Anda di halaman 1dari 36

NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :

NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA I

Soal:

1. Diskripsikan minimal 2 pendapat ahli tentang tinjauan sejarah sastra ?

2. Diskripsikan minimal 2 pendapat ahli tentang genre sastra ?

3. Simpulkan definisi sejarah sastra menurut Saudara berdasarkan definisi yang dideskripsikan di atas
.

Jawaban:

1. Pengertian sejarah sastra

 Menurut Fananie (2001: 6) “ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil
kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan
kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun
aspek makna”.

 M enurut Semi (1990:1)“ Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu
berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu.

 Cikal bakalnya muncul ketika filsuf Yunani, Aristoteles (384-322 sM) lebih dari 2000 tahun
yang lalu telah menulis buku yang berjudul Poetica (bahasa Yunani) yang berarti: puisi,
penulis, pembuat. Tulisan ini memuat tentang drama tragedi dan teori literatur pada
umumnya.Selanjutnya, istilah Poetica dalam kesusastraan disebut dengan bermacam istilah.
Misalnya, W.H. Hudson menyebutnya dengan The Study of Literature (studi
literatur). Literature sendiri berasal dari bahasa latin literatura yang berarti belajar, menulis
atau tata bahasa.Rene Wellek dan Austin Warren menamainya dengan Theory of
Literature (teori literatur/sastra). Sedangkan Andre Lefevere, menyebutnya dengan Literary
Knowledge atau pengetahuan literatur. Sedangkan A. Teeuw menggunakan istilah Literary
Scholarship yang berarti ilmu sastra.
2. Istilah genre berasal dari bahasa bahasa Prancis yang berati ‘jenis’. Jadi, genre sastra berarti
jenis karya sastra. Ahli pikir yang pertama meletakkan dasar teori genre adalah Aristoteles
dalam tulisannya yang terkenal yaitu Poetica. Teori Aristoteles tentang jenis karya sastra
didasarkan pada karya sastra Yunani klasik., tetapi yang menarik dari teori tersebut adalah
teori tersebut dapat diterapkan pada karya sastra lain di seluruh dunia.
 Menurut Aristoteles, karya sastra berdasarkan ragam perwujudannya terdiri atas 3 macam,
yaitu epik, lirik, dan drama (Teuw,1984: 109).

3. Menurut saya sejarah sastra ialah kajian yang membahas proses perubahan dari waktu ke
waktu yang menjadikan suatu perubahan dan memiliki priode priode setiap tahun terbitnya.
Sastra mengkaji bagaimana dan apa itu epik, lirik dan drama.
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA II

Soal:

1. Diskripsikan minimal 2 pendapat ahli tentang aliran strukturalisme beserta rujukannya?

2. Simpulkan pengertian 3 aliran dalam sastra berdasarkan deskripsi pada no 1!

Jawaban:

1. Menurut para ahli :


 Claudi Levi-Strauss mengatakan bahwa objek dari ilmuilmu struktural adalah hal-hal yang
memperlihatkan sifat-sifat suatu sistem, yaitu semua kesatuan yang salah satu unsurnya
tidak dapat diubah tanpa mengubah semua unsur lainnya (Todorov, 1985:x).
 Wittgenstein mengatakan bahwa dunia adalah totalitas fakta, bukan totalitas dari berpikir,
dan faktalah yang menyatakan atau menciptakan masalah. Dalam hal ini, strukturalisme
seperti objek yang masuk ke dalam objek lain yang antara satu dengan yang lainnya
mempunyai hubungan. Keadaan objek itu selalu terhubung dengan strukturnya. Dalam
strukturalisme, form (bentuk) adalah bagian dari struktur, dan struktur fakta (dalam teks
sastra) memuat struktur masalah sebagai bagian dari totalitas masalah yang ada dalam fakta
sastra. Dalam konteks ini, strukturalisme berusaha untuk mengeksplorasi hubungan antara
sistem sastra dan budaya yang merupakan bagian darinya. Strukturalisme juga mendekati
dunia teks yang senantiasa mempertimbangkan aspek semantik dari setiap fitur tekstualnya
(Scholes, 1977:4, 11-12).

