Judul CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI
SASTRA
Jurnal JURNAL SASINDO (Program Studi Sastra Indonesia FBSUNIMED)
Download http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/sasindo/article/view/ 7654/6471 Volume & Halaman Vol. 6 No. 1 Tahun 2017 Penulis Sandro Tamba
Reviewer Fenni Sintiawati (2011290031)
Tanggal 21 Mei 2022
Abstrak Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik
dengan memperhatikan segi media yang digunakan. Media yang digunakan dapat dari segi kualitas maupun kuantitas. Secara garis besar sastra terbagi atas dua bagian yaitu : sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan dalam penyampaiannya adal cerita-cerita terhadap sesama (sastra oral) yang merupakan warisan turun perlu dikembangkan. Sastra tulisan dalam penyampaiannya adalah melalui tulisan yang sudah dibukukan dan banyak. Sastra tulisan ini banyak yang berasal dari sastra lisan misalnya dongeng yang diceritakan seseorang kemudian ditulis dan dibukukan oleh orang yang mendengarnya. Batak Toba memiliki banyak cerita rakyat sebagaimana masyarakat lain di Indonesia. Danandjaja, 1997:50). Kajian tentang sastra lisan dan cerita rakyat seperti cerita Boru Saroding sendiri dapat menggunakan teori dari Resepsi Sastra. Secara umum, Resepsi Sastra diartikan sebagai tanggapan pembaca merupakan aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik pada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks sastra. Pembaca selaku pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu, dan golongan karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, dan penilaiannya sepanjang masa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu (Imran, 1991). Pengantar Sastra adalah sebuah media penyampaian sebuah pemikiran atau sikap pada khalayak ramai yang datang dari pemikiran seseorang pengarang yang mengandung berbagai ajaran, amanat, dan aturan- aturan yang berkembang dan berlaku dalam masyarakat.Umumnya tidak ada masyarakat tanpa sastra karena setiap masyarakat yang berbahasa pasti mempunyai sastra sendiri. Pada penulisan ini, penulis ingin membahas tentang cerita rakyat yang berjudul “Cerita Rakyat Boru Saroding Kajian Resepsi sastra”. Melalui hasil penelitian ini, maka akan dapat diketahui pandangan masyarakat terhadap cerita Boru Saroding, serta dapat pula menjaga dan melestarikan budaya daerah dalam rangka membina, melestarikan, dan mengembangkan khasanah kebudayaan nasional. Penelitian tentang cerita rakyat ini dianggap penting karena telah banyak penduduk atau generasi muda yang tidak mengetahui cerita rakyat tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya media yang lebih menarik perhatian untuk didengar dan dilihat seperti halnya televisi, komik dan lain sebagainya. Pentingnya penelitian terhadap cerita rakyat ini adalah untuk mendokumentasikan cerita rakyat Boru Saroding yang terdapat di Desa Rassang Bosi Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap cerita Boru Saroding, serta dapat pula menjaga dan melestarikan budaya daerah dalam rangka membina, melestarikan, dan mengembangkan khasanah kebudayaan nasional. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat di Desa Rassang Bosi Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu cara untuk memecahkan permasalahan yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lokasi penelitian. Hasil Penelitian Tanggapan Masyarakat Rassang Bosi Terhadap Cerita Rakyat Si Boru Saroding Dari 14 informan seluruhnya menyatakan menerima dan mengakui kebenaran cerita rakyat Boru Saroding di Desa Rassang Bosi. Pengaruh Cerita Dari ke 14 responden, 13 responden menyatakan cerita rakyat Boru Saroding tak berpengaruh untuk permasalah sosial terhadap masyarakat Rassang Bosi dan 1 responden mengakui cerita Boru Saroding berpengaruh pada permasalahan sosial terhadap masyarakat di Desa itu. Pergeseran Persepsi