Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas Mata Kuliah Analisis Buku Teks Sekolah
yang diampu oleh Dr. Ibu Rusdhianti Wuryaningrum, S.Pd., M.Pd.
Buku mata pelajaran bahasa Indonesia jenjang Sekolah Menengah Pertama atau SMP
kelas VII. Kosasih dan Restuti sebagai pengarang buku “Mandiri” mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan jumlah 147 halaman yang menggunakan kurikulum 2013. Buku mata
pelajaran bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga pada tahun 2013 ini yang
terdiri dari 10 bab didalamnya, yang berisi antara lain :
Kami akan membedah buku mata pelajaran bahasa Indonesia pada bab 9 yakni yang
berisi memahami teks cerita pendek.
BAB II KAJIAN TEORI ANALISIS BUKU TEKS BAHASA INDONESIA
Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku teks. Adabeberapa hal
penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakanmemiliki isi yang layak untuk
dipakai.Kelayakan isi terlihat dari kesesuaianuraian materi dengan kurikulum (kompetensi
dasar), keakuratan materi, danmateri pendukung.
1. buku teks haruslah menarik minat anak-anak atau pembaca, yaitu para siswa yang
mempergunakannya.
2. buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya.
3. buku teks haruslah mampu memuat ilustrasi yang menarik para siswayang
memanfaatkannya.
4. buku teks seyogianyalah mempertimbangkan aspek-aspek linguistiksehingga sesuai
dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
5. buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaranlainnya, lebih
baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencanasehingga semuanya merupakan
suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
6. buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitaspribadi para
siswa yang mempergunakannya.
7. buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsepyang samar-
samar dan tidak biasa, agar tidak membingungkan para siswayang memakainya.
8. buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau point of view yangjelas dan tegas
sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandang parapemakainya.
9. buku teks haruslah mampu memberi pemantapan, penekananpada nilainilai anak dan
orang dewasa.
10. buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadipara siswa
pemakainya.
B. Keakuratan Materi
Indikator keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut.
1. Akurasi Konsep dan Definisi
a. Materi dalam buku teks harus disajikan secara akurat untukmenghindari
miskonsepsi yang dilakukan siswa.
b. Konsep dan definisi harus dirumuskan dengan tepat untukmendukung tercapainya
KI dan KD.
2. Akurasi Prinsip
Ada beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi dalam sebuah bukuteks. Prinsip dasar
tersebut yaitu :
a. Prinsip Kebersamaan : Prinsip yang disesuaikan dengankebutuhan siswa, bertumpu
pada pemenuhan dorongan bagi siswauntuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan,
perasaan, daninformasi kepada orang lain baik secara lisan maupun tertulis.
b. Prinsip Keontetikan :Prinsip keontetikan bahan dan materi pelatihan berbahasa
dilih teks atau wacana tulis maupun lisan yang banyak memberikankesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya, menekankan
fungsi komunikatif bahasa, memenuhikebutuhan fungsi berbahasa siswa. Bahan
berisi petunjuk ataupelatihan (tugas) yang memanfaatkan media cetak atau
elektronikseoptimal mungkin.
c. Prinsip Keterpaduan Materi :Penataan Bahasa dan Sastra dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal yaitu : 1. Mempertaruhkan keutuhan makna; 2. Menuntut
siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya secara bertahap.
d. Prinsip Keberfungsian :Prinsip keberfungsian ada pada pemulihan metode dan
teknikpembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan:a. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengambil bagiandalam peristiwa berbahasa yang seluas-
luasnya; b. Memberikan informsi, praktik, dan pengalaman-pengalamanberbahasa
yang sesuai dengan kebutuhan bahasa siswa; c. Mengarahkan siswa kepada
penggunaan bahasa, bukanpenguasaan pengetahuan bahasa.
e. Prinsip Perfomansi Komunikatif :Prinsip perfomansi komunikatif dapat berupa
kegiatan berbahasa,mengamati, berlatih atau bahkan merenung. Aspek yang
perludiperhatikan dengan pemikiran pengalaman belajar ialahmendukung
terbentuknya perfomansi komunikatif siswa yang handal sesuai dengan bahan
pembelajaran, bermakna bagipengembangan potensi dan kemahiran bahasa siswa.
f. Prinsip Kebertautan :Pembelajaran kontekstual menuntut penggunaan media dan
sumberbelajar yang berupa pengalaman prosuktif lisan maupun tulisan,berupa
fakta berbahasa atau peristiwa aktual. Bahan tersebut dapatdicari oleh siswa atau
guru sesuai dengan kebutuhan berbahasa.
g. Prinsip Penilaian :Pembelajaran komunikatif menuntut penggunaan penilaian
yangdapat mengukur secara langsung kemahiran berbahasa siswa
secaramenyeluruh dan terpadu. Penilaiannya dapat mendorong siswa agaraktif
berbahasa secara lisan maupun tulisan.Adapun instrumen akurasi prinsip yaitu: a.