Strukturalisme adalah cara mencari realitas tidak dalam hal-hal individu, tetapi dalam hubungan di
antara mereka.

2. 3 simpulan aliran dalam sastra :

Aliran sastra pada dasarnya berupaya menggambarkan prinsip (pandangan hidup, politik,
dll) yang dianut sastrawan dalam menghasilkan karya sastra. Dengan kata lain, aliran sangat
erat hubungannya dengan sikap/jiwa pengarang dan objek yang dikemukakan dalam
karangannya. Pada prinsipnya, aliran sastra dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni: (1)
idealisme, (2) materialisme. Namun pada kasus ini munculnya aliran baru yaitu aliran
stukturalisme.
A. Idealisme

Idealisme adalah aliran romantik yang bertolak dari cita-cita yang dianut oleh penulisnya.
Menurut aliran ini, segala sesuatu yang terlihat di alam ini hanyalah merupakan bayangan
dari bayangan abadi yang tidak terduga oleh pikiran manusia. Aliran idealisme ini dapat
dibagi menjadi (a) romantisisme, (b) simbolik, (c) mistisisme, dan (d) surealisme

Romantisisme adalah aliran karya sastra yang sangat mengutamakan perasaan, sehingga


objek yang dikemukakan tidak lagi asli, tetapi telah bertambah dengan unsur perasaan si
pengarang. Aliran ini dicirikan oleh minat pada alam dan cara hidup yang sederhana, minat
pada pemandangan alam, perhatian pada kepercayaan asli, penekanan pada kespontanan
dalam pikiran, tindakan, serta pengungkapan pikiran. Pengikut aliran ini menganggap
imajinasi lebih penting daripada aturan formal dan fakta. Aliran ini kadang-kadang berpadu
dengan aliran idealisme dan realisme sehingga timbul aliran romantik
idealisme dan romantik realisme. Romantik idealisme adalah aliran kesusastraan yang
mengutamakan perasaan yang melambung tinggi ke dalam fantasi dan cita-cita. Hasil sastra
Angkatan . Pujangga Baru umumnya termasuk aliran ini. Sementara romantik
realisme mengutamakan perasaan yang bertolak dari kenyataan (contoh: puisi-puisi Chairil
Anwar dan Asrul Sani).

Simbolik adalah aliran yang muncul sebagai reaksi atas realisme dan naturalisme.
Pengarang berupaya menampilkan pengalaman batin secara simbolik. Dunia yang secara
indrawi dapat kita cerap menunjukkan suatu dunia rohani yang tersembunyi di belakang
dunia indrawi. Aliran ini selalu menggunakan simbol atau perlambang hewan atau
tumbuhan sebagai pelaku dalam cerita. Contoh karya sastra yang beraliran ini
misalnya Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Pohon Mangga karya Maria Amin
dan Kisah Negara Kambing karya Alex Leo.

Mistisisme adalah aliran kesusastraan yang bersifat melukiskan hubungan manusia dengan


Tuhan. Mistisisme selalu memaparkan keharuan dan kekaguman si penulis terhadap
keagungan Maha Pencipta. Contoh karya sastra yang beraliran ini adalah sebagaian besar
karya Amir Hamzah, Bahrum Rangkuti, dan J.E. Tatengkeng.

Surealisme adalah aliran karya sastra yang melukiskan berbagai objek dan tanggapan
secara serentak. Karya sastra bercorak surealis umumnya susah dipahami karena gaya
pengucapannya yang melompat-lompat dan kadang terasa agak kacau. Contoh karya sastra
aliran ini misalnya Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar, Merahnya Merah karya Iwan
Simatupang, dan Tumbang karya Trisno Sumardjo.

B. Materialisme

Materialisme berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki
dengan akal manusia. Dalam kesusastraan, aliran ini dapat dibedakan atas realisme dan
naturalisme.

