Anda di halaman 1dari 71

CRITICAL BOOK RIVIEW

MK. TEORI SEJARAH


SASTRA
PRODI S1 PBSI-FBS

SKOR NILAI:

NAMA MAHASISWA:

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr ROSMAWATY, M.Pd

MATA KULIAH : TEORI DAN SEJARAH SASTRA

KELAS : Regulef F (2021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA,SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rakhmat dan kasih karunia yang dilimpahkanNya, kami
dapat menyelesaikan tugas membuat Critical Book Review (CBR) sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Adapun tujuan dalam membuat
Critical Book Review (CBR) adalah untuk menilai sebuah buku yang berjudul “kritik sastra”. Dengan terselesaikannya laporan Critical Book
Review (CBR) ini, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Rosmawaty, M. Pd, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori dan
Sejarah Sastra yang telah memberikan arahan maupun bimbingan bagaimana cara membuat laporan Critical Book Review (CBR). Selain itu,
tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kamiyang memberikan saya bantuan, baik itu bantuan akses internet,
peminjaman buku serta bantuan memberikan masukan dalam membuat Critical Book Review (CBR) ini.
kami berharap semoga Critical Book Review (CBR) ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan untuk
kita yang membacanya Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami meminta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dalam tugas ini agar di lain waktu kami bisa membuat tugas yang lebih baik lagi.Akhir
kata kami ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Medan, September 2021

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasioanalisasi Pentingnya CBR
Critical Book Review (CBR) merupakan kegiatan mengkritik buku dengan membandingkannya dengan buku yang lain. Dalam CBR sebuah
buku yang sedang kita kritik harus benar-benar kita baca dan pahami sehingga kita bisa dengan mudah untuk menemukan ringkasan buku serta
menemukan apa itu kelebihan buku serta kelemahan buku tersebut.
Dalam membuat laporan Critical Book Review(CBR) kita terlebih dahulu harus memahami tentang apa yang dibahas dalam satu buku, sehingga
kita dengan mudah untuk memberika kritisi ataupun simpulan terhadap buku yang sudah kita baca.
B. Tujuan Penulisan CBR
Pembuatan Critical Book Review ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan serta ringkasan buku yang berjudul kritik sastra
oleh Agik Nur Efendi, S. Pd, M. Pd serta pada dasar nya tujuan penulisan critical book review ini bukan untuk menghina, merendahkan, dan
mencari kesalahan penulis. Namun bisa dijadikan masukan kepada penulis berupa kritik dan saran terhadap isi, substansi, dan cara penulisan
buku.
C. Manfaat Penulisan CBR
Adapun beberapa manfaat dari Critical Book Review ini antara lain:
1. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori sastra dan kritik sastra.
2. Untuk mengetahui isi cerita dari buku tersebut.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Teori dan Sejarah Sastra”.
4. Mengkritik isi buku agar direvisi menjadi lebih baik lagi.
D. Identitas Buku
Buku utama
Judul Buku : Kritik Sastra
Penulis : Agik Nur Efendi, S. Pd, M. Pd.
Penerbit : Madza Media
Kota Terbit : Malang
Tahun Terbit : 2020
Jumlah Halaman : 172 halaman
ISBN : 978-623-7334-31-6

Buku Pembanding 1
Judul Buku : Pengantar Teori Sastra
Penulis : Budi Darma
Penerbit : PT. Kompas Media Nusantara
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Halaman : 268 Halaman
ISBN : 978-602-412-673-5
Buku Pembanding 2
Judul Buku : Literary Theory
Penulis : Hans Bertens
Penerbit : Taylor & Francis Group
Kota Terbit : New York
Tahun Terbit : 2007
Jumlah Halaman : 233 halaman
ISBN : 978-0-415-39670-7
BUKU 2

Pembahasan buku
BUKU UTAMA
No Judul Sub Bab Jmlh Analisi Paragraf Kesimpulan Keterangan
paragrah
/hal

Bab I. Paragraf 1 :Istilah kritik dalam bidang apapun, termasuk Paragraph 1: Plato sebagai Paragraph 1: Plato adalah
kesusastraan memiliki sejarah yang panjang. Peristiwa tersebut pertentangan klasik antara seorang filsuf dan
A. Pengertian yang selanjutnya disebut oleh Plato sebagai pertentangan klasik puisi dengan filsafat. matematikawan Yunani,
Kritik Sastra 2 antara puisi dengan filsafat. Paragraph 2: Beranjak ke secara spesifik dari Athena.
Paragraf 2 : Beranjak ke tahun 405 sebelum masehi, Pertama, tahun 405 sebelum masehi, Paragraph 2: -
B. Kedudukan 5 memberikan ajaran moral yang tinggi.Kedua, adanya suatu Pertama, memberikan ajaran Paragraph 3: Kritik sastra
Kritik Sastra kenikmatan ketika menghayati karya. Ketiga, terdapat kesesuaian moral yang tinggi.Kedua, adalah salah satu cabang
dalam pengungkapannya. adanya suatu kenikmatan ilmu sastra untuk
C. Jenis-Jenis Paragraf 3 : Perkembangan kritik sastra mulai lebih menggeliat di ketika menghayati karya. menghakimi suatu karya
Kritik Sastra 7 sekitar 335 tahun sebelum masehi. Dalam istilah kritik juga terdapat Ketiga, terdapat kesesuaian sastra.
kata krites yang memiliki arti ‗orang yang menghakimi‘. Tokoh yang dalam pengungkapannya. Paragraph 4: Kritikus
D. Fungsi Kritik 8 berperan dalam kegiatan penghakiman disebut krites atau hakim. Paragraph 3: Perkembangan adalah istilah umum yang
Sastra Makna dasar krites ini menjadi awal digunakannya istilah kritik kritik sastra mulai lebih merujuk kepada seseorang
(Bradbury, 1970). menggeliat di sekitar 335 yang memiliki keahlian
E. Langkah Paragraf 4 : Dalam Sastra Latin klasik, istilah criticus dapat tahun sebelum masehi. dalam menyampaikan
Menulis Kritik 9 dikatakan jarang didengar dan dipakai. Criticus diartikan sebagai Paragraph 4: Dalam Sastra pertimbangan, melakukan
Sastra pendukung makna yang lebih tinggi dari Grammaticus. Latin klasik, istilah criticus pengkajian dan pembahasan
Quintilianus,Cicero, Aristoteles memberikan peran dalam dapat dikatakan jarang tentang baik atau buruknya
pemakaian istilah criticus. didengar dan dipakai. sesuatu.
Paragraf 5 : Abad pertengahan di Eropa, istilah kritikus dapat Paragraph 5: Abad Paragraph 5: Kritikus
dikatakan ‘menghilang‘.Dalam perkembangannya, istilah kritik pertengahan di Eropa, istilah adalah istilah umum yang
digunakan oleh kalangan humanis kepada analisis naskah-naskah kritikus dapat dikatakan merujuk kepada seseorang
kuno. ‘menghilang‘. yang memiliki keahlian
Paragraf 6 : Buku pertama kritik modern berjudul Criticus karya Paragraph 6: Buku pertama dalam menyampaikan
Julius Caesar Scalinger (1484—1558). Dengan usahanya itu, kritik modern berjudul pertimbangan, melakukan
Scalinger mendapat julukan sebagai kritikus besar dikalangan Criticus karya Julius Caesar pengkajian dan pembahasan
sastrawan Prancis. Scalinger (1484—1558). tentang baik atau buruknya
Paragraf 7 : karya-karya kritis utama. Istilah ini kemudian Paragraph 7: Sejak saat itu sesuatu.
diperkuat oleh John Dennis dengan karyanya yang berjudul The dimensi penggunaan istilah Paragraph 6: Julius Caesar
Ground of Criticism in Poetry (1704) dan sajak Alexander Pope criticism lebih luas Scaliger (dibaca: (k s k æ l ɪ
dengan karya Essay on Criticism (1704). Sejak saat itu dimensi dibandingkan dengan critic. dʒ ər) lahir 23 April 1484 -
penggunaan istilah criticism lebih luas dibandingkan dengan critic. Paragraph 8: terbukti dalam meninggal 21 Oktober 1558),
Kedudukan kritik sastra dipandang sebagai kegiatan yang tumbuh pencapaian kritik utama atau Giulio Cesare della
dan berkembang dan tidak dapat dipisahkan dalam dunia seperti M.H. Abrams, Eric Scala, adalah
pendidikan dan pengajaran sastra. Auerbach, I.A. Richards. seorang sarjana dan dokter a
Paragraf 8 : Menjelang paruh kedua abad kesembilan belas. Paragraph 9: Di Indonesia, sal Italia, yang
sebagaimana terbukti dalam pencapaian kritik utama seperti M.H. istilah kritik sastra dan menghabiskan sebagian
Abrams, Eric Auerbach, I.A. Richards. penggunaannya baru besar kariernya di Paris.
Paragraf 9 : Di Indonesia, istilah kritik sastra dan penggunaannya berlangsung ketika awal abad Paragraph 7:
baru berlangsung ketika awal abad kedua puluh. Pertentangan yang kedua puluh. criticism(kritik) adalah
terjadi hanya sebatas sensor atas ideologi yang berkuasa terhadap Paragraph 10: Dalam tataran praktik menilai kelebihan
karya atau atas dasar suka tidak suka (like dislike). kritik sastra, Esten (1984: 11) dan kekurangan sesuatu.
Paragraf 10 : Dalam tataran kritik sastra, Esten (1984: 11) mengungkapkan ada dua Orang yang menilai disebut
mengungkapkan ada dua tataran kritik yang paling sederhana. tataran kritik yang paling kritikus.
Seorang pembaca atau penikmat karya sastra yang sedang membaca sederhana. Paragraph 8: Meyer Howard
beberapa lembar karya dan menaruhnya di meja atau rak buku Paragraph 11: Pada tahap "Mike" Abrams, biasanya
kemudian tidak disentuhnya lagi (dengan artian pembaca bukan kritik sederhana selanjutnya disebut sebagai M. H.
orang yang malas). biasanya dengan proses Abrams, adalah seorang
Paragraf 11 : Pada tahap kritik sederhana selanjutnya biasanya pembicaraan, atau kritikus sastra Amerika, yang
dengan proses pembicaraan, atau disampaikan tentang yang mereka disampaikan tentang yang dikenal karena karya-karya
senangi atau yang tidak disenangi. Tataran kritik pertama berupa mereka senangi atau yang tentang romantisme,
perenungan secara diam-diam, dan tataran selanjutnya perupa tidak disenangi. khususnya bukunya The
pembicaraan meskipun belum jelas indikator yang digunakan dan Paragraph 12: Kritik sastra Mirror and the Lamp.
hanya sebatas suka tidak suka. yang beredar di kesusastraan Paragraph 9: Kritik sastra
Paragraf 12 : Kritik sastra yang beredar di kesusastraan Nusantara. Nusantara. adalah salah satu cabang
Kritik yang disajikan hanya dalam bentuk selera personal dan Paragraph 13: Istilah kritik ilmu sastra untuk
skemata masing-masing. dalam masyarakat Indonesia menghakimi suatu karya
Paragraf 13 : Istilah kritik dalam masyarakat Indonesia cenderung cenderung bermuatan negatif. sastra.
bermuatan negatif. Seseorang akan keberatan jika menerima ‗kritik‘ Paragraph 14: Dalam arti Paragraph 10: Prof. Dr.
yang dianggap sebagai perkataan yang tajam dan menyinggung. aslinya, seorang kritik Mursal Esten adalah seorang
Paragraf 14 : Dalam arti aslinya, seorang kritik hanyalah orang hanyalah orang yang akademisi, sastrawan,
yang mengekspresikan informasi penilaian atau pendapat tentang mengekspresikan informasi penulis dan budayawan
arti, nilai, kebenaran, keindahan, atau seni sesuatu. penilaian atau pendapat Indonesia. Dia pernah
Paragraf 15 : Saat pendidikan Barat masuk ke Indonesia, tentang arti, nilai, kebenaran, menjabat sebagai Ketua
Kedudukan kritik sastra di Indonesia semakin kokoh pasca ,Paus keindahan, atau seni sesuatu. Himpunan Sarjana
Sastra Indonesia‘sebutan untuk H.B. Jassinmenulis buku Paragraph 15: Paus Sastra Kesusasteraan Indonesia
Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay. Indonesia‘sebutan untuk H.B. Pusat dari tahun 1988-2001.
Paragraf 16 : pada akhirnya kata kritik itulah tetap digunakan Jassinmenulis buku Paragraph 11: -
secara luas. Kesusastraan Indonesia Paragraph 12: -
Paragraf 17 : Atar Semi (1989: 11) mengungkapkan bahwa kritik Modern dalam Kritik dan Paragraph 13: Kritik adalah
sastra merupakan suatu usaha untuk menggali suatu karya sastra Essay. proses analisis dan evaluasi
dengan memuji, menyampaikan kekurangan, merekomendasi Paragraph 16: pada akhirnya terhadap sesuatu dengan
melalui penafsiran yang sesuai. Andre Hadjana (1981) kata kritik itulah tetap tujuan untuk meningkatkan
mengungkapkan bahwa kritik sastra merupakan hasil kegiatan yang digunakan secara luas. pemahaman, memperluas
dilakukan pembaca dalam mengeksplorasi nilai karya sastra yang Paragraph 17: Atar Semi apresiasi, atau membantu
dinyatakan dalam bentuk tertulis. (1989: 11) mengungkapkan memperbaiki pekerjaan.
Paragraf 18 : Berdasarkan uraian tersebut, kritik sastra merupakan bahwa kritik sastra Paragraph 14:-
suatu kegiatan menilai suatu karya sastra (baik dalam bentuk merupakan suatu usaha untuk Paragraph 15: Hans Bague
memberi pujian atau menyampaiakan kekurangan) dan menggali suatu karya sastra Jassin, atau lebih sering
merekomendasikan atau menjustifikasi dengan didasarkan teori dengan memuji, disingkat menjadi H.B. Jassin
guna mendapatkan pemahaman yang sistematis dan objektif dalam menyampaikan kekurangan, adalah seorang pengarang,
bentuk tertulis. merekomendasi melalui penyunting, dan kritikus
Paragraf 19 : Munculnya istilah kritik sastra dalam kesusastraan penafsiran yang sesuai sastra berkebangsaan
Indonesia, memunculkan tiga ilmu dalam studi sastra, yaitu sejarah Paragraph 18: Berdasarkan Indonesia.
sastra (literary history), teori sastra (literary theory), dan kritik uraian tersebut, kritik sastra Paragraph 16: -
sastra (literary criticism). merupakan suatu kegiatan Paragraph 17: Prof. Drs. M.
Paragraf 20 : Ditinjau dari sudut pandang ilmu satra ini, maka menilai suatu karya sastra Atar Semi Salah seorang
dapat dikatakan bahwa kritik sastra berada pada tataran yang (baik dalam bentuk memberi guru besar Universitas
paling tinggi dan penting. pujian atau menyampaiakan Negeri Padang (UNP), Prof.
Paragraf 21 : Dalam melakukan kritik terhadap karya sastra, kekurangan) dan Drs. M. Atar Semi tutup usia
terlebih dahulu harus menguasai sejarah sastra dan teori sastra. merekomendasikan atau pada pukul 13.35, Selasa
Paragraf 22 : Kegiatan kritik sastra yang memadukan antara menjustifikasi dengan (24/11). Penulis buku
sejarah sastra dan teori sastra memiliki dilemma dalam didasarkan teori guna Metode Penelitian Sastra ini
penerapannya. Hal demikian yang terjadi dengan puisi Sutardji mendapatkan pemahaman menghembuskan nafas
Calzoum Bachri yang menggunakan tipografi, rima, dan permainan yang sistematis dan objektif terakhir di Rumah Sakit
bahasa 7 yang berbada yang didasarkan konvensi sebelumnya. Lihat dalam bentuk tertulis. Palang Merah Indonesia
saja yang terjadi pada novel Pramoedya Ananta Toer yang ditolak, Paragraph 19: Munculnya (PMI) Bogor, Jawa Barat.
padahal mengandung pembaharuan dan berbeda di zamannya. istilah kritik sastra dalam Paragraph 18: -
Belum lagi karya Budi Darma, Iwan Simatupang, Djenar Maesa Ayu, kesusastraan Indonesia, Paragraph 19: -
Danarto, Putu Wijaya, Eka Kurniawan, Ayu Utami, dan berbagai memunculkan tiga ilmu dalam Paragraph 20: -
penyair pembaharu lainnya. studi sastra, yaitu sejarah Paragraph 21: -
Paragraf 23 : Pada suatu titik ini, diperlukan peran kritik sastra sastra (literary history), teori Paragraph 22: Teori sastra
untuk menjembatani keadaan yang terjadi. Kritik sastra hadir untuk sastra (literary theory), dan dalam arti sempit adalah
menjelaskan karya-karya yang telah diciptakan memiliki kritik sastra (literary studi sistematis mengenai
pembaharuan kepada masyarakat. criticism). sastra dan metode untuk
Paragraf 24 : Jenis jenis kritik Sastra Paragraph 20: Ditinjau dari menganalisis sastra. Akan
1) Impressionistik, yaitu kritik yang menekankan proses karya sudut pandang ilmu satra ini, tetapi, kata "teori" telah
sastra mempengaruhi kritikus. maka dapat dikatakan bahwa menjadi istilah umum untuk
2) Kesejarahan, yaitu kritik yang menyelidiki karya sastra kritik sastra berada pada berbagai pendekatan ilmiah
berdasarkan fakta sejarah dan kehidupan pengarang. tataran yang paling tinggi dan untuk membaca teks.
3) Tekstual, yaitu kritik yang bertujuan menuliskan kembali naskah penting. Paragraph 23: -
asli. Paragraph 21: Dalam Paragraph 24: -
4) Formal, yaitu kritik yang menganalisis karakteristik dimana karya melakukan kritik terhadap Paragraph 25: -
sastra dapat dimasukan. karya sastra, terlebih dahulu Paragraph 26: -
5) Yudisial, yaitu kritik yang dilandaskan aturan yang sudah harus menguasai sejarah
disepakati. sastra dan teori sastra.
6) Analitik, yaitu kritik yang berusaaha menggali esensi karya Paragraph 22: : Kegiatan
dengan mendalam guna mendapatkan objektivitas suatu karya. kritik sastra yang memadukan
7) Moral, yaitu kritik yang menekankan adanya nilai kemanusiaan antara sejarah sastra dan teori
dalam karya sastra. sastra memiliki dilemma
8) Mistik, yaitu kritik yang mengkaji tentang hubungan makna karya dalam penerapannya.
sastra dengan suatu keperjayaan. Paragraph 23: Kritik sastra
Paragraf 25 : Fungsi fungsi Sastra hadir untuk menjelaskan
1) Untuk membina dan mengembangkan sastra. karya-karya yang telah
2) Untuk membina & mengapresiasi kebudayaan. diciptakan memiliki
3) Untuk menunjang ilmu sastra. pembaharuan kepada
masyarakat.
Paragraf 26 : Langkah Langkah melakukan kritik sastra : Paragraph 24: Jenis jenis
1) Membaca secara tuntas karya yang hendak dikritik. kritik Sastra Impressionistik,
2) Meminimalkan adanya miskomunikasi antara pembaca dan Kesejarahan, Tekstual, Formal,
teks sastra ketika proses pembacaan. Yudisial, Analitik, Moral,
3) Memberikan tanda pada karya sastra. Mistik.
4) Memahami secara kompleks karya yang bersangkutan. Paragraph 25: Fungsi fungsi
5) Menuliskan kritik dengan tidak memunculkan konteks Sastra
karya. 1)Untuk membina dan
6) Memilih jenis kritik dalam menyampaikan kritik sastra. mengembangkan sastra.
7) Kritikus yang memilih jenis kritik apresiatif dapat diawali 2)Untuk membina &
dengan membuat deskripsi tentang resume, sinopsis, atau mengapresiasi kebudayaan.
ikhtisar dari karya yang sudah dibaca. 3)Untuk menunjang ilmu
8) Kritikus menyajikan deskripsi, analisis, interpretasi, dan sastra.
evalusi. Paragraph 26: Langkah
9) Menampilkan kutipan untuk memperkuat analisis dan Langkah melakukan kritik
penafsiran. sastra :
1)Membaca secara tuntas
karya yang hendak dikritik.
2)Meminimalkan adanya
miskomunikasi antara
pembaca dan teks sastra
ketika proses pembacaan.
3)Memberikan tanda pada
karya sastra.
4)Memahami secara kompleks
karya yang bersangkutan.
5)Menuliskan kritik dengan
tidak memunculkan konteks
karya.
Bab II .
PENDEKATAN
DALAM KARYA A. Pendekatan dalam sastra
SASTRA Paragraf 1 : Pendeketan dalam karya sastra memegang peran yang A. Pendekatan dalam sastra
cukup penting. Seorang pengamat sastra, peneliti sastra, ataupun Paragraph 1: Pendeketan
A. Pendekatan 16 kritikus sastra akan terlebih dahulu menggunakan pendekatan dalam karya sastra memegang
dalam Sastra sastra untuk melihat karya yang akan dikaji. peran yang cukup penting. Paragraph 1: -
Paragraf 2 : Paradigma pendekatan sastra yang sering dikenal Paragraph 2: Paradigma Paragraph 2: Meyer
B. Pendekatan 18 dikemukakan oleh M. H. Abrams. Abrams membagi kritik sastra atas pendekatan sastra yang sering Howard "Mike" Abrams,
Mimetik empat jenis, yaitu mimetik, objektif, pragmatik, dan ekspresif. dikenal dikemukakan oleh M. biasanya disebut sebagai M.
Paragraf 3 : Keempat pendekatan memiliki masa kejayaan‘ atau H. Abrams. H. Abrams, adalah seorang
C. Pendekatan 20 paling menonjol pada masa-masa tertentu di dunia Barat. ada masa- Paragraph 3: Keempat kritikus sastra Amerika, yang
Pragmatik masa tertentu salah satu pendekatan sangat dominan. Misalnya pendekatan memiliki masa dikenal karena karya-karya
pada masa Romantic, pendekatan ekspresif lebih menonjol. kejayaan‘ atau paling menonjol tentang romantisme,
D. Pendekatan 22 pada masa-masa tertentu di khususnya bukunya The
Ekspresif B. Pendekatan mimetik dunia Barat. Mirror and the Lamp.
Paragraf 1 : Kritik sastra telah diterapkan sejak abad ketujuh belas B. Pendekatan mimetik Paragraph 3: -
E. Pendekatan hingga deskripsi, pembenaran, analisis, atau penilaian karya seni. Paragraf 1: Kritik sastra telah B. Pendekatan mimetik
Objektif 24 Paragraf 2 : Mimetik menurut Abrams (1976:16) sebagai kajian diterapkan sejak abad ketujuh Paragraf 1: -
yang paling primif dibandingkan yang lainnya. Mimesis sebagai belas hingga deskripsi, Paragraf 2 :Meyer Howard
F. Pendekatan 25 konsep pada dasarnya merujuk pada prinsip dasar dalam seni di pembenaran, analisis, atau "Mike" Abrams, biasanya
Interdisiplin mana seorang seniman menciptakan karya dengan menyalin dari penilaian karya seni. disebut sebagai M. H.
alam. Paragraf 2 : Mimetik menurut Abrams, adalah seorang
Paragraf 3 : Plato mencoba mengaitkan mimetik dengan imitasi Abrams (1976:16) sebagai kritikus sastra Amerika, yang
atau tiruan. Menurut Plato, bagaimanapun juga, imitasi yag terkiat kajian yang paling primif dikenal karena karya-karya
akan berbahaya dalam pembuatan karya karena menghilangkan dibandingkan yang lainnya. tentang romantisme,
dari kebenaran itu sendiri. Bagi Plato, mimetic terikat dengan ide Paragraf 3 : Plato mencoba khususnya bukunya The
penciptanya. Ide tersebut tidak dapat menghasilkan tiruan yang mengaitkan mimetik dengan Mirror and the Lamp.
sama. Bahkan Plato mengatakan seni hanya memunculkan nafsu imitasi atau tiruan. Paragraf 3: Plato adalah
karena menimbulkan emosi dan bukan rasio. Seniman cenderung Paragraf 4 : Aristoteles seorang filsuf dan
mengumbar nafsu, padahal seharusnya menjadi manusia yang membebaskan teks dari matematikawan Yunani,
berasio dan meredakan nafsu (Teeuw, 1984). Karena itu, Plato hubungannya dengan alam secara spesifik dari Athena.
membangun model mimetic yang tidak menguntungkan. semesta sebagaimana Dilihat dari perspektif
Paragraf 4 : Aristoteles membebaskan teks dari hubungannya pandangan Plato, sambal tetap sejarah filsafat, Plato
dengan alam semesta sebagaimana pandangan Plato, sambal tetap mengakui hubungan teks yang digolongkan sebagai filsuf
mengakui hubungan teks yang meniru itu dengan alam semesta. meniru itu dengan alam Yunani Kuno. Ia adalah
Paragraf 5 : Di era postmodern, gagasan tentang tekstual dan semesta. penulis philosophical
intertekstual. Paragraf 5 : Di era dialogues dan pendiri dari
Paragraf 6 : Hans Georg Gadamer (1999) juga berusaha keras untuk postmodern, gagasan tentang Akademi Platonik di Athena,
mempertahankan dan mendefinisikan kembali mimetik. tekstual dan intertekstual. sekolah tingkat tinggi
Paragraf 7 : Kritik mimetik mengasumsikan bahwa karya sastra Paragraf 6 : Hans Georg pertama di dunia barat.
adalah sebuah tiruan, dari dunia ide maupun manusia. Gadamer (1999) juga berusaha Paragraf 4: Aristoteles,
Paragraf 8 : Marx dan Engels menentukan bahwa dalam keras untuk mempertahankan adalah seorang filsuf Yunani,
menciptakan suatu karya, kesadaran penulis bukan yang dan mendefinisikan kembali murid dari Plato dan guru
menentukan kehidupan. mimetik. dari Alexander Agung. Ia
Paragraf 9 : Pendekatan ini cukup mengilhami penulis-penulis Paragraf 7 : Kritik mimetik menulis tentang berbagai
sastra Indonesia dalam menuangkan suatu karya. mengasumsikan bahwa karya subyek yang berbeda,
Paragraf 10 : Proses penuangan karya dengan melakukan tiruan sastra adalah sebuah tiruan, termasuk fisika, metafisika,
berdasarkan kisah kehidupan juga dilakukan oleh Supaat I. Latif dari dunia ide maupun puisi, logika, retorika, politik,
dalam karyanya Perahu Waktu (2012). Latief menceritakan kisah manusia. pemerintahan, etnis, biologi
hidupnya dari masyarakat biasa ingin menuntut ilmu. Seorang anak Paragraf 8 : Marx dan Engels dan zoologi.
kecil dari keluarga biasadari Lamongan yang berkeinginan besar menentukan bahwa dalam Paragraf 5 :-
untuk menuntut ilmu di Kota Malang. Perjuangan tersebut menciptakan suatu karya, Paragraf 6 : Hans-Georg
dituangkan dalam bentuk karya. kesadaran penulis bukan yang Gadamer adalah seorang
menentukan kehidupan. filsuf Jerman yang paling
C. Perkembangan pragmatik dalam sastra Paragraf 9 : Pendekatan ini terkenal untuk adi karyanya
Paragraf 1 : penekanan dialihkan ke pembaca cukup mengilhami penulis- pada 1960, Kebenaran dan
Paragraf 2 : Kritik pragmatis penulis sastra Indonesia dalam Metode.
Paragraf 3 : Pertama dan yang terutama dalam kritik pragmatis menuangkan suatu karya. Paragraf 7:
Paragraf 4 : Pendekatan pragmatik yang menitikberatkan pada Paragraf 10 : Proses Paragraf 8 : Marx dan
peran pembaca sebagai penghayat memiliki peran utama dalam penuangan karya dengan Engels membangun
menilai baik atau buruk, layak atau tidak layak, bernilai atau tidak melakukan tiruan berdasarkan persahabatan dua pemikir,
bernilai. kisah kehidupan juga dua penulis, dua aktivis, dua
Paragraf 5 : Teks sastra yang dihasilkan penyair dipandang sebagai dilakukan oleh Supaat I. Latif ideolog, dua pejuang yang
benda yang perlu direkonstruksi ulang agar membentuk objek dalam karyanya Perahu Waktu sangat jarang. Terlahir dari
estetik. (2012). keluarga kaya, Engles
Paragraf 6 : Perkembangan pendekatan pragmatic yang semakin C. Perkembangan pragmatik membantu Karl Marx yang
lama melahirkan tokoh-tokoh baru dalam sastra hidup miskin, bersama
Paragraf 7 : Seorang penikmat sastra akan mendapatkan pesan Paragraf 1 : penekanan mereka menyusun “kitab
Paragraf 8 : Teks sastra yang dimaknai bergantung pada dialihkan ke pembaca suci” bagi gerakan
penerimaan pembaca, sehingga makna yang yang ada bergantung Paragraf 2 : Kritik pragmatis revolusioner.
proses pembaca melakukan konkretisasi teks. Paragraf 3 : Pertama dan yang Paragraf 9 :-
terutama dalam kritik Paragraf 10 : -
D. Pendekatan ekspresif dalam sastra pragmatis C. Perkembangan
Paragraf 1 : Pada abad kesembilan belas penekanan bergeser ke Paragraf 4 : Pendekatan pragmatik dalam sastra
penyair, dan puisi menjadi 'luapan spontan perasaan kuat' si pragmatik yang Paragraf 1:-
penyair. menitikberatkan pada peran Paragraf 2 :-
Paragraf 2 : Pada tahun 1800, kita mulai memandang perpindahan pembaca sebagai penghayat Paragraf 3:-
mimetik dan pragmatik memiliki peran utama dalam Paragraf 4:-
Paragraf 3 : Abrams memberikan gambaran tentang evolusi menilai baik atau buruk, layak Paragraf 5: Teks adalah
estetika Barat atau tidak layak, bernilai atau sebuah wacana lisan dalam
Paragraf 4 : perkembangan sastra Indonesia tidak bernilai. bentuk tulisan. Dalam KBBI,
Paragraf 5 : Pendekatan ekspresif ini dapat dikatakan memiliki Paragraf 5 : Teks sastra yang teks adalah naskah yang
keterkaitan dengan sosial dan psikologi penulis dihasilkan penyair dipandang berupa kata asli dari
Paragraf 6 : Penekatan ekspresif yang menekankan pada peran sebagai benda yang perlu pengarang, kutipan dari
penulis mendapatkan kritikan dari kaum formalis, strukturalis, dan direkonstruksi ulang agar kitab suci, bahan tertulis
pragmatis. membentuk objek estetik. untuk memberikan pelajaran
Paragraf 6 : Perkembangan ataupun pidato serta wacana
E. Pendekatan objektif dalam sastra pendekatan pragmatic yang tertulis.
Paragraf 1: Pada abad ke-20, penekanannya bergeser ke karya seni semakin lama melahirkan Paragraph 6: -
Paragraf 2 : Mode pendekatan ini cukup dominan bagi penggemar tokoh-tokoh baru. Paragraf 7:-
Paragraf 3 : Kritik objektif berkaitan dengan karya sastra Paragraf 7 : Seorang penikmat Paragraf 8 :-
Paragraf 4 : Karya sastra merupakan suatu bentuk utuh dari sastra akan mendapatkan D. Pendekatan ekspresif
berbagai sifat dan tanda didalamnya. pesan. dalam sastra
Paragraf 5 : Pendekatan objektif menjadi aspek yang utuh terhadap Paragraf 8 : Teks sastra yang Paragraf 1:-
suatu karya dimaknai bergantung pada Paragraf 2 :-
penerimaan pembaca, Paragraf 3:-
F. Pendekatan interdisiplin dalam sastra sehingga makna yang yang ada Paragraf 4: Sastra
Paragraf 1 : Pendekatan dalam sastra terus berkembang seiring bergantung proses pembaca Indonesia adalah sebuah
dengan laju perkembangan ilmu dari disiplin ilmu lain. melakukan konkretisasi teks. istilah yang melingkupi
Paragraf 2 : Sastra sebagai sebuah kajian ilmu tidak lagi kaku, D. Pendekatan ekspresif berbagai macam karya sastra
tertutup, atau satu aspek saja, tetapi memerlukan dari disiplin ilmu dalam sastra di Asia Tenggara. Istilah
lainya. Paragraf 1 : Pada abad "Indonesia" sendiri
Paragraf 3 : Pendekatan interdisiplin membuat penelitian yang kesembilan belas penekanan mempunyai arti yang saling
melibatkan dengan dua ilmu atau lebih. bergeser ke penyair, dan puisi melengkapi terutama dalam
Paragraf 4 : Dalam dunia kesusastraan Indonesia, buku Sosiologi menjadi 'luapan spontan cakupan geografi dan sejarah
pertama diterbitkan oleh Sapardi Djoko Damono berjudul Sosiologi perasaan kuat' si penyair. politik di wilayah tersebut.
Sastra Sebuah Pengantar Ringkas (1978). Disusul oleh terbitnya Paragraf 2 : Pada tahun 1800, Paragraf 5: Pendekatan
buku Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai kita mulai memandang ekspresif menitikberatkan
Post-Modernisme (1994) karya Faruk. Pada tahun 2003, Ratna perpindahan mimetik dan perhatian kepada upaya
menulis buku tentang Paradigma Sosiologi Sastra dan beberapa pragmatik pengarang mengekspresikan
buku tentang lintasan sastra dengan sosiologi sastra lainnya. Paragraf 3 : Abrams ide-idenya ke dalam karya
Paragraf 5 : Kajian interdisiplin juga dapat mengaitkan antara memberikan gambaran sastra. Pendekatan ini
psikologi dengan kesusastraan atau psikologi sastra. tentang evolusi estetika Barat menekankan kepada
Paragraf 6 : Kajian psikologi sastra dapat dikatakan sebagai kajian Paragraf 4 : perkembangan pengarang dalam
yang cukup lama hadirnya. sastra Indonesia pengungkapkan atau
Paragraf 5 : Pendekatan mencurahkan segala pikiran,
ekspresif ini dapat dikatakan perasaan, dan pengalaman
memiliki keterkaitan dengan pengarang ketika melakukan
sosial dan psikologi penulis proses penciptaan karya
Paragraf 6 : Penekatan sastra.
ekspresif yang menekankan Paragraph 6: -
pada peran penulis E. Pendekatan objektif
mendapatkan kritikan dari dalam sastra
kaum formalis, strukturalis, Paragraf 1: Karya seni
dan pragmatis. adalah ciptaan artistik atau
E. Pendekatan objektif benda estetik.
dalam sastra Paragraf 2 :-
Paragraf 1: Pada abad ke-20, Paragraf 3:
penekanannya bergeser ke Kritik sastra objektif adalah 
karya seni kritik yang memandang
Paragraf 2 : Mode pendekatan karya sastra sebagai sesuatu
ini cukup dominan bagi yang mandiri, bebas
penggemar terhadap sekitarnya, bebas
Paragraf 3 : Kritik objektif dari penyair, pembaca, dan
berkaitan dengan karya sastra dunia sekitarnya.
Paragraf 4 : Karya sastra Paragraf 4:-
merupakan suatu bentuk utuh Paragraf 5:-
dari berbagai sifat dan tanda F. Pendekatan interdisiplin
didalamnya. dalam sastra
Paragraf 5 : Pendekatan Paragraf 1: -
objektif menjadi aspek yang Paragraf 2 :-
utuh terhadap suatu karya. Paragraf 3: Pendekatan
F. Pendekatan interdisiplin interdisipliner (interdisciplin
dalam sastra ary approach)
Paragraf 1 : Pendekatan ialah pendekatan dalam
dalam sastra terus pemecahan suatu masalah
berkembang seiring dengan dengan menggunakan
laju perkembangan ilmu dari tinjauan berbagai sudut
disiplin ilmu lain. pandang ilmu serumpun
Paragraf 2 : Sastra sebagai yang relevan secara terpadu.
sebuah kajian ilmu tidak lagi Paragraf 4: Prof. Dr.
kaku, tertutup, atau satu aspek Sapardi Djoko Damono
saja, tetapi memerlukan dari adalah seorang pujangga
disiplin ilmu lainya. berkebangsaan Indonesia
Paragraf 3 : Pendekatan terkemuka. Ia kerap
interdisiplin membuat dipanggil dengan singkatan
penelitian yang melibatkan namanya, SDD. Ia adalah
dengan dua ilmu atau lebih. putra pertama pasangan
Paragraf 4 : Dalam dunia Sadyoko dan Saparian.
kesusastraan Indonesia, buku Paragraf 5: Psikologi sastra
Sosiologi pertama diterbitkan merupakan dua cabang ilmu
oleh Sapardi Djoko Damono yang berbeda tapi saling
berjudul Sosiologi Sastra berkaitan. Sastra lebih
Sebuah Pengantar Ringkas cenderung kearah fiksi,
(1978). sedangkan psikologi
Paragraf 5 : Kajian cenderung kearah yang
interdisiplin juga dapat berdasarkan fakta. Karya
mengaitkan antara psikologi sastra dianggap sebagai
dengan kesusastraan atau sebuah hasil kreativitas dan
psikologi sastra. ekspresi pengarang.
Paragraf 6 : Kajian psikologi Paragraph 6:-
sastra dapat dikatakan sebagai
kajian yang cukup lama
hadirnya.

