Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas rutin makalah mini dalam mata kuliah Aliran Lingustik. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Muhammad Surip, S.Pd., M. Si yang telah
memberikan tugas ini dan memberikan arahan dalam mengerjakan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini dikemudian
hari. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
Leonard Bloomfield, yang terkenal sebagai seorang ahli linguistik struktural di Amerika
Serikat, memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Karya-karyanya mencakup bahasa-
bahasa India, Bahasa Tagalog, Linguistik Umum, dan Kesusastraan, dengan buku terkenalnya
yang berjudul Language (1933). Karya-karyanya yang lain telah dikumpulkan dalam A.
Leonard Bloomfield Anthology oleh C.F. Hockett. Dalam kajiannya tentang bahasa,
Bloomfield menggunakan konsep struktur bahasa dari Ferdinand de Saussure.
Selain itu, Bloomfield juga dikenal karena teorinya tentang behaviorisme yang berasal dari
pemikiran Plato. Bloomfield lebih menekankan pada bahasa lisan dan menciptakan bidang
Linguistik Deskriptif. Bloomfield juga menekankan pada kaidah pemenggalan sebagai kaidah
penganalisisan struktur bahasa. Awalnya, Bloomfield mengikuti paham mentalisme dan teori
psikologi Wundt sebelum akhirnya beralih ke aliran perilaku atau behaviorisme. Pendekatan
behaviorisme Bloomfield dalam menjelaskan makna semantik mengakibatkan makna tidak
dikaji oleh linguis lain yang mengikutinya. Bloomfield menjelaskan unsur-unsur linguistik
berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan (environment) di mana
unsur-unsur itu berada. Selain itu, Bloomfield juga melakukan penelitian tentang bahasa-
bahasa orang asli di Amerika Serikat dan mengangkat sejarah keberadaan bahasa-bahasa
tersebut.
4
empirik, dan makna tidak dapat diamati secara empirik seperti halnya dengan fonem,
morfem, dan kalimat yang bisa diamati dan bisa disegmentasikan (Chaer, 2003:359).
1. Objek kajian bahasanya adalah bahasa yang masih hidup di masyarakat, bukan
bahasa yang sudah mati.
2. Cara kerja sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan
suatu bahasa.
3. Dalam menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan
hubungan hierarkinya.
4. Menganggap setiap bahasa memiliki pola tertentu yang berbeda dengan bahasa
yang lain.
5. Membagi kata menjadi dua bentuk, yaitu bentuk bebas dan bentuk terikat.
6. Memandang bahasa terdiri atas sejumlah isyarat atau tanda.
7. Dalam menganalisis berusaha memenggal menjadi dua konstituen.
8. Distribusi dapat bersifat komplementer dan paralel.
9. Sudah mengenal subjek dan predikat.
C. Hull adalah orang yang mengembangkan teori mediasi (mediational theory) dan kemudian
diambil alih oleh C. Osgood, seorang murid Hull, yang memperluas teori mediasi untuk
menjelaskan fenomena bahasa. Perbedaan antara teori S-R murni dengan teori mediasi adalah
bahwa teori mediasi membahas variabel perantara (intervening variables) yang terjadi antara
S dan R. Pendekatan non-behavioris ini mempertanyakan proses mental dan berpikir manusia
dalam menganalisis perilaku sehingga menyimpulkan bahwa perilaku manusia dalam
5
berbahasa lebih menekankan pada "makna". Menurut teori ini, "makna" dari suatu kata atau
kalimat adalah mediator antara stimulus luar (eksternal) dan perilaku eksternal yang terlihat.
Meskipun hubungan antara stimulus dan respons tidak langsung, "makna" tidak terjadi begitu
saja, melainkan diperoleh melalui kondisi belajar seperti proses belajar yang lain.
a) Aliran ini sudah memerikan bahasa dengan cara yang baru yaitu secara sinkronis.
e) Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
2. Kekurangan
a) Analisis berdasarkan Bloomfield kelihatan mudah, tetapi tidak jelas mengapa setiap
langkah harus terdiri atas dua konstituen, tidak lebih.
b) Analisis pembagian langsung tidak selalu memadai, karena kadang dapat
menimbulkan ambigu dalam kalimat tertentu.
6
c) Penganalisisan dipaksa harus lebih eksplisit dalam menganalisis segala data, tidak
memperhatikan makna, tidak serampangan mana suka dengan pemusatan perhatian
kepada terminologi jenis kata seperti tata bahasa tradisional.
d) Karena penganalisisan berdasarkan dua konstituen, akan mengalami kesulitan jika
diterapkan pada kalimat majemuk.
7
BAB 2
PENUTUP
KESIMPULAN
Leonard Bloomfield, seorang ahli bahasa struktural Amerika yang terkenal, masih
berpengaruh hingga saat ini. Karya-karyanya meliputi bahasa-bahasa India, bahasa Tagalog,
Linguistik Umum, dan Sastra, dengan bukunya yang terkenal berjudul Language (1933).
Bloomfield menggunakan konsep struktur bahasa Ferdinand de Saussure dalam studi
bahasanya. Ia juga dikenal dengan teori behaviorisme yang berasal dari pemikiran Plato.
Bloomfield menekankan pada bahasa lisan dan menciptakan bidang Linguistik Deskriptif.
Dia juga menekankan aturan segmentasi sebagai aturan untuk menganalisis struktur bahasa.
Bloomfield awalnya mengikuti pendekatan mentalis dan teori psikologi Wundt sebelum
beralih ke aliran behavioris. Pendekatan behavioris Bloomfield dalam menjelaskan makna
semantik mengakibatkan makna diabaikan oleh para ahli bahasa lain yang mengikutinya.
Bloomfield menjelaskan unsur-unsur linguistik berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut
dalam lingkungan tempat unsur-unsur tersebut berada. Selain itu, Bloomfield juga meneliti
bahasa-bahasa asli di Amerika Serikat dan mengangkat sejarah keberadaan bahasa-bahasa
tersebut. Berkembangnya strukturalisme di Amerika disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah masalah yang dihadapi oleh para ahli bahasa pada masa itu, yaitu banyaknya
bahasa-bahasa suku Indian yang belum diteliti.
Ciri-ciri gerakan strukturalisme menurut Bloomfield antara lain penekanan pada data objektif
untuk mendeskripsikan bahasa, klasifikasi unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan
hirarkisnya, keyakinan bahwa setiap bahasa memiliki pola tersendiri yang berbeda dengan
bahasa lain, pembagian kata menjadi dua bentuk, bentuk bebas, dan bentuk terikat,
memandang bahasa terdiri dari sejumlah sinyal atau tanda, menganalisis dengan menguraikan
menjadi dua konstituen, dan distribusi komplementer dan paralel. Ia menganggap subjek dan
predikat sebagai elemen linguistik yang penting.
Selain Bloomfield, tokoh-tokoh lain dalam gerakan strukturalis Bloomfield antara lain Zellig
S. Harris yang menulis Structural Linguistics, dan C. Hull yang mengembangkan teori
meditasi, yang kemudian diperluas oleh C. Osgood untuk menjelaskan fenomena kebahasaan.
Terdapat perbedaan antara teori S-R dan teori mediasional, yang digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan bahasa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hussein, Basel Al-Sheikh. 2013. “Leonard Bloomfield and the Exclusion of Meaning from
the Study of Language”. Dalam Studies in Literature and Language, Volume 6,
Nomor 2, hlm. 61–64.
Hill, A. A. (1955). Linguistics since Bloomfield. Quarterly Journal of Speech, 41(3), 253-
260.
Eriyanti, R. W., Syarifuddin, K. T., Datoh, K., & Yuliana, E. (2020). Linguistik umum. uwais
inspirasi indonesia.
Chaer, Abdul. 2017. Linguistik Umum. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.