Realisme adalah aliran karya sastra yang berusaha menggambarkan/ memaparkan/


menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya. Aliran ini umumnya lebih objektif
memandang segala sesuatu (tanpa mengikutsertakan perasaan). Sebagaimana kita tahu,
Plato dalam teori mimetiknya pernah menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan/
realitas. Berangkat dari inilah kemudian berkembang aliran-aliran, seperti: naturalisme dan
determinisme.
Realisme sosialis adalah aliran karya sastra secara realis yang digunakan pengarang untuk
mencapai cita-cita perjuangan sosialis.

Naturalisme adalah aliran karya sastra yang ingin menggambarkan realitas secara jujur
bahkan cenderung berlebihan dan terkesan jorok. Aliran ini berkembang dari realisme. Ada
tiga paham yang berkembang dari aliran realisme (1) saintisme (hanya sains yang dapat
menghasilkan pengetahuan yang benar), (2) positivisme ( menolak metafisika, hanya
pancaindra kita berpijak pada kenyataan), dan (3) determinisme (segala sesuatu sudah
ditentukan oleh sebab musabab tertentu.

Impresionisme adalah aliran kesusastraan yang memusatkan perhatian pada apa yang


terjadi dalam batin tokoh utama. Impresionisme lebih mengutamakan pemberian
kesan/pengaruh kepada perasaan daripada kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.
Beberapa pengarang Pujangga Baru memperlihatkan impresionisme dalam beberapa
karyanya.

C. strukturalisme

Strukturalisme adalah cara mencari realitas tidak dalam hal-hal individu, tetapi dalam hubungan di
antara mereka
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA III

Soal:

1. Diskripsikan minimal 2 pendapat ahli tentang prinsip dasar periodisasi sastra?

2. Simpulkan apa saja prinsip dasar dari periodisasi sastra

Jawaban:

1. Prinsip dasar periode sastra menurut para ahli :

 Menurut HB Jassin
HB Jassin merupakan salah satu krititus yang paling dikenal sepanjang kesusastraan
Indonesia. Jassin membagi periodisasi sastra Indonesia berdasarkan pembabakan
waktu dari awal kemunculan sampai perkembangannya, yakni:

Sastra Melayu lama: karya sastra pada periode ini disebarkan secara lisan dari mulut
ke mulut

Sastra Indonesia modern, meliputi:

o Angkatan 20: awal mula sastra Indonesia, karakteristiknya


menggunakan bahasa yang Melayu tinggi
o Angkatan 33 : ditandai berdirinya penerbit Balai Pustaka yang
menerapkan sensor ketat terhadap karya sastra
o Pujangga baru: yakni angkatan yang melakukan proter terhadap sensor
penerbit Balai Pustaka
o Angkatan 45: karya satsra dipenuhi semangat kebangsaan di tengah
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia:
o Angkatan 66: karya sastra diwarnai keberagaman aliran dengan
semangat avant-garde yang menonjol.

 Menurut Buyung Saleh


Selanjutnya yakni dari pendapat ahli sastra Buyung Saleh. Berbeda dengan HB Jassin,
periodisasi Buyung Saleh berdasarkan pada jangka panjang atau pendeknya
perkembangan sastra yang menunjukkan ciri khas. Ia membaginya sebagai berikut:
Kesusastraan lama: karya sastra disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut

Kesusastraan peralihan: karya sastra tidak lagi bersifat istana sentris melainkan lebih
realistis

Kesusastraan baru, meliputi:

o Angkatan Balai Pustaka: ditandai dengan berdirinya penerbit Balai Pustaka


yang mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar
o Angkatan pujangga baru: karya sastra cenderung nasionalis, tapi juga
idealistik dan romantik
o Angkatan 1945: karya sastra banyak mengusung semangat perjuangan
kemerdekaan
o Angkatan 1966: ditandai terbitnya majalah sastra Horison. Karyanya
banyak bertema protes sosial dan politik.