BAB III.
TINJAUAN
FORMALISME A. Formalisme
DAN A. Formalisme Paragraf 1 : Formalisme lahir
STRUKTURALI Paragraf 1 : Formalisme lahir di Rusia sekitar awal abad kedua di Rusia sekitar awal abad
SME DALAM puluh. kedua puluh.
KARYA SASTRA Paragraf 2 : Dalam runtutan sejarah, Paragraf 2 : Dalam runtutan
Paragraf 3 : Aliran formalisme Rusia dipelopori oleh Skhlovsky, sejarah,
A. Formalisme Roman Jacobson, Sjklovski, Eichenbum. Paragraf 3 : Aliran formalisme Paragraf 1: Formalisme
Sastra 39 Paragraf 4 : Kaum formalis menekankan bahwa kesusastraan Rusia dipelopori oleh adalah doktrin atau praktik
memiliki bahasa yang khas. Skhlovsky, Roman Jacobson, penekunan yang saksama
B. Tokoh Paragraf 5 : teori teks naratif, Sjklovski, Eichenbum. terhadap bentuk yang
Formalisme 40 Paragraf 4 : Kaum formalis bercorak atau bentuk-bentuk
Beserta B. Tokoh formalisme menekankan bahwa eksternal lain.
Pemikirannya 1. Roman Jakobson (1896—1982) kesusastraan memiliki bahasa Paragraf 2 :-
2. Mikhail Bakhtin (1895—1975) yang khas. Paragraf 3:-
C. Dalam In The Dialogical Imagination, Bakhtin memperluas Paragraf 5 : teori teks naratif, Paragraf 4: -
Strukturalisme 44 analisisnya tentang dialogis dengan konsep heteroglossia. Konsep B. Tokoh formalisme Paragraph 5: Dilansir dari
heteroglossia ini menekankan kombinasi pernyataan atau genre 1. Roman Jakobson (1896— Cambridge Dictionary,
D. bicara (polifoni, dialek, jargon, dll) yang ada untuk membangun 1982) pengertian narratice text
Strukturalisme sebuah teks serta mengungkapkan wacana. Heteroglossia berfungsi 2. Mikhail Bakhtin (1895— adalah cerita non fiksi yang
Genetik 43 mengungkapkan kesangajaan, mitologi, sosial politik, agama, dan 1975) bisa berbentuk dongeng,
46 sistem sastra bersama dengan unsur lain (Bakhtin, 1981). mitos, cerita rakyat, cerita
E. Heteroglossia memiliki keterkaitan dialog antar individu dengan C. Strukturalisme binatang, dan lain
Strukturalisme yang lain dalam bahasa yang beda. Dengan kata lain, seorang Paragraf 1 : Teori struktural sebagainya.
Dinamik penutur atau penulis mempunyai hak memilih setiap diksi dalam Paragraf 2 : Penerapan B. Tokoh formalisme
49 perkataan sebelum dan sesudah disampaikan, begitu juga yang strukturalisme ini 1)Roman Osipovich
dimiliki pembicara bebas menentukan pemaknaan. menganggap karya secara Jakobson adalah seorang
tertutup dan berdasarkan pakar teori sastra dan linguis
C. Strukturalisme karya itu sendiri (close Rusian-Amerika. Seorang
Paragraf 1 : Teori struktural reading). pionir linguistik struktural,
Paragraf 2 : Penerapan strukturalisme ini menganggap karya Paragraf 3 : Ide dasar yang Jakobson merupakan salah
secara tertutup dan berdasarkan karya itu sendiri (close reading). melandasi kemunculan satu linguis paling disanjung
Paragraf 3 : Ide dasar yang melandasi kemunculan strukturalisme strukturalisme atas penolakan dan berpengaruh pada abad
atas penolakan terhadap konsep mimetik, ekspresif yang terhadap konsep mimetik, kedua puluh.
sebelumnya mendapat tempat dalam kajian kesusastraan. ekspresif yang sebelumnya 2)Mikhail Mikhailovich
Paragraf 4 : Selepas era Abrams, muncul kembali di era formalisme mendapat tempat dalam kajian Bakhtin adalah seorang filsuf
Rusia kesusastraan. Rusia dan pemikir
Paragraf 5 : Teks menurut kaum strukturalis Paragraf 4 : Selepas era kebudayaan yang terkenal.
Paragraf 6 : kajian struktural masih dipakai di berbagai penelitian Abrams, muncul kembali di era Pengaruh Bakhtin meluas ke
Paragraf 7 : Menurut Teeuw (1984: 176), strukturalisme ini formalisme Rusia berbagai disiplin akademis,
memiliki kelemahan dalam menjabarkan teori sastra secara Paragraf 5 : Teks menurut mulai dari hermeneutika
sistematik. kaum strukturalis sastra, epistemologi ilmu-
Paragraf 8 : Teori struktural tetap memiliki tempat dalam kajian Paragraf 6 : kajian struktural ilmu humaniora, teori
sastra meskipun perkembangan teori-teori yang baru mulai dan masih dipakai di berbagai kebudayaan, hingga
kelemahan teori struktural. penelitian feminism
Paragraf 7 : Menurut Teeuw C. Strukturalisme
D. Strukturalisme Genetik (1984: 176), strukturalisme ini Paragraf 1: -
Paragraf 1 : Stukturalisme genetic merupakan salah satu paradigma memiliki kelemahan dalam Paragraf 2 :-
aliran teori sastra yang muncul setelah era strukturalisme murni. menjabarkan teori sastra Paragraf 3:-
Paragraf 2 : Salah satu tokoh yang mengembangkan teori secara sistematik. Paragraf 4:-
strukturalisme genetic adalah Lucian Goldmann. Paragraf 8 : Teori struktural Paragraf 5: kaum
Paragraf 3 : Damono (1984: 37) menunjukkan ciri utama tetap memiliki tempat dalam strukturalis yang cukup
strukturalisme genetic yaitu pada sisi keutuhan dan totalitas. kajian sastra meskipun berpengaruh antara lain
Paragraf 4 : Dalam teori strukturalisme genetic terdapat empat perkembangan teori-teori adalah: Roman Jacobson,
aspek penting yang menjadi landasan berpikir di dalamnya. yang baru mulai dan Levi Strauss, Roland Barthes
Paragraf 5 : Fakta kemanusiaan dapat bersumber dari kehidupan kelemahan teori struktural. dan Michel Foucault (dua
individu dan fakta sosial yang terjadi. D. Strukturalisme Genetik terakhir juga merupakan
Paragraf 6 : Menurut Goldmann, pandangan dunia adalah perantara Paragraf 1 : Stukturalisme poststrukturalist).
tatanan sosial dengan struktur atau tatanan karya sastra. genetic merupakan salah satu Paragraf 6:-
Paragraf 7 : Pandangan dunia menjadi kesadaran hakiki dalam paradigma aliran teori sastra Paragraf 7: Profesor Dr.
menghadapi kehidupan. yang muncul setelah era Andries "Hans" Teeuw (12
Paragraf 8 : Goldmann menganggap karya sastra sebagai ekspresi strukturalisme murni. Agustus 1921 – 18 Mei 2012)
pandangan dunia yang imajiner. Paragraf 2 : Salah satu tokoh adalah pakar sastra dan
Paragraf 9 : Untuk mengungkap dimensi makna dari aspek sosial- yang mengembangkan teori budaya Indonesia asal
ekonomi atau latar belakang sejarah, dibutuhkan metode dialektika. strukturalisme genetic adalah Belanda.
Paragraf 10 : Konsep pemahaman-penjelasan dalam metode Lucian Goldmann. Paragraf 8: -
dialektik yang dipaparkan Goldmann dapat dipahami dengan Paragraf 3 : Damono (1984: D. Strukturalisme Genetik
masing-masing kata. 37) menunjukkan ciri utama Paragraf 1: -
Paragraf 11 : Metode dialektik Goldmenn dapat berjalan dengan strukturalisme genetic yaitu Paragraf 2 : Lucien
mengonstruksi model terlebih dahulu. pada sisi keutuhan dan Goldmann adalah seorang
Paragraf 12 : Stukturaliame genetic dapat diterapkan dalam kajian totalitas. filsuf dan sosiolog Prancis
sastra dengan memulai kajian pada unsur instrinsik karya, baik Paragraf 4 : Dalam teori asal Yahudi-Rumania.
sebagian maupun keseluruhan. strukturalisme genetic Seorang profesor di EHESS di
terdapat empat aspek penting Paris, ia adalah seorang ahli
E. Strukturalisme Dinamik yang menjadi landasan teori Marxis. Istrinya adalah
Paragraf 1 : Formalisme yang pada awalnya membahas dan berpikir di dalamnya. sosiolog Annie Goldmann.
memfokuskan pada aspek bentuk Paragraf 5 : Fakta Paragraf 3: Prof. Dr.
Paragraf 2 : Menurut Endraswara (2013: 62), strukturalisme kemanusiaan dapat bersumber Sapardi Djoko Damono
dinamik merupakan pengembangan dari strukturalisme murni dari kehidupan individu dan adalah seorang pujangga
Paragraf 3 : Awal mula munculnya strukturalisme dinamik ini fakta sosial yang terjadi. berkebangsaan Indonesia
dipaparkan Mukarovsky dan Felik Vodicka. Paragraf 6 : Menurut terkemuka. Ia kerap
Paragraf 4 : Dalam perkembangannya, strukturalisme dinamis Goldmann, pandangan dunia dipanggil dengan singkatan
mencoba untuk melepaskan diri dari strukturalisme murni dan adalah perantara tatanan namanya, SDD. Ia adalah
strukturalisme genetik. sosial dengan struktur atau putra pertama pasangan
Paragraf 5 : Strukturalisme dinamis tidak terlepas dari penggunaan tatanan karya sastra. Sadyoko dan Saparian
tanda dalam mengungkap suatu makna. Paragraf 7 : Pandangan dunia Paragraf 4:-
Paragraf 6 : Dalam menggunakan perspektif strukturalisme genetic, menjadi kesadaran hakiki Paragraf 5:-
peneliti atau pembaca memiliki peran penting untuk menelusuri dalam menghadapi kehidupan. Paragraf 6: -
setiap ruang dan memberikan tanda. Paragraf 8 : Goldmann Paragraf 7: -
menganggap karya sastra Paragraf 8:-
sebagai ekspresi pandangan Paragraf 9:-
dunia yang imajiner. Paragraf 10 :-
Paragraf 9 : Untuk Paragraf 11: -
mengungkap dimensi makna Paragraf 12:-
dari aspek sosial-ekonomi atau E. Strukturalisme Dinamik
latar belakang sejarah, Paragraf 1: -
dibutuhkan metode dialektika. Paragraf 2 : Suwardi
Paragraf 10 : Konsep Endraswara
pemahaman-penjelasan dalam Belajar sastra dan budaya
metode dialektik yang Jawa di IKIP Yogyakarta,
dipaparkan Goldmann dapat tahun 1989. Sejak itu
dipahami dengan masing- dipercaya menjadi staf
masing kata. pengajar di almamaternya,
Paragraf 11 : Metode dialektik yang sekarang menjadi
Goldmenn dapat berjalan program studi Pendidikan
dengan mengonstruksi model Bahasa dan Sastra Indonesia
terlebih dahulu. dan Daerah, FBS UNY.
Paragraf 12 : Stukturaliame Menempuh Program S2 di
genetic dapat diterapkan Fakultas Ilmu Budaya UGM.
dalam kajian sastra dengan Paragraf 3: Jan Mukařovský
memulai kajian pada unsur adalah ahli teori sastra,
instrinsik karya, baik sebagian linguistik, dan estetika Ceko.
maupun keseluruhan. Dia adalah profesor di
Charles University of Prague.
E. Strukturalisme Dinamik Dia terkenal karena
Paragraf 1 : Formalisme yang hubungannya dengan
pada awalnya membahas dan strukturalisme awal serta
memfokuskan pada aspek dengan Lingkar Linguistik
bentuk Praha, dan untuk
Paragraf 2 : Menurut pengembangan gagasan
Endraswara (2013: 62), formalisme Rusia.
strukturalisme dinamik Felix Vodička
merupakan pengembangan Sejarawan sastra
dari strukturalisme murni Deskripsi
Paragraf 3 : Awal mula Kelahiran: 11 April 1909
munculnya strukturalisme Meninggal: 5 Januari
dinamik ini dipaparkan 1974, Praha, Ceko
Mukarovsky dan Felik Vodicka. Pendidikan: Faculty of Arts,
Paragraf 4 : Dalam Charles University
perkembangannya, Buku: Svět
strukturalisme dinamis literatury, Struktura vývoje:
mencoba untuk melepaskan studie
diri dari strukturalisme murni literá rněhistorické, LAINNYA
dan strukturalisme genetik. Paragraf 4:-
Paragraf 5 : Strukturalisme Paragraf 5:-
dinamis tidak terlepas dari Paragraph 6: -
penggunaan tanda dalam
mengungkap suatu makna.
Paragraf 6 : Dalam
menggunakan perspektif
strukturalisme genetic,
peneliti atau pembaca
memiliki peran penting untuk
menelusuri setiap ruang dan
memberikan tanda.