Prinsip yang merupakan salah satu aspek yang digunakan untuk menyusun suatu
teori; b, Prinsip-prinsip yang tersaji dalam buku teks perlu dirumuskansecara
akurat agar tidak menimbulkan multi tafsir bagi siswa.
3. Akurasi Prosedur
a. Prosedur merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untukmencapai suatu
sasaran tertentu.
b. Prosedur harus dirumuskan secara akurat hingga siswa tidakmelakukan kekeliruan
secara sistematis.
4. Akurasi Contoh, Fakta, dan Ilustrasi
Konsep, prinsip, prosedur, atau rumus harus diperjelas oleh contoh,fakta, dan ilustrasi
yang disajikan secara akurat. Dengan cara demikian,siswa tidak hanya memahami suatu
pengetahuan secara verbalitas.
5. Akurasi Soal
Penguasaan siswa atas konsep, prinsip, prosedur, atau algoritma harus dibangun oleh
soal-soal yang disajikan secara akurat.
C. Materi Pendukung Pembelajaran
Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut.
1. Kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Materi (termasuk contoh, latihan, dan daftar pustaka) yang terdapatdalam buku teks
harus sesuai dengan perkembangan ilmu danteknologi.
2. Keterkinian fitur, contoh, dan rujukan.
Fitur (termasuk uraian, contoh, dan latihan) mencerminkan peristiwaatau kondisi
terkini.Keterkinian ini terlihat pada sumber atau rujukanyang digunakan. Pada
umumnya rujukan yang layak digunakan dalambuku teks maksimal menggunakan
rujukan lima tahun terakhir.
3. Penalaran
a. Penalaran ini berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan.Oleh karena itu
materi dalam buku teks perlu memuat uraian,contoh, tugas, pertanyaan, atau soal
latihan yang mendorong siswauntuk secara runtut membuat kesimpulan yang
sahih.
b. Materi dapat pula memuat soal-soal terbuka, yaitu soal-soal yangmenuntut siswa
untuk memberikan jawaban atau strategipenyelesaian yang bervariasi.
4. Pemecahan Masalah
Untuk menumbuhkan kreativitas siswa, sajian materi dalam buku teksperlu memuat
beragam strategi dan latihan pemecahan masalah.Pemecahan masalah meliputi
memahami masalah, merancang model,memeriksa hasil, (mencari solusi yang layak),
dan menafsirkan solusiyang diperoleh.
5. Keterkaitan Antarkonsep
Keterkaitan antarkonsep dalam buku teks dapat dimunculkan dalamuraian atau
contoh.Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalammembangun jaringan
pengetahuan yang utuh.Selain itu, perlu juga ditunjukkan keterkaitan antara pelajaran
satu dan pelajaran atauketerkaitan antara materi yang sedang dipelajari dan kehidupan
seharihari agar siswa menyadari manfaat materi tersebut dalam kehidupan.
6. Komunikasi
Materi dalam buku teks hendaknya memuat contoh atau latihan
untukmengomunikasikan gagasan, baik secara tertulis maupun lisan,
untukmemperjelas keadaan atau masalah yang sedang dipelajari ataudihadapi.
7. Penerapan
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang
menjelaskan penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan dalamkehidupan nyata setiap konsep yang
dipelajari.
8. Kemenarikan Materi
Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, strategi, gambar,foto, sketsa,
cerita sejarah, contoh, atau soal-soal menarik yang dapatmenimbulkan minat siswa
untuk mengkaji lebih jauh. Apabila siswatertarik terhadap materi yang dipelajari, ia
akan terangsang untukmempelajarinya lebih jauh.
9. Mendorong untuk Mencari Informasi Lebih Lanjut
Materi dalam buku teks hendaknya memuat tugas-tugas yangmendorong siswa untuk
memeroleh informasi lebih lanjut dari berbagaisumber lain seperti internet, buku,
artikel, dsb.