2. Prinsip dasar periode sastra

Periodisasi sastra merupakan kesatuan waktu dalam perkembangan sastra yang dikuasai oleh
suatu sistem norma yang tertentu atau kesatuan waktu yang memiliki sifat dan cara pengucapan
yang khas yang berbeda dengan masa sebelumnya. Periode merupakan kurun waktu yang
ditentukan oleh kesamaan ciri khas bagian terbesar karya sastra yang diciptakan sezaman,
misalnya periode 20-an menghasilkan novel Sitti Nurbaya (Marah Rusli) dan novel Salah Asuhan
(Abdul Muis), periode 30-an menghasilkan novel Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana)
dan Puspa Mega (Sanusi Pane), periode tahun 40-an menghasilkan novel Atheis (Achdiat K.
Mihardja) dan kumpulan puisi Deru Campur Debu (Chairil Anwar), dan periode tahun 50-an
menghasilkan kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta (W.S. Rendra) dan kumpulan puisi
Priangan Si Jelita (Ramadhan K.H.). Periodisasi merupakan pembabakan sejarah
perkembangan kesusastraan menurut kriteria yang ditentukan oleh sudut pandang peneliti.
Kriteria atau dasar penggolongan periodisasi itu bermacam-macam, misalnya berdasarkan masa
penerbitan karya sastra, pertimbangan intrinsik karya sastra, pertimbangan ekstrinsik karya
sastra, dan berdasarkan pada perbedaan norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi
zaman.
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA IV

Soal:

1. Diskripsikan minimal 2 apa pengertian dari periodisasi sastra angkatan masa kelahiran!

2. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sejarah sastra masa kelahiran ?

Jawaban:

1.Pengertian periodesasi sastra angkatan kelahiran

  Ajip Rosidi
Menurutnya, bahasa tidak bisa dijadikan patokan sebagai kapan sastra itu lahir. Karena,
sebelum bahasa diakui secara resmi tentulah bahasa itu sudah ada dan sudah digunakan oleh
masyarakat pengguna bahasa. Ajip berpendapat, yang seharusnya dijadikan patokan adalah
kesadaran kebangsaan. Berdasarkan kesadaran kebangsaan inilah Ajip menetapkan lahirnya
kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921 atau tahun 1922. Karena pada waktu itu pemuda
Indonesia seperti Muhammad Yamin, Sanusi Pane, dan lain-lainnya menegaskan, bahasa
Indonesia itu berbeda dengan Sastra Melayu.

 A.Teeuw.
Ia memiliki pendapat yang berbeda dari dua tokoh diatas. Akan tetapi, tahun lahirnya Sastra
Indonesia hampir sama dengan Ajip yaitu tahun 1920. Menurutnya, pada waktu itu para pemuda
Indonesia untuk pertama kali menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat
tradisional setempat dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Selain itu, pada tahun yang
sama para pemuda juga menulis puisi baru Indonesia. Lalu A. Teeuw menegaskan pendapat
lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit novel Mirari
Siregar yang berjudul Azab dan Sensara.

Namun saat ini angkatan masa kelahiran disebut dengan periode balai pustaka ( 1920-1940)

2.Karya sastra dan penulis angkatan ini, yaitu :

Azab dan Sengsara karya Merari Seregar (1920), Siti Nurbaya karya Marah Rusli (1920), dan
Salah Asuhan karya Abdul Muis (1928)
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA V

Soal:

1. Deskripsikan periodisasi sastra masa kebangkitan dan sebutkan tokoh- tokoh yang ada di
dalamnya!

Jawaban:

1. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik
– idealistik. Karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut
kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni
yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan ’45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Karya Sastra angkatan
ini, yaitu puisi berjudul Kerikil Tajam karya Chairil Anwar (1949), Atheis karya Achdiat Karta Mihardja
(1949), dan Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Menuju Roma karya Idrus (1948).

NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :


NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA VI

Soal:

1. Siapa saja tokoh- tokoh yan ada pada periodisasi sastra masa kebangkitan sebutkan contohnya
masing- masing satu contoh!