BAB IV.
TINJAUAN A. Asal mula sosiologi sastra
SOSIOLOGI A. Asal mula sosiologi sastra Paragraf 1 : Sosiologi sastra
SASTRA Paragraf 1 : Sosiologi sastra sebagai perspektif dalam kesusastraan sebagai perspektif dalam
DALAM KARYA memiliki sejarah yang cukup panjang kesusastraan memiliki sejarah
SASTRA Paragraf 2 : Sastra dalam pembahasan zaman Plato dan Aristoteles yang cukup panjang
berfokus pada bentuk puisi. Paragraf 2 : Sastra dalam
A. Asal Mula Paragraf 3 : Pandangan Plato mengenai mimesis (tiruan/imitasi) pembahasan zaman Plato dan
Sosiologi Sastra mendapat penolakan oleh Aristoteles (murid Plato). Aristoteles berfokus pada A.Asal mula sosiologi
Paragraf 4 : Dalam melukiskan kenyataan melalui tiruan, dapat bentuk puisi. sastra
B. Perspektif 56 melalui proses refraksi (sebagai jalan). Pandangan ini menurut Paragraf 3 : Pandangan Plato Paragraf 1: Sosiologi sastra
Sosiologi Sastra Junus (1984:57) mendapat tentangan seutuhnya karena mengenai mimesis merupakan pendekatan
menekankan pada penafsiran saja. Sastra/seni memang (tiruan/imitasi) mendapat sastra berupa studi objektif
C. Tokoh 58 membutuhkan penafsiran. penolakan oleh Aristoteles dan ilmiah tentang manusia
Sosiologi Sastra Paragraf 5 : Pandangan bahwa pengarang sebagai pencipta dengan (murid Plato). dalam masyarakat, studi
Beserta kreasi yang otonom mulai muncul dan begitu kuat tampak pada Paragraf 4 : Dalam lembaga-lembaga, dan
Pemikirannya 61 abad ke-18. melukiskan kenyataan melalui proses-proses sosial. 
Paragraf 6 : Sosiologi sastra beserta perspektif teori sastra yang tiruan, dapat melalui proses Paragraf 2 :-
lainnya (strukturalisme genetik, semiotika, resepsi, dan interteks) refraksi (sebagai jalan). Paragraf 3:-
mulai bermunculan setelah aliran strukturalisme (klasik) setelah Paragraf 5 : Pandangan Paragraf 4:-
mengalami stagnasi. bahwa pengarang sebagai Paragraf 5:
Paragraf 7 : Aliran sosiologi sastra telah berkembang luas di negara pencipta dengan kreasi yang Paragraf 6: -
Prancis, Jerman, Yunani. Namun, sosiologi sastra dapat dikatakan otonom mulai muncul dan Paragraf 7: -
terlambat di Indonesia begitu kuat tampak pada abad Paragraf 8:-
Paragraf 8 : Objek sosiologi dan sastra yaitu manusa pada tataran ke-18. Paragraf 9:-
masyarakat Paragraf 6 : Sosiologi sastra B. Perspektif sosiologi
Paragraf 9 : Sosiologi sastra di Indonesia memiliki keterkaitan pada beserta perspektif teori sastra sastra
sastra untuk masyarakat, sastra yang memiliki tujuan masyarakat, yang lainnya (strukturalisme Paragraf 1:
sastra yang terlibat dalam masyarakat, sastra sesuai dengan konteks genetik, semiotika, resepsi, dan Paragraf 2 :
masyarakat, dan berbagai proposisi yang melatarbelakangi karya interteks) mulai bermunculan perspektif teks sastra artinya
sastra dalam struktur sosial setelah aliran strukturalisme peneliti menganalisis sebagai
(klasik) setelah mengalami sebuah refleksi kehidupan
B. Perspektif sosiologi sastra stagnasi. masyarakat dan sebaliknya.
Paragraf 1 : Sosiologi sastra mulai tumbuh subur di Indonesia pada Paragraf 7 : Aliran sosiologi Paragraf 3:-
awal tahun 1970-an sastra telah berkembang luas Paragraf 4:-
Paragraf 2 : Perspektif sosiologi sastra muncul akibat ―kebosanan‖ di negara Prancis, Jerman, Paragraf 5:
kajian struktural yang hanya menekankan pada aspek otonom arya Yunani. Paragraf 6: William Butler
semata. Paragraf 8 : Objek sosiologi Yeats adalah seorang penyair
Paragraf 3 : Adanya sosiologi sastra sering dimaknai sebagai dan sastra yaitu manusa pada dan dramawan Irlandia, dan
penelitian yang hanya meminjam teori sosial dalam mengupas atau tataran masyarakat salah satu figur terkemuka
menganalisis suatu karya sastra. Paragraf 9 : Sosiologi sastra di dalam kesusastraan abad ke-
Paragraf 4 : Hubungan sosiologi dan sastra memiliki keterkaitan Indonesia memiliki 20. Dia merupakan kekuatan
cukup erat. keterkaitan pada sastra untuk penggerak di balik
Paragraf 5 : Sosiologi sastra memiliki cakupan yang luas. masyarakat, sastra yang kebangkitan kesusastraan
Paragraf 6 : W.B. Yeats (Watt, 1964:313) menaruh konstruksi awal memiliki tujuan masyarakat, Irlandia
pengertian sosiologi sastra, terutama tentang fungsi. sastra yang terlibat dalam Paragraf 7: -
Paragraf 7 : Junus (1986:2) turut membedakan pandangan tentang masyarakat, sastra sesuai Paragraf 8: Prof. Dr.
sosiologi sastra. dengan konteks masyarakat, Sapardi Djoko Damono
Paragraf 8 : Damono (2002:10) menyinggung mengenai ruang dan berbagai proposisi yang adalah seorang pujangga
lingkup atau batasan dalam sosiologi sastra. melatarbelakangi karya sastra berkebangsaan Indonesia
paragraf 9 : Swingewood membagi sosiologi sastra menjadi empat dalam struktur sosial terkemuka. Ia kerap
hal, yaitu (1) sosiologi dan sastra, (2) teori sosial dan sastra, (3) dipanggil dengan singkatan
sastra dan strukturalisme, dan (4) metode. namanya, SDD. Ia adalah
Paragraf 10 : Watt (Damono, 1978: 3) menjelaskan sosiologi sastra B. Perspektif sosiologi sastra putra pertama pasangan
dengan dua aspek, yaitu sosial pengarang dan sebagai cermin Paragraf 1 : Sosiologi sastra Sadyoko dan Saparian
masyarakat. mulai tumbuh subur di Paragraf 9: SOSIOLOGI
Paragraf 11 : Sastra sebagai cermin masyarakat dapat jabarkan Indonesia pada awal tahun SASTRA
dengan kejadian di masyrakat. 1970-an ALAN SWINGEWOOD SEBUA
Paragraf12 : Aspek cermin (mirror) dalam kajian sosiologi sastra Paragraf 2 : Perspektif H TEORI kerangka
inilah yang dianggap begitu penting oleh Endraswara. sosiologi sastra muncul akibat pemikiran yang dapat
Paragraf 13 : Komunikasi sastra ini menjadi aspek fundamental ―kebosanan‖ kajian struktural dipahami secara runut dan
dalam sosial sastra. Persoalan mediasi atau representasi menjadi yang hanya menekankan pada terperinci.
penggerak konsep sosial sastra. aspek otonom arya semata. Paragraph 10:
Paragraf 14 : Beberapa aspek yang disampaikan pengarang bersifat Paragraf 3 : Adanya sosiologi Paragraph 11:
pribadi dapat dikonversi bersifat sosial sastra sering dimaknai sebagai Paragraph 12: Suwardi
penelitian yang hanya Endraswara
C. Tokoh sosiologi sastra beserta pemikirannya meminjam teori sosial dalam Belajar sastra dan budaya
Paragraf 1 : Tokoh De Bonald dan Elizabeth dianggap Wellek dan mengupas atau menganalisis Jawa di IKIP Yogyakarta,
Warren sebagai orang pertama mempopulerkan sosiologi sastra. suatu karya sastra. tahun 1989. Sejak itu
Tom Burns mengklaim Madame de Stael, Robert Escarpit, dan Harry Paragraf 4 : Hubungan dipercaya menjadi staf
Levin (Endraswara, 2011:15). sosiologi dan sastra memiliki pengajar di almamaternya,
Paragraf 2 : Sosiologi sastra terus berkembang seiring dengan keterkaitan cukup erat. yang sekarang menjadi
geliat kehidupan sosial masyarakat. Paragraf 5 : Sosiologi sastra program studi Pendidikan
Paragraf 3 : Tokoh-tokoh yang telah melahirkan berbagai memiliki cakupan yang luas. Bahasa dan Sastra Indonesia
perspektif sosiologis dalam dimensi keilmuan tentu akan berguna Paragraf 6 : W.B. Yeats (Watt, dan Daerah, FBS UNY.
dalam mengkaji suatu karya sastra dengan konteks yang sesuai. 1964:313) menaruh Menempuh Program S2 di
1. Sastra dan Marxisme (Karl Marx, Frederick Engels, Georgi konstruksi awal pengertian Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Plekanov, Georg Lukacs) sosiologi sastra, terutama Paragraph 13:-
2. Antonio Gramsci (Konsep Hegemoni) tentang fungsi. C. Tokoh sosiologi sastra
3. Robert Escarpit (Fragmentasi Sosial) Paragraf 7 : Junus (1986:2) beserta pemikirannya
turut membedakan pandangan Paragraf 1: Louis Gabriel
tentang sosiologi sastra. Ambroise, Vicomte de Bonald
Paragraf 8 : Damono adalah seorang kontra-
(2002:10) menyinggung revolusioner, filsuf dan
mengenai ruang lingkup atau politikus asal Prancis. Ia
batasan dalam sosiologi sastra. utamanya dikenal karena
paragraf 9 : Swingewood mengembangkan waah
membagi sosiologi sastra teoretikal yang timbul dari
menjadi empat hal, yaitu (1) sosiologi Prancis.
sosiologi dan sastra, (2) teori René Wellek adalah kritikus
sosial dan sastra, (3) sastra sastra perbandingan Ceko-
dan strukturalisme, dan (4) Amerika. Seperti Erich
metode. Auerbach, Wellek adalah
Paragraf 10 : Watt (Damono, produk unggulan dari tradisi
1978: 3) menjelaskan sosiologi filologi Eropa Tengah dan
sastra dengan dua aspek, yaitu dikenal sebagai seorang
sosial pengarang dan sebagai kritikus yang sangat
cermin masyarakat. terpelajar dan "berpikiran
Paragraf 11 : Sastra sebagai adil." René Wellek lahir dan
cermin masyarakat dapat besar di Wina, berbicara
jabarkan dengan kejadian di bahasa Ceko dan Jerman.
masyrakat. Edward Warren Miney dan
Paragraf12 : Aspek cermin Lorraine Rita Warren adalah
(mirror) dalam kajian sosiologi penyelidik paranormal
sastra inilah yang dianggap Amerika dan penulis buku
begitu penting oleh yang berhubungan dengan
Endraswara. kasus tempat berhantu yang
Paragraf 13 : Komunikasi menonjol. Edward adalah
sastra ini menjadi aspek veteran Angkatan Laut
fundamental dalam sosial Amerika Serikat Perang
sastra. Dunia II dan mantan polisi
C. Tokoh sosiologi sastra yang menjadi demonologis
beserta pemikirannya otodidak, penulis, dan dosen.
Paragraf 1 : Tokoh De Bonald Paragraf 2 :-
dan Elizabeth dianggap Wellek Paragraf 3:-
dan Warren sebagai orang
pertama mempopulerkan
sosiologi sastra.
Paragraf 2 : Sosiologi sastra
terus berkembang seiring
dengan geliat kehidupan sosial
masyarakat.
Paragraf 3 : Tokoh-tokoh yang
telah melahirkan berbagai
perspektif sosiologis dalam
dimensi keilmuan tentu akan
berguna dalam mengkaji suatu
karya sastra dengan konteks
yang sesuai.
1.Sastra dan Marxisme (Karl
Marx, Frederick Engels, Georgi
Plekanov, Georg Lukacs)
2.Antonio Gramsci (Konsep
Hegemoni)
3.Robert Escarpit
(Fragmentasi Sosial)
Bab V A. Pengertian psikologi
TINJAUAN sastra
PSIKOLOGI A. Pengertian psikologi sastra Paragraf 1 : Awal mula
SASTRA Paragraf 1 : Awal mula psikologi dapat diketahui dari tulisan para psikologi dapat diketahui dari
DALAM KARYA filsuf Yunani Klasik tentang sifat kehidupan, tulisan para filsuf Yunani
SASTRA Paragraf 2 : 1—2). Psikologi didefinisikan oleh Kagan & Havemann Klasik tentang sifat kehidupan,
(1972:13) sebagai suatu ilmu yang secara sistematis mempelajari Paragraf 2 : Psikologi
A. Pengertian dan menjelaskan perilaku yang dapat diamati dan hubungannya didefinisikan oleh Kagan &
Psikologi Sastra dengan proses mental tidak terlihat dalam organisme dan peristiwa Havemann (1972:13). A. Pengertian psikologi
eksternal. Paragraf 3 : Dalam pandangan sastra
B. Hubungan 74 Paragraf 3 : Dalam pandangan Walgito (1997:9), psikologi adalah Walgito (1997:9), psikologi Paragraf 1:
Psikologi disiplin ilmu yang mengkaji tingkah laku atau aktivitas manusia adalah disiplin ilmu yang Paragraf 2 : SPENCER.
dengan Sastra yang menjadi manifestasi hidup kejiwaan. mengkaji tingkah laku atau KAGAN KAGAN (MIGUEL.
76 Paragraf 4 : Karya sastra (lazimnya sebuah novel) merupakan hasil aktivitas manusia yang KAGAN, LAURIE.)
C. Ruang dari konstruksi kehidupan imajinatif melalui medium bahasa yang menjadi manifestasi hidup Kelahiran: 8 Maret 1944
Lingkup didalamnya berlangsung peristiwa dan perilaku yang dilakukan oleh kejiwaan. (usia 77 tahun)
Psikologi Sastra manusia. Paragraf 4 : Karya sastra Pasangan: Laurie Kagan
77 Paragraf 5 : Noam Chomsky (Lodge, 2002:10—11) memandang (lazimnya sebuah novel) Pendidikan: Universitas
D. Tokoh sastra sebagai hal yang begitu sifnifikan untuk mendapat informasi merupakan hasil dari California (1968–1973),
Psikologi Sastra mengenai manusia kehidupannya, cerita uniknya yang dialami, dan konstruksi kehidupan Paragraf 3:-
Beserta berbagai nilai-nilai istimewa. imajinatif melalui medium Paragraf 4:-
Pemikirannya Paragraf 6 : Melalui pendekatan psikologi akan diketahui bahwa bahasa yang didalamnya Paragraf 5: Avram Noam
79 peran dan fungsi sastra dapat menyajikan citra dan lingkungan berlangsung peristiwa dan Chomsky adalah seorang
manusia dalam kehidupan (Hardjana, 1994: 66). perilaku yang dilakukan oleh profesor linguistik dari
Paragraf 7 : Bila seseorang dapat menyampaikan tingkah laku manusia. Institut Teknologi
tokoh dengan pemahaman tentang jiwa manusia, menurut Harjana Paragraf 5 : Noam Chomsky Massachusetts. Salah satu
(1994:66) ia telah sukses mengimplementasikan teori psikologi (Lodge, 2002:10—11) reputasi Chomsky di bidang
untuk menginterpretasikan karya sastra. memandang sastra sebagai hal linguistik terpahat lewat
Paragraf 8: Pendekatan psikologi sastra tidak bisa jauh dari yang begitu sifnifikan untuk teorinya tentang tata bahasa
generatif. Kepakarannya di
peranan tokoh pada karya sastra. mendapat informasi mengenai bidang linguistik ini
Paragraf 9 : Penggunaan psikologi dalam meninjau kesadaran jiwa manusia kehidupannya, cerita mengantarkannya
manusia juga berkaitan dengan unsur struktural dalam karya. uniknya yang dialami, dan merambah ke studi politik.
Paragraf 10 : Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa psikologi berbagai nilai-nilai istimewa. Paragraf 6: Andre
dan sastra mengkaji dan mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Paragraf 6 : Melalui Hardjana, (lahir
pendekatan psikologi akan di Yogyakarta, Jawa
B. Hubungan psikologi dengan sastra diketahui bahwa peran dan Tengah, 1940), adalah
Paragraf 1 : Sastra yang terus berkembang dan bersifat fungsi sastra dapat menyajikan seorang penulis Indonesia.
interdisipliner. citra dan lingkungan manusia Paragraf 7: -
Paragraf 2 : korelasi yang kuat antara sastra dan psikologi. dalam kehidupan (Hardjana, Paragraf 8:-
Paragraf 3 : Perilaku manusia tidak dapat dilepaskan dari 1994: 66). Paragraf 9:-
kehidupan yang senantiasa memberi warna di setiap tingkah- Paragraf 7 : Bila seseorang Paragraph 10: -
lakunya. dapat menyampaikan tingkah
Paragraf 4 : Sastra dengan psikologi memang memiliki hubungan laku tokoh dengan B. Hubungan psikologi
yang erat karena sama-sama mempelajari sifat, batin, perasaan, dan pemahaman tentang jiwa dengan sastra
karakteristik manusia. manusia, menurut Harjana Paragraf 1 :
Paragraf 5 : Wellek dan Warren (1990:108) menunjukkan relasi (1994:66) ia telah sukses Paragraf 2 : Sastra
psikologi dengan sastra. mengimplementasikan teori merupakan kata serapan
Paragraf 6 : Carl Gustav Jung dalam karyanya yang fenomenal psikologi untuk dari bahasa Sanskerta yaitu
berjudul Psychology and Literature (1990:217—218) menyatakan menginterpretasikan karya shaastra, yang berarti "teks
bahwa psikologi sebagai studi proses psikis dapat dihadirkan untuk sastra. yang mengandung instruksi"
mendukung studi sastra karena jiwa manusia adalah roh dari semua Paragraf 8: Pendekatan atau "pedoman". Shaastra
ilmu pengetahuan dan seni. Jung mendeskripsikan bahwa karya psikologi sastra tidak bisa jauh berasal dari kata dasar śā s-
sastra sebagai hasil dari proses psikis penciptaannya timbul dari dari peranan tokoh pada karya atau shaas- yang berarti
proses psikis yang rumit. sastra. mengarahkan, mengajar,
Paragraf 9 : Penggunaan memberi petunjuk atau
C. Ruang lingkup psikologi sastra psikologi dalam meninjau instruksi, dan tra yang
Paragraf 1 : Kecerdasan seorang penyair selalu menjadi bahan kesadaran jiwa manusia juga berarti alat atau sarana.
pembicaraan. Pada zaman Yunani, kecerdasan diklaim akibat berkaitan dengan unsur Psikologi adalah salah satu
semacam kegilaan pada tataran neurotic hingga psikosis. struktural dalam karya. bidang ilmu pengetahuan
Paragraf 2 : Psikologi sastra sebagai disiplin ilmu diklasifikasi Paragraf 10 : Dengan dan ilmu terapan yang
dalam tiga pendekatan, yaitu ekspresif, tekstual, dan reseptif. demikian, dapat dikatakan mempelajari tentang
Paragraf 3 : . Proses kreatif mencakup semua tahapan, mulai dari bahwa psikologi dan sastra perilaku, fungsi mental, dan
hasrat bawah sadar untuk menghasilkan karya sastra hingga mengkaji dan mempelajari proses mental manusia
sentuhan akhir penyair. keadaan kejiwaan orang lain. melalui prosedur ilmiah.
Paragraf 4 : Aspek psikologi dengan pengarang serta proses B. Hubungan psikologi Seseorang yang melakukan
kreatifnya dapat dikembangkan menjadi karya sastra biografi. dengan sastra praktik psikologis disebut
Paragraf 5 : Dalam hubungannya antara psikologi dengan karya Paragraf 1 : Sastra yang terus sebagai psikolog
sastra. berkembang dan bersifat Paragraf 3:-
Paragraf 6 : Analisis karakter dan sikap mereka adalah perlakuan interdisipliner. Paragraf 4:-
psikologis karena setiap karakter menegaskan kepribadian yang Paragraf 2 : korelasi yang Paragraf 5:
unik dan perbedaan individu. kuat antara sastra dan Paragraf 6: Carl Gustav
Paragraf 7 : Hubungan antara sastra dan psikologi dapat diungkap psikologi. Jung lahir di Kesswil, 26 Juli
secara luas diyakini bahwa psikologi memperkaya kekuatan Paragraf 3 : Perilaku manusia 1875 – meninggal di
penciptaan dan proses produksi bagi beberapa seniman yang sadar, tidak dapat dilepaskan dari Kü snacht, 6 Juni 1961 pada
psikologi mungkin telah memperketat indera realitas mereka, kehidupan yang senantiasa umur 85 tahun adalah
mempertajam kekuatan pengamatan mereka atau memungkinkan memberi warna di setiap psikolog yang berasal dari
mereka untuk jatuh ke dalam pola yang sampai sekarang belum tingkah-lakunya. Swiss dan seseorang yang
ditemukan. Paragraf 4 : Sastra dengan merintis dan
psikologi memang memiliki mengembangkan konsep
D. Tokoh sastra dan pemikirannya hubungan yang erat karena psikologi analitik atau
Paragraf 1 : Sigmund Freud sama-sama mempelajari sifat, psikoanalisis. 
Paragraf 2 : Awal kemunculan teori psikoanalisis merupakan buah batin, perasaan, dan
pemikiran dari Freud yang berusaha menganalisis dunia karakteristik manusia. C. Ruang lingkup psikologi
ketidaksadaran. Paragraf 5 : Wellek dan sastra
Paragraf 3 : Carl Gustav Jung Warren (1990:108) Paragraf 1:
Paragraf 4 : Jung, menganggap konsep Freudian "libido" sebagai menunjukkan relasi psikologi Paragraf 2 :-
semacam "energi" internal vital bagi keberadaan, mengangkat dengan sastra. Paragraf 3: Nama lain dari
proposal bahwa libido dapat mengambil dua arah bawaan yang Paragraf 6 : Carl Gustav Jung penyair dalam Bahasa
sesuai dengan dikotomi subyektif obyektif dan internal-eksternal dalam karyanya yang Indonesia adalah: bujangga,
yang masing-masing akan menghasilkan introversi dan ekstroversi fenomenal berjudul pujangga, penyajak,
makhluk. Psychology and Literature sastrawan, penulis. Syair
(1990:217—218) menyatakan adalah puisi lama yang tiap-
bahwa psikologi sebagai studi tiap bait terdiri atas empat
proses psikis dapat dihadirkan larik yang berakhir dengan
untuk mendukung studi sastra a-a-a-a bunyi yang sama;
karena jiwa manusia adalah sajak; puisi. Padan kata syair
roh dari semua ilmu adalah puisi, sajak, tembang.
pengetahuan dan seni. Paragraf 4:
C. Ruang lingkup psikologi Biografi adalah karya
sastra sastra prosa baru dan pada
Paragraf 1 : Kecerdasan umumnya berbentuk
seorang penyair selalu menjadi buku. Karya sastra prosa
bahan pembicaraan. baru ini dimanfaatkan
Paragraf 2 : Psikologi sastra sebagai teladan dan panutan
sebagai disiplin ilmu bagi pembaca berdasarkan
diklasifikasi dalam tiga fakta dan informasi pada
pendekatan, yaitu ekspresif, tokoh, mulai dari perjuangan
tekstual, dan reseptif. hidupnya memecahkan
Paragraf 3 : . Proses kreatif suatu masalah hingga
mencakup semua tahapan, menjadi inspirasi bagi orang
mulai dari hasrat bawah sadar lain.
untuk menghasilkan karya Paragraf 5:
sastra hingga sentuhan akhir Paragraf 6: -
penyair. Paragraf 7: -
Paragraf 4 : Aspek psikologi D. Tokoh sastra dan
dengan pengarang serta pemikirannya
proses kreatifnya dapat Paragraf 1: Sigmund Freud
dikembangkan menjadi karya adalah seorang Austria
sastra biografi. keturunan Yahudi dan
Paragraf 5 : Dalam pendiri aliran psikoanalisis
hubungannya antara psikologi dalam bidang ilmu psikologi.
dengan karya sastra. Menurut Freud, kehidupan
Paragraf 6 : Analisis karakter jiwa memiliki tiga tingkatan
dan sikap mereka adalah kesadaran, yakni sadar,
perlakuan psikologis karena prasadar, dan tak-sadar.
setiap karakter menegaskan Paragraf 2 :
kepribadian yang unik dan Paragraf 3: Carl Gustav
perbedaan individu. Jung lahir di Kesswil, 26 Juli
Paragraf 7 : Hubungan antara 1875 – meninggal di
sastra dan psikologi dapat Kü snacht, 6 Juni 1961 pada
diungkap secara luas diyakini umur 85 tahun adalah
bahwa psikologi memperkaya psikolog yang berasal dari
kekuatan penciptaan dan Swiss dan seseorang yang
proses produksi bagi beberapa merintis dan
seniman yang sadar, psikologi mengembangkan konsep
mungkin telah memperketat psikologi analitik atau
indera realitas mereka, psikoanalisis
D. Tokoh sastra dan Paragraf 4:-
pemikirannya
Paragraf 1 : Sigmund Freud
Paragraf 2 : Awal kemunculan
teori psikoanalisis merupakan
buah pemikiran dari Freud
yang berusaha menganalisis
dunia ketidaksadaran.
Paragraf 3 : Carl Gustav Jung
Paragraf 4 : Jung, menganggap
konsep Freudian