10. Materi Pengayaan
Materi dalam buku teks sebaiknya menyajikan uraian, contoh, atausoal pengayaan
yang berkaitan dengan topik yang dibicarakansehingga sajian materinya lebih luas
atau lebih dalam daripada materiyang dituntut KD.Dengan pengayaan ini, diharapkan
siswamempunyai kompetensi yang lebih luas dan kaya.
2.2 Kelayakan Bahasa Buku Teks
Kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu (a)teknik
penyajian; (b) penyajian pembelajaran; dan (c) kelengkapan penyajian(Muslich, 2010:297).
a) Teknik Penyajian
Indikator teknik penyajian buku teks ada tiga poin, yaitu sistematikapenyajian,
keruntutan penyajian, dan keseimbangan antar-bab.
1. Sistematika Penyajian
Pendahuluan memberikan gambaraan umum yang singkat tentang judul bab.
Pendahuluan dalam bab lebih rinci adalah sebagai berikut: a. memberikan latar
belakang informasi singkat tentang judul bab kepadapembaca;b. merangsang
minat pembaca untuk terus melanjutkan membaca bagianberikutnya;c.
menunjukan susunan atau organisasi isi bab;d. memberitahukan bagian-bagian
utama bab (subjudul bab);e. menyatakan tujuan bab atau pelajaran yang akan
dicapai (kurniasih dansani, 2014:91).
2. Keruntutan Penyajian
Penyajian dalam buku teks sesuai alur berpikir induktif atau deduktif.Penyajian
alur berpikir induktif (khusus ke umum) untuk membuatkesimpulan dari suatu
fakta atau data.Penyajian alur berpikir deduktif (umumke khusus) untuk
menyatakan kebenaran suatu proposisi.Konsep disajikandari yang mudah ke yang
sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, ataudari yang informal ke yang
formal sehingga siswa dapat memahami materipokok yang baik.
3. Keseimbangan Antar-bab
Uraian substansi antar-bab (tercermin dalam jumlah halaman) tersaji
secaraproporsional dengan tetap mempertimbangkan KI dan KD. Uraian
substansiantarsubbab dalam bab (tercermin dalam jumlah halaman) juga tersaji
secaraproporsional dengan mempertimbangkan KD yang ingin dicapai.
b) Penyajian Pembelajaran
Indikator penyajian pembelajaran dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut:
1) Berpusat Pada Siswa
Penyajian materi dalam buku teks bersifat interaktif dan partisipatif
sehinggamemotivasi siswa untuk belajar mandiri, misalnya dengan
menggunakanpertanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kalimat-kalimat
ajakan, kegiatan (termasuk kegiatan kelompok), dsb.
2) Mengembangkan Keterampilan Proses
Penyajian dan pembahasan dalam buku teks lebih menekankan padaketerampilan
proses (berfikir dan psikomotorik) sesuai dengan kata kerjaoperasional pada KI
dan KD, bukan hanya pada perolehan hasil akhir.Proses pembelajaran pada
Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakandengan menggunakan
pendekatan ilmiah (scientific approach). Penerapanpendekatan ilmiah dalam
pembelajaran melibatkan lima keterampilan prosesyang esensial, yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyaji atau mengomunikasikan.
3) Memerhatikan Aspek Keselamatan Kerja
Kegiatan yang disajikan untuk mengembangkan keterampilan proses
amandilakukan oleh siswa. Bahan, peralatan, tempat, dan bentuk kegiatan
yangdilakukan tidak mengandung bahaya bagi siswa.Apabila ada resiko
bahaya,maka perlu ada petunjuk yang jelas.Memuat tugas observasi,
investigasi,eksplorasi, atau inkuiri.Materi dalam buku menyajikan masalah
kontekstual.Masalah yang dapat merangsang tumbuhnya pemikiran kritis, kreatif,
atauinovatif.
c) Kelengkapan Penyajian
Indikator kelengkapan penyajian dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut:
1. Bagian Pendahuluan
Pada bagian awal buku teks terdapat prakata, petunjuk penggunaan, dan daftarisi
atau daftar simbol atau notasi.Prakata adalah sebuah pengantar dari penulis yang
berisi ulasan tentangmaksud dan metode yang digunakan penulis dalam menulis
bukunya (Iyan,2007:14).
2. Bagian Isi
Penyajian materi dalam buku teks dilengkapi dengan gambar, ilustrasi,
tabel,rujukan atau sumber acuan, soal latihan atau rangkuman setiap bab.
3. Bagian Penyudah
Pada akhir buku teks terdapat daftar pustaka, indeks subyek, daftar
istilah(glosarium), daftar simbol atau notasi dapat dicantumkan pada akhir buku.
2.4 Kelayakan Kegrafikan
Pada kelayakan kegrafikan, terdapat tiga indikator yang harus diperhatikan dalambuku
teks, yaitu (a) ukuran buku; (b) desain kulit buku; (c) desain isi buku(Muslich, 2010:305).
a) Ukuran Buku
Indikator ukuran buku yaitu:
1. Kesesuaian Ukuran Buku dengan Standar ISO
Ukuran buku teks adalah A4 (210 x 297 mm), A5 (148 x 210 mm), dan B5(176 x
250 mm).Toleransi perbedaan ukuran antara 0- 20 mm.
2. Kesesuaian Ukuran dengan Materi Isi Buku
Pemilihan ukuran buku teks perlu disesuaikan dengan materi isi bukuberdasarkan
bidang studi tertentu. Hal ini akan memengaruhi tata letak bagianisi dan jumlah
halaman buku.
b) Desain Kulit Buku
Indikator desain kulit buku yaitu:
1. Tata Letak
Penampilan unsur tata letak pada kulit muka, belakang, dan punggung secara
harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsisten.Penampilan pusat pandang
(center point) yang baik.Komposisi dan ukuran unsur tata letak (judul, pengarang,
ilustrasi, logo, dll.), proposional, seimbang, dan seirama dengan tata letak isi sesuai
pola.Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi tertentu.Menempatkan
unsur tata letak konsisten dalam satu seri.
2. Tipografi Kulit Buku
Tipografi kulit buku menyangkut penggunaan huruf yang menarik dan mudah
dibaca. Ukuran huruf judul buku lebih dominan dan proporsional dibandingkan
(ukuran buku, nama pengarang, dan penerbit). Warna judul buku kontras dengan
warna latar belakang.
3. Penggunaan Huruf
Pada buku teks, penggunaan huruf tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi
jenis huruf.Tidak menggunakan huruf hias dan jenis huruf sesuai dengan huruf isi
buku.
4. Desain Isi Buku
Indikator pemakaian bahasa yang komunikatif yaitu:
1. Pencerminan Isi Buku
Menggambarkan isi/materi ajar dan mengungkapkan karakter
objek.Bentukwarna, ukuran, proporsi objek sesuai realita.Penempatan unsur
tata letakkonsisten berdasarkan pola. Pemisahan antarparagraf jelas.
2. Keharmonisan Tata Letak
Bidang cetak dan margin proporsional.Margin dua halaman
yangberdampingan proposional.Spasi antar teks dan ilustrasi sesuai.
3. Kelengkapan Tata Letak
Judul bab, subjudul bab, dan angka halaman/folio dan ilusrtasi, dan
keterangangambar.
4. Daya Pemahaman Tata Letak
Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu
judul,teks, dan angka halaman.Penempatan judul, subjudul, ilustrasi, dan
keterangangambar tidak mengganggu halaman.
5. Tipografi Isi Buku
Tipografi isi buku meliputi kesederhanaan, daya keterbacaan, dan daya
kemudahan pemahaman.
6. Ilustrasi Isi.
Ilustrasi isi daya meliputi: pemerjelas dan pemermudah pemahaman dan kedayatarikan
ilustrasi isi.
BAB III PANDANGAN UMUM KELAYAKAN BUKU TEKS BAHASA
INDONESIA
Buku teks sekolah pasti memiliki standar kelayakan yang berbeda-beda. Buku teks
yang menjadi bahan analisis dalam makalah ini yaitu buku Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
jenjang Sekolah Menengah Pertama atau SMP kelas VII pada bab 9 tentang memahami teks
cerita pendek. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada bab 2 yaitu kajian teori untuk
menganalisis sebuah buku teks sekolah, terdapat beberapa kelayakan yang telah ditemukan
oleh penulis. Berikut hasil analisisnya.
A. Kelayakan Isi
1. Keakuratan Materi
a. Akurasi Konsep dan Definisi
Materi dalam buku teks ini disajikan secara akurat, sehingga siswa terhindar
dari salah konsep yang dilakukan siswa. Materi harus di definisikan dengan tepat
dan mudah dipahami oleh siswa. Contohnya dalam buku teks Bahasa Indonesia
kelas VII SMP pada bab 9 dengan topik Memahami Teks Cerita Pendek ini
menjelaskan definisi cerpen dengan akurat.
