PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kita, dalam pendidikan
kita akan mengetahui tentang kehidupan daan perkembangan ilmu pengetahuan serta alam
sekitarnya. Membaca adalah suatu metode dalam pendidikan, dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan.tanpa bekal kemampuan membaca jangan harap kita akan memperoleh berbagai
pengetahuan dan ilmu dengan sebanyak-banyaknya.
Keberhasilan belajar melalui kegiatan membaca ditentukan oleh banyak faktor. Selain
ditentukan oleh faktor motivasi, minat, kebiasaan, juga didukung oleh kondisi fisiologis ,sajian
bahan bacaan, dan strategi menyiasati bahan tersebut. Prosedur klose merupakan faktor yang
paling berhasil diantara yang lain.
Keterampilan membaca, keterangan yang lainnya, memerlukan latihan yang berulang-
ulang dan terus-menerus untuk dapat mencapai hasil yang maksimal yang memuaskan. Untuk
meningkatkan keterampilan membaca para siswa, guru dituntut untuk mampu memilihkan bahan
bacaan yang sesuai dengan tujuan dan tingkatan perkembangan siswa.
Prosedur klose merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan membaca siswa. Dalam prosedur klose, pembaca diminta untuk dapat memahami
wacana yang tidak lengka, bagian-bagian tertentu dihilangkan dengan pemahaman yang
sempurna.
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Prosedur Klose diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dalam artikelnya yang berjudul
“Close Procedure: A New Tool for Measuring Readibility” yang dimuat dalam Journalism
Querterly, 30:415-433. Metode ini berasal dari istilah “clozure” suatu istilah dari ilmu jiwa
Gestalt. Konsepnya menjelaskan tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu
pola yang tidak lengkap, secara mental menjadi suatu kesatuan yang utuh, melihat bagian-bagian
sebagai suatu keseluruhan.(diktat Dra. R. Simaremare,M.Pd 2015:29)
Menurut Sadtono (1998:2) dalam Harjasujana dan Yeti (1997:139), istilah “clozure”
mengandung makna sebagai persepsi (penglihatan dan pengertian) yang penuh atau komplet dari
gambar atau keadaan yang sebetulnya tidak sempurna. Persepsi keadaan yang sempurna itu
diperoleh dengan cara tidak menghiraukan bagian yang hilang atau bagian yang tidak sempurna
itu; atau dengan cara mengisi sendiri bagian yang hilang atau kurang sempurna tadi berdasarkan
pengalaman yang telah lampau.
Maka dapat saya simpulkan bahwa prosedur klose adalah prosedur pengujian keterbacaan
dan teknik pengajaran membaca dengan melengkapi kata yang hilang pada suatu kalimat dalam
wacana berdasarkan pengalaman atau pengetahuannya.
Berdasarkan konsep tersebut Taylor mengembangkannya menjadi sebuah alat ukur
keterbacaan wacana yang diberinya nama 'cloze procedure'. Istilah itu selanjutnya kita namai
sebagai 'prosedur/prosedur klose'
Taylor sendiri mendefinisikan prosedur yang ditemukannya itu sebagai, The cloze
procedure as method of interpreting a massage from 'transmitter' (writer or speaker), mutilating
its language patterns by deleting parts, anda so administering it to 'receiver' (reader and
listener) that their attemps to make patterns whole again yield a considerable number of cloze
units (Taylor, 1953 dalam Robert, 1980:71).
Secara bebas, maksud pernyataan di atas kira-kira sebagai berikut. Prosedur klose
merupakan metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola
bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si penerima
(pembaca dan penyimak) sehingga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola
keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan yang dapat dipertimbangkan.
Taylor menggambarkan prosedur klose sebagai metode yang dipergunakan untuk melatih
daya tangkap pembaca/penyimak terhadap pesan/maksud penulis/pembicara dengan jalan
menyajikan wacana yang tidak utuh (merumpangkan bagian-bagiannya), para
2
pembaca/penyimak harus mampu mengolahnya menjadi sebuah pola yag utuh seperti wujudnya
semula.
Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca, Hittleman (1979:135) menjelaskan
teknik klose sebagai sebuah teknik penghilangan kata-kata secara sistematis dari sebuah wacana,
dan pembaca diharapkan dapat mengisi kata-kata yang hilang tersebut dengan kata-kata yang
sesuai. Hittleman memandang prosedur klose ini sebagai alat untuk mengukur keterbacaan.
Pandangan ini juga disokong oleh pendapat Heilman (1986).
Melalui prosedur klose pembaca diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak
lengkap (karena bagian-bagian tertentu dari wacana tersebut telah dengan sengaja dilenyapkan)
dengan pemahaman yang sempurna. Bagaian-bagaian kata yang dihilangkan itu biasanya kata
ke-n digantikan dengan tanda-tanda tertentu (garis lurus mendatar atau dengan tanda titik-titk).
Penghilangan bagian-bagian kata kata dalam prosedur klose mungkin juga tidak berdasarkan
kata ke-n secara konsisten dan sistematis.
Kadang-kadang pertimbangan lain turut menentukan kriteria pengosongan atau
pelesapan kata-kata tertentu dalam wacana itu. Misalnya saja, kata kerja, kata benda, kata
penghubung,atau kata-kata tertetntu yang dianggap penting, bisa juga merupakan kata yang
dihilangkan. Tugas pembaca adalah mengisi bagian-bagain yang dihilangkan itu dengan kata
yang dianggap tepat dan sesuai dengan tuntutan maksud wacana.
Prosedur klose berfungsi sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan (tingkat
kesukaran dan kelayakan untuk siswa) dan sebagai alat pengajaran membaca. Penggunaan
prosedur klose dapat sesuai dengan keteraturan jarak penghilangan kata-kata atau dapat pula
disesuaikan dengan kata-kata yang diharapkan. Misalnya, yang dihilangkan kata-kata tugas, kata
kerja dll.
3
Dengan manfaat-manfaat yang telah diuraikan tersebut guru dalam waktu relatif singkat
dapat mengetahui keterbacaan wacana, tingkat keterbacaan siswa dan latar belakang
pengalaman, minat dan bahan siswa. Dengan demikian, guru dapat membuat keputusan yang
tepat untuk membantu anak didiknya dalam belajar, khususnya dalam kegiatan membaca.
Wilson Taylor (1953) sebagai pencipta teknik ini, mengusulkan sebuah prosedur yang baku
untuk sebuah konstruksi klose, sebagai berikut:
1. Memilih suatu wacana yang relatif sempurna yaitu wacana yang tidak tergantung informasi
sebelumnya
2. Melakukan penghilangan/pelepasan kata ke-n, tanpa memperhatikan arti dan fungsi kata-
kata yang dihilangkan
3. Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan tersebut dengan tanda garis lurus datar yang
sama panjangnya
4. Memberi salinan dari semua bagian yang di produksi kepada peserta tes
5. Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua delisi dengan pertanyaan-pertanyaan
dari konteks atau kata-kata sisanya
6. Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam
menyelesaikan tugasnya.
4
2. Delisi Setiap kata ke-n hingga Delisi secara selektif bergantung pada kebutuhan
(lesapan) berjumlah lebih kurang siswa dan pertimbangan guru
50 buah
3. Evaluasi Jawaban berupa kata, Jawaban boleh berupa sinonim atau kata yang
persis sesuai dengan secara struktur dan makna dapat menggantikan
kunci/teks aslinya: kedudukan kata yang dihilangkan “contextual
metode “exactwords” method”
Para ahli menetapkan dua alternatif kriteria penilaian kemampuan klose siswa yaitu:
1. Hanya memberikan angka terhadap jawaban yang sama persisi sesuai dengan kata
aslinya. Kata / jawaban lain yang tidak tepat benar tidak diterima meskipun bila ditinjau
dari sudut makan tidak mengubah makna konteks tersebut.
2. Angka diberikan tidak hanya kepada jawaban yang sama persis. Kata-kata (jawaban)
yang dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan dapat dibenarkan dengan
catatan makna dan struktu konteks kalimat yang didudukinya tetap utuh dan dapat
diterima.
Penilaian klose menurut Earl F. Rankin dan Josph W. Culhane menetapkan interpretasi hasil
klose dengan kriteria persentase sebagai berikut.
a. Pembaca berada pada tingkat independen/bebas jika persentase skor tes di atas 60%.
b. Pembaca berada pada tingkat intruksional jika persentase skor tes berkisar antara
41%-60%.
c. Pembaca berada pada tingkat frustasi/gagal jika persentase skor tes sama dengan atau
kurang dari 40%.
Pembaca berada dalam tingkat independen, jika persentase skor tes uji rumpang yang
diperolehnya di atas 60 %, pembaca berada dalam tingkat instruksional, jika prosentase skor tes
uji rumpang yang diperolehnya berkisar antara 41 % - 60 %, dan pembaca berada dalam tingkat
frustasi atau gagal, jika prosentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya sama dengan atau
kurang dari 40
5
Zints (1972) dalam Simaremare, R (2015:32) menetapkan interpretasi berikut ini:
a. Perolehan hasil klose di atas 50 % , tingkat membaca independen/ bebas
b. Perolehan hasil klose di atas 40-50 % , tingkat membaca intruksional
c. Perolehan hasil klose di atas 40 % , tingkat membaca frustasi/gagal
6
Untuk mengatasi hal demikian, hendaknya guru pandai dalam memilih bahan. Alangkah
lebih baiknya, jika penggunaan teknik ini disertai dengan suatu diskusi untuk mengetahui lebih
jauh alasan-alasan ata jawaban yang diberikan oleh siswa.
Setiap guru memiliki seni mengajar tersendiri jika sedang beraksi di depan kelas. Bahkan
mungkin Anda pernah mendengar pengakuan seseorang yang menyatakan bahwa dirinya tertarik
pada bidang pelajaran tertentu, oleh karena seni penyajian mengajar yang bersangkutan itu
mengajar.
Pada bagian ini akan disajikan model kegiatan belajar mengajar pengajaran membaca dengan
teknik klose. Model ini bukan satu-satunya cara yang terbagus.sediakan wacana terpilih yang
relatif sempurna, yakni wacana yang tidak tergantung pada informasi sebelumnya. Lakukan
penghilangan pada bagian-bagian tertentu secara teratur. Setelah wacana sudah mengalami
pengosongan bagikan kepada siswa, selanjutnya ikuti langkah berikut:
1. Berilah kesempatan kepada siswa untuk menelaah dan membaca dalam hati teks yang diberikan
(tentukan lama waktu pembacaan sesuai dengan jenis dan banyaknya konteks yang harus mereka
pikirkan). Jika dalam upaya pengisisan delisi siswa berdiskusi antarsesama teman,biarkan saja
namun jangan biarkan mereka menontek pekerjaan.
2. Setelah kegiatan membaca senyap dan pengisian delisi oleh siswa dianggap cukup,suruh 3-4
orang siswa membacakan seluruh teks yang telah mereka sempurnakan. Berikan komentar anda
secara umum terhadap hasil kerja siswa anda. Jangan segan-segan untuk memberi pujian
terhadap hasil yang menunjukkan atau mendekati kebenaran.
3. Guru membacakan bagian demi bagian dari wacana tersebut dan berhenti pada setiap bagian
yang dikosongkan. Siswa mengajukan alternatif pilihannya dan suruhlah mereka menuliskannya
di papan tulis. Diskusikan setiap alternatif jawaban disertai dengan alasan-alasannya,sampai
kepada keputusan yang disepakati bersama mengenai kata yang cocok untuk mengisi bagian
yang kosong tersebut.
4. Lakukan pengisian sampai semua bagian wacana yang kosong dapat terisi. Suruh 1-2 orang
untuk membacakan wacana yang telah disempurnakan berdasarkan kesepakatan kelompok
tersebut. Tanyakan kepada siswa pada bagian mana wacana tersebut masih terasa janggal dan
perlu penyempurnaan. Lakukan diskusi ulang.
5. Jika sudah selesai, perlihatkan teks aslinya kepada siswa untuk bahan perbandingan.
6. Untuk mengetahui kemampuan klose siswa secara individu (bukan sebagai nilai tes)suruh siswa
membuat persentase kebenaran jawaban. Untuk memastikan kejujuran siswa,kegiatan ini dapat
dilakukansebelim teks asli diperlihatkan atau sebelum menetapkan jawaban yang dapat diterima
kelompok berdasarkan diskusi dengan cara menukar pekerjaan siswa antarsesama temannya.
7
Prosedur pengajaran prosedur klose dapat dirahkan terhadap keterampilan yang lebih
khusus, tergantung kebutuhan siswa. Keterampilan tersebut adalah sebgai berikut:
a. Penguasaan item bahasa (unsur tata bahasa)
b. Penguasaan kosakata dan maknanya
c. Penguasaan struktur kalimat.
d. Pemahaman gaya penulis dan penulisan
e. Pemahaman makna konteks
f. Pemahaman maksud dan tujuan penulis/penulisan dll.
Perlu diingat bahwa langkah-langkah pengajaran diatas bukan satu-satunya cara yang
perlu diterapkan secara mutlak. Tentunya Anda mempunyai ide atau model yang lebih bagus,
yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas yang bersangkutan.
Contoh 2:
Selain itu, pengenalan____1)____alam sekitar______(2)___penting____(3)____merangsang
kepekaan penginderaan anak. Tangannya biisa setiap kali disentuhkan____(4)_____permukaan
daun _____(5)_____ujung daun____(6)____melatih alat perabanya. Anak ______(7)_____sudah
pandai berjalan_____(8)_____diajak menginjak
rumout_____(9)_____berembun_______(10)_____pagi.
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa pengosongan pada contoh pertama
dilakukan dengan tingkat keteraturan yang konsisten, sedangkan pengososngan pada contoh
kedua dilakukan atas dasar keteraturan jarak penghilangan. Ternyata penghilangan kata-kata
pada contoh kedua semuanya adalah kata-kata tugas.
Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk
perkembangan intelektual dan emosinya. Anda dapat menceritakan proses mekarnya bunga dan
mengenalkan aneka warna bunga pada anak. Kepada anak yang lebih besar,anda dapat
menceritakan bentuk dan warna bunga yang indah serta baunya yang harum atau yang membuat
serangga tertarik dan datang untuk menghisap madu.
Selain itu, pengenalan terhadap alam sekitar juga penting untuk merangsang kepekaan
penginderaan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ke permukaan daun dan ujung daun
untuk melatih alat perabaannya. Anak yang sudah pandai berjalan dapat diajak menginjak
rumput yang berembun setiap pagi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Prosedur klose adalah prosedur pengujian keterbacaan dan teknik pengajaran membaca
dengan melengkapi kata yang hilang pada suatu kalimat dalam wacana berdasarkan pengalaman
atau pengetahuannya.
Prosedur klose berfungsi sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan (tingkat
kesukaran dan kelayakan untuk siswa) dan sebagai alat pengajaran membaca. Penggunaan
prosedur klose dapat sesuai dengan keteraturan jarak penghilangan kata-kata atau dapat pula
disesuaikan dengan kata-kata yang diharapkan. Misalnya, yang dihilangkan kata-kata tugas, kata
kerja dll.
Wilson Taylor (1953) sebagai pencipta teknik ini, mengusulkan sebuah prosedur yang baku
untuk sebuah konstruksi klose, sebagai berikut:
7. Memilih suatu wacana yang relatif sempurna yaitu wacana yang tidak tergantung informasi
sebelumnya
8. Melakukan penghilangan/pelepasan kata ke-n, tanpa memperhatikan arti dan fungsi kata-
kata yang dihilangkan
9. Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan tersebut dengan tanda garis lurus datar yang
sama panjangnya
10. Memberi salinan dari semua bagian yang di produksi kepada peserta tes
11. Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua delisi dengan pertanyaan-pertanyaan
dari konteks atau kata-kata sisanya
12. Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam
menyelesaikan tugasnya.
9
John Haskal menyempurnakan kontruksi tersebut dengan variasi berikut ini:
1) Memilih sesuatu teks yang panjangnya kurang lebih 250 kata.
2) Biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh tanpa menghilangkan satu kata pun.
3) Mulaiah penghilangan itu dari kalimat kedua,yakni pada setiap kata kelima.
4) Jika kata kelima jatuh pada kata bilangan,jangan melakukan delisi pada kata tersebut.
Biarkan kata itu hadir secara utuh dan sebagai gantinya mulailah kembali dengan
hitungan kelima.
Para ahli menetapkan dua alternatif kriteria penilaian kemampuan klose siswa yaitu:
1. Hanya memberikan angka terhadap jawaban yang sama persisi sesuai dengan kata
aslinya. Kata / jawaban lain yang tidak tepat benar tidak diterima meskipun bila ditinjau
dari sudut makan tidak mengubah makna konteks tersebut.
2. Angka diberikan tidak hanya kepada jawaban yang sama persis. Kata-kata (jawaban)
yang dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan dapat dibenarkan dengan
catatan makna dan struktu konteks kalimat yang didudukinya tetap utuh dan dapat
diterima.
Beberapa keunggulan klose adalah:
1. Dalam menentukan keterbacaan suatu teks prosedur ini mencerminkan pula interaksi
antara pembaca dan penulis
2. Pengukuran keterbacaan dengan teknik ini, tidak dilakukan secara terpisah antara teks
dengan pembacanya.
3. Prosedur klose bersifat fleksibel.
4. Dapat menjangkau sejumlah besar individu pada saat yang sama.
5. Sebagai teknik pengajaran, klose merupakan alat yang ideal untuk mendorong siswa
tanggap terhadap bahan bacaan.
6. Dapat dipergunakan sebagai latihan dan ukuran praktis akan pengetahuan dan
pemahaman tata bahasa siswa.
7. Dapat melatih kesiapan dan ketanggapan dalam upaya memikirkan dan memahami
maksud dan tujuan penulis atau penulisan wacana tersebut.
10
penghilangan pada bagian-bagian tertentu secara teratur. Setelah wacana sudah mengalami
pengosongan bagikan kepada siswa, selanjutnya ikuti langkah berikut:
1. Berilah kesempatan kepada siswa untuk menelaah dan membaca dalam hati teks yang diberikan
(tentukan lama waktu pembacaan sesuai dengan jenis dan banyaknya konteks yang harus mereka
pikirkan). Jika dalam upaya pengisisan delisi siswa berdiskusi antarsesama teman,biarkan saja
namun jangan biarkan mereka menontek pekerjaan.
2. Setelah kegiatan membaca senyap dan pengisian delisi oleh siswa dianggap cukup,suruh 3-4
orang siswa membacakan seluruh teks yang telah mereka sempurnakan. Berikan komentar anda
secara umum terhadap hasil kerja siswa anda. Jangan segan-segan untuk memberi pujian
terhadap hasil yang menunjukkan atau mendekati kebenaran.
3. Guru membacakan bagian demi bagian dari wacana tersebut dan berhenti pada setiap bagian
yang dikosongkan. Siswa mengajukan alternatif pilihannya dan suruhlah mereka menuliskannya
di papan tulis. Diskusikan setiap alternatif jawaban disertai dengan alasan-alasannya,sampai
kepada keputusan yang disepakati bersama mengenai kata yang cocok untuk mengisi bagian
yang kosong tersebut.
4. Lakukan pengisian sampai semua bagian wacana yang kosong dapat terisi. Suruh 1-2 orang
untuk membacakan wacana yang telah disempurnakan berdasarkan kesepakatan kelompok
tersebut. Tanyakan kepada siswa pada bagian mana wacana tersebut masih terasa janggal dan
perlu penyempurnaan. Lakukan diskusi ulang.
5. Jika sudah selesai, perlihatkan teks aslinya kepada siswa untuk bahan perbandingan.
6. Untuk mengetahui kemampuan klose siswa secara individu (bukan sebagai nilai tes)suruh siswa
membuat persentase kebenaran jawaban. Untuk memastikan kejujuran siswa,kegiatan ini dapat
dilakukansebelim teks asli diperlihatkan atau sebelum menetapkan jawaban yang dapat diterima
kelompok berdasarkan diskusi dengan cara menukar pekerjaan siswa antarsesama temannya.
11
Daftar pustaka
Kasmidjan, Drs. 1996. Teori Membaca. Surabaya : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.
Sigalingging, Haserepan.2014. Teori dan Praktik dalam Pengajaran Membaca. Medan: FBS
Unimed
Simaremare, Rumasi.2015. membaca Lanjut. Medan: FBS Unimed
12