A. Pengertian religius religi


BAB VI. A. Pengertian religius religi dan agama dan agama
TINJAUAN Paragraf 1 : Istilah religiusitas atau religius, religi, dan agama Paragraf 1 : Istilah religiusitas
SASTRA & merupakan suatu istilah yang sering ‗berkeliaran‘ ketika berbicara atau religius, religi, dan agama
RELIGIUSITAS mengenai suatu kepercayaan atau keyakinan setiap insan. merupakan suatu istilah yang
Paragraf 2 : Menurut Shadily, istilah religiusitas atau religius datang sering ‗berkeliaran‘ ketika
A. Pengertian dari bahasa Latin, yaitu relego yang berarti merenungkan hati berbicara mengenai suatu
Religiusitas, nurani, menimbang, dan memeriksa kembali. Religius ini berakar kepercayaan atau keyakinan A. Pengertian religius
Religi, dan dari kata religion atau religi (Suwondo, 1994:63). setiap insan. religi dan agama
Agama 90 Paragraf 3 : Religi memiliki pengertian dan ruang lingkup yang jauh Paragraf 2 : Menurut Shadily, Paragraf 1: Insan berarti
lebih luas daripada agama. istilah religiusitas atau religius manusia dalam arti yang
B. Sastra dan Paragraf 4 : Nurcholis Madjib memandang naluri religiusitas datang dari bahasa Latin, yaitu sebenarnya.Insan tidak
Religiusitas dimiliki setiap manusia. relego yang berarti menunjuk pada manusia
Paragraf 5 : Mangunwijaya (1994) mendefinisikan bahwa manusia merenungkan hati nurani, biologis. Insan lebih terkait
C. Sastra yang religius tidak hanya mengenal tentang suatu agama tertentu menimbang, dan memeriksa dengan kualitas luhur
Profetik 92 Paragraf 6 : Setiap agama akan memiliki kadar dan sistem religius kembali. kemanusiaan. Ali Shari’ati
yang berbeda dengan agama yang lainnya. Paragraf 3 : Religi memiliki menyatakan bahwa,”tidak
D. Gender, Paragraf 7 : Dalam konteks keagamaan, masing-masing agama pengertian dan ruang lingkup semua manusia adalah insan,
Religiusitas, 85 memiliki ekspresi yang berbeda. yang jauh lebih luas daripada namun mereka mempunyai
dan Paragfar 8 : Bentuk religiusitas dapat diketahui dari kepatuhan agama. potensialitas untuk
Perkembangan kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta dan sikap yang ditampilkan Paragraf 4 : Nurcholis Madjib mencapai tingkatan
Perempuan kepada sesama. memandang naluri religiusitas kemanusiaan yang lebih
103 Paragraf 9 : Nilai religiusitas menjadi dasar dalam kehidupan dimiliki setiap manusia. tinggi.
manusia dengan manusia yang lain. Paragraf 5 : Mangunwijaya Paragraf 2 : Hassan Shadily,
Paragraf 10 : Religius merupakan wujud keyakinan dan (1994) mendefinisikan bahwa M.A. adalah seorang ahli
kepercayaan secara vertical dengan mengolah hati nurani yang manusia yang religius tidak perkamusan dan leksikograf
dapat memancarkan kebaikan secara horizontal. hanya mengenal tentang suatu Indonesia. Ia merupakan
agama tertentu sosok yang mempunyai andil
B. Sastra dan Religius Paragraf 6 : Setiap agama penting dalam peletakkan
Paragraf 1 : Karya sastra lazimnya tercipta berdasarkan suatu hal akan memiliki kadar dan dasar leksikografi modern
yang estetis dan bertujuan untuk menghibur. sistem religius yang berbeda bahasa Inggris-Indonesia.
Paragraf 2 : Hal yang demikian tidak dapat disalahkan karena pada dengan agama yang lainnya. Dua kamus yang ia susun
hakikatnya, antara religiusitas dan religi mengacu pada titik temu Paragraf 7 : Dalam konteks bersama John M.
antara keyakinan. keagamaan, masing-masing Paragraf 3:-
Paragraf 3 : Dalam pandangan Atmosuwito (1989:126), sastra agama memiliki ekspresi yang Paragraf 4: Prof. Dr.
dianggap pula sebagai bagian dari agama. Penulis tidak hanya berbeda. Nurcholish Madjid, M.A. atau
mengkonstruksi kehidupan dalam beragama sebagai latar, tetapi Paragfar 8 : Bentuk populer dipanggil Cak Nur,
menekankan kehidupan beragama sebagai pemecah permasalahan. religiusitas dapat diketahui adalah seorang pemikir
Paragraf 4 : Konteks karya sastra diasumsikan sebagai religius dari kepatuhan kepada Tuhan Islam, cendekiawan, dan
tidak terlepas bahwa di dalamnya mengandung pengalaman dan sebagai Sang Pencipta dan budayawan Indonesia. Pada
kisah religius. sikap yang ditampilkan kepada masa mudanya sebagai
Paragraf 5 : Hubungan antara sastra dan religiusitas amatlah erat. sesama. aktivis & kemudian Ketua
Paragraf 6 : Komponen religius perlu dipertegas dan dipertanyakan Paragraf 9 : Nilai religiusitas Umum Himpunan
pada setiap karya sastra. menjadi dasar dalam Mahasiswa Islam. Ia menjadi
Paragraf 7 : Sastra dapat berperan sebagai jalan pemecah terhadap kehidupan manusia dengan satu-satunya tokoh yang
segala kesunyian dan penindasan. manusia yang lain. pernah menjabat sebagai
Paragraf 8 : Emha Ainun Najib memberikan pemaparan sebagai Paragraf 10 : Religius ketua Umum HMI selama
jalan penengah antara peradigma sastra yang religius dan tidak. merupakan wujud keyakinan dua periode.
Paragraf 9 : Hubungan sastra dan religi seringkali terliputi dan dan kepercayaan secara Paragraf 5: R.D. Yusuf
diperlukan suatu pemahaman tepat untuk menguraikan unsur yang vertical dengan mengolah hati Bilyarta Mangunwijaya,
tersembunyi di dalamnya. nurani yang dapat Dipl.Ing., dikenal sebagai
Paragraf 10 : Dalam perkembangan kesusastraan Indonesia, mulai memancarkan kebaikan secara rohaniwan, budayawan,
periode klasik hingga modern, karya sastra tentang agama, horizontal. arsitek, penulis, aktivis sosial
kepercayaan, dan tradisi di dalamnya yang bersifat mistik, spiritual, B. Sastra dan Religius dan pembela wong cilik. Ia
dan akrab dengan pesan kerohanian dan religiusitas, serta berbagai Paragraf 1 : Karya sastra juga dikenal dengan
pernak-pernik keagamaan muncul dalam bentuk yang beragam lazimnya tercipta berdasarkan panggilan populernya, Rama
(Sayuti, 2003:177). suatu hal yang estetis dan Mangun. Romo Mangun
Paragraf 11 : Pada era 2000-an perkembangan sastra dengan nafas bertujuan untuk menghibur. adalah anak sulung dari 12
religi terus bergeliat. Paragraf 2 : Hal yang bersaudara pasangan suami
Paragraf 12 : Pembahasan religiositas pada karya sastra demikian tidak dapat istri Yulianus Sumadi dan
menekankan permasalahan setiap sastrawan ketika menciptakan disalahkan karena pada Serafin Kamdaniyah.
beraneka jenis teks sastra yang lebih berkaitan dengan nilai hakikatnya, antara religiusitas Paragraf 6: Sistem berasal
religi/transdental. dan religi mengacu pada titik dari bahasa Latin dan bahasa
temu antara keyakinan. Yunani adalah suatu
C. Sastra profetik Paragraf 3 : Dalam pandangan kesatuan yang terdiri atas
Paragraf 1 : Penyebaran tasawuf telah mendorong penulisan buku Atmosuwito (1989:126), komponen atau elemen yang
tentang hal itu dan beberapa telah diekspresikan melalui genre sastra dianggap pula sebagai dihubungkan bersama untuk
sastra, khususnya puisi. bagian dari agama. memudahkan aliran
Paragraf 2 : Berbada dengan kajian yang lain, sastra profetik Paragraf 4 : Konteks karya informasi, materi, atau
memiliki semangat transendental dan sufistik karena memiliki sastra diasumsikan sebagai energi untuk mencapai suatu
semangat kenabian. religius tidak terlepas bahwa tujuan
Paragraf 3 : Jalaluddin Rumi (1207-1273) adalah pemikir Islam, di dalamnya mengandung Paragraf 7: -
sufistik, penyair, sastrawan tasawuf yang berasal dari tanah Persia. pengalaman dan kisah religius. Paragraf 8:-
Paragraf 4 : Selepas meninggalnya Jalaluddin Rumi, tongkat Paragraf 5 : Hubungan antara Paragraph 9:
pemikiran Islam seolah-olah dilanjutkan kembali oleh Muhammad sastra dan religiusitas amatlah Paragraph 10:
Iqbal. erat.
Paragraf 5 : Dalam perkembangan kesusastraan Indonesia, Paragraf 6 : Komponen B. Sastra dan Religius
terdapat sejumlah penyair besar yang dalam karyanya terkandung religius perlu dipertegas dan Paragraf 1 : Lazim berarti
unsur sufistik, pesan agama, profetik, tanpa mengesampingkan dipertanyakan pada setiap sudah biasa / sudah menjadi
estetika sastra, di antaranya Raja Ali Haji, Hamzah Fansuri, karya sastra. kebiasaan / sudah umum.
Yasadiputra. Pada era Pujangga Baru muncullah karyakarya Amir Paragraf 7 : Sastra dapat Paragraf 2 :-
Hamzah yang kaya akan muatan sastra transendental. berperan sebagai jalan Paragraf 3:-
Paragraf 6 : Setelah era tersebut, D. Zawawi Imron, Afrizal Malna, pemecah terhadap segala Paragraf 4:-
Linus Suryadi A.G., Hamid Jabbar, Emha Ainun Nadjib, Kriapur, dan kesunyian dan penindasan. Paragraf 5:
Heru Emka. Paragraf 8 : Emha Ainun Najib Paragraf 6: -
Paragraf 7 : Abdul Hadi W.M. juga terlibat aktif menerjemahkan memberikan pemaparan Paragraf 7: -
karya sastra, terutama yang berkaitan dengan "Sufisme. sebagai jalan penengah antara Paragraf 8: Muhammad
Paragraf 8 : Perbedaan antara ―Sastra Profetik‖ dan ―Sastra peradigma sastra yang religius Ainun Nadjib atau biasa
Transendental" yang disebutkan di atas adalah bahwa gagasan dan tidak. dikenal Emha Ainun Nadjib
"Sastra Profetik" didukung oleh ajaran tasawuf. Oleh karena itu, Paragraf 9 : Hubungan sastra atau Cak Nun atau Mbah Nun
gagasan ―Sastra Profetik" sedikit berbeda dengan gagasan "Sastra dan religi seringkali terliputi adalah seorang tokoh
Transendental " yang didasarkan pada "filsafat strukturalisme" dan diperlukan suatu intelektual Muslim
(Kuntowijoyo, 2001) pemahaman tepat untuk Indonesia.
Paragraf 9 : Abdul Hadi W.M. (1989: 5), sebagai tokoh utama di menguraikan unsur yang Paragraf 9:-
balik ―Sastra Profetik‖ menekankan bahwa hubungan antara tersembunyi di dalamnya. Paragraph 10: Mohamad
mistisisme dan sastra memiliki perpaduan yang menakjubkan Paragraf 10 : Dalam Ibnu Sayuti atau yang lebih
antara kebenaran dan keindahan dalam tulisan. perkembangan kesusastraan dikenal sebagai Sayuti Melik,
Paragraf 10 : Asal mula pemikiran profetik menurut Kuntowijoyo Indonesia, mulai periode klasik dicatat dalam sejarah
dapat ditelusuri dari tulisan Muhammad Iqbal dan Roger Garaundy. hingga modern, karya sastra Indonesia sebagai pengetik
Tulisan Muhammad Iqbal Membangun Kembali Pikiran Agama tentang agama, kepercayaan, naskah proklamasi
dalam Islam, menuangkan kembali perkataan sufistik bahwa dan tradisi di dalamnya yang kemerdekaan Republik
Rasulullah Muhammad SAW telah sampai pada tempat palik tinggi bersifat mistik, spiritual, dan Indonesia. Dia adalah suami
dan menjadi idaman kaum mistik (peristiwa Isra Mi‘raj), tetapi ia ke akrab dengan pesan dari Soerastri Karma
dunia kembali untuk menjalankan tugas kerasulannya. kerohanian dan religiusitas, Trimurti, seorang wartawati
Paragraf 11 :Konsep ini penting dalam sastra profetik karena serta berbagai pernak-pernik dan aktivis perempuan di
kesadaran penting dimiliki setiap manusia kepada Tuhan yang telah keagamaan muncul dalam zaman pergerakan dan
Menciptakan dan segala kuasaNya. bentuk yang beragam (Sayuti, zaman setelah kemerdekaan.
Paragraf 12 : Kesadaran ini menjadi milik setiap manusia, tetapi 2003:177). Paragraph 11:-
dalam menjalani kehidupan kadangkala manusia masih mengalami Paragraf 11 : Pada era 2000- Paragfraf 12: Transendental
ketersesatan bahkan tergelincir ke jalan yang sesat. an perkembangan sastra secara harafiah dapat
Paragraf 13 : Konsep keempat menurut Kuntowijoyo, yaitu etika dengan nafas religi terus diartikan sebagai sesuatu
profetik. Sebenarnya, konsep ini akan selesai bila ketiga konsep bergeliat. yang berhubungan dengan
sebelumnya terlaksana dengan baik. Paragraf 12 : Pembahasan transenden atau sesuatu
Paragraf 14 : gai wakil Allah di bumi ini. Hal inilah yang membuat religiositas pada karya sastra yang melampaui
sastra profetik tidak sama dengan sastra untuk sastra atau yang menekankan permasalahan pemahaman terhadap
lainnya. Sastra profetik tidak boleh disamakan dengan "realisme" setiap sastrawan ketika pengalaman biasa dan
dalam hal "jalan yang diambil" untuk meningkatkan kondisi sosial. menciptakan beraneka jenis penjelasan ilmiah.
Paragraf 15 : Tujuan kedua adalah sastra profetik memiliki arti teks sastra yang lebih
penting dalam membangkitkan bangsa yang telah ditaklukkan dan berkaitan dengan nilai C. Sastra profetik
dijajah dengan kembali ke jiwa dan jalan spiritual mereka. religi/transdental. Paragraf 1: Tasawuf atau
C. Sastra profetik yang juga dikenal dengan
D. Gender religius dan perk. perempuan Paragraf 1 : Penyebaran sufisme adalah ajaran
Paragraf 1: Ketidakadilan gender menjadi permasalahan yang tasawuf telah mendorong bagaimana menyucikan jiwa,
cukup klasik. penulisan buku. menjernihan akhlak,
Paragraf 2 : Konversi dan suatu paradigm yang merajalela dan Paragraf 2 : sastra profetik membangun dhahir dan
berlaku di lingkungan masyarakat merupakan hasil dari peristiwa memiliki semangat batin serta untuk
yang erat kaitannya dengan hal tertentu sesuai dengan transendental dan sufistik memperoleh kebahagian
permasalahan yang menjadi sumber pertimbangan kehidupan karena memiliki semangat abadi. 
bermasyarakat. kenabian. Paragraf 2 :
Paragraf 3 : Pandangan masyarakat berasumsi bahwa perempuan Paragraf 3 : Jalaluddin Rumi kenabian dimaknai untuk
membentuk subjek perempuan bukan hanya sebagai lawan jenis (1207-1273) adalah pemikir menyifati sesuatu
dari laki-laki, tetapi perempuan turut serta dalam peran sosial yang Islam, sufistik, penyair, (hal) yang terkait
berbeda di masyarakat yang kadang kala cukup bersinggungan sastrawan tasawuf yang dengan apa yang terdapat
dengan peran laki-laki. berasal dari tanah Persia. dalam diri seorang Nabi.
Paragraf 4 : Ketidakadilan kelas yang tercipta di masyarakat dalam Paragraf 4 :, tongkat Paragraf 3:-
memandang antara laki-laki dan perempuan memicu ketimpangan pemikiran Islam seolah-olah Paragraf 4: Muhammad
dan kesalahpahaman dalam pola pikir dan citra perempuan di dilanjutkan kembali oleh Iqbal, dikenal juga sebagai
masyarakat luas. Muhammad Iqbal. Allama Iqbal, adalah seorang
Paragraf 5 : Tema tentang perempuan telah diklaim sebagai aspek Paragraf 5 : Dalam penyair, politisi, dan filsuf
dari religiusitas. perkembangan kesusastraan besar abad ke-20. Ia
Paragraf 6 : Keterkaitan antara peran perempuan dan keagamaan Indonesia, terdapat sejumlah dianggap sebagai salah satu
juga cukup erat. Hal itu terjadi karena segala bentuk adab, peran, penyair besar, di antaranya tokoh paling penting dalam
dan kaidah-kaidah sosok perempuan turut diatur dalam agama. Bila Raja Ali Haji, Hamzah Fansuri, sastra Urdu, dengan karya
dikaitkan dengan logika dan realitas di masyarakat, sisi agama Yasadiputra. sastra yang ditulis baik
dengan gerakan feminism memiliki hubungan yang cukup berbeda. Paragraf 6 : Setelah era dalam bahasa Urdu maupun
Paragraf 7 : Oleh karena itu dalam upaya mewujudkan relevansi tersebut, D. Zawawi Imron, Persia
terhadap religiusitas dan gerakan feminisme, diperlukan jalan Afrizal Malna, Linus Suryadi Paragraf 5:
tengah guna menjembatani pergerakan keduanya. A.G., Hamid Jabbar, Emha Paragraf 6: -
Paragraf 8 : Mangunwijaya (1994) mengatakan bahwa religiusitas Ainun Nadjib, Kriapur, dan Paragraf 7: Prof. Dr. Abdul
yang menyeruak di dunia Islam modern ramai membincangkan Heru Emka. Hadi W.M. atau nama
tentang nasib perempuan. Paragraf 7 : Abdul Hadi W.M. lengkapnya Abdul Hadi Wiji
juga terlibat aktif Muthari adalah salah satu
menerjemahkan karya sastra sastrawan, budayawan dan
Paragraf 8 : Perbedaan antara ahli filsafat Indonesia.
―Sastra Profetik‖ dan ―Sastra Paragraf 8:-
Transendental Pargraf 9: -
Paragraf 9 : Abdul Hadi W.M. Paragraph 10: Roger
(1989: 5), sebagai tokoh utama Garaudy ialah pengarang
di balik ―Sastra Profetik‖ Prancis dan penyangkal
Paragraf 10 : Asal mula Holocaust. Selama PD II,
pemikiran profetik menurut Garaudy ditawan sebagai
Kuntowijoyo dapat ditelusuri tahanan perang di Aljazair.
dari tulisan Muhammad Iqbal Garaudy ialah seorang
dan Roger Garaundy. komunis yang mencoba
Paragraf 11 :Konsep ini mendamaikan Marxisme
penting dalam sastra profetik dengan agama Katolik pada
Paragraf 12 : dalam menjalani 1970-an dan kemudian
kehidupan kadangkala meninggalkan kedua doktrin
manusia masih mengalami itu dan masuk Islam pada
ketersesatan bahkan 1982, dengan nama Ragaa.
tergelincir ke jalan yang sesat. Paragraf 11:-
Paragraf 13 : Konsep keempat Paragraf 12:-
menurut Kuntowijoyo. paragraf 13: Prof. Dr.
Paragraf 14 : gai wakil Allah Kuntowijoyo, M.A. adalah
di bumi ini. seorang budayawan,
Paragraf 15 : Tujuan kedua sastrawan, dan sejarawan
sastra profetik . dari Indonesia.
D. Gender religius dan perk. Paragraf 14:-
perempuan paragraf 15:-
Paragraf 1 Ketidakadilan D. Gender religius dan
gender. perk. perempuan
Paragraf 2 : Konversi dan Paragraf 1: Gender adalah
suatu paradigma. serangkaian karakteristik
Paragraf 3: perempuan turut yang terikat kepada dan
serta dalam peran sosial yang membedakan maskulinitas
berbeda di masyarakat yang dan femininitas.
kadang kala cukup Paragraf 2 : Paradigma
bersinggungan dengan peran dalam disiplin intelektual
laki-laki. adalah cara pandang orang
Paragraf 4: kesalahpahaman terhadap diri dan
dalam pola pikir dan citra lingkungannya yang akan
perempuan di masyarakat mempengaruhinya dalam
luas. berpikir, bersikap, dan
Paragraf 5 : Tema tentang bertingkah laku.
perempuan telah diklaim Paragraf 3:-
sebagai aspek dari religiusitas. Paragraf 4:-
Paragraf 6 : Keterkaitan Paragraf 5:-
antara peran perempuan dan Paragraf 6: -
keagamaan juga cukup erat. Paragraf 7:
Paragraf 7 : Perubahan Paragraf 8: Sentralisasi
kurikulum yang terjadi di adalah pengaturan
Indonesia juga berdampak kewenangan dari
pada penyajian materi sastra pemerintah daerah kepada
(bahasa) Indonesia. pemerintah pusat untuk
Paragraf 8 : Kurikulum model mengurusi urusan rumah
sentralisasi berlangsung pada tangganya sendiri
tahun 1950-an. berdasarkan prakarsa dan
aspirasi dari rakyatnya
dalam kerangka negara
kesatuan Republik
Indonesia.
A. Hubungan kritik sastra
BAB VII. dengan kurikulum
HUBUNGAN A. Hubungan kritik sastra dengan kurikulum Paragraf 1 : Kurikulum
KRITIK Paragraf 1 : Kurikulum pendidikan memiliki kontribusi nyata pada pendidikan memiliki
SASTRA pengembangan sistem sosial negara. kontribusi nyata pada
DENGAN Paragraf 2 : Pada tataran masyarakat atau kelompok masyarakat pengembangan sistem sosial
PENDIDIKAN (budaya), kurikulum digunakan untuk membentuk karakter dan negara.
kepribadian anak sesuai dengan konsep budaya yang ideal. Paragraf 2 : Pada tataran A. Hubungan kritik sastra
A. Hubungan Paragraf 3 : Kurikulum dikembangkan sesuai dengan strata masyarakat atau kelompok dengan kurikulum
Kritik Sastra pendidikan. masyarakat (budaya), Paragraf 1: Dalam sosiologi,
dengan Paragraf 4 : Sastra adalah segmen dan komponen penting dari kurikulum digunakan untuk sistem sosial adalah jaringan
Kurikulum institusi dan kurikulum pendidikan. membentuk karakter dan terpola dari hubungan yang