Bukti :
b. Akurasi Prinsip
Prinsip merupakan salah satu aspek yang digunakan untuk menyusun suatu
teori. Prinsip-prinsip yang tersaji dalam buku teks ini tidak menimbulkan
multitafsir bagi siswa. Terlihat dalam bab ini, penyajiannya dan runtutan
materinya mempermudah siswa untuk memahami materi yang ada pada bab ini.
Bukti :
Akurasi contoh, fakta, dan ilustrasi pada buku ini sudah ditunjukkan
dengan baik.
Bukti :
d. Akurasi Soal
Soal-soal yang disajikan sudah akurat, akan tetapi terdapat banyak soal-soal
yang menuntut siswa untuk mencari tahu sendiri teori dalam menjawab soal
tersebut.
Bukti :
Di buku teks ini terdapat pemecahan masalah berupa soal-soal yang menguji
siswa secara individu dan kelompok. Dengan soal-soal ini diharapkan siswa dapat
memecahkan masalah-masalah dalam soal-soal yang disediakan. Pemecahan
masalah berupa soal juga akan melatih cara berpikir para siswa yang akan
mencari jawaban untuk menjawab soal-soal.
Bukti :
b. Keterkaitan antar Konsep
Penerapan konsep-konsep dalam buku teks ini sudah disajikan dengan baik
dan saling terkait. Misalkan saja konsep menjelaskan definisi teks cerpen dengan
konsep penjelasan perbedaan teks cerpen dengan teks dongeng dan novel saling
terkait. Juga saling terkait antara definisi dan klasifikasi teks cerpen.
Bukti :
B. Kelayakan Bahasa
1. Lugas
Buku teks harus memiliki standar kelugasan yang baik. Lugas dapat ditinjau dari tiga
aspek yaitu keefektifan kalimat, ketepatan kata, dan kebakuan istilah. Berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan dikemukakan bahwa tingkat kebakuan sudah masuk dalam
kategori baik. Namun, dalam ini ditemukan beberapa kata yang kurang tepat. Contohnya
pada halaman 113 ditemukan pada kata “Tergopoh-gopoh”. Kata ini masih jarang
digunakan dalam buku teks yang ada. Kata tergopoh-gopoh tidak tepat dalam kelugasan
bahasa, hal ini dikarenaka kata “Gopoh” tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Seharusnya dalam buku teks pada bab ini menggunakan kata yang umum dan kata yang
sering digunakan seperti terburu-buru dan tergesa-gesa. Hal ini akan membingungkan
siswa terutama pada siswa kelas VII SMP Bab 9.
2. Komunikatif
Bahasa yang digunakan dalam buku teks haruslah bahasa yang komunikatif.
Dengan bahasa yang komunikatif maka buku dapat lebih nyaman dan menyenangkan
ketika dibaca. Dalam buku teks ini belum menyajikan teks yang komunikatif. Buku
ini hanya menyajikan teks-teks yang monoton sehingga dapat membuat siswa yang
mempelajari buku ini menjadi bosan dan tidak tertarik untuk mempelajarinya.
D. Kelayakan Kegrafikaan
KI pada buku ini memaparkan bahwa dalam bab ini siswa diharapkan memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural), berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dengan kejadian tampak
mata. Namun isi bab 9 buku teks Bahasa Indonesia kelas VII SMP tidak memiliki
kesesuaian dengan KI yang sudah dipaparkan. Isi dalam bab 9 ini kurang tersusun secara
prosedural.
1. Penulisan materi dalam buku ini cukup sulit untuk dimengerti oleh siswa SMP
kelas VII. Bahasa yang digunakan memiliki kosakata yang asing bagi siswa SMP
kelas VII. Contoh: artistik, kovensional, kontemporer.
2. Pembahasan materi kurang lengkap. Dalam buku teks ini tidak ada pembahasan
mengenai prosedur menyusun teks cerpen atau setidaknya menjelaskan bagian-
bagian cerpen. Pembahasan unsur instrinsik juga tidak ada, hanya menjelaskan
sudut pandang saja dengan contoh-contohnya.
3. Buku teks sekolah ini memiliki tingkat kedalaman materi yang kurang. Uraian
materinya hanya sesuai pada ranah kognitif dan afektif saja. Materi-materi mudah
dipahami siswa karena dijelaskan dengan singkat, jelas, dan padat. Juga
pengembangan sikap kejujuran, contoh pada halaman 114, bahwa siswa diajarkan
untuk jujur dalam mengungkapkan kekurangan teks cerpen pada saat menulis
resensi. Sedangkan untuk ranah psikomotor, masih belum ditemukan. Siswa tidak
diperintah untuk membaca teks cerpen ataupun membuat teks cerpen. Sehingga
tidak ada yang bisa dipraktikkan.
4. Tidak ada contoh cerpen atau dongeng yang digunakan untuk menjelaskan unsur
instrinsik suatu karya cerpen. Materi dalam bab 9 ini menyinggung mengenai
unsur instrinsik dan ekstrinsik. Memahami teks cerpen, seharusnya dipaparkan
juga mengenai cara menentukan unsur-unsur instrinsik. Namun dalam bab 9 ini
tidak dijelaskan secara umum apa itu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Hal ini
tidak sesuai dengan isi dari Kompetensi Dasar bab 9 “Memahami teks cerita
pendek.”
5. Kurangnya ilustrasi dalam buku teks ini. Ilustrasi atau contoh penggambaran suatu
definisi hanya sedikit dan masih kurang kuat.
6. Tidak ada contoh analisis perbedaan cerpen, dongeng, dan novel. Tiba-tiba
dipaparkan perbedaan cerpen dan jenis-jenis teks narasi tersebut. Membedakan
cerpen dan jenis-jenis teks naratif lain, seharusnya dipaparkan ilustrasi atau contoh
cerpen, dongeng, dan penggalan novel, untuk dapat dianalisis peredaannya.
Sehingga siswa mudah memahami konsep perbedaan ketiga teks naratif tersebut.
7. Fakta-fakta yang disajikan kurang banyak, sehingga keluasan materi masih
kurang.
8. Tidak sesuai dengan perkembangan teknologi. Kompetensi Inti bab 9 berbunyi,
“Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu penegtahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak nyata.” Kompetensi Inti ini menyinggung mengenai
teknologi. Akan tetapi dalam buku ini tidak ada materi yang menyinggung
mengenai teknologi maupun praktik yang menuntut siswa untuk menggunakan
alat teknologi tertentu.
Dari yang disebutkan diatas kami dapat menganalisis bahwa KI dan KD belum
sesuai dengan konsep kelayalan isi buku teks Bahasa Indonesia, adapun kesenjangan
materi dengan konsep sebagai berikut:
1. Penulisan materi dalam buku ini cukup sulit untuk dimengerti oleh siswa
SMP kelas VII. Bahasa yang digunakan memiliki kosakata yang asing bagi siswa
SMP kelas VII. Contoh: artistik, kovensional, kontemporer.
Penulisan materi harusnya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa secara
intelektual seperti yang tercantum dalam konsep yakni Bahasa yang digunakan
dalam buku teks untuk menjelaskan konsep atau aplikasi konsep atau ilustrasi
sampai dengan contoh yang abstrak sesuai dengan tingkat intelektual siswa (yang
secara imajinatif dapat dibayangkanoleh siswa).
2. Pembahasan materi kurang lengkap. Dalam buku teks ini tidak ada pembahasan
mengenai prosedur menyusun teks cerpen atau setidaknya menjelaskan bagian-
bagian cerpen. Pembahasan unsur instrinsik juga tidak ada, hanya menjelaskan
sudut pandang saja dengan contoh-contohnya.
Berdasarkan konsep kelayakan buku teks materi dalam bab ini belum sesuai
karena harusnya Materi (termasuk contoh dan latihan) dalam buku teks
menjabarkan substansi minimal (fakta, konsep, prinsip, dan teori)yang terkandung
dalam KI yang terdapat dalam buku teks sesuai dengan kebutuhan materi pokok
yang mendukung KI dan KD.
3. Buku teks sekolah ini memiliki tingkat kedalaman materi yang kurang. Uraian
materinya hanya sesuai pada ranah kognitif dan afektif saja. Materi-materi mudah
dipahami siswa karena dijelaskan dengan singkat, jelas, dan padat. Juga
pengembangan sikap kejujuran, contoh pada halaman 114, bahwa siswa diajarkan
untuk jujur dalam mengungkapkan kekurangan teks cerpen pada saat menulis
resensi. Sedangkan untuk ranah psikomotor, masih belum ditemukan. Siswa tidak
diperintah untuk membaca teks cerpen ataupun membuat teks cerpen. Sehingga
tidak ada yang bisa dipraktikkan.
4. Tidak ada contoh cerpen atau dongeng yang digunakan untuk menjelaskan
unsur instrinsik suatu karya cerpen. Materi dalam bab 9 ini menyinggung
mengenai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Memahami teks cerpen, seharusnya
dipaparkan juga mengenai cara menentukan unsur-unsur instrinsik. Namun dalam
bab 9 ini tidak dijelaskan secara umum apa itu unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Hal ini tidak sesuai dengan isi dari Kompetensi Dasar bab 9
“Memahami teks cerita pendek.”
Dari kedua poin diatas memiliki ketidak sinkronan dengan yang telah
tercantum di KI dan KD serta kedalaman materi hal ini tentunya juga belum sesuai
dengan konsep kelayakan buku teks sekolah pada Materi dalam buku teks harus
disajikan secara akurat untuk menghindari miskonsepsi yang dilakukan siswa. Konsep
dan definisi harus dirumuskan dengan tepat untuk mendukung tercapainya KI dan
KD.
5. Kurangnya ilustrasi dalam buku teks ini. Ilustrasi atau contoh penggambaran suatu
definisi hanya sedikit dan masih kurang kuat.
6. Tidak ada contoh analisis perbedaan cerpen, dongeng, dan novel. Tiba-tiba
dipaparkan perbedaan cerpen dan jenis-jenis teks narasi tersebut. Membedakan
cerpen dan jenis-jenis teks naratif lain, seharusnya dipaparkan ilustrasi atau
contoh cerpen, dongeng, dan penggalan novel, untuk dapat dianalisis
peredaannya. Sehingga siswa mudah memahami konsep perbedaan ketiga teks
naratif tersebut.
Pada poin 5 dan 6 Penggambaran ilustrasi harusnya berimbang dengan materi
yang disajikan karena buku teks haruslah mampu memuat ilustrasi yang menarik para
siswa yang memanfaatkannya. Juga Konsep, prinsip, prosedur, atau rumus harus
diperjelas oleh contoh,fakta, dan ilustrasi yang disajikan secara akurat. Dengan cara
demikian,siswa tidak hanya memahami suatu pengetahuan secara verbalitas.
Dalam penyajian kedua data diatas pun masih kurang walau buku ini
menggunakan k-13 namun tetap Penyajian konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh-
contoh, dan pelatihan agar tercapainya KI dan KD. Materi (termasuk contoh dan
latihan) dalam buku teksmenjabarkan substansi minimal (fakta, konsep, prinsip, dan
teori)yang terkandung dalam KI yang terdapat dalam buku teks sesuaidengan
kebutuhan materi pokok yang mendukung dan KD. Maka perlunya contoh bentuk teks
cerita pendek dan fakta terkait hal tersebut sehingga nantinya akan memudahkan
siswa dalam memahami materi yang di sajikan dalam buku teks.
Warna abu-abu dalam penandaan judul maupun teks yang dipilih, tidak sesuai dengan
warna font hitam. Hitam dan abu-abu adalah warna yang sama-sama gelap.
c. Tidak ada ilustrasi berupa gambar yang dapat memperkuat deskripsi contoh yang
dibahas.
Hal ini membuat siswa terasa malas untuk membaca buku, karena buku hanya berisi teks
saja, tidak ada gambar ilustrasi.
Siswa akan tertarik membaca buku teks jika ukuran font jelas dan memudahkan siswa
untuk membaca.
Dari hasil yang ditemukan bahasa yang digunakan dalam buku ini belum
menarik minat baca siswa untuk belajar. Contoh: dalam buku teks halaman 112 poin
C Mengklasifikasi Cerita Pendek. Dalam contoh tersebut hanya memaparkan kalimat
yang tidak dialogis dan interaktif. Dalam contoh kalimat tersebut bisa digantikan
dengan kalimat ajakan membaca dan memahami teks bacaan beserta contohnya.
Misalnya: mari mengklasifikasi teks cerita pendek berikut bersama dengan teman
sekelas. Kemudian Penyajian materi di buku teks ini juga belum sesuai dengan
perkembangan peserta didik, karena masih banyak kata yang masih sulit dipahami
bagi peserta didik usia anak SMP kelas VII. Hal ini dikarenakan siswa SMP kelas VII
biasanya masih dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan serta materi yang
baru. Contohnya adalah terletak pada halaman 112-114 poin B dalam kata “artistic”,
“konvensional”, “kontemporer”, “objektif”, dan “kritis”.
4.3 Pembenahan
Dalam buku teks VII SMP ini banyak yang perlu mengalami pembenahan yakni:
Berdasarkan hasil analisis buku teks bahasa indonesia telah diuraikan pada bab
sebelumnya buku teks bahasa indonesia menunjukkan kesesuaian dan termasuk kriteria
sangat sesuai dengan standar isi. Jika di lihat dari kesesuaian, maka buku tersebut dapat
dikategorikan sudah sesuai dengan standar isi. Jadi, meskipun belum tercantum label, buku-
buku tersebut masih dapat di gunakan sebagi alternatif bahan ajar.
Buku ajar ini terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetendi dasar atau materi
pokok, informasi pendukung, latihan, serta penilaian. Selain itu isi kandungan mengacu pada
kompetensi dasar yang telah di tetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Meskipun
buku ajar ini di tulis dan di susun oleh tim ahli, belum tentu buku ajar ini baik dan benar dari
segi struktur maupun isinya. Masih belum banyak penulis buku ajar yang mengetahui unsur-
unsur yang perlu ada dan harus di perhatikan dalam penulisan buku ajar. Dalam proses
penerbitan, editor penerbit juga kurang cermat menyunting buku itu dari aspek isi, bahasa,
ilustrasi dan desain dengan sudut pandang buku ajar sebagai sumber belajar. Pembenahan
pada kegrafikaan yaitu pada desain kulit buku, buku tersebut memiliki warna judul buku yang
kontras dengan warna latar belakang buku. Pada penggunaan huruf tidak terlalu
menggunakan kombinasi jenis huruf.
Pada aspek pembakuan masih perlu pembenahan dalam penulisan yang tidak sesuai
dengan kaidah kebahasaan bahasa indonesia. Keterbacaan di buku tersebut termasuk sedang
karena mengacu pada pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. pembenahan dengan kata
“tergopoh-gopoh” siswa akan sulit memahami arti dari bahasa ini karena tergopoh-gopoh
artinya terburu-buru. Bahasa yang di gunakan tidak sesuai dengan pembelajaran bahasa
indonesia karena siswa akan sulit memahami arti dari kata tersebut. Dalam perkembangan
emosional siswa buku tersebut sesuai dengan kematangan dengan ilustrasi yang
menggambarkan konsep-konsep lokal hingga global.Mengevaluasi sebuah buku ajar perlu di
tetapkan indikator-indikator untuk mengetahui kualitas buku tersebut. Agar buku ajar yang di
gunakan siswa dapat efektif dan sesuai dengan tujuan penggunaannya maka buku ajar harus
memenuhi standar buku ajar yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
beslina.S.2015.Analisis-kesesuaian-isi-buku-teks-bahasa-indonesia-berbasis-
kurikulum.Medan.docplayer.https://docplayer.info/amp/48276808-Analisis-kesesuaian-isi-
buku-teks-bahasa-indonesia-berbasis-kurikulum-beslina-afriani-siagian.html (diakses pada 29
November 2019pada pukul 22:25)
Mustadi,A.2018 Alisis Kelayakan Bahasa Dalam Buku Teks Tema 1 Kelas I Sekolah Dasar
Kurikulum2013.https://www.researchgate.net/publication/323632729_analisis_kelayakan_ba
hasa_dalam_buku_teks_tema_1_kelas_i_sekolah_dasar_kurikulum_2013. (diakses pada 8
november 2019 pukul 23.06)
Nisja,I.2012.analisis buku teks bahasa dan sastra Indonesia kurikulum 2013 kelas X
SMA.Yogyakarta:researchgate.com.https://www.researchgate.net/publication/324568339_An
alisis_Buku_Teks_Bahasa dan_Sastra_Indonesia_Kurikulum_2013_Kelas_X_SMA (diakses
pada 29 November 2019pada pukul 21:56)
Pradita, R. dkk. 2011. KELAYAKAN ISI DAN BAHASA BUKU AJAR BAHASA
INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII
KURIKULUM2013.Surabaya:lib.ac.id.https://lib.unnesa.ac.id/32460/1/2101411156.pdf
(diakses pada 8 November 2019pada pukul 21:56)