Cerita Dengan Agama seseorang dapat membatasi diri untuk percaya pada hal-hal yang takhyul karena di Agama hal itu ditabukan. Walaupun demikian kepercayaan masyarakat yang berdomisili di Desa ternyata masih ada saja yang percaya walau sudah memiliki Agama. Simpulan Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang diuraiakan pada pembahasan dapat dinyatakan bahwa Cerita rakyat Boru Saroding bagi masyarakat Rassang Bosi sama sekali tidak menimbulkan permasalahan sosial. Kerena masyarakat disana beranggapan bahwa cerita atau keberadaan Boru Saroding tidak meresahkan masyarakat, karena mereka yakin kalau kita tidak ada niat jahat kita tidak bahkan diganggu oleh Boru Saroding. Bahkan masyarakat Desa Rassang Bosi menyakini kalau Boru Saroding sering membantu masyarakat yang datang dan berdoa untuk meminta kesembuhan atas penyakit yang diderita pejiarah. Kekuatan Penelitian Metode penelitian berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti di klasifikasikan berdasarkan umur. Sehinga dapat diketahui bagaimana pengetahuan dan pendapat masyarakat mengenai Cerita Rakya Boru Saroding ini pada masing-masing kelompok umur. Kelemahann Penelitian Metode penelitian berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti dianggap memakan waktu yang lama, karena peneliti harus melakukan wawancara kepada tiap-tiap subjek penelitian. Dan dalam hal pengambilan keputusan peneliti harus mampu menyimpulkan apakah maksud dari jawaban responden. Saran Saran saya, ada baiknya peneliti menggunakan metode kuesioner sehingga pengumpulan data lebih cepat dan pengambilan hasil penelitian lebih mudah. Bagi responden umur golongan tua yang tidak bisa membaca, peneliti bisa membacakan atau memandu responden.
REVIEW JURNAL
Judul DEIKSIS PERSONA DAN KEKUATAN KATA
DALAM MANTRA BERBAHASA JAWA Jurnal Jurnal Ilmiah Sastra dan Bahasa Daerah, serta Pengajarannya (JISABDA) Download https://www.neliti.com/id/publications/ 330076/deiksis-persona-dan-kekuatan-kata- dalam-mantra-berbahasa-jawa# Volume & Halaman Vol. 6 No. 1 Tahun 2019 Penulis Kenfitria Diah Wijayanti
Reviewer Fenni Sintiawati (2011290031) Tanggal 21 Mei 2022
Abstrak Mantra yang digunakan masyarakat Jawa merupakan warisan leluhur yang lahir secara lisan. Mantra dianggap memiliki daya magis dalam setiap kata yang menyusunnya. Artikel ini mengulas mengenai variasi deiksis persona dan kekuatan kata yang ditimbulkan dalam komposisi mantra. Deiksis persona yang muncul adalah deiksis persona pertama dan ketiga. Pronomina persona pertama merujuk pada diri si perapal mantra, sedangkan pronomina persona ketiga merujuk pada sasaran, mitra tutur, seseorang yang menjadi panutan, dan sesuatu benda. Tujuan digunakannya variasi deiksis persona dalam sebuah mantra adalah untuk mendapatkan unsur estetis, selain itu pembuat mantra ingin memunculkan adanya daya magis dalam setiap diksinya. Pengantar . Mantra dianggap memiliki daya magis dalam setiap kata yang menyusunnya. Artikel ini mengulas mengenai variasi deiksis persona dan kekuatan kata yang ditimbulkan dalam komposisi mantra. Deiksis persona yang muncul adalah deiksis persona pertama dan ketiga. Pronomina persona pertama merujuk pada diri si perapal mantra, sedangkan pronomina persona ketiga merujuk pada sasaran, mitra tutur, seseorang yang menjadi panutan, dan sesuatu benda. Tujuan digunakannya variasi deiksis persona dalam sebuah mantra adalah untuk mendapatkan unsur estetis, selain itu pembuat mantra ingin memunculkan adanya daya magis dalam setiap diksinya. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap mantra berbahasa jawa dalam kehidupan sehari - hari , serta dapat pula menjaga dan melestarikan budaya daerah dalam rangka membina, melestarikan, dan mengembangkan khasanah kebudayaan nasional. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat jawa yang dilakukan secara turun menurun. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu cara untuk memecahkan permasalahan yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dengan cara mendeskripsikan dan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lokasi penelitian. Hasil Penelitian Apabila dilihat dari beberapa mantra di atas , penggunaan deiksis persona memiliki keunikan . Pronomina persona yang muncul adalah pronomina persona pertama dan ketiga . Pronominal persona pertama merujuk pada diri si perapal mantra itu sendiri . Kata ganti orang pertama yang muncul berupa katal ingsun , -ku , aku , dan sun . Kata - kata tersebut mengarah pada penutur atau si pengucap mantra . Di sisi lain , pronomina persona yang sering muncul adalah kata ganti orang ketiga yang merujuk pada seseorang , nama tokoh , benda , dan hall yang terkait dengan pengucap mantra tersebut . Kedua deiksis tersebut memiliki kesamaan yakni variasi yang muncul berupa pronomina persona utuh dan lekat kanan . Tujuan digunakannya keberagaman deiksis persona dalam sebuah mantra adalah untuk mendapatkan unsur estetis , selain itu pembuat mantra ingin memunculkan adanya daya magis dalam setiap diksinya . kurang umum digunakan dalam . kehidupan sehari - hari ; ( 4 ) Jika dibaca secara keras mantra menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis ; bunyi tersebut diperkuat oleh irama dan metrum yang biasanya hanya dipahami secara sempurna oleh pawang yang membaca mantra secara keras . Selain hal tersebut deiksis yang digunakan dalam mantra memiliki cirikhas yakni menggunakan pronomina persona pertama dan ketiga . Pronomina persona pertama merujuk pada diri si perapal mantra , sedangkan pronomina persona ketiga merujuk pada sasaran , mitra tutur , seseorang yang menjadi panutan , dan sesuatu benda . Simpulan Mantra atau ajimantra merupakan salah satu bentuk puisi tradisional yang mencerminkan sikap religius manusia untuk mengajukan suatu permohonan kepada Tuhan . Mantra seringkali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang karena sifatnya sakral . Hanya orang yang berkompeten dan dianggap pantas mengucapkan mantra itu . Berdasarkan beberapa contoh mantra tersebut dapat disimpulkan bahwa : ( 1 ) Pemilihan kata sangat seksama ; ( 2 ) Bunyi - bunyi diusahakan berulang - ulang dengan maksud memperkuat daya sugesti kata ; ( 3 ) Banyak dipergunakan kata - kata yang kurang umum digunakan dalam kehidupan sehari - hari ; ( 4 ) Jika dibaca secara keras mantra menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis ; bunyi tersebut diperkuat oleh irama dan metrum yang biasanya hanya dipahami secara sempurna oleh pawang yang membaca mantra secara keras . Selain hal tersebut deiksis yang digunakan dalam mantra memiliki cirikhas yakni menggunakan pronomina persona pertama dan ketiga . Pronomina persona pertama merujuk pada diri si perapal mantra , sedangkan pronomina persona ketiga merujuk pada sasaran , mitra tutur , seseorang yang menjadi panutan , dan sesuatu benda . Kekuatan Penelitian Metode penelitian berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti di klasifikasikan berdasarkan umur. Sehinga dapat diketahui bagaimana pengetahuan dan pendapat masyarakat mengenai DEIKSIS PERSONA DAN KEKUATAN KATA DALAM MANTRA BERBAHASA JAWA yang terdapat dalam kehidupan masyahrakan sekitarnya.
Kelemahann Penelitian Metode penelitian berupa wawancara yang dilakukan oleh peneliti dianggap memakan waktu yang lama, karena peneliti harus melakukan wawancara kepada tiap-tiap subjek penelitian. Dan dalam hal pengambilan keputusan peneliti harus mampu menyimpulkan apakah maksud dari jawaban responden. Saran Saran saya, ada baiknya peneliti menggunakan metode kuesioner sehingga pengumpulan data lebih cepat dan pengambilan hasil penelitian lebih mudah. Bagi responden umur golongan tua yang tidak bisa membaca, peneliti bisa membacakan atau memandu responden.