110 Paragraf 5 : Pembelajaran bahasa Indonesia yang mengarah pada kepribadian anak sesuai membentuk keseluruhan
B. Hubungan aspek kebahasaan dan kesastraan ternyata memiliki dengan konsep budaya yang yang koheren, yang ada
Kritik Sastra ketidakseimbangan proporsi yang menyebabkan 2 bidang tersebut ideal. antara individu, kelompok,
dengan (bahasa dan sastra) berjalan timpang. Paragraf 3 : Kurikulum dan institusi. Ini adalah
Keterampilan Paragraf 6 : Kurikulum di Indonesia telah berubah beberapa kali dikembangkan sesuai dengan struktur formal dari peran
Berbahasa 116 semenjak dicetuskan pada 1950. strata pendidikan. dan status yang dapat
Paragraf 7 : Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia juga Paragraf 4 : Sastra adalah terbentuk dalam kelompok
C. Hubungan berdampak pada penyajian materi sastra (bahasa) Indonesia. segmen dan komponen kecil yang stabil.
Kritik Sastra Paragraf 8 : Kurikulum model sentralisasi berlangsung pada tahun penting dari institusi dan Paragraf 2:-
dengan 1950-an setelah Indonesia merdeka hingga terbitnya kurikulum kurikulum pendidikan. Paragraf 3: strata
Berpikir Kritis 1975/1976. Paragraf 5 : Pembelajaran pendidikan adalah jenis dan
120 Paragraf 9 : Dalam pelaksanaan kurikulum tahun 1950 hingga bahasa Indonesia memiliki lamanya masa pendidikan.
D. sebelum tahun 1975, proses pengajaran dilaksanakan menggunakan ketidakseimbangan proporsi Paragraf 4: Pranata atau
Pembelajaran metode tata bahasa dan terjemahan. Paragraf 6 : Kurikulum di institusi adalah norma atau
Kritik Sastra di Paragraf 10 : Perkembangan metode dan tujuan pembelajaran Indonesia telah berubah aturan mengenai suatu
Kelas bahasa Indonesia. beberapa kali semenjak aktivitas masyarakat yang
122 Paragraf 11 : Kurikulum Disentralisasi dicetuskan pada 1950. khusus.
Paragraf 12 : Dalam Kurikulum KTSP, fungsi pengajaran sastra Paragraf 7 : Perubahan Paragraf 5:-
diarahkan untuk membuat karya sastra menjadi sarana kurikulum yang terjadi di Paragraf 6: -
keterampilan berbahasa Indonesia juga berdampak Paragraph 7:-
Paragraf 13 : kurikulum 2013 pada penyajian materi sastra Paragraf 8: Sentralisasi
Paragraf 14 : Perubahan aspek ini tidak terlepas dari realita bahwa (bahasa) Indonesia. adalah pengaturan
daya penalaran siswa Indonesia masih rendah. Paragraf 8 : Kurikulum model kewenangan dari
Paragraf 15 : Pembelajaran bahasa Indonesia (sastra) lazimnya sentralisasi berlangsung pada pemerintah daerah kepada
adalah membelajarkan siswa terkait keterampilan berbahasa dan tahun 1950-an pemerintah pusat untuk
bersastra yang baik dan benar sesuai dengan tujuan dan fungsi. Paragraf 9 : proses mengurusi urusan rumah
Paragraf 16 : Mahsun (2014: 39) mengungkapkan bahwa pengajaran dilaksanakan tangganya sendiri
pembelajaran Bahasa (sastra) memiliki komponen bentuk dan menggunakan metode tata berdasarkan prakarsa dan
makna. bahasa dan terjemahan. aspirasi dari rakyatnya
Paragraf 17 : Sastra tidak dapat dipisahkan dari bahasa dan Paragraf 10 : Perkembangan dalam kerangka negara
budaya. metode dan tujuan kesatuan Republik
Paragraf 18 : Kompetensi dalam kurikulum 2013 dijabarkan pembelajaran bahasa Indonesia.
sebagai kompetensi inti (KI) yang terdiri atas kompetensi sikap, Indonesia. Paragraph 9:-
pengetahuan, dan keterampilan. Paragraf 11 : Kurikulum Paragraf 10:-
Paragraf 19 : Pertama, Kurikulum 1994 di SMU/SMA dipaparkan Disentralisasi Paragraph 11:
bila pembelajaran sastra pada segala hal difokuskan pada proses Paragraf 12 : Desentralisasi adalah
apresiasi sesuai tingkat kemampuannya. fungsi pengajaran sastra penyerahan Kekuasaan
Paragraf 20 : Kedua, kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006, selain Paragraf 13 : kurikulum 2013 Pemerintahan oleh
bahasa, pembelajaran sastra masih memperoleh kadar dan posisi Paragraf 14 : daya penalaran Pemerintah Pusat kepada
yang banyak. siswa Indonesia masih rendah. daerah otonom berdasarkan
Paragraf 21 : Ketiga, kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Paragraf 15 : Pembelajaran Asas Otonomi. pengertian ini
Indonesia berkaitan dengan teks-teks. bahasa Indonesia (sastra) . sesuai dengan Undang-
Paragraf 22 : Potret pembelajaran sastra dalam Kurikulum 2013 Paragraf 16 : Mahsun (2014: undang nomor 23 tahun
makin memudar dikarenakan fungsi bahasa Indonesia sebagai 39) mengungkapkan bahwa 2014. Dengan adanya
penghela ilmu dalam mata pelajaran lain. pembelajaran Bahasa (sastra) desentralisasi maka muncul
Paragraf 23 : Pembelajaran sastra dapat digunakan untuk memiliki komponen bentuk otonomi bagi suatu
membangun karakter bangsa. dan makna. pemerintahan daerah.
Paragraf 17 : Sastra tidak Paragraf 12:-
B. Hubungan kritik sastra keterampilan berbahasa dapat dipisahkan dari bahasa Paragraf 13:-
Paragraf 1 : Pembelajaran sastra tidak terlepas dengan aspek dan budaya. Paragraf 14:-
keterampilan berbahasa. Paragraf 18 : Kompetensi Paragraf 15:
Paragraf 2 : pembelajaran sastra di sekolah dalam kurikulum 2013 Paragraf 16: Prof. Dr.
Paragraf 3 : Keterampilan berbahasa menjadi bagian penting dalam dijabarkan sebagai kompetensi Mahsun, M.S, lahir 25
berkomunikasi yang telah diajarkan dalam dunia pendidikan. inti (KI) September 1959 di Jereweh-
Paragraf 4 : Pembelajaran bahasa dan sastra dikemas dengan Paragraf 19 : Pertama, Sumbawa. Meraih gelar
integratif guna meningkatkan keterampilan berbahasa yang baik Kurikulum 1994 di SMU/SMA Sarjana Sastra dari Fakultas
dan benar. dipaparkan. Sastra Universitas Jember
Paragraf 5 : Karya sastra dapat berperan sebagai subjek dan objek Paragraf 20 : kurikulum KBK tahun 1983.
dalam perkembangan pembelajaran keterampilan berbahasa. 2004 dan KTSP 2006 Paragraf 17:-
Paragraf 6 : Pada jenjang SD, keterampilan membaca memiliki Paragraf 21 : kurikulum 2013 Paragraf 18: Kompetensi
peran yang besar. pembelajaran bahasa inti adalah suatu konsep
Paragraf 7 : Materi membaca puisi selayaknya menjadi materi Indonesia berkaitan dengan manajemen yang
primadona dalam pembelajaran sastra di setiap jenjang pendidikan. teks-teks. diperkenalkan oleh C.K.
Paragraf 8 : Keterampilan menulis dapat dikategorikan sebagai Paragraf 22 : Potret Prahalad and Gary Hamel
keterampilan yang cukup sulit untuk diterapkan. pembelajaran sastra dalam pada tahun 1990 pada
Paragraf 9 : Pada jenjang SD, materi menulis sastra masih Kurikulum 2013 makin artikel "The Core
cenderung sulit. memudar. Competence of the
Paragraf 10 : Pada materi sastra aspek keterampilan menulis pada Paragraf 23 : Pembelajaran Corporation" yang dimuat di
jenjang SMA cenderung kompleks meskipun porsinya masih minim sastra dapat digunakan untuk Harvard Business Review.
disbanding materi kebahasaan. membangun karakter bangsa. Paragraf 19:-
Paragraf 11 : Keterampilan berbahasa dalam pembelajaran sastra B. Hubungan kritik sastra Paragraf 20 :-
dan penekanan pada kritik sastra. keterampilan berbahasa Paragraf 21:-
Paragraf 12 : Pada tataran kelas menengah (SMP), pembelajaran Paragraf 1 : Pembelajaran Paragraf 22:-
sastra/kritik sastra juga berkaitan dengan mengomentari dan sastra tidak terlepas dengan Paragraf 23:-
menceritakan kembali. aspek keterampilan berbahasa. B. Hubungan kritik sastra
Paragraf 13 : Pembelajaran keterampilan berbicara pada aspek Paragraf 2 : pembelajaran keterampilan berbahasa
sastra pada jenjang SMA lebih menekankan pada sastra di sekolah Paragraf 1:-
mendemonstrasikan. Paragraf 3 : Keterampilan Paragraf 2:-
Paragraf 14 : Keterampilan menyimak. berbahasa menjadi bagian Paragraf 3:-
Paragraf 15 : Pembelajaran menyimak penting dalam berkomunikasi Paragraf 4 : (arti dari
Paragraf 16 : Karya sastra menjadi bentuk dari perkembangan yang telah diajarkan dalam integratif) yaitu: terdapatnya
keterampilan berbahasa. dunia pendidikan. kesepahaman antar
Paragraf 4 : Pembelajaran komponen karena kesamaan
C. Hubungan kritik sastra dengan berpikir kritis bahasa dan sastra dikemas prinsipil hingga mereka
Paragraf 1 : Abad kedua puluh satu adalah zaman globalisasi, dengan integratif berinisiatif untuk menyatu
telekomunikasi, digital teknologi, dan multikulturalisme. Paragraf 5 : Karya sastra dalam satu wadah.
Paragraf 2 : Menjauhkan sastra dalam pengajaran bahasa berarti dapat berperan sebagai subjek (keterpaduan).
berkurang kesempatan untuk "mendidik seluruh insan" (Lazar, dan objek dalam Paragraf 5 :-
1993:19). perkembangan pembelajaran Paragraf 6 :-
Paragraf 3 : Membaca karya sastra berbeda dengan membaca jenis keterampilan berbahasa. Paragraf 7 : Diterjemahkan
wacana. Paragraf 6 : Pada jenjang SD, dari bahasa Inggris-Dalam
Paragraf 4 : Pendidikan sastra juga mengarah pada proses keterampilan membaca opera atau commedia
mendidik siswa mengembangkan sikap kritis dan kreatif dalam memiliki peran yang besar. dell'arte, primadona adalah
keterampilan berpikir siswa. Paragraf 7 : Materi membaca penyanyi wanita terkemuka
Paragraf 5 : Pendekatan berbasis pembaca untuk menafsirkan puisi selayaknya menjadi di perusahaan, orang yang
sastra sebenarnya merupakan latihan dalam pemikiran kreatif. materi primadona dalam akan diberi peran utama.
Paragraf 6 : Teori sastra sebagai alat pedagogis juga pembelajaran sastra di setiap Prime donne sering kali
mempertimbangkan prinsipprinsip pembelajaran sosial dan jenjang pendidikan. memiliki kepribadian yang
pembelajaran komunitas. Paragraf 8 : Keterampilan agung di luar panggung dan
Paragraf 7 : Studi ini berkaitan dengan mengevaluasi nilai menulis dapat dikategorikan terlihat menuntut rekan-
penggunaan teori sastra sebagai alat pedagogis atau kritik untuk sebagai keterampilan yang rekan mereka.
mencapai maksud dan tujuan pendidikan abad kedua puluh satu. cukup sulit untuk diterapkan. Paragraf 8:-
Paragraf 9 : Pada jenjang SD, Paragraf 9 :-
D. Pembelajaran kritik sastra dikelas materi menulis sastra masih Paragraf 10 :
Paragraf 1 : Pembelajaran sastra (apresiasi dan kritik) menjadi alat cenderung sulit. Kompleks adalah suatu
pedagogis yang dapat digunakan sebagai pendekatan modern untuk Paragraf 10 : Pada materi kesatuan yang terdiri dari
belajar dan memelihara proses kognitif siswa. sastra aspek keterampilan sejumlah bagian, khususnya
Paragraf 2 : Proses pembelajaran sastra di kelas berkaitan dengan menulis pada jenjang SMA yang memiliki bagian yang
pengajar. cenderung kompleks. saling berhubungan dan
Paragraf 3 : Pembelajaran sastra dapat digunakan guru sebagai Paragraf 11 : pembelajaran saling
wahana untuk menguatkan nilai-nilai adiluhung guna menghadapi sastra dan penekanan pada tergantung. Kompleks dapat
tantangan zaman. kritik sastra. merujuk pada: gabungan
Paragraf 4 : Pembelajaran sastra di kelas sudah tidak seharusnya Paragraf 12 : Pada tataran beberapa bangunan dalam
tentang struktur atau unsur intrinsik. kelas menengah (SMP), suatu wilayah.
Paragraf 5 : Proses pembelajaran sastra di Indonesia perlu adanya pembelajaran sastra/kritik Paragraf 11 :-
reformasi. sastra juga berkaitan dengan Paragraf 12 : Menurut
Paragraf 6 : Perspektif mana yang diambil dan kegiatan mengomentari dan kamus Bahasa Indonesia arti
pembelajaran mana yang ditekankan dalam ruang kelas sastra, menceritakan kembali. dari tataran adalah hasil
sebagian besar didasarkan pada apa yang guru nilai. Paragraf 13 : Pembelajaran menatar atau tingkatan.
Paragraf 7 : Pembelajaran sastra yang apresiatif mampu keterampilan berbicara pada Tataran dalam basa jawa
menumbuhkembangkan imajinasi peserta didik (Frye, 1974:129). aspek sastra pada jenjang SMA memiliki arti pertunjukan. 
Paragraf 8 : Pembelajaran puisi. lebih menekankan pada Paragraf 13 :
Paragraf 9 : Pada kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi‖ karya D. mendemonstrasikan. [mendemonstrasikan]
Zawawi Imron tidak sekadar menyajikan keindahan bahasa semata, Paragraf 14 : Keterampilan Makna mendemonstrasikan 
tetapi memuat unsur alam juga. Hal ini dapat diajarkan kepada menyimak. di KBBI adalah:
siswa untuk peduli terhadap lingkungan Paragraf 15 : Pembelajaran mempertunjukkan;
Paragraf 10 : Secara sederhana, Zawawi menggunakan lingkungan menyimak mempertontonkan;
alam dan istilahistilah di dalamnya sebagai sebuah pusat utama Paragraf 16 : Karya sastra memperagakan.
kehidupan. menjadi bentuk dari Paragraf 14 :-
Paragraf 11 : Puisi Menggoda Tujuh Kupu-kupu‖ karya Afrizal perkembangan keterampilan Paragraf 15 :-
Malna juga menyuguhkan bahasa yang biasa digunakan sehari-hari, berbahasa. Paragraf 16 :-
tidak sulit dipahami. C. Hubungan kritik sastra C. Hubungan kritik sastra
Paragraf 12 : Afrizal Malna juga menempatkan istilah-istilah yang dengan berpikir kritis dengan berpikir kritis
beragam ke dalam kehidupan. Paragraf 1 : zaman globalisasi, Paragraf 1 :-
Paragraf 13 : Peran guru dalam mengajarkan cerita fiksi (novel) telekomunikasi, digital Paragraf 2 : Pangeran Lazar
dapat menggunakan karya- karya Asma Nadia teknologi, dan Hrebeljanović adalah
Paragraf 14 : Novel Pesantren Impian merupakan novel yang penuh multikulturalisme. seorang penguasa Serbia
dengan pesanpesan religiutas yang mengajak kita agar senantiasa Paragraf 2 : Menjauhkan zang mendirikan negara
mengingat Allah dalam segala hal. sastra dalam pengajaran terbesar dan terkuat di
Paragraf 15 : Pengarang seolah ingin memvisualisasikan aqidah bahasa berarti berkurang bekas wilayah Kekaisaran
dalam tokoh tersebut yang bernama Rini dan penuh kesabaran kesempatan untuk "mendidik Serbia. Negara Lazar disebut
dalam menerima masalah yang sudah menjadi ketentuan Allah. seluruh insan" (Lazar, "Serbia Moravia" oleh para
Paragraf 16 : Sastra Indonesia dapat dikatakan kaya akan berbagai 1993:19). sejarawan dan mencakup
nilai. Paragraf 3 : Membaca karya wilayah Morava Raya,
Paragraf 17 : Peristiwa-peristiwa sejarah yang terdapat pada novel sastra berbeda dengan Morava Barat, dan Morava
Ca-Bau-Kan merupakan peristiwa Indonesia yang saat itu sedang membaca jenis wacana. Selatan.
dalam penjajahan Belanda dan Jepang antara 1918-1951. Paragraf 4 : Pendidikan sastra Paragraf 3 :-
Paragraf 18 : Pembelajaran sastra di sekolah dengan novel Ca-Bau- juga mengarah pada proses Paragraf 4 :-
Kan juga dapat menyinggung kebudayaan, dalam hal ini gambang mendidik siswa Paragraf 5 :-
kromong. mengembangkan sikap kritis Paragraf 6 : Pedagogi adalah
Paragraf 19 : Guru juga dapat mengajarkan kepada siswa tentang dan kreatif dalam ilmu atau seni dalam
karya-karya sastra dunia yang menarik dan memiliki nilai keterampilan berpikir siswa. menjadi seorang guru. Istilah
kehidupan. Paragraf 5 : Pendekatan ini merujuk pada strategi
Paragraf 20 : Hemingway sebenarnya mencoba menghadirkan berbasis pembaca pembelajaran atau gaya
Santiago sebagai nelayan yang profesional. Melalui tokoh tersebut, Paragraf 6 : Teori sastra pembelajaran. Pedagogi juga
Hemingway menekankan bahwa setiap hal yang ada di dunia ini sebagai alat pedagogis kadang-kadang merujuk
memiliki batas-batas tertentu. Ia menunjukkan bahwa menjadi Paragraf 7 : mengevaluasi pada penggunaan yang tepat
seorang nelayan bukanlah pekerjaan yang mudah. nilai penggunaan teori sastra dari strategi mengajar.
sebagai alat pedagogis Paragraf 7 :-
D. Pembelajaran kritik
sastra dikelas
Paragraf 1 : Pembelajaran
sastra (apresiasi dan kritik)
menjadi alat pedagogis
Paragraf 2 : Proses
pembelajaran sastra di kelas D. Pembelajaran kritik
berkaitan dengan pengajar. sastra dikelas
Paragraf 3 : Pembelajaran Paragraf 1 :-
sastra Paragraf 2 :-
Paragraf 4 : Pembelajaran Paragraf 3 :-
sastra di kelas sudah tidak Paragraf 4 : Unsur Instrinsik
seharusnya tentang struktur merupakan unsur-unsur
atau unsur intrinsik. yang ada di dalam cerpen itu
Paragraf 5 : Proses sendiri.
pembelajaran sastra di Paragraf 5 : Era reformasi
Indonesia perlu adanya atau era pasca-Suharto di
reformasi. Indonesia dimulai pada
Paragraf 6 : Perspektif mana tahun 1998, tepatnya saat
yang diambil dan kegiatan Presiden Soeharto
pembelajaran mana yang mengundurkan diri pada 21
ditekankan dalam ruang kelas Mei 1998 dan digantikan
sastra, sebagian besar oleh wakil presiden saat itu,
didasarkan pada apa yang B.J. Habibie.
guru nilai. Paragraf 6 :-
Paragraf 7 : Pembelajaran Paragraf 7 : [apresiatif]
sastra yang apresiatif mampu Makna apresiatif di KBBI
menumbuh kembangkan adalah: bersifat apresiasi.
imajinasi peserta didik (Frye, Paragraf 8 :-
1974:129). Paragraf 9 : D. Zawawi
Paragraf 8 : Pembelajaran Imron. Dia mulai terkenal
puisi. dalam percaturan sastra
Paragraf 9 : Pada kumpulan Indonesia sejak Temu
puisi Mata Badik Mata Puisi Penyair 10 Kota di Taman
karya D. Zawawi Imron tidak Ismail Marzuki, Jakarta pada
sekadar menyajikan tahun 1982. Bakat
Paragraf 10 : Secara kepenyairannya ditemukan
sederhana, Zawawi oleh Subagio Sastrowardojo.
menggunakan lingkungan Paragraf 10 :-
alam dan istilahistilah di Paragraf 11 : Afrizal Malna
dalamnya sebagai sebuah adalah sastrawan
pusat utama kehidupan. berkebangsaan Indonesia.
Paragraf 11 : Puisi Menggoda Namanya dikenal secara luas
Tujuh Kupu-kupu karya Afrizal melalui karya-karyanya
Malna berupa puisi, cerita pendek,
Paragraf 12 : Afrizal Malna novel, esai sastra yang
juga menempatkan istilah- dipublikasikan di berbagai
istilah yang beragam ke dalam media massa. 
kehidupan. Paragraf 12 :-
Paragraf 13 : Peran guru Paragraf 13 : Asmarani
dalam mengajarkan cerita fiksi Rosalba yang dikenal dengan
(novel) dapat menggunakan nama pena Asma Nadia
karya- karya Asma Nadia adalah seorang penulis novel
Paragraf 14 : Novel Pesantren dan cerpen Indonesia. Ia
Impian. dikenal sebagai pendiri
Paragraf 15 : Pengarang Forum Lingkar Pena dan
seolah ingin manajer dari Asma Nadia
memvisualisasikan aqidah Publishing House.
dalam tokoh tersebut. Paragraf 14 :-
Paragraf 16 : Sastra Indonesia Paragraf 15 :-
dapat dikatakan kaya akan Paragraf 16 :-
berbagai nilai. Paragraf 17 : Ca-bau-kan
Paragraf 17 : Peristiwa- adalah film drama romantis
peristiwa sejarah yang tahun 2002 dari Indonesia
terdapat pada novel Ca-Bau- yang diangkat dari novel Ca-
Kan. Bau-Kan: Hanya Sebuah
Paragraf 18 : Pembelajaran Dosa karya penulis
sastra di sekolah dengan novel Indonesia Remy Sylado.
Ca-Bau-Kan Paragraf 18 :-
Paragraf 19 : Guru juga dapat Paragraf 19 :-
mengajarkan kepada siswa Paragraf 20 : Ernest Miller
tentang karya-karya sastra Hemingway adalah seorang
dunia yang menarik dan novelis, pengarang cerita
memiliki nilai kehidupan. pendek, dan wartawan
Paragraf 20 : Hemingway Amerika. Gaya penulisannya
sebenarnya mencoba yang khas dicirikan oleh
menghadirkan Santiago minimalisme yang singkat
sebagai nelayan yang dan dengan gaya
profesional. mengecilkan dari keadaan
sebenarnya dan mempunyai
pengaruh yang penting
terhadap perkembangan
fiksi abad ke-20. 

BUKU PEMBANDING 1

NO Judul sub bab Jumlah Analisis paragraf Kesimpulan Keterangan


paragraf
/ hal
BAB 1
PENDAHULUA
N 1.1 awal mula kesusastraan 1.1 awal mula 1.1 awal mula
1.1 awal mula 9 Paragraf 1: Seni sastra, dilihat dari kenalaran sistematis pada instansi kesusastraan kesusastraan
kwsusastraan rasional yang terakhir, adalah “primer”: mengungkapkan ada (das Sein) Paragraf 1: Seni sastra, Paragraf 1: primer adalah
1.2 masalah 11 manusiawi kita. dilihat dari kenalaran kebutuhan yang harus
defenisi sastra Paragraf 2: “Pada Awal Mula, Segala Sastra sistematis pada instansi dipenuhi untuk bertahan
1.3 pengertian 13 Adalah Religius”, demikian pernyataan tegas Mangunwijaya (1988: 11). rasional yang terakhir, hidup, yaitu pangan
dan ruang Paragraf 3: Alam tidak pernah bersifat natural murni tetapi sekaligus adalah “primer”. (makanan), sandang
lingkup sastra 16 natural dan Supranatural (religius). Mereka tidak membedakan-antara Paragraf 2: “Pada Awal (pakaian), dan papan
1.4 klasifikasi mitos dan-sejarah,pekerjaan dan ritus (Hary Susanto, 1987:42-49). Mula, Segala Sastra (tempat tinggal). 
Paragraf 4: Menurut Richard Chase (via Whellwright, 1965: 154), mitos Adalah Religius”, demikian Paragraf 2: R.D. Yusuf
adalah karya.sastra yang harus dipahami sebagai kreasi estetik dari pernyataan tegas Bilyarta Mangunwijaya,
imajinasi manusia. Mangunwijaya (1988: 11). Dipl.Ing., dikenal sebagai
Paragraf 5: pengetahuan mengenai tata bahasa mitos (grammar of. Paragraf 3: Alam tidak rohaniwan, budayawan,
myth) akannmemberikan pemahaman yang lebih utuh kepada kita pernah bersifat natural arsitek, penulis, aktivis
dalam membaca dan memahami karya sastra (Vickery, 1982: 83). murni tetapi sekaligus sosial dan pembela wong
Paragraf 6: Sastra, bagaimanapun, memiliki kualitas-kualitas mitis natural dan Supranatural cilik. Ia juga dikenal dengan
karena pada mulanya orang bersastra untuk mengekspresikan (religius). Mereka tidak panggilan populernya,
pengalaman-pengalaman mistik dengan menghayati realita-realita membedakan-antara mitos Rama Mangun. Romo
paling mendasar dari eksistensi manusia. dan-sejarah,pekerjaan dan Mangun adalah anak
Paragraf 7: Sastra lalu-lepas dari kehidupan manusia biasa dan ritus (Hary Susanto, sulung dari 12 bersaudara
menjadi sukar didefinisikan oleh orang biasa. Hanya. orang-orang 1987:42-49). pasangan suami istri
tertentu, kaum intelektual zaman modern yang memahami seluk-beluk Paragraf 4: Menurut .Yulianus Sumadi dan
ilmu estetika yang mampu memahami sastra. Richard Chase (via Serafin Kamdaniyah. 9
Whellwright, 1965: 154), Paragraf 3: Hary Susanto
mitos adalah karya. adalah pemain para-
Paragraf 6: Sastra memiliki bulutangkis Indonesia yang
kualitas-kualitas mitis telah memainkan masing-
1.2 masalah defenisi sastra Paragraf 7: kaum masing dari tiga variasi
Paragraf 1: Dalam bahasa-bahasa Barat, istilah sastra secara etimologis intelektual zaman modern olahraga di tingkat dunia
diturunkan dari bahasa Latin literatura (littera — huruf atau yang memahami seluk-beluk tertinggi.
karya.tulis). ilmu estetika yang mampu Paragraf 4: Richard
Paragraf 2 : “sastra” (yang di Eropa baru muncul sekitar abad ke-18 memahami sastra. Trenton Chase adalah
itu) pertama-tama digunakan untuk menyebut pemakaian bahasa 1.2 masalah defenisi sastra pembunuh berantai
dalam. bentuk tertulis. Paragraf 1: Dalam bahasa- Amerika Serikat yang
Paragraf 3: Dalam bahasa Perancis, dipergunakanlah istilah belles- bahasa Barat, istilah sastra membunuh enam orang
lettres (yang berarti: tulisan yang indah dan sopan) sebagai istilah yang secara etimologis diturunkan dalam waktu satu bulan di
khas untuk menyebut karya sastra yang bernilai estetik. dari bahasa Latin literatura Sacramento, California. Dia
Paragraf 4: Foucault menyebutkan bahwa sastra modern lahir (littera — huruf atau dijuluki "Vampir dari
dan bertumbuh di dalam kemapanan bahasa dan kungkungan pola-pola karya.tulis). Sacramento" karena dia
linguistic yang kaku. Paragraf 2 : “sastra” (yang meminum darah dan
Paragaraf 5: definisi mengenai “sastra”. dan upaya merumuskan “ciri di Eropa baru muncul sekitar memakan daging
khas sastra” sudah banyak dilakukan orang tetapi sampai sekarang abad ke-18 itu). korbannya.
agaknya belum memuaskan semua kalangan. Paragraf 3: Dalam bahasa Paragraf 6:-
Paragraf 6: “Sastra” hanyalah sebuah istilah yang dipergunakan Perancis, dipergunakanlah Paragraf 7:-
untuk menyebut sejumlah karya dengan alasan tertentu dalam lingkup istilah belles-lettres. 1.2 masalah defenisi
kebudayaan tertentu pula. Paragraf 4: Foucault sastra
Paragraf 7: “Sastra adalah teks-teks yang bahasanya dimanipulasi atau menyebutkan bahwa sastra
disulap oleh pengarangnya sehingga menghasilkan efek “asing” modern lahir Paragraf 1 : Etimologi
(deotomatisasi) dalam pencerapannya. dan bertumbuh di dalam adalah cabang ilmu
Paragraf 8: Jean Paul Sartre (1948) membantah anggapan bahwa kemapanan bahasa dan linguistik yang
bahasa sastra adalah “tanda-tanda” (code): Menurut dia, bahasa sastra kungkungan pola-pola mempelajari asal-usul
adalah “benda-benda” (mors-choses). linguistic yang kaku. suatu kata. Etimologi dalam
Paragraf 9: Teks-teks sastra merupakan modul kebudayaan yang Paragaraf 5: definisi bahasa Indonesia diserap
mengungkapkan nilai-nilai dan norma-norma: kebudayaan tersebut. mengenai “sastra”. dan dari bahasa Belanda
1.3 pengertian dan ruang lingkup upaya merumuskan “ciri etymologie yang berakar
Paragraf 1: Secara umum, yang dimaksudkan dengan'teori adalah khas sastra”. dari bahasa Yunani; étymos
suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menetapkan pola Paragraf 6: “Sastra” dan lò gos.
pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. hanyalah sebuah istilah yang Paragraf 2 :-
Paragraf 2: pergelutan sastra menjadi ilmu dipergunakan Paragraf 3 : Belles-lettres
menghadapi hambatan-hambatan yang cukup banyak, juga dalam hal untuk menyebut sejumlah adalah kategori tulisan,
konsep-konsep dasar keilmuannya (Kuntara Wiryamartana, 1992). karya dengan alasan tertentu yang aslinya berarti tulisan
Paragraf 3: Dalam bahasa Inggris, misalnya, istilah untuk menyebut dalam lingkup kebudayaan yang indah atau halus.
teori sastra adalah: Literary Scholarship, Theory of Literature, Literary tertentu pula. Dalam arti sempit modern,
Knowledge, Literary Theory,Poetics,: General Literature. Paragraf 7: “Sastra adalah itu adalah label untuk
Paragraf 4: Tiga contoh pandangan berikut ini akan dikemukakan teks-teks yang bahasanya karya sastra yang tidak
sebagai ilustrasi untuk menunjukkan perbedaan bahkan pertentangan dimanipulasi atau disulap termasuk dalam kategori
pendapat para ahli kesusastraan, baik mengenai sastra maupun studi oleh pengarangnya sehingga utama seperti fiksi, puisi,
sastra atau teori sastra. menghasilkan efek “asing” atau drama.
Paragraf 5: Menurut Rene Wellek & Austin Warren dalam wilayah (deotomatisasi) dalam Paragraf 4 : Paul-Michel
sastra, perlu terlebih dahulu ditarik perbedaan antara sastra di satu pencerapannya. Foucault atau lebih dikenal
pihak, dengan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra di pihak lain Paragraf 8: Jean Paul Sartre sebagai Michel Foucault
(lihat Wellek & Warren, 1993: 37-46). (1948) membantah adalah seorang filsuf
Paragraf 6: Teori sastra hanya dapat disusun berdasarkan studi anggapan bahwa bahasa Prancis, sejarawan ide, ahli
langsung terhadap karya sastra. sastra adalah “tanda-tanda” teori sosial, ahli bahasa,
Paragraf 7: Dengan demikian jelas terlihat bahwa menurut Wellek & (code). dan kritikus sastra.
Warren, tugas teori sastra adalah menetapkan prinsip-prinsip, kategori- Paragraf 9: Teks-teks sastra Pragraf 5: -
kategori, dan kriteria- kriteria mengenai sifat sastra pada umumnya merupakan modul Paragraf 6:-
dengan memanfaatkan hasil-hasil kritik sastra dan sejarah sastra. kebudayaan. Paragraf 7: deotomatisasi
Paragraf 8: Menurut Wellek & Warren, teori sastra bukan hanya 1.3 pengertian dan ruang adalah kata yang memiliki
sekedar alat bantu untuk mendukung pemahaman dan apresiasi lingkup artinya, silahkan ke tabel.
perorangan terhadap karya sastra (karena ini bukanlah tujuan sebuah Paragraf 1: Teori adalah deotomatisasi biasanya ada
ilmu sistematis). suatu sistem ilmiah. dalam kamus atau glossary
Paragraf 9: Jan van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn Paragraf 2: pergelutan berikut ini untuk
(1986)menggunakan istilah Ilmu Sastra dengan pengertian yang mirip sastra. penjelasan apa arti makna
dengan pandangan Wellek & Warren mengenai Teori Sastra. Paragraf 3: Literary dan maksudnya.
Paragraf 10: Kegunaan Ilmu Sastra adalah membantu kita untuk Scholarship, Theory of Paragraf 9:-
mengerti teks itu secara lebih baik sehingga kita lebih tertarik untuk Literature, Literary 1.3 pengertian dan ruang
membaca karya-karya sastra. Knowledge, Literary lingkup
Paragraf 11: Bagi Andre Lefevere (1977) sastra adalah deskripsi Theory,Poetics,: General Paragraf 1:-
pengalaman kemanusiaanyang memiliki dimensi personal dan sosial- Literature. Paragraf 2: Dr. Ignatius
sekaligus. Paragraf 4: pertentangan Kuntara Wiryamartana, S.J.
Paragraf 12: Jadi menurut Lefevere, sastra adalah pengetahuan pendapat para ahli adalah seorang pakar
kemanusiaan (existential knowledge) yang sejajar dengan bentuk hidup kesusastraan. Sastra Jawa Kuno dan
itu sendiri. Paragraf 5: perbedaan seorang rohaniwan Katolik.
Paragraf 13: Menurut Lefevere, sastra penting dipelajari sebagai antara sastra di satu pihak, Ia pernah menjadi dosen
sarana berbagi pengalaman (sharring) dalam mencari dan menemukan dengan teori sastra, kritik Universitas Gadjah Mada
kebenaran kemanusiaan. Berdasarkan pemahaman ini, Lefevere sastra, dan sejarah sastra di dan Universitas Sanata
menyatakan bahwa untuk mencari kedalaman (insight) pengalaman pihak lain (lihat Wellek & Dharma Yogyakarta. Ia
kemanusiaan itu diperlukan tidak saja sekedar “persepsi? tetapi lebih Warren, 1993: 37-46). terutama menjadi
dari itu “observasi”. Paragraf 6: Teori sastra termasyhur berkat
Paragraf 14: dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prinsip Paragraf 7: Menurut Wellek disertasinya yang
ilmiah antara Ilmu Sastra (Van Luxemburg), Teori Sastra (Wellek & & Warren, tugas teori sastra merupakan suntingan teks
Warren), dan Pengetahuan Kesusastraan (Lefevere). adalah menetapkan prinsip- Kakawin Arjunawiwaha.
1.4 klasiifikasi prinsip, kategori-kategori, Paragraf 3:-
Paragraf 1: teori sasira Sesungguhnya sudah cukup banyak ditulis dan kriteria- kriteria Paragraf 4:-
orang, baik yang membicarakan lingkup yang terbatas pada sebuah mengenai sifat sastra pada Paragraf 5:-
teori yang utuh maupun yang mencakup berbagai teori. umumnya dengan Paragraf 6:-
Paragraf 2: suatu klasifikasi yang cermat diperlukan sebagai memanfaatkan hasil-hasil Paragraf 7:-
pegangan untuk lebih memahami ragam-ragam teori tersebut. kritik sastra dan sejarah Paragraf 8:-
Paragraf 3: M.H. Abrams dalam bukunya The Mirror and the Lamp: sastra. Paragraf 9: Jan Jules Henri
Romanitic Theoryand the Critical Tradirion “meneliti dan membanding- Paragraf 8: Menurut Wellek Luxemburg
bandingkan model-model teori sastra sepanjang masa dan & Warren, teori sastra bukan Kelahiran: 15 September
menyimpulkan bahwa teori-teori itu sangat beraneka ragam hanya sekedar alat bantu 1936
danterkadang mengacaukan. Paragraf 9: Jan van Meninggal: 29 Agustus
Paragraf 4: Dari bagan tersebut Abrams membuat Luxemburg, Mieke Bal, dan 2012
empat klasifikasi teori atau pendekatan utama terhadap karya sastra Willem G. Maria Gertrudis "Mieke" Bal
berdasarkan empat aspek karya sastra tersebut. Keempat pendekatan Paragraf 10: Kegunaan Ilmu adalah ahli teori budaya
itu adalah: 1) Pendekatan objektif (yang terutama memperhatikan Sastra adalah membantu kita Belanda, seniman video,
aspek karya sastra itu sendiri), 2) Pendekatan ekspresif (yang untuk mengerti teks itu dan Profesor Emerita
menitikberatkan aspek pengarang atau pencipta karya sastra): secara lebih baik sehingga dalam Teori Sastra di
3)Pendekatan mimetik (yang mengutamakan aspek semesta), dan kita lebih tertarik untuk Universitas Amsterdam. 
4) Pendekatan pragmatik (yakni pendekatan yang mengutamakan membaca karya-karya sastra. Willem G. Weststeijn
aspek pembaca). Paragraf 11: Bagi Andre Kelahiran: 1943 (usia
Paragraf 5: Dalam buku A Readers Guide to Contemporary Literary Lefevere (1977) sastra 78 tahun)
Theory, Rahman Selden (1985: x) juga mengklasifikasikan teori-teori adalah deskripsi pengalaman Pendidikan: Universitas
sastra berdasarkan penekanan orientasi tersebut. kemanusiaan yang memiliki Amsterdam
Paragraf 6: selden memilah teori-teori sastra selama ini dengan dimensi personal dan sosial- Buku: Tentang
memperhatikan fungsi tertentu yang lebih ditekankan dibandingkan sekaligus. sastra, LAINNYA
dengan fungsi lainnya. Paragraf 12: Jadi menurut
Paragraf 7: Teori-teori Romantik menekankan pikiran penulis dan Lefevere, sastra adalah Paragraf 10:
kehidupannya. Kritik sastra pembaca (atau kritik sastra fenomenologis) pengetahuan kemanusiaan Paragraf 11: André
memusatkan diri pada pengalaman pembacaan. (existential knowledge) yang Alphons Lefevere adalah
Paragraf 8: teori sastra juga perlu dipertimbangkan relevansinya sejajar dengan bentuk hidup ahli teori terjemahan. Dia
dengan studi sastra, penulisan sastra, pencerapan karya sastra, sejarah itu sendiri. telah belajar di University
sastra, dan pengajaran sastra. Paragraf 13: Menurut of Ghent dan kemudian
Lefevere, sastra penting memperoleh gelar PhD di
dipelajari sebagai sarana University of Essex pada
berbagi pengalaman tahun 1972. Ketika dia
(sharring) dalam mencari meninggal karena leukemia
dan menemukan kebenaran akut, dia adalah Profesor
kemanusiaan. Studi Jermanik di
Paragraf 14: tidak ada University of Texas di
perbedaan prinsip Austin.
ilmiah antara Ilmu Sastra paragraf 12:-
(Van Luxemburg), Teori Paragraf 13:-
Sastra (Wellek & Warren), Paragraf 14:-
dan Pengetahuan 1.4 klasiifikasi
Kesusastraan (Lefevere). Paragraf 1:-
1.4 klasiifikasi Paragraf 2:-
Paragraf 1: teori sasira Paragraf 3: Meyer Howard
Sesungguhnya sudah cukup "Mike" Abrams, biasanya
banyak ditulis orang. disebut sebagai M. H.
Paragraf 2: suatu klasifikasi Abrams, adalah seorang
yang cermat diperlukan kritikus sastra Amerika,
sebagai pegangan untuk yang dikenal karena karya-
lebih memahami ragam- karya tentang romantisme,
ragam teori tersebut. khususnya bukunya The
Paragraf 3: M.H. Abrams Mirror and the Lamp.
“meneliti dan membanding- Paragraf 4:-
bandingkan model-model Paragraf 5: Raman Selden
teori sastra sepanjang masa Kelahiran: 13 Desember
Paragraf 4: Dari bagan 1937
tersebut Abrams membuat Meninggal: 26 Mei 1991
empat klasifikasi teori atau
pendekatan utama terhadap Paragraf 6:-
karya sastra berdasarkan Paragraf 7:-
empat aspek karya sastra Paragraf 8:-
tersebut.
Paragraf 5: Dalam buku A
Readers Guide to
Contemporary Literary
Theory, Rahman Selden
(1985: x) juga
mengklasifikasikan teori-
teori sastra berdasarkan
penekanan orientasi
tersebut.
Paragraf 6: selden memilah
teori-teori sastra.
Paragraf 7: Teori-teori
Romantik menekankan
pikiran penulis dan
kehidupannya.
Paragraf 8: teori sastra juga
perlu dipertimbangkan
relevansinya dengan studi
sastra, penulisan sastra,
pencerapan karya sastra,
sejarah sastra, dan
pengajaran sastra.

BAB 2 teori-
teori
ekpresivisme:
munculnya
paham 2.1 pengantar
individualism Paragraf 1: Teori ekspresivisme muncul bersamaan dengan 2.1 pengantar
dan otonomi perubahan-perubahan sistem sosial dan filsafat yang menempatkan Paragraf 1: Teori
2.1 pengantar 20 manusia sebagai makhluk otonom yang memiliki kebebasan dan ekspresivisme muncul 2.1 pengantar
2.2 sejarah 21 keutuhan sebagai individu. bersamaan dengan Paragraf 1: Teori ekspresif
pertumbuhan Paragraf 2: Teori ekspresif sastra (The expressive theory of literature) perubahan-perubahan sastra (The expressive
2.3 teori sastra 24 adalah sebuah teori yang memandang karya sastra terutama sebagai sistem sosial dan filsafat. theory of literature) adalah
romantic pernyataan atau ekspresi dunia batin pengarangnya. Paragraf 2: Teori ekspresif sebuah teori yang
2.4 kritik Paragraf 3: Teori ini merupakan studi yang paling mapan dan tertua sastra (The expressive memandang karya sastra
terhhadap teori 25 dalam sejarah Studi sastra (Wellek & Warren, 1993: 82). theory of literature). terutama sebagai
ekpresivisme Paragraf 4: Teori Ekspresivisme sering disebut pula sebagai teori Paragraf 3: Teori ini pernyataan atau ekspresi
2.5 teori-teori pendekatan biografis karena tugas utama penelaah sastra adalah merupakan studi yang paling dunia batin pengarangnya.
baru tentang 28 menginterpretasikan dokumen, surat, laporan saksi mata, ingatan, mapan dan tertua dalam Paragraf 2:-
pengarang maupun pernyataan-pernyataan otobiografis pengarang. sejarah Studi sastra (Wellek Paragraf 3:-
2.2 sejarah pertumbuhan & Warren, 1993: 82). Paragraf 4:-
Paragraf 1: Dalam buku Teeuw (1988) dan Abrams (1987) berjudul Paragraf 4: Teori 2.2 sejarah pertumbuhan
Peri Hypsous (Yun. — Tentang Keluhuran) Longinus mengungkapkan Ekspresivisme sering disebut Paragraf 1: Profesor Dr.
bahwa ciri khas dan ukuran seni sastra adalah keluhuran (yang luhur, pula sebagai teori Andries "Hans" Teeuw
yang mulia, yang unggul) sebagai sumber utama pemikiran dan pendekatan biografis. adalah pakar sastra dan
perasaan pengarang. 2.2 sejarah pertumbuhan budaya Indonesia asal
Paragraf 2: Tahun 1800 disebut oleh Abrams (1987) mengingat Paragraf 1: Dalam buku Belanda. Wikipedia
dalam tahun itu Wordsworth (seorang penyair Inggris terkenal) Teeuw (1988) dan Abrams Kelahiran: 12 Agustus
menulis sebuah dokumen penting yang menandakan awal pergantian (1987) berjudul Peri 1921, Gorinchem, Belanda
teori sastra dari sudut pandang mimetik dan pragmatik kepada sudut Hypsous (Yun. — Tentang Meninggal: 18 Mei
pandang ekspresif. Keluhuran) Longinus 2012, Leiden, Belanda
Paragraf 3: Ide tentang “manusia individu sebagai pencipta?” mengungkapkan bahwa ciri Pendidikan: Universitas
merupakan hasil perkembangan yang munculnya tersendat-sendat khas dan ukuran seni sastra Utrecht
dalam kebudayaan Barat (lihat Teeuw, 1988: 157-172). adalah keluhuran (yang Dikenal atas: Kritik sastra
Paragraf 4: Rousseau adalah tokoh romantik yang terkenal karena luhur, yang mulia, yang Indonesia
menolak peradaban rasionalis dan lebih mengagungkan kemuliaan unggul) sebagai sumber Bidang: Literary criticism,
alam dan hati nurani. utama pemikiran dan translation
Paragraf 5: pokok pertentangan antara Agustinus dan Rousseau dalam perasaan pengarang.
melihat “ kedudukan manusia dan sejarahnya. Keempat pokok Paragraf 2: Tahun 1800 Paragraf 2: William
pertentangan berikut (Jaus, 1977: 85, Teecuw, 1984: 160-162). Wordsworth (seorang Wordsworth adalah
Paragraf 6: manusia semakin mengarahkan dirinya pada otonomi dan penyair Inggris terkenal) penyair Inggris, yang
individualitasnya. Dia tidak lagi takluk dan terikat pada pandangan menulis sebuah dokumen bersama Samuel Taylor
supranatural yang terasa kabur dan asing. penting. Coleridge, membantu
Paragraf 7: Pada abad ke-16, kepandaian dan kesanggupan manusia Paragraf 3: Ide tentang meluncurkan era Romantik
untuk mencipta, mengetahui, dan mema-hami mulai diakui dan “manusia individu sebagai dalam sastra Inggris
berkembang pesat. Manusia mulai diakui sebagai pencipta?” merupakan hasil dengan publikasi gabungan
kokreator. perkembangan yang mereka, Lyrical Ballads.
Paragraf 8: Unsur terpenting dalam Gerakan Pencerahan itu adalah: munculnya tersendat-sendat Paragraf 3:-
menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan manusia atas kemampuan dalam kebudayaan Barat Paragraf 4: Jean Jacques
pikirannya dalam menangani dan menyelesaikan berbagai (lihat Teeuw, 1988: 157- Rousseau adalah seorang
permasalahan kehidupan. 172). tokoh filosofi besar,
Paragraf 9: Romantisisme merupakan aliran yang menunjukkan minat Paragraf 4: Rousseau adalah penulis, dan komposer
yang besar pada keindahan alam, kepercayaan asli (agama hati nurani tokoh romantik yang pada abad pencerahan.
dan alam gaib), dan cara hidup yang sederhana sebagai pemberontakan terkenal. Pemikiran filosofinya
terhadap gaya hidup teratur kaum borjuis. Paragraf 5: pokok memengaruhi revolusi
2.3 teori sastra romantik pertentangan antara Prancis, perkembangan
Paragraf 1: Para pengarang dalam zaman Romantik menunjukkan Agustinus dan Rousseau politika modern dan dasar
kerinduan dan minat yang sangat besar terhadap berbagai masalah dalam melihat “ kedudukan pemikiran edukasi.
klasik dan tradisional. manusia dan sejarahnya. Paragraf 5:-
Paragraf 2: Penulisan sastra dalam jaman Romantik seringkali diawali Paragraf 6: manusia Paragraf 6:-
dengan kata- kata bernada supranatural seperti: “Pada jaman dahulu semakin mengarahkan Paragraf 7:-
kala” (The far away, the long time ago), yang dianggap sebagai dirinya pada otonomi dan Paragraf 8:-
simbolisme puitik. individualitasnya. Paragraf 9:-
Paragraf 3: Zaman Romantik ditandai dengan semacam “manifesto” Paragraf 7: Manusia mulai 2.3 teori sastra romantik
(pernyataan) yang revolusioner dari Wordsworth yang menegaskan diakui sebagai kokreator. Paragraf 1
bahwa karya sastra yang baik adalah peluapan yang spontan dari Paragraf 8: Unsur Paragraf 2:-
perasaan-perasaan yang kuat terpenting dalam Gerakan Paragraf 3: William
Paragraf 4: Dalam zaman ini, kritik ekspresif mendapat perhatian Pencerahan Wordsworth adalah
utama. Paragraf 9: Romantisisme penyair Inggris, yang
Paragraf 5: Benar-tidaknya, objektif-tidaknya suatu penilaian 2.3 teori sastra romantik bersama Samuel Taylor
sastra sangat tergantung pada intensi pengarang dalam mewujudkan Paragraf 1: Para pengarang Coleridge, membantu
keorisinalan dan kebaruan penciptaan seninya. dalam zaman Romantik meluncurkan era Romantik
2.4 kritik terhhadap teori ekpresivisme menunjukkan kerinduan dan dalam sastra Inggris
Paragraf 1: Ilmu sastra mulai meniadakan unsur penulis sebagai faktor minat yang sangat besar dengan publikasi gabungan
dalam memahami, mengapresiasi dan menilai karya sastra. terhadap berbagai masalah mereka, Lyrical Ballads.
Paragraf 2: Problem-problem teoretis yang muncul berkaitan dengan klasik dan tradisional. Paragraf 4:-
teori ekspresivisme secara mendasar dan programatik dikemukakan Paragraf 2: “Pada jaman Paragraf 5:-
oleh Wimsatt dan Beardsley dalam buku The Intentional Fallacy (1987). dahulu kala” (The far away, 2.4 kritik terhhadap teori
Paragraf 3: Niat seorang pengarang dalam menulis karyanya tidak the long time ago), yang ekpresivisme
dapat dijadikan norma untuk menilai sukses tidaknya sebuah karya dianggap sebagai simbolisme Paragraf 1:-
sastra. puitik. Paragraf 2: William Kurtz
Paragraf 4: Wimsatt dan hardsley mengemukakan dalil-dalil beritut ini Paragraf 3: karya sastra Wimsatt Jr. adalah profesor
untuk mem- mempelajari biografi pengarang karena ada sosok pribadi yang baik adalah peluapan bahasa Inggris Amerika,
di balik karya-karya buktikan bahwa malna niat pengarang tidak yang spontan dari perasaan- ahli teori sastra, dan
berpengaruh terhadap keberadaan sastra. perasaan yang kuat kritikus. Wimsatt sering
Paragraf 5: Menurut Wimsatt dan Beardsley sebuah karya sastra Paragraf 4: Dalam zaman dikaitkan dengan konsep
sesungguhnya telah menjadi milik umum, ia telah terbentuk dalam ini, kritik ekspresif fallacy yang disengaja, yang
pemakaian bahasa yang menjadi milik umum dan menjadi objek mendapat perhatian utama. ia kembangkan dengan
pengetahuan umum. Paragraf 5: sastra sangat Monroe Beardsley untuk
Paragraf 6: Keberatan terhadap teori ekspresivisme sastra tergantung pada intensi membahas pentingnya niat
dikemukakan oleh banyak teoretisi sastra, antara lain Foucault (1992), pengarang dalam penulis untuk penciptaan
Ricoeur (1987), Barthes (1981), Wellek & Warren (1993). mewujudkan keorisinalan sebuah karya seni.
Paragraf 7: Wellek & Warren secara tegas menyebutkan bahwa dan kebaruan penciptaan Aubrey Vincent Beardsley
biografi seorang pengarang sama sekali bukan masalah sastra sehingga seninya. adalah seorang ilustrator
tidak relevan dipergunakan sebagai bahan penelitian sastra secara 2.4 kritik terhhadap teori dan penulis Inggris.
ilmiah. ekpresivisme Gambar tinta hitamnya
Paragraf 8: Wellek & Warren mengakui bahwa ada manfaatnya Paragraf 1: Ilmu sastra dipengaruhi oleh potongan
mempelajari biografi pengarang karena ada sosok pribadi di balik mulai meniadakan unsur kayu Jepang, dan
karya-karya sastra. penulis. menekankan keanehan,
Paragraf 9: Menurut Paul Ricoeur (1987: 332-333) sebuah teks hanya Paragraf 2: Problem- dekaden, dan erotis. Dia
akan menjadi teks yang sesungguhnya bila pengarangnya telah problem teoretis yang adalah tokoh terkemuka
meninggal. muncul berkaitan dengan dalam gerakan estetika
Paragraf 10: Roland Barthes (1981: 73-81) menegaskan bahwa teks teori ekspresivisme. yang juga termasuk Oscar
sastra itu tidak bertuan: pembacalah tuan atas bacaannya. Paragraf 3: Niat seorang Wilde dan James McNeill
Paragraf 11: Foucault (1987: 124) mengatakan subjek pelaku seperti pengarang dalam menulis Whistler.
pengarang, pencetus ide, penguasa, panglima, gereja, dan negara tidak karyanya tidak dapat Paragraf 3:-
penting. dijadikan norma untuk Paragraf 4:
2.5 teori-teori baru tentang pengarang menilai sukses tidaknya Paragraf 5:-
Paragraf 1: Sekalipun teori-teori ekspresionis memiliki banyak sebuah karya sastra. Paragraf 6: Paul Ricœur
kelemahan ditinjau dari segi “ilmiah” , akhir-akhir ini muncul, beberapa Paragraf 4: Wimsatt dan adalah filsuf dari Prancis
teoretisi yang kembali mem-persoalkan (mempertahankan) kedudukan hardsley mengemukakan pada abad ke-20. Selain
pengarang dan karyanya. dalil-dalil berikut ini untuk sebagai filsuf, dia juga
Paragraf 2: Dalam bahasa (sastra) tulis,. pengarang tidak memmempelajari biografi menyumbangkan
dapat.berkomunikasi secara langsung dengan pembacanya. pengarang pemikiran dalam bidang
Paragraf 3: Istilah Implied Author atau Paragraf 5: Menurut politik, sosial, kultural,
sering disebut sebagai persona poetica digunakannya untuk Wimsatt dan Beardsley edukatif, dan teologis. Dia
membedakan antara penulis (persona practica) dengan. instansi (atau sebuah karya sastra termasuk cendekiawan
fokalisator) yang berperan menyampaikan cerita kepada pembaca. sesungguhnya telah menjadi Protestan yang sangat
Paragraf 4: Konsep /mplied Author. mengacu kepada peranan yang milik umum. terkenal di Prancis.
diberikan teks kepada pengarang, yang bukan hasil abstraksi seorang Paragraf 6: Keberatan Roland Barthes adalah
pengarang. terhadap teori ekspresivisme filsuf, kritikus sastra, dan
Paragraf 5: Pandangan. Booth diperkuat lagi oleh P.D. Juhl yang sangat sastra dikemukakan oleh semolog Prancis yang
menentang pendirian strukturai dan otonomi yang melepaskan karya banyak teoretisi sastra. paling eksplisit
sastra dari niat (intensi) penulisnya. Paragraf 7: Wellek & mempraktikkan semiologi
Paragraf 6: Menurut Juhl, penulis nyata (the real author) terlibat dan Warren secara tegas Ferdinand de Saussure,
bertanggungjawab terhadap kalimat-kalimat yang diajukan dalam menyebutkan bahwa biografi bahkan mengembangkan
karyanya. seorang pengarang sama semiologi itu menjadi
Paragraf 7: Teori mengenai pengarang yang paling mutakhir sekali bukan masalah sastra metode untuk menganalisis
dikemukakan oleh Umberto Eco (1992), dengan memperkenalkan sehingga tidak relevan kebudayaan.
istilah Liminal Author atau Author on the Threshold (Pengarang dipergunakan sebagai bahan Paragraf 7:-
Ambang). penelitian sastra secara Paragraf 8:-
Pargraf 8: Menurut Eco, pada saat seorang pengarang menulis ilmiah. Paragraf 9:-
karyanya, dia sesungguhnya berada dalam situasi ambang. Paragraf 8: Wellek & Paragraf 10:
Paragraf 9: Mengenai penelitian-penelitian “intertekstual', Eco Warren mengakui bahwa Paragraf 11: Paul-Michel
menganggapnya sebagai suatu pekerjaan yang tidak menguntungkan ada manfaatnya Foucault atau lebih dikenal
dan tidak membantu kita memahami karya sastra secara lebih baik mempelajari biografi sebagai Michel Foucault
Paragraf 10: teks sastra perlu ditempatkan pada wilayahnya sendiri pengarang. adalah seorang filsuf
yang memiliki batasan-batasannya sendiri, yang mengandung dalam Paragraf 9: Menurut Paul Prancis, sejarawan ide, ahli
dirinya suatu dimensi transendental. Ricoeur (1987: 332-333) teori sosial, ahli bahasa,
sebuah teks hanya akan dan kritikus sastra.
menjadi teks yang 2.5 teori-teori baru
sesungguhnya bila tentang pengarang
pengarangnya telah Paragraf 1:
meninggal. ilmiah/il·mi·ah/ a bersifat
Paragraf 10: Roland Barthes ilmu; secara ilmu
(1981: 73-81) menegaskan pengetahuan; memenuhi
bahwa teks sastra itu tidak syarat (kaidah) ilmu
bertuan. pengetahuan: penerbitan
Paragraf 11: Foucault majalah -- berkembang
(1987: 124) mengatakan dengan pesat;
subjek pelaku. -- populer bersifat ilmu,
2.5 teori-teori baru tetapi menggunakan
tentang pengarang bahasa umum sehingga
Paragraf 1: teoretisi kembali mudah dipahami oleh
mempersoalkan masyarakat awam (tentang
(mempertahankan) artikel, gaya penulisan
kedudukan pengarang dan karya ilmiah).
karyanya. Paragraf 2:
Paragraf 2: Dalam bahasa Paragraf 3:-
(sastra) tulis,. pengarang Paragraf 4:
tidak dapat.berkomunikasi Paragraf 5: William
secara langsung dengan Booth (10 April 1829 – 20
pembacanya. Agustus 1912) adalah
Paragraf 3: Istilah Implied pendeta Metodist berkewar
Author atau ganegaraan Britania
sering disebut sebagai Raya yang mendirikan Bala
persona poetica. Keselamatan dan menjadi
Paragraf 4: Konsep /mplied pemimpin pertama (1878-
Author. mengacu kepada 1912). Pergerakan Kristen,
peranan yang diberikan teks dengan struktur dan
kepada pengarang. pemerintahan mirip militer
Paragraf 6: Menurut Juhl, - tetapi tidak dengan
penulis nyata (the real persenjataan fisik -
author) terlibat dan didirikan pada tahun 1865,
bertanggungjawab terhadap yang menyebar
kalimat-kalimat yang dari London, England, ke
diajukan dalam karyanya. banyak tempat di dunia
Paragraf 7: Teori mengenai dan dikenal menjadi
pengarang yang paling penyalur bantuan
mutakhir dikemukakan oleh kemanusiaan terbesar.
Umberto Eco (1992). Paragraf 6:
Pargraf 8: Menurut Eco, Paragraf 7: Umberto Eco
pada saat seorang pengarang merupakan seorang filsuf
menulis karyanya, dia dan novelis berkebangsaan
sesungguhnya berada dalam Italia, yang menjadi
situasi ambang. terkenal saat menulis novel
Paragraf 9: Mengenai The Name of the Rose dan
penelitian-penelitian beberapa esai lainnya. Eco
“intertekstual' dilahirkan di Alessandria,
Paragraf 10: teks sastra. Piedmont. Ayahnya, Giulio,
merupakan ahli akuntan.
Paragraf 8:-
Paragraf 9:-
Paragraf 10:

Bab 3 Teori
Formalisme, 3.1 pengantar
Strukturalism Paragraf 1: Pada awal abad ke-20 studi sastra dengan data biografik
e, Semiotik, dan historik mulai ditinggalkan dan digantikan dengan model 3.1 pengantar
dan pendekatan yang dinamakan pendekatan ergosentrik (Van Luxemburg Paragraf 1: Pada awal abad
Dekonstruksi et.al., 1984: 51) ke-20 studi sastra dengan 3.1 pengantar
3.1 Pengantar 31 Paragraf 2: Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti data biografik dan historik Paragraf 1: Jan Jules Henri
3.2 Formalisme 32 bentuk, wujud) berarti cara pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra mulai ditinggalkan dan Luxemburg
Rusia yang mengesampingkan data biografis, psikologis, ideologis dan digantikan dengan model Kelahiran: 15 September
3.3 New 35 sosiologis dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu pendekatan yang dinamakan 1936
criticism sendiri. pendekatan ergosentrik (Van Meninggal: 29 Agustus
3.4 Paragraf 3: Pada umumnya teori Formalisme dipandang sebagai titik Luxemburg et.al., 1984: 51) 2012
Strukturalisme 36 awal munculnya ilmu sastra modern. Paragraf 2: Istilah Buku: Tentang
3.5 Paragraf 4: Sampai sekarang dalam penelitian konkret, analisis Formalisme. sastra, Rhetoric and
Strukturalisme 40 struktur menjadi suatu tahapan yang tidak dapat dihindarkan. Paragraf 3: Pada umumnya pleasure
Genetik 3.2 Formalisme Rusia teori Formalisme dipandang Paragraf 2:
3.6 Semiotik Paragraf 1: Pada umumnya Formalisme Rusia dianggap sebagai sebagai titik awal munculnya Paragraf 3:-
Sastra 41 pelopor bagi tumbuh dan berkembangnya teori-teori strukturalisme. ilmu sastra modern. Paragraf 4:-
3.7 Dekonstrusi Paragraf 2: Menurut kaum futuris Rusia seperti Mayakovski dan Paragraf 4: analisis struktur 3.2 Formalisme Rusia
atau 42 Pasternak, sastra hendaknya menyesuaikan diri dengan zaman modern menjadi suatu tahapan yang Paragraf 1:
pascastruktural yang bergerak cepat dan tidak mengenal ketenangan, baik dalam tema tidak dapat dihindarkan. Paragraf 2: Vladimir
isme (teknik dan mesin) maupun dalam bentuknya (otonomi bahasa dan 3.2 Formalisme Rusia Vladimirovich Mayakovsky
seni). Paragraf 1: Pada umumnya adalah seorang penyair,
Paragraf 3: Aliran Formalisme Rusia hidup di antara tahun 1915-1930 Formalisme Rusia dianggap pengarang drama, seniman
dengan tokoh-tokohnya seperti Roman Jakobson, Sjklovsky, sebagai pelopor bagi tumbuh dan pemeran asal Uni
Eichenbaum, dan Tynjanov. dan berkembangnya teori- Soviet.
Paragraf 4: Rusia bukan merupakan sebuah kelompok yang homogen teori strukturalisme. Boris Leonidovich
dan kompak pandangannya. Namun demikian fokus utama mereka Paragraf 2: Menurut kaum Pasternak ialah seorang
adalah meneliti teks-teks yang dianggap sebagai teks kesusastraan. futuris Rusia seperti penyair dan penulis Rusia
Paragraf 5: Para formalis membuat sejumlah besar analisis tentang Mayakovski dan Pasternak, yang terkenal di dunia
karya-karya sastra untuk merumuskan pengertian dan dalil-dalil umum sastra hendaknya Barat karena novel epiknya
mengenai karya sastra. menyesuaikan diri dengan Dr. Zhivago, sebuah tragedi
3.3 New criticism zaman modern. yang peristiwanya di
Paragraf 1: New Criticism merupakan aliran kritik sastra di Amerika Paragraf 3: Aliran seputar masa terakhir
Serikat yang berkembang antara tahun 1920-1960. Formalisme Rusia hidup di Kekaisaran Rusia dan hari-
Paragraf 2: Para New Critics menuduh ilmu dan teknologi antara tahun 1915-1930 hari awal Uni Soviet, dan
menghilangkan nilai perikemanusiaan dari masyarakat dan Paragraf 4: Rusia bukan pertama kali diterbitkan di
menjadikannya berat sebelah. merupakan sebuah Italia pada 1957
Paragraf 3: Menurut T.S. Eliot, sebuah puisi pertama-tama adalah kelompok yang homogen Paragraf 3:-
puisi, bukan sesuatu yang lain, suatu objek yang otonom dan lengkap dan kompak pandangannya. Paragraf 4:-
(indepern-dent and self-sufficient object). Paragraf 5: Para formalis Paragfraf 5:
Paragraf 4: Para New Critics menganggap berbagai model kritik yang membuat sejumlah besar 3.3 New criticism
berorientasi kepada aspek-aspek di luar karya sastra sebagai suatu analisis tentang karya-karya Paragraf 1:-
kesalahan besar. sastra. Paragraf 2:-
Paragraf 5: komponen dasar karya sastra, baik lirik, naratif, maupun 3.3 New criticism Paragraf 3: Thomas
Gramatik adalah: kata-kata, citraan (images), dan simbol-simbol, bukan Paragraf 1: New Criticism Stearns Eliot, ialah
watak, pemikiran ataupun plot. merupakan aliran kritik modernis penyair Inggris-
Paragraf 6: Pandangan-pandangan kaum New Critics, bagaimanapun, sastra di Amerika Serikat Amerika, dramawan, dan
tetap berguna karena. mempertajam pengertian kita terhadap puisi yang berkembang antara kritikus sastra utama.
yang terkadang sukar di-pahami. tahun 1920-1960. Karyanya termasuk The
3.4 Strukturalisme Paragraf 2: Para New Critics Old Possum's Book of
Paragraf 1: Strukturalisme menetang teori mimetik menuduh ilmu dan teknologi Practical Cats, yang
(yang berpandangan bahwa karya sastra adalah tiruan kenyataan), Paragraf 3: Menurut T.S. mengilhami musikal
teori ekspresif (yang menganggap sastra pertama-tama sebagai Eliot, sebuah puisi pertama- Andrew Lloyd Webber,
ungkapan perasaan dan watak pengarang), dan menentang teori-teori tama adalah Cats. Pada tahun 1948, ia
yang menganggap sastra sebagai media komunikasi antara pengarang Puisi. menerima Hadiah Nobel
dan pembacanya. Paragraf 4: Para New Critics Sastra.
Paragraf 2: Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah menganggap berbagai model Paragraf 4:-
evolusi yang cukup panjang dan berkembang secara dinamis. kritik. Paragfraf 5:-
Paragraf 3: Menurut Saussure, Paragraf 5: Paragraph 6:-
prinsip dasar linguistik adalah adanya perbedaan yang jelas antara: Gramatik adalah: kata-kata, 3.4 Strukturalisme
significant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang diartikan, yang citraan (images), dan simbol- Paragraf 1:-
ditandakan, yang dilambangkan), antara parole (tuturan) dan langue simbol, bukan watak, Paragraf 2:-
(bahasa), dan antara sinkroni dan diakroni. pemikiran ataupun plot. Paragraf 3: Ferdinand de
Paragraf 4: Sistem dan metode linguistik mulai berkembang secara Paragraf 6: Pandangan- Saussure adalah linguis
ilmiah dan menghasilkan teori-teori yang segera dapat diterima secara pandangan kaum New Swiss yang dipandang
luas. Criticism. sebagai salah satu Bapak
Paragraf 5: Teks-teks sastra dianggap sebagai suatu tanda majemuk 3.4 Strukturalisme Linguistik Modern dan
(polimorfik) dalam konteks luas yang meliputi sistem-sistem sastra dan Paragraf 1: Strukturalisme semiotika.
sosial. menetang teori mimetik Paragraf 4:-
Paragraf 6: Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori Paragraf 2: Teori Paragfraf 5: Dalam biologi,
pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan strukturalisme memiliki polimorfisme adalah ketika
relasi antara berbagai unsur teks. latar belakang sejarah dua atau beberapa fenotip
Paragraf 7: Keindahan sastra terletak pada evolusi yang cukup panjang yang berbeda ada dalam
penggunaan bahasanya yang khas yang mengandung efek-efek estetik. dan berkembang secara populasi suatu spesies -
Paragraf 8: Strukturalisme sastra mengupayakan adanya suatu dasar dinamis. atau, dalam kata lain,
yang ilmiah bagi teori sastra, sebagaimana dituntut oleh disiplin-Jisiplin Paragraf 3: Menurut kemunculan lebih dari satu
ilmiah lainnya. Saussure,prinsip dasar bentuk.
Paragraf 9: Oleh karena teori strukturalisme sastra menganggap karya linguistic. Paragraph 6:-
sastra sebagai “artefak” maka relasi-relasi struktural sebuah karya Paragraf 5: Teks-teks sastra Paragraf 7:-
sastra hanya dapat dipahami dalam keseluruhan relasi unsur-unsur dianggap sebagai suatu Paragraf 8:-
artefak itu sendiri. tanda majemuk Paragraf 9: Artefak
Paragraf 10: Sekalipun demikian, teori strukturalisme yang hanya (polimorfik) merupakan benda
menekankan otonomi dan prinsip objektivitas pada struktur karya Paragraf 6: Teori arkeologi atau peninggalan
sastra memiliki beberapa kelemahan pokok. strukturalisme sastra benda-benda bersejarah,
3.5 Strukturalisme Genetik Paragraf 7: Keindahan yaitu semua benda yang
Paragraf 1: Teori ini disebut Selden (1991: 37) sebagai teori Marxisme sastra terletak pada dibuat atau dimodifikasi
Strukturalis, yang percaya bahwa individu bukanlah makhluk bebas penggunaan bahasanya yang oleh manusia yang dapat
melainkan pendukung kelas-kelas sosial dalam masyarakatnya. khas yang mengandung efek- dipindahkan.
Paragraf 2: Strukturalisme Genetik beranggapan bahwa teks sastra efek estetik. Paragraf 10:-
dapat dianalisis dari struktur internal maupun struktur eksternalnya Paragraf 8: Strukturalisme 3.5 Strukturalisme
seperti lingkungan sosial, ekonomi, politik yang telah menghasilkannya. sastra mengupayakan Genetik
Paragraf 3: Menurut Goldman, karya sastra sebagai struktur bermakna adanya suatu dasar yang Paragraf 1: Raman Selden
itu mewakili pandangan dunia (vision du monde) penulis, tidak sebagai ilmiah bagi teori sastra. Kelahiran: 13 Desember
individu melainkan sebagai wakil golongan masyarakatnya. Paragraf 9: Teori 1937
Paragraf 4: Pandangan dunia, yang bagi Goldman selalu terbayang strukturalisme sastra Meninggal: 26 Mei 1991
dalam karya sastra yang agung, adalah suatu abstraksi (bukan fakta menganggap karya sastra Paragraf 2:-
empiris yang memiliki eksistensi objektif). sebagai “artefak” Paragraf 3:-
3.6 Semiotik Sastra Paragraf 10: Teori Paragraf 4:-
Paragraf 1: Strukturalisme dan semiotik umumnya dipandang strukturalisme yang hanya 3.6 Semiotik Sastra
termasuk dalam suatu bidang teoretis yang sama. menekankan otonomi dan Paragraf 1:
Paragraf 2: Semiotik (dari kata Yunani: semeion yang berarti tanda) prinsip objektivitas. Paragraf 2: Theodoor
adalah ilmu yang meneliti tanda-tanda, sistem-sistem tanda, dan proses 3.5 Strukturalisme Genetik Willem Geldorp atau lebih
suatu tanda diartikan (Hartoko, 1986: 131). Paragraf 1: Teori ini disebut dikenal dengan nama Dick
Paragraf 3: Dalam penelitian sastra biasanya diperhatikan Selden (1991: 37) sebagai Hartoko adalah seorang
hubungan sintaksis antara tanda-tanda (Strukturalisme) dan hubungan teori Marxisme Strukturalis,. budayawan Indonesia. Ia
antara tanda dan apa yang ditandakan (semantik). Paragraf 2: Strukturalisme juga seorang rohaniawan
Paragraf 4: Ada beberapa aliran semiotik dalam ilmu sastra, yang Genetik Katolik dan merupakan
diwakili oleh Ferdinand de Saussure (Perancis), Jurij Lotman (Rusia), Paragraf 3: Menurut anggota ordo Yesuit. Dick
dan Charles Sanders Pierce (Amerika Serikat). Goldman, karya sastra Hartoko terkenal sebagai
Paragraf 5: Charles Sanders Pierce (1839-1914) adalah seorang filsuf: sebagai struktur bermakna redaktur Majalah Basis dan
Amerika yang meletakkan dasar bagi sebuah bidang studi yang disebut itu mewakili pandangan penerjemah. Dick Hartoko
“Semiotik”. dunia (vision du monde) adalah seorang Indo.
Paragraf 6: Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli linguistik asal penulis. Paragraf 3:-
Swiss yang memperkenalkan studi tentang tanda sebagai “semiologi” . Paragraf 4: Pandangan Paragraf 4: Yuri
Paragraf 7: Jurij Lotman, seorang ahli semiotik Rusia yang terkenal, dunia, yang bagi Goldman Mikhailovich Lotman
menyebut bahasa sebagai sistem tanda primer (ein primares selalu terbayang dalam adalah seorang sarjana
modelibildendes System) yang membentuk model dunia bagi karya sastra yang agung. sastra, semiotik, dan
pemakaiannya. 3.6 Semiotik Sastra sejarawan budaya
3.7 Dekonstrusi atau pascastrukturalisme Paragraf 1: Strukturalisme terkemuka, yang bekerja di
Paragraf 1: “Dekonstruksi” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk dan semiotic. Universitas Tartu. Dia
menyebut cara membaca sebuah teks (sastra maupun filsafat) yang Paragraf 2: Semiotik (dari terpilih sebagai anggota
berdasarkan pada pola pandangan filsafat Jacgues Derrida. kata Yunani: semeion yang Akademi Inggris, Akademi
Paragraf 2: Aliran ini mula-mula dikembangkan di Perancis oleh berarti tanda) adalah ilmu Sains dan Sastra Norwegia,
kelompok penulis TelOuel dengan tokoh perintis antara lain Jacgues yang meneliti tanda-tanda, Akademi Ilmu Pengetahuan
Derrida dan Julia Kristeva. sistem-sistem tanda, dan Kerajaan Swedia dan
Paragraf 3: Derrida sendiri memahami tanda sebagai “bekas” (trace) proses suatu tanda diartikan Akademi Ilmu Pengetahuan
yang tidak mempunyai nilai dan bobopsendiri, tetapi menunjuk pada (Hartoko, 1986: 131). Estonia.
sesuatu (objek) yang lain, Bekas mendahului objek, dan menyebabkan Paragraf 3: Penelitian sastra Paragraf 5: Charles
sesuatu yang lain. Paragraf 4: Ada beberapa Sanders Peirce adalah
Paragraf 4: Featherson (1993: 3-14) mengungkapkan bahwa aliran semiotik dalam ilmu seorang filsuf, ahli logika,
pascastrukturalisme dan pascamodernisme sebenarnya muncul sebagai sastra. semiotika, matematika, dan
reaksi terhadap strukturalisme dan modernisme. Paragraf 5: Charles Sanders ilmuwan Amerika Serikat,
Paragraf 5: Terputusnya konsep pascastrukturalisme dari konsep Pierce (1839-1914) adalah yang lahir di Cambridge,
strukturalisme dapat dikaji melalui pengungkapan teori linguistik. seorang filsuf. Massachusetts. Ayah Peirce
Paragraf 6: Menurut kaum pascastrukturalis, tidak ada hubungan yang Paragraf 6: Ferdinand de adalah seorang ahli
statis antara proposisi dengan realitas. Saussure adalah seorang ahli matematika dan astronomi
Paragraf 7: Konsep “arti” yang berasal dari de Saussure oleh penganut linguistic. di Universitas Harvard
Dekonstruksi ditafsirkan sedemikian rupa sehingga pengertian Paragraf 7: Jurij Lotman, bernama Benjamin Peirce.
mengenai teks dibongkar (didekonstruksi). seorang ahli semiotik Rusia Paragraf 6: Ferdinand de
Paragraf 8: Jadi arti sebuah teks tidak terdapat di dalam teks itu yang terkenal. Saussure adalah linguis
sendiri atau di dalam strukturnya, arti merupakan sebuah proses, 3.7 Dekonstrusi atau Swiss yang dipandang
sesuatu yang taat bila kita membaca teks tersebut (Luxem-burg, 1986: pascastrukturalisme sebagai salah satu Bapak
60). Paragraf 1: “Dekonstruksi” Linguistik Modern dan
Paragraf 9: Sebuah teks merupakan suatu tekstur (Latin: textur berarti Paragraf 2: Aliran ini mula- semiotika.
tenunan) yang tersusun dari berbagai utas benang. mula dikembangkan di Paragraf 7:-
Paragraf 10: Lama-kelamaan bentuk kritik kaum dekonstruksi sangat Perancis . 3.7 Dekonstrusi atau
tergantung kepada pengetahuan dan pribadi kritikus (Van Luxemburg, Paragraf 3: Derrida sendiri pascastrukturalisme
1986: 61). memahami tanda sebagai Paragraf 1: Dekonstruksi
Paragraf 11: Yang dapat dianggap sebagai sumbangan positif dari “bekas” (trace) yang tidak adalah sebuah metode
kelompok pascastrukturalisme ini adalah dorongan ke arah “pluralitas mempunyai nilai dan bobot pembacaan teks. Dengan
makna” daripada “kesatuan pandangan yang otoriter”, upaya sendiri. dekonstruksi ditunjukkan
mengutamakan sikap kritis ketimbang kepatuhan absolut yang buta. Paragraf 4: Featherson bahwa dalam setiap teks
(1993: 3-14) selalu hadir anggapan-
mengungkapkan bahwa anggapan yang dianggap
pascastrukturalisme dan absolut. Padahal, setiap
pascamodernisme. anggapan selalu
Paragraf 5: Terputusnya kontekstual: anggapan
konsep pascastrukturalisme. selalu hadir sebagai
Paragraf 6: Menurut kaum konstruksi sosial yang
pascastrukturalis, tidak ada menyejarah.
hubungan yang statis antara Paragraf 2: Jacques
proposisi dengan realitas. Derrida adalah seorang
Paragraf 7: Konsep “arti” filsuf kontemporer Prancis
Paragraf 8: Arti merupakan yang dianggap sebagai
sebuah proses, sesuatu yang pengusung tema
taat bila kita membaca teks dekonstruksi di dalam
tersebut (Luxem-burg, 1986: filsafat pascamodern.
60). Pemikirannya juga
Paragraf 9: Sebuah teks disampaikan melalui
merupakan suatu tekstur filsafat bahasa.
(Latin: textur berarti Paragraf 3:-
tenunan) yang tersusun dari Paragraf 4: Ashley Blaine
berbagai utas benang. Featherson adalah seorang
Paragraf 10: Lama- aktris Amerika. Dia
kelamaan bentuk kritik terkenal sebagai co-creator
kaum dekonstruksi sangat dan bintang Hello Cupid
tergantung kepada dari Black & SexyTV. Dia
pengetahuan dan pribadi saat ini berperan sebagai
kritikus (Van Luxemburg, Joelle dalam seri Netflix
1986: 61). Dear White People.
Paragraf 11: Yang dapat Paragfraf 5:-
dianggap sebagai sumbangan Paragraf 6:-
positif dari kelompok Paragraf 7:-
pascastrukturalisme ini Paragraf 8: Luksemburg
adalah dorongan ke arah atau resminya
“pluralitas makna”. Keharyapatihan
Luksemburg atau
Kadipaten Agung
Luksemburg adalah sebuah
negara yang tidak
berbatasan dengan laut di
Eropa bagian barat laut,
berbatasan dengan Prancis,
Jerman dan Belgia.
Merupakan negara dengan
luas 2.586 kilometer.
Paragraf 9:-
Paragraf 10:-
Paragraf 11:-
4.1 pengantar
Paragraf 1: Sosiologi sastra sebagai suatu jenis pendekatan terhadap
sastra memiliki paradigma dengan asumsi dan ifmplikasi epistemologis
yang berbeda daripada yang telah digariskan oleh teori sastra
Bab 4 teori- berdasarkan prinsip otonomi sastra. 4.1 pengantar
teori sosiologi Paragraf 2: para kritikus dan ahli sejarah sastramemandang bahwa Paragraf 1: Sosiologi sastra 4.1 pengantar
sastra karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya) secara mutlak sebagai suatu jenis Paragraf 1:-
4.1pengantar 47 terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu pendekatan terhadap sastra Paragraf 2:-
4.2 sejarah 48 (Abrams,1981: 178). memiliki paradigma dengan Paragraf 3: Prof. Dr.
pertumbuhan Paragraf 3: Dalam disiplin ilmu sastra, teori sosiologi sastra asumsi dan implikasi Sapardi Djoko Damono
4.3 teori sastra 50 merupakan suatu bidang ilmu yang tergolong masih cukup muda epistemologis yang berbeda. adalah seorang pujangga
marxis (Damono, 1977: 3) Paragrapf 2: para kritikus berkebangsaan Indonesia
4.4 georg 50 4.2 sejarah pertumbuhan dan ahli sejarah sastra terkemuka. Ia kerap
luckas: sastra Paragraf 1: Konsep dasar sosiologi sastra sebenarnya sudah memandang bahwa karya dipanggil dengan singkatan
sebagai cermin dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles yang mengajukan istilah sastra (baik aspek isi namanya, SDD. Ia adalah
4.5 bertold 51 “mimesis”, yang menyinggung Inbungan antara sastra dan masyarakat maupun bentuknya). putra pertama pasangan
bercht: efek sebagai “cermin”. Paragraf 3: Dalam disiplin Sadyoko dan Saparian.
aleniasi Paragraf 2: Pengertian mimesis (Yunani: perwujudan atau peniruan) ilmu sastra, teori sosiologi 4.2 sejarah pertumbuhan
4.6 aliran 51 pertama Kl dipergunakan dalam teori-teori tentang seni seperti sastra merupakan suatu Paragraf 1:-
Frankfurt dikemukakan Plato (428-348) dan Aristoteles (384-322) bidang ilmu yang tergolong Paragraf 2:-
4.7 teori-teori 52 Paragraf 3: Seni pada umumnya hanya menyajikan suatu ilusi masih cukup muda (Damono, Paragraf 3:-
neomarxisme (khayalan) tentang “kenyataan (yang juga hanya tiruan dari “Kenyataan 1977: 3). Paragraf 4:-
Yang Sebenarnya”) sehingga. tetap-jauh dari “kebenaran” . 4.2 sejarah pertumbuhan Paragfraf 5:-
Paragraf 4: Mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan Paragraf 1: Konsep dasar Paragraf 6: Hippolyte
melainkan juga menciptakan sesuatu yang baru karena “kenyataan itu sosiologi sastra. Taine adalah seorang filsuf
tergantung pula pada sikap kreatif orang dalam memandang kenyataan. Paragraf 2: Pengertian dan sejarawan terkemuka
Paragraf 5: Levin (1973: 56-60) mengungkapkan bahwa .konsep mimesis. di akhir abad 29 di Prancis,
“mimesis” itu mulai dihidupkan kembali pada zaman, humanisme Paragraf 3: Seni pada guru besar filsafat di
Renaissance dan nasionalisme Romantik. umumnya hanya menyajikan Nevers, di Sekolah É cole
Paragraf 6: Pada zaman positivisme ilmiah, muncul tokoh sosiologi suatu ilusi(khayalan). des Beaux-Arts. Bahan-
sastra terpenting: Hippolyte Taine (1766-1817). Paragraf 4: Mimesis tidak bahan kuliahnya
Paragraf 7: Menurut Flaubert, sekalipun segi-segi sosial tidak semata-mata menjiplak dikumpulkannya dan
diperlukan dalam pencerapan estetik, sukar bagi kita untuk kenyataan.. dibukukan dengan judl
mengingkari keberadaannya. Paragraf 5: Levin (1973: 56- Philosophie de l'art
4.3 teori sastra marxis 60) mengungkapkan Paragraf 7: Gustave
Paragraf 1: Pendekatan sosiologi sastra yang paling terkemuka dalam bahwa .konsep “mimesis” itu Flaubert adalah seorang
ilmu sastra adalah Marxisme. mulai dihidupkan kembali penulis berkebangsaan
Paragraf 2: Sejarah dipandang sebagai suatu perkembangan yang pada zaman, humanisme Prancis yang dikenal luas
terus-menerus. Daya-daya kekuatan di dalam kenyataan secara Renaissance dan karena terbitan novel
progresif selalu tumbuh untuk menuju kepada suatu masyarakat yang nasionalisme Romantik. perdananya yaitu Madame
ideal tanpa kelas. Paragraf 6: Tokoh sosiologi Bovary, dan juga atas
Paragraf 3: Bagi Marx, sastra dan semua gejala kebudayaan lainnya sastra terpenting. dedikasinya yang tinggi
mencerminkan pola hubungan ekonomi karena sastra terikat akan Paragraf 7: Menurut akan gaya dan estetika. Dia
kelas-kelas yang ada di dalam masyarakatnya. Flaubert, sekalipun segi-segi dianggap sebagai tokoh
4.4 georg luckas: sastra sebagai cermin sosial tidak diperlukan terkemuka dalam bidang
Paragraf 1: Georg Lukacs adalah seorang kritikus Marxis terkemuka dalam pencerapan estetik, realisme sastra di
yang berasal dari Hungaria dan menulis dalam bahasa Jerman sukar bagi kita untuk negaranya.
(Damono, 1979: 31). mengingkari keberadaannya. 4.3 teori sastra marxis
Paragraf 2: Lukacs menegaskan pandangan tentang karya realisme 4.3 teori sastra marxis Paragraf 1:-
yang sungguh-sungguh sebagai karya yang memberikan perasaan Paragraf 1: Pendekatan Paragraf 2:-
artistik yang bersumber dari imajinasi-imajinasi yang diberikannya. sosiologi sastra yang paling Paragraf 3: Karl Heinrich
4.5 bertold bercht: efek aleniasi terkemuka dalam ilmu sastra Marx adalah seorang filsuf,
Paragraf 1: Bertold Brecht adalah seorang dramawan Jerman yang adalah Marxisme. ekonom, sejarawan,
terbakar jiwanya ketika membaca buku Marx sekitar tahun 1926. Paragraf 2: Sejarah pembuat teori politik,
Paragraf 2: Menurut Brecht, dramawan hendaknya menghindari alur dipandang sebagai suatu sosiolog, jurnalis dan
yang dihubungkan secara lancar dengan makna dan nilai-nilai universal perkembangan yang terus- sosialis revolusioner asal
yang pasti. menerus. Jerman. Lahir di Trier
4.6 aliran Frankfurt Paragraf 3: Bagi Marx, dalam keluarga kelas
Paragraf 1: Aliran Frankfurut adalah sebuah aliran filsafat sosial yang sastra dan semua gejala menengah, Marx belajar
dirintis oleh Horkheimer dan Th. W. kebudayaan lainnya hukum dan filsafat
Paragraf 2: Seni dan kesusastraan mendapat perhatian istimewa dalam mencerminkan pola Hegelian.
teori sosiologi Frankfurt, karena inilah satu-satunya wilayah di mana hubungan ekonomi karena 4.4 georg luckas: sastra
dominasi totaliter dapat ditentang. sastra terikat akan kelas- sebagai cermin
Paragraf 3: Adorno menolak teori-teori tradisional tentang kesatuan kelas yang ada di dalam Paragraf 1: Gyö rgy Lukács
dan pentingnya individualitas (paham ekspresionisme) atau mengenai masyarakatnya. adalah filsuf Marxis, ahli
bahasa yang penuh arti (strukturalisme) karena hanya membenarkan 4.4 georg luckas: sastra estetitika, sejarawan dan
sistem sosial yang ada. sebagai cermin kritikus sastra dari
4.7 teori-teori neomarxisme Paragraf 1: Georg Lukacs Hongaria. Dia merupakan
Paragraf 1: Kaum Neomarxis merupakan pemikir sastra yang meneliti adalah seorang kritikus salah satu pendiri
ajaran Marx (khusus pada masa mudanya), dan dengan bantuan Marxis. Marxisme Barat, sebuah
sosiologi, ingin menjadikannya relevan dengan masyarakat modern. Paragraf 2: Lukacs tradisi interpretatif yang
Paragraf 2: Neomarxisme lebih bersifat epistemologis daripada politis. menegaskan pandangan berangkat dari ortodoksi
Mereka menganut paham “metode dialektik”. tentang karya realisme. ideologi Marxis dari Uni
Paragraf 3: redric Jameson mengungkapkan bahwa hakikat suatu 4.5 bertold bercht: efek Soviet.
karya sastra dapat diketahui dari penelitian tentang latar belakang aleniasi Paragraf 2:-
historisnya. Paragraf 1: Bertold Brecht 4.5 bertold bercht: efek
Paragraf 4: Jameson mengusulkan interpretasi politik terhadap sastra. adalah seorang dramawan aleniasi
Perspektif politik ini tidak merupakan metode pelengkap atau Jerman. Paragraf 1: Berthold
tambahan pada metode lainnya Paragraf 2: Menurut Brecht, Brecht adalah seorang
(seperti: psikoanalisis, kritik mitos, stilistika, etika, strukturalisme) dramawan hendaknya penyair dan penulis naskah
melainkan suatu pandangan politik yang absolut. menghindari alur yang drama yang berasal dari
Paragraf 5: Menurut Jameson (Fagleton, 1983: 97) bahasa hanya akan dihubungkan secara lancar Jerman yang menuntut
menjadi semacam penjara bagi persoalan hidup dan totalitasnya karena dengan makna dan nilai-nilai ilmu di bidang alam. Pada
hidup dan permasalahannya terlalu luas untuk diwadahi oleh sarana universal yang pasti. saat Nazi berkuasa di
bahasa. 4.6 aliran Frankfurt Jerman, Brecht melakukan
Paragraf 6: Menurut Jameson, sebuah karya individual selalu Paragraf 1: Aliran perlawanan dalam hal
merupakan bagian dari struktur yang lebih besar. Frankfurut pemikiran untuk
Paragraf 7: Setiap teks membutuhkan kategori-kategori eksplikasi Paragraf 2: Seni dan menentang ideologi Nazi.
tertentu sesuai dengan kekhususannya, dan sifatnya pun hanya sekedar kesusastraan mendapat Paragraf 2:-
menggambarkan saat tertentu. perhatian istimewa dalam 4.6 aliran Frankfurt
Paragraf 8 : Terry Eagleton juga seorang kritikus Neomarxis yang teori sosiologi Frankfurt, Paragraf 1:-
berusaha menghidupkan kembali kritik Marx di Inggris dan Paragraf 3: Adorno menolak Paragraf 2:-
menghasilkan kritik impresif terhadap tradisi kritik Inggris melalui teori-teori tradisional Paragraf 3: Theodor
revolusi radikal perkembangan novel Inggris (Selden, 1991: 42). tentang kesatuan dan Ludwig Wiesengrund
Paragraf 9: Fagleton menyebut teori-teori sastra modern yang “murni” pentingnya individualitas. Adorno adalah seorang
sebagai mitos akademik yang melarikan diri dari kondisi buruk sejarah 4.7 teori-teori sosiolog, filsuf, musikolog,
modern. neomarxisme dan komponis
Paragraf 10: Teori kritik sastra harus mendefinisikan model ideologi Paragraf 1: Kaum berkebangsaan Jerman
tersebut. Asumsi dasarnya adalah sastra secara vital terlibat dalam Neomarxis merupakan pada abad 20. Dia ialah
kehidupan konkret manusia dan bukan sekedar gambaran abstrak Paragraf 2: Neomarxisme anggota Mazhab Frankfurt
(1985: 196). lebih bersifat epistemologis bersama dengan Max
Paragraf 11: Kebanyakan kritik sastra justru lebih memperkuat daripada politis. Horkheimer, Walter
sistem-sistem kekuasaan daripada menentangnya. Paragraf 3: redric Jameson Benjamin, Jü rgen
mengungkapkan bahwa Habermas, dan lain-lain.
hakikat suatu karya sastra 4.7 teori-teori
dapat diketahui dari neomarxisme
penelitian tentang latar Paragraf 1: Karl Heinrich
belakang historisnya. Marx adalah seorang filsuf,
Paragraf 4: ameson ekonom, sejarawan,
mengusulkan interpretasi pembuat teori politik,
politik terhadap sastra. sosiolog, jurnalis dan
Paragraf 5: Menurut sosialis revolusioner asal
Jameson (Fagleton, 1983: Jerman. Lahir di Trier
97) bahasa hanya akan dalam keluarga kelas
menjadi semacam penjara menengah, Marx belajar
bagi persoalan hidup dan hukum dan filsafat
totalitasnya karena hidup Hegelian.
dan permasalahannya terlalu Paragraf 2:-
luas untuk diwadahi oleh Paragraf 3:
sarana bahasa. Fredric Jameson adalah
Paragraf 6: Menurut salah satu kritikus literatur
Jameson, sebuah karya berhaluan Marxis
individual selalu merupakan terkemuka di zaman itu. Ia
bagian dari struktur yang juga pernah menjabat
lebih besar. sebagai profesor of
Paragraf 7: Setiap teks comparative literature di
membutuhkan kategori- Duke University, sekaligus
kategori eksplikasi tertentu kepala dari the center for
sesuai dengan cultural theory. 
kekhususannya, dan sifatnya Paragraf 4:-
pun hanya sekedar Paragfraf 5:-
menggambarkan saat Paragraf 6:-
tertentu. Paragraf 7:-
Paragraf 8 : Terry Eagleton Paragraf 8: Terence
juga seorang kritikus Francis Eagleton FBA
Paragraf 9: Fagleton adalah seorang ahli teori
menyebut teori-teori sastra sastra Inggris, kritikus, dan
modern yang “murni” intelektual publik. Dia saat
sebagai mitos akademik yang ini adalah Profesor Sastra
melarikan diri dari kondisi Inggris di Universitas
buruk sejarah modern. Lancaster.
Paragraf 10: Teori kritik Paragraf 9:-
sastra harus mendefinisikan Paragraf 10:-
model ideologi Paragraf 11:-
tersebut.
Paragraf 11: Kebanyakan
kritik sastra justru lebih
memperkuat sistem-sistem
5.1 Pengantar kekuasaan daripada
Paragraf 1: Teori Resepsi merupakan salah satu aliran dalam menentangnya.
penelitian sastra yang terutama dikembangkan oleh mazhab Konstanz
tahun 1960-an di Jerman.
Paragraf 2: Untuk memahami latar belakang teori-teori resepsi,
terlebih dahulu dijelaskan secara singkat pandangan-pandangan yang
berperan mendorong tumbuhnya pandangan resepsionistik itu,
Bab 5 teori- terutama fenomenologi dan hermeneutika.
teori resepsi Paragraf 3: Bagi Husserl, objek penelitian filosofis yang sebenarnya 5.1 Pengantar
sastra adalah isi kesadaran kita dan bukan objek dunia. Paragraf 1: Teori Resepsi
5.1 pengantar 57 Paragraf 4: Hermeneutika (Yunani: kepandaian menerangkan dan Paragraf 2: Untuk 5.1 Pengantar
5.2 Hans 58 menafsirkan sesuatu), semula terbatas pada teori dan kaidah-kaidah memahami latar belakang Paragraf 1:-
Robert Jauss: menafsirkan sebuah teks, khususnya Kitab Suci agama Yahudi dan teori-teori resepsi, terlebih Paragraf 2:-
Horison Kristen secara filologis, historis, dan theologis. dahulu dijelaskan secara Paragraf 3:-
Harapan 5.2 Hans Robert Jauss: Horison Harapan singkat pandangan- Paragraf 4: Hermeneutika
5.3 Wolfgang Paragraf 1: Teori Resepsi, yang "merupakan sebuah aplikasi historis pandangan yang berperan adalah salah satu jenis
Iser: pembaca 60 dari tanggapan pembaca terutama berkembang di Jerman ketika Hans mendorong tumbuhnya filsafat yang mempelajari
implisit Robert Jauss menerbitkan tulisannya Literary Theory as a Challenge to pandangan resepsionistik tentang interpretasi
5.4 Norman Literary Theory (1970). itu. makna. Nama
Holland & 63 Paragraf 2: Sebagai seorang ahli dalam bidang sastra lama, Jauss Paragraf 3: Bagi Husserl, hermeneutika diambil dari
simon lesser: beranggapan bahwa karya sastra lama merupakan produk masa lampau objek penelitian filosofis kata kerja dalam bahasa
psikoanalisis yang memiliki relevansi dengan masa sekarang, dalam arti ada nilai- yang sebenarnya adalah isi Yunani hermeneuein yang
5.5 Jonathan nilai tertentu untuk orang yang membacanya. kesadaran kita dan bukan berarti, menafsirkan,
Culler: 64 Paragraf 3: Jauss menegaskan bahwa sebuah karya sastra merupakan objek dunia. memberi pemahaman, atau
Konvensi objek estetik yang memiliki implikasi estetik dan implikasi historik. Paragraf 4: Hermeneutika menerjemahkan.
pembacaan Paragraf 4: Dalam buku Toward.an Aesthetic of Reception (1982: 20- (Yunani: kepandaian 5.2 Hans Robert Jauss:
45), Jauss mengungkapkan tujuh tesis pemikiran teoretisnya. menerangkan dan Horison Harapan
5.3 Wolfgang Iser: pembaca implisit menafsirkan sesuatu), Paragraf 1:
Paragraf 1: Iser lebih memfokuskan perhatiannya kepada hubungan semula terbatas pada. Paragraf 2:-
individual antara teks dan pembaca (Wirkungs Estetik, estetika 5.2 Hans Robert Jauss: Paragraf 3:-
pengolahan). Horison Harapan Paragraf 4: Toward an
Paragraf 2: Menurut Iser, tak seorang pun yang menyangkal Paragraf 1: Teori Resepsi aesthetic of reception
keberadaan pembaca dalam memberi penilaian terhadap karya sastra, Paragraf 2: Sebagai seorang Buku oleh Hans Robert
sekalipun orang berbicara mengenai otonomi sastra. ahli dalam bidang sastra Jauss
Paragraf 3: Iser (1978: 20-21) menyebutkan bahwa karya.sastra lama, Jauss Terbitan Pertama: 1978
memiliki dua kutub, yakni kutub artistik dan kutub estetik. beranggapan bahwa karya Pengarang: Hans Robert
Paragraf 4: Bagi Iser (1978: 22), tugas kritik teks adalah menjelaskan sastra lama merupakan Jauss
potensi-potensi makna tanpa membatasi diri pada aspek-aspek produk masa lampau yang 5.3 Wolfgang Iser:
tertentu, karena makna teks bukanlah sesuatu yang tetap melainkan memiliki relevansi dengan pembaca implisit
sebagai peristiwa yang dinamik (a dynamic happening), dapat berubah- masa sekarang, dalam arti Paragraf 1: Wolfgang Iser
ubah sesuai dengan gudang pengalaman pembacanya. ada nilai-nilai tertentu untuk adalah seorang sarjana
Paragraf 5: Pandangan Iser tentang estetika resepsi dapat dipahami orang yang membacanya. sastra Jerman. 
dengan meninjau teorinya mengenai “pembaca implisit? (Implied Paragraf 3: Jauss Kelahiran: 22 Juli
Reader) (1982: 21 -38) dan membandingkannya dengan teori-teori menegaskan bahwa sebuah 1926, Marienberg, Jerman
pembaca lainnya. karya sastra merupakan Meninggal: 24 Januari
Paragraf 6: Teks sendiri telah mengandung syarat-syarat bagi objek estetik yang memiliki 2007, Konstanz, Jerman
aktualisasi yang memungkinkan pembentukan maknanya dalam benak implikasi estetik dan Partner: Lore Iser
pembaca” (Iser, 1982: 34). implikasi historik. Karya yang
Paragraf 7: Di sini terlihat kedudukan pembaca yang sangat penting Paragraf 4: Dalam buku diedit: Theorien der
dalam memadukan perspektif-perspektif tersebut dalam satu-kesatuan Toward.an Aesthetic of Kunst, LAINNYA
tekstual, yang dipandu oleh penyatuan atau perubahan perspektif. Reception (1982: 20-45), Pendidikan: Universitas
Paragraf 8: Instruksi-instruksi yang ditunjukkan teks merangsang Jauss mengungkapkan tujuh Leipzig, Universitas
bayangan mental dan menghidupkan gambaran yang diberikan oleh tesis pemikiran teoretisnya. Ruprecht Karl Heidelberg
struktur teks. 5.3 Wolfgang Iser: Paragraf 2:-
5.4 Norman Holland & simon lesser: psikoanalisis pembaca implisit Paragraf 3:-
Paragraf 1: Holland dan Lesser menggunakan terminologi psikoanalisis Paragraf 1: Iser lebih Paragraf 4:-
sebagai alat mendeskripsikan tanggapan pembaca terhadap teks sastra. memfokuskan perhatiannya Paragfraf 5:-
Paragraf 2: Norman Holland pertama-tama menempatkan sastra kepada hubungan individual Paragraf 6:-
sebagai sebuah pengalaman (bukan sebagai bentuk komunikasi, sebagai antara teks dan pembaca Paragraf 7:-
bentuk ekspresi, atau sebagai karya seni) (Holland, 1968: xiii). (Wirkungs Estetik, estetika Paragraf 8:-
Paragraf 3: Bagi Holland, sastra memiliki efek relief (pembebasan) pengolahan). 5.4 Norman Holland &
sehingga akhir dari semua analisis seni adalah « comfort (suatu Paragraf 2: Menurut Iser, simon lesser:
kesenangan hidup). tak seorang pun yang psikoanalisis
Paragraf 4: Simon O:. Lesser dalam bukunya Fiction and the menyangkal keberadaan Paragraf 1: Norman N.
Unconscious (1962) mengembangkan teori emotif melalui model pembaca dalam memberi Holland adalah seorang
komunikasi yang memungkinkan dia mendeskripsikan efek-efek relief penilaian terhadap karya kritikus sastra Amerika dan
yang dirasakan pembaca. sastra. Marston-Milbauer Eminent
Paragraf 5: Setiap karya:sastra memiliki efek-efek superego, ego,-dan Paragraf 3: Iser (1978: 20- Scholar Emeritus di
id yang perlu direfleksikan oleh pembaca. 21) menyebutkan bahwa University of Florida.
5.5 Jonathan Culler: Konvensi pembacaan karya.sastra memiliki dua Beasiswa Holland sebagian
Paragraf 1: Jonathan Culler dalam bukunya Structuralist Poetics kutub, yakni kutub artistik besar terfokus pada kritik
(1975) menekankan pentingnya perspektif linguistik (Noam Chomsky) dan kutub estetik. psikoanalitik dan puisi
untuk teori sastra. Paragraf 4: Bagi Iser (1978: kognitif, subjek di mana ia
Paragraf 2: Keinginan Culler yang utama adalah menggeser fokus 22), tugas kritik teks adalah menulis lima belas buku
perhatian dari teks kepada pembaca. menjelaskan potensi-potensi dan hampir 250 artikel
Paragraf 3: Studi sastra harus menerangkan kovensi-konvensi yang makna tanpa membatasi diri ilmiah. 
memungkinkan suatu karya sastra dapat dipahami. pada aspek-aspek tertentu. Paragraf 2:-
Paragraf 4: Kompetensi sastra berkaitan dengan pemahaman terhadap Paragraf 5: Pandangan Iser Paragraf 3:-
konvensi dalam perwujudan sastra dan karya sastra. tentang estetika resepsi Paragraf 4:-
dapat dipahami dengan Paragfraf 5:-
meninjau teorinya mengenai 5.4 Norman Holland &
“pembaca implisit? (Implied simon lesser:
Reader) (1982: 21 -38) dan psikoanalisis
membandingkannya dengan Paragraf 1: Jonathan
teori-teori pembaca lainnya. Culler adalah seorang
Paragraf 6: Teks sendiri kritikus sastra Amerika.
telah mengandung syarat- Dia adalah Guru Kelas
syarat bagi aktualisasi yang Bahasa Inggris dan Sastra
memungkinkan Perbandingan 1916 di
pembentukan maknanya Universitas Cornell. Karya-
dalam benak pembaca” (Iser, karyanya yang diterbitkan
1982: 34). adalah di bidang
Paragraf 7: Di sini terlihat strukturalisme, teori sastra
kedudukan pembaca. dan kritik sastra.
Paragraf 8: Instruksi- Paragraf 2:-
instruksi yang ditunjukkan Paragraf 3:-
teks merangsang bayangan Paragraf 4:-
mental dan menghidupkan
gambaran yang diberikan
oleh struktur teks.
5.4 Norman Holland &
simon lesser: psikoanalisis
Paragraf 1: Holland dan
Lesser menggunakan
terminologi psikoanalisis
Paragraf 2: Norman Holland
pertama-tama menempatkan
sastra sebagai sebuah
pengalaman.
Paragraf 3: Bagi Holland,
sastra memiliki efek relief
(pembebasan).
Paragraf 4: Simon O:. Lesser
dalam bukunya Fiction and
the Unconscious (1962)
mengembangkan teori
emotif.
Paragraf 5: Setiap
karya:sastra memiliki efek-
efek superego, ego,-dan id
yang perlu direfleksikan oleh
pembaca.
5.5 Jonathan Culler:
Konvensi pembacaan
Paragraf 1: Jonathan Culler
dalam bukunya Structuralist
Poetics (1975) menekankan
pentingnya perspektif
linguistik (Noam Chomsky)
untuk teori sastra.
Paragraf 2: Keinginan Culler
yang utama adalah
menggeser fokus perhatian
dari teks kepada pembaca.
Paragraf 3: Studi sastra
harus menerangkan kovensi-
konvensi yang
memungkinkan suatu karya
sastra dapat dipahami.
Paragraf 4: Kompetensi
sastra berkaitan dengan
pemahaman terhadap
konvensi dalam perwujudan
sastra dan karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai