelaskan maksud dari Deiksis dan Tindak Tutur dalam ilmu pragmatik,
serta jelaskankan contohnya!

a. Deiksis

Deiksis adalah gejala semantik yang terdapat pada kata atau


konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan
konteks pembicaraan (Hasan Alwi, dkk., 1998). Kata saya, sini, sekarang,
misalnya, tidak memiliki acuan yang tetap melainkan bervariasi tergantung
pada berbagai hal. Acuan dari kata saya menjadi jelas setelah diketahui
siapa yang mengucapkan kata itu. Kata sini memiliki rujukan yang nyata
setelah di ketahui di mana kata itu di ucapkan. Demikian pula, kata sekarang
ketika diketahui pula kapan kata itu diujarkan. Dengan demikian kata-kata di
atas termasuk kata-kata yang deiktis. Berbeda halnya dengan kata-kata seperti
meja, kursi, mobil, dan komputer. Siapapun yang mengatakan, di manapun,
dan kapanpun, kata-kata tersebut memiliki acuan yang jelas dan tetap.

Deiksis dapat di bagi menjadi lima kategori, yaitu deiksis orang (persona),
waktu (time), tempat (place), wacana (discourse), dan sosial (social)
(Levinson, 1983). Deiksis orang berkenaan dengan penggunaan 12 kata ganti
persona, seperti saya (kata ganti persona pertama), kamu (kata ganti persona
kedua). Contoh Bolehkah saya datang kerumahmu? Kata saya dan -mu dapat
dipahami acuannya hanya apabila diketahui siapa yang mengucapkan kalimat
itu, dan kepada siapa ujaran itu ditujukan. Deiksis waktu berkenaan dengan
penggunaan keterangan waktu, seperti kemarin, hari ini, dan besok. Contoh,
Bukankah besok hari libur? Kata besok memiliki rujukan yang jelas hanya
apabila diketahui kapan kalimat itu diucapkan.
 Contoh Deiksis tempat

Deiksis tempat berkenaan dengan penggunaan keterangan tempat, seperti


di sini, di sana, dan di depan. “Simpanlah di sini!” Kata di sini memiliki acuan
yang jelas hanya apabila diketahui dimana kalimat itu diujarkan.

 Contoh Deiksis sosial

Deiksis sosial berkenaan dengan aspek ujaran yang mencerrminkan


realitas sosial tertentu pada saat ujaran itu dihasilkan. Penggunaan kata Ibu
pada kalimat “Ibu dapat memberi pembelajaran hari ini?” Yang diucapkan
oleh seorang siswa kepada guru mencerminkan deiksis social.

b. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah adalah suatu tuturan /ujaran yang merupakan


satuan fungsional dalam komunikasi (Richard, Platt, dan Platt, 1993). Teori
tindak tutur di kemukakan oleh dua orang ahli filsafat bahasa yang bernama
John Austin dan John Searle pada tahun 1960-an. Menurut teori tersebut,
setiap kali pembicara mengucapkan suatu kalimat, Ia sedang berupaya
mengerjakan sesuatu dengan kata-kata (dalam kalimat) itu. Tindak tutur menjadi
lima yaitu komisif (commisive), deklaratif (declarative), direktif (directive),
ekspresif (expressive) dan representatif (representative).

 Komisif (commisive) yaitu tindak tutur yang menyatakan bahwa


pembicara akan melakukan sesuatu di masa akan datang, seperti janji
atau ancaman. Contoh, Saya akan menikahimu bulan depan.
 Deklaratif (declarative), yaitu tindak tutur yang dapat mengubah keadaan.
Contoh, Dengan ini Anda saya dinyatakan bebas. Kata-kata tersebut
mengubah status seseorang dari keadaan belum bebas ke keadaan bebas.
 Direktif (directive), yaitu tindak tutur yang berfungsi meminta pendengar
untuk melakukan sesuatu seperti saran, permintaan, dan perintah.
Contoh, Silakan Anda beristirahat di ruang kerja saya!
 Ekspresif (expressive), yaitu tindak tutur yang digunakan oleh pembicara
untuk mengungkapkan perasaan dan sikap terhadap sesuatu.
Contoh laki-laki itu tampan sekali.
 Representatif (representative), yaitu tindak tutur yang menggambarkan
keadaan atau kejadian, seperti laporan, tuntutan, dan pernyataan.
Contoh, seminar dimulai pukul tujuh.

3. Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi adalah tingkatan dalam tindak tutur.


Jelaskan dan berikan masing-masing 2 contohnya! (tidak boleh
mengambil contoh dari materi perkuliahan)

a. Lokusi yaitu kaitan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu
ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’
dan penjelasan dalam sintaksis (Searly dalam Lubis).
Contoh: ‘Saya haus’, seseorang mengartikan ‘Saya’ sebagai orang pertama
tunggal (si penutur), dan ‘haus’ mengacu pada ‘tenggorokan kering dan perlu
cairan’, tanpa bermaksud untuk meminta minum.

b. Ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan dan


sebagainya. Contoh: “Saya haus”, maksudnya adalah meminta makanan, yang
merupakan suatu tindak ilokusi.

c. Perlokusi yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada
pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.
Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk
tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja
atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Contoh: ‘Saya haus’, yang
dituturkan oleh si penutur menimbulkan efek kepada pendengar, yaitu dengan
reaksi memberikan atau menawarkan minuman kepada penutur.
4. Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan percakapan yang dapat dikaji
dengan ilmu pagmatik. Berikan 3 contoh dan jelaskan percakapan yang sering
Anda temukan di kehidupan sehari-hari yang menurut anda unik untuk dikaji
dalam ilmu pragmatik!
 Contoh percakapan (1)

Ibu : kenapa kamu selalu lupa waktu?

Rika : maaf bu, soalnya aku bosan dirumah.

Ibu : bagus..terus saja bermain.

Kalimat “bagus..terus saja bermain, jangan pulang” jika di terjemah secara


lireral memiliki makna untuk menyuruh dika agar terus bermain setiap waktu.
Tapi bukan itu maksud dari perkataan ibu. Kalimat tersebut bermakna agar rika
dapat mengurangi bermain dan mulai belajar agar pulang dengan tepat waktu.

 Contoh percakapan (2)

Rika : “Jam berapa ini?”

Indah : “tenang saja, seminar mulai 10 menit lagi”

Percakapan diatas akan salah jika kita terjemah kan secara literal, karena
pertanyaan dari Rika tidak dijawab dengan benar oleh Indah. seharusnya ketika
Rika menanyakan “ jam berapa ini?” maka Indah harus menjawab hal yang
ditanyakan, yaitu waktu. Bukan seperti ini jawabannya “tenang saja, seminar
dimulai 10 menit lagi”.Tapi jika di kaji secara implikatur. Maka percakapan antara
Rika dengan Indah tidaklah salah. Ada keterkaitan makna secara tersirat antara
pertanyaan Rika dan jawaban Indah.

 Contoh percakapan (3)

Rahma : kamu kenapa? Kamu sedih?

Aura : aku gapapa kok.


Percakapan diatas terasa benar secara literal. Bahwasanya santi baik baik
saja, Tetapi sebenarnya salah.Karena pada kenyataannya Aura angat kecewa dan
sedih pada Rahma. Ada makna yang tersirat yang diujarkan santi.

5. Setelah Anda belajar mata kuliah pragmatik selama 7 pertemuan,


menurut Anda apa manfaat ilmu pragmatik dalam kehidupan sehari-
hari?

Manfaat pragmatik ialah seorang dapat bertutur kata dengan baik tentang
makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan
jenis- jenis tindakan (sebagai contoh: permohonan) yang mereka perlihatkan
ketika mereka sedang berbicara.

6. Apa kaitannya ilmu pragmatik, dengan kegiatan belajar mengajar?


(Ketika nanti Anda sebagai pengajar)

Dalam proses pembelajaran guru dan murid saling berkomunikasi untuk


mencapai tujuan pembelajaran. Bahasa adalah alat yang digunakan guru dan
murid dalam berkomunikasi. Dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar
kelas, guru dalam menyampaikan suatu tuturan tentunya memilih cara yang khas
agar murid dapat mengerti maksud dan tujuannya. Oleh sebab itu pragmatic
sangat penting dalam proses belajar mengajar.

7.

Anda mungkin juga menyukai