Jawaban:

1. Karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan
seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi
judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan ’45
ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Karya Sastra angkatan ini, yaitu puisi
berjudul Kerikil Tajam karya Chairil Anwar (1949), Atheis karya Achdiat Karta Mihardja (1949), dan
Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Menuju Roma karya Idrus (1948).
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA
VII

Soal:

1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra kontenporer, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu contoh!

Jawaban:

1. I Dewa Putu Wijaya

Putu Wijaya lahir pada tangggal 11 April 1944 di Tabanan (Bali) dan bekerja sebagai
wartawan.  Ia sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan
esei, artikel lepas, dan kritik drama. Sebagai dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan
telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri.Contoh karya-karyanya yang
banyak diperbincangkan yaitu Telegram, Pabrik, Stasiun, Keok, Sobat, Tak cukup
sedih, Ratu, Edan, Bila Malam Bertambah Malam, Aduh, Perang, Ms Novelet, dan nyali.
2.      Iwan Simatupang
Iwan Simatupang lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga (Sumatra Utara). Beliau
menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi, tidak satu pun yang tamat, dengan  bidang ilmu
kedokteran (Surabaya), belajar antropologi dan filsafat di Leiden dan Paris. Beliau pernah
menjadi Guru, wartawan dan pengarang, yang hasil karyanya kebanyakan merupakan karya sastra
absurd, irrasional dan filosofis. Beliau telah  mengarang semua genre sastra: Cerpen, Novel, Puisi,
Drama, Esei dan kritik sastra. Beliau wafat pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta. Contoh
karyanya yaitu Merahnya Merah (1977), Kering (1972), Ziarah (1976), Koong, kisah tentang
seekorperkutut (1975), Tunggu Aku dipojok Jalan Itu, Jang Tak Terpadamkan (Cerpen 1965), Perang
di Taman (Drama 1966), Tegak Lurus dengan Langit (Antologi Cerpen 1982) dan Monolog Simpang
Jalan.
3.      Linus Suryadi A.G
Linus Suryadi dalam puisi-puisinya dimuat idiom jawa. Ia juga mampu menciptakan kuatrin
yang pekat. Di samping itu terdapat unsur budaya jawa, bahasa yang prosais, tidak dikenalnya kata
atau istilah tabu. Contoh karyanya yaitu Pengakuan pariyem (Novel 1988), Syair-syai dari Yogya
(Sajak 1978), Langit Kelabu (Sajak 1976), dan maria dari magdala.
4.      Korrie Rayun Rampan
Lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda. Beliau merupakan seorang sarjana yang
bekerja sebagai wartawan. Beliau dalam karya sastranya mengungkapkan tradisi Kalimantan. Contoh
karyanya yaitu: Upacara (Novel 1978), putih! putih/putih! (1975), Sawan
(Puisi 1978), Api Awan Asap (Novel, 1976), lingkaran kabut, perawan dan Danau liaq(2002).
5.      Remi Silado
Remi Silado banyak menciptakan mbeling atau puisi lugu. Puisi  ini mengungkapkan hidup
sosial kota-kota besar yang sering menampilkan sikap yang skeptis, pesimis, anarkhis dan
individualis. Puisi mbling adalah puisi yang secara blak-blakan, lugu tanpa menghiraukan diksi
tradisional. Contoh karya yaitu: Gali Lobang Gila Lobang (Roman) dan
Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan (Sajak).

6.      Kuntowijoyo
Kuntowijaya lahir pada tanggal 8 September 1943 di Yogyakarta. Beliau merupakan
Dr. Sastra yang berprofesi sebagai dosen U     niversitas Gajah Mada, pengarang dan
sejarawan. Contoh karya yaitu: Suluk awang-uwung (Sajak 1975), pasar (Novel, 1972), Kotbah
di atas Bukit (1976), Isaraf (1976), Keta api yang Berangkat Pagi
hari (1966), Impian Amerika (1997), dan Daun Makrifat (Cerpen).
7.      Budi Darma
Budi darma merupakan Dr. Sastra yang pernah menjadi rektor IKIP di Surabaya. Beliau
adalah sorang sastrawan kontemporer yang melakukan pembaharuan dalam karya sastranya. Contoh
karyanya yaitu: Rafilus, Olenka (Novel, 1983), Orang-orang Bloomington (Antologi cerpen 1980),
dan Kritikus Adinan (Cerpen, 1974).
8.      Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji penyair kelahiran Rengat (Riau) tanggal 24 Juni 1941, dari suku bangsa Melayu.
Pendidikan SD sampai SMA ditamatkan di Tanjung Pinang (Kepri) dan selanjutnya melanjutkan ke
jurusan Administrasi Negara Fakultas Sosial Politik Universitas Pajajaran Bandung, sampai tingkat
II  (Program Doktoral/lama). Oleh karena tingginya minat dan intensitasnya kepada sastra, khususnya
puisi, ia berhenti kuliah. Beliau mengarang puisi, cerpen, esei dan kritik sastra. Dia termasuk salah
satu pembaca puisi terbaik indonesia sampai saat ini dan telah membacakan puisinya di Rotterdam
International Poetry Reading (Belanda) tahun 1975. Pada tanggal 26 Januari 1976, Sutardji
mengumumkan dirinya secara lisan dalam sebuah acara sastra di Taman Ismail Marzuki menjadi
Presiden Penyair I            ndonesia. Karya sastra beliau berangkat dari tradisi mantera (Melayu).
Contoh karyanya yaitu: “O” (Sajak-sajak 1973), Amuk (1977), Hujan Menulis Ayam (2001), O Amuk
Kapak (1981), Kredo puisi, Jadi, Batu, Shanghai, Pot, Idul Fitri dan  Winka Sihka.
9.      Ibrahim Sattah
Ibrahim lahir di Tarempa pada tahun 1945. Beliau menamatkan SMA dan bekerja menjadi
Polisi Militer, Pendiri Bumi Pustaka dan dramawan. Beliau selain mengambil efek puitik mantera,
juga mengambil permainan kanak-kanak, lagu-lagu dan cerita rakyat Melayu Riau sebagai sumber
pengucapan puitiknya. Mantera itu bukan lagi mantera tradisional untuk menyihir dan orang sakit,
melainkan mantera modern yang menyarankan yang baru dengan cara tersendiri. Beliau wafat tanggal
17 Januari 1987. Contoh karyanya yaitu: Dandandid (1975), Ibrahim (1980), Hai Ti (1981), Duka dan
Wawa.
10.  Abdul Hadi Widi Muthari
Abdul Hadi lahir di Sumenep tahun 1945. Beliau adalah seorang Dr. Sastra di Universitas
Sains Malaysia (1999). Beliau seorang lirikus dengan kedalaman sikap religiusnya yang intens selalu
tercermin pada banyaknya puisinya. Beliau berpendapat aku dan alam tidak lain adalah ayat-ayat
Tuhan yang perlu diakrabi untuk melahirkan tindakan-tindakan kreatif. Melihat dan merasakan
suasana lirik yang kental dalam puisi Abdul Hadi, W.M. Latunan pesona puisi Abdul Hadi W.M lain
pula dengan getaran yang bergelora pada puisi-puisi Sutardji. Kalau Sutardji tampak liar dan gelisah
dalam menggapai Tuhan, maka Abdul Hadi W.M, terasa memencarkan pesona langit. Contoh
karyanya yaitu: Riwayat (1967), Laut Belum Pasang (1971), Potret Panjang seorang Pengunjung
Pantai sanur (kumpulan sajak 1967-1971), Cermin ( sajak 1972-1975), Meditasi ( sajak 1971-1975)
dan Tergantung Pada Angin ( kumpulan sajak, 1975-1976).
11.  Arifin C.Noer
Arifin adalah seorang sastrawan kontemporer yang melakukan pembaharuan dalam karya
sastranya. Arifin merupakan sastrawan yang menciptakan karya sastra dari kehidupan manusia.
Contoh karya yaitu: Beberapa puisi dalam Horison (1966-1967), Sepasang Pengantin (Drama, 1968),
Kapai-kapai (Sandiwara, 1970) dan Kasir Kita (1972).
12.  Danarto
Danarto  lahir pada tanggal 27 Juni 1940 di Sragen. Dalam karyanya beliau kembali ke akar
tradisi atau kembali ke sumber  ialah suasana purbawi ke dalam puisi-puisi tanpa kehilangan
kemodeman. Beliau berurusan dengan kata-kata dan bagaimana menuangkan pengalaman batin dan
rasa untuk menemukan darah sekaligus daging dalam puisi. Beliau menggunakann tokoh-tokoh yang
abiotik dan hewan dapat berbicara dan perilaku seperti manusia. Contoh karyanya yaitu: godlob
(Cerpen, 1974), Adam Makrifat (Cerpen, 1982), Berhala (Cerpen, 1987), Argagendon, Rintrik
dan  Kecubung Pengasihan.

13.  Darmanto Jatman

Darmanto lahir di Jakarta pada tahun 1942. Beliau terkenal dengan puisi-puisinya yang
terdiri  dari campur baur berbagai macam bahasa yang dipadukan dengan kata seru yang menghentak
dan lembut menggambarkan kesemrawutan kebahasaan masyarakat modern, ia lebih mbling dari
Remi Silado. Ia lebih memiliki kesungguhan mengugat, mencemooh, menyelesaikan sesuatu. Contoh
karyanya yaitu: Bngsat (1974), Sang Darmanto (Sajak).

14.  Ediruslan Pe Amariza
Ediruslan lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di Bagan siapi-api. Beliau adalah seorang
pengarang, Ketua Dewan Kesenian Pekanbaru, dosen, wartawan dan anggota DPRD Riau. Beliau
meninggal bulan Mei 2000 di Jakarta. Contoh karyanya yaitu: Vagaban, Pekanbaru (Puisi, 1975),
Surat-suratku kepada GN (Puisi 1983), Bukit Kawan (Antologi puisi, 1985), Di Bawah Mentari
(Novel, 1981), Jakarta, Dimanakah sri (1982), Taman (Novel, 1983), Jembatan/ kekasih Sampai Jauh,
Nakhoda (Novel), Ke Langit (1993), Panggil Aku Sakai (Novel, 1987), Kayah, Umi Kalsum (Drama),
Renungkan Markasan (Cerpen, 1997) dan Dikalahkan Sang Sapurba (Novel, 1999).

15.  Eko Budianta, C.A


Eko budianta merupakan sastrawan yang melakukan suatu perubahan dalam karya sastranya.
Beliau adalah seorang yang selalu membedakan karya sastranya dengan sastrawan zaman
dahulu.  Contoh karya yaitu: Ada (buku puisi, 1976), Bel, 28 puisi (1977), Real (Puisi, 1977)  dan
Puisi ASEAN (1978).

16.  Emha Ainun Najib


Emha Ainun Najib adalah penyair religius yang sezaman dengan Sutardji. Ia sangat peka
terhadap permasalahan sosial. Ia berpendapat bahwa puisi akan mampu merangsang untuk menguak
berbagai jalan ke cakrawala. Ia bisa menerima yang kontemplatif tetapi yang aktif. Hal itu
dimasukkannya puisi boleh ke luar rumah tetapi tetap membawa nurani bilik sunyinya, seperti juga
puisi kamar yang sunyi dapat menangkap alam dan udara di luar jendela. Bagi Emha, puisi itu
semacam barang mainan ia tidak begitu sering akan tetapi ia menjadi penting dan utama bila mampu
menawarkan suatu dunia  dalam. Dunia dalam ini adalah sekaligus dari luar yang tidak
terbatas.  Contoh karyanya yaitu: Sajak-sajak Sepanjang Jalan (1978), 99 Untuk Tuhanku (1978),
Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990) dan Nocturno.

17.  Rachmad Djoko Pradopo


Rachmad merupakan pakar bahasa Indonesia dan penyair puisi Indonesia. Rachmad membuat
ciri-ciri puisi kontemporer Indonesia. Contoh karyanya yaitu: Matahari Pagi di Tanah Air
(puisi,1967), Sajak-sajak (1975) dan Matahari Di tengah Hutan (1994).
18.  Sapardi Djoko Damono
Sapardi sebagai penyair imajis karena susunan kata didalam puisinya mampu menghadirkan
suasana yang sarat dengan citra lihatan,M.S. Di dalam puisi Sapardi ini susunan katanya mempunyai
daya kejut yang spesifik karena ia melukiskan yang terdiri dari citra-citra lihatan yang banyak dari
benda mati namun menjadi hidup setelah diberi nyawa oleh Sapardi. Jika kita pernah membaca fabel
dengan binatang tiang listrik, hujan, kabut bisa berbicara seperti manusia. Contoh karyanya yaitu:
Akuarium (Sajak, 1974), Mata Pisau (sajak, 1974), Dukamu A(sajak, 1975), Lirik Parsi Klasik
(1977), Arloji (Antologi puisi, 1999) dan Pus Puisi Cat Air untuk Rizki.
19.  Umar kayam
Umar Kayam lahir tanggal 30 April 1932 di Ngawi. Beliau adalah seorang Dr.Sastra, dosen
Universitas Gajah Mada dan pengarang. Beliau wafat bulan Desember 2002 di Jakarta.
Contoh karyanya yaitu: Seribu Kunang-kunang di manhattan (Cerpen 1972), Sri Su Marah dan Bawak
(1975 ), Para Priyayi (Novel 1995), Jalan Menikung (2000), Istriku, Madame Schlitz dan Sang
Raksasa.
20.  Taufik Ikram Jamil
Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Teluk Belitung. Beliau adalah
seorang sarjana FKIP UNRI, wartawan dan pengusaha. Beliau juga banyak membuat karya sastra
khususnya cerpen. Contoh karyanya yaitu: Tersebab Haku Melayu (puisi, 1995), Sandiwara Hang
Tuah (cerpen, 1996), Membaca Hang Jebat (1998), Hempasan gelombang (1999).
21.  Yudhistira ANM Massardi
Yudhistira ANM Massardi lebih mbeling lagi dari Remi Silado dsan Darmanto Jatman. H.B.
Jassin berpendapat bahwa puisi-puisinya memberikan kesan yang dibuat oleh anak-anak yang tak
berdosa lagi. Contoh karyanya yaitu: Arjuna Mencari Cinta (1977), Ding Dong (1978), Sajak  Sikat
Gigi (1978), Biarin, Sajak Dolanan Anak-anak.
22.  Darman Moenir
Darman Moenir lahir pada tanggal 27 Juli 1952 di Batusangkar. Beliau seorang Sarjana
Bahasa Inggris UBH Padang. Contoh karyanya yaitu: Bako (1980), Kenapa Hari Panas Sekali
(puisi,1973), Gumam (1976), Kabut, Batu, Kampung Kecil (Cerita Bersambung di SK Haluan).
23.  Idrus Tintin
Idrus Tintin lahir pada tanggal 10 Oktober 1932 di Rengat. Beliau tamatan SMA, Buruh,
pengarang, wartawan, guru, Ketua Dewan Kesenian Riau. Contoh karyanya yaitu: Luput (1986),
Burung Waktu (1990), Nyanyian di Lautan Tarian di tengah Hutan (1996).
24.  Hasan Junus
Hasan Junus lahir pada tahun 1942 di P. Penyengat. Beliau  tamatan ABA Bandung, Guru,
kolumnis dan pengarang. Contoh karyanya yaitu: Burung Tiung Srigading (1978), Pelangi Pagi dan
Sejumlah Cerita Lain (Cerpen, 1999).
25.  Aspar
Aspar (Andi Sopyan Paturisi) lahir pada tanggal 19 April 1943 di Bulukumba. Beliau
meruapakan sastrawan kontemporer yang bergelut dalam karya sastra novel. Contoh karyanya yaitu:
Arus (Novel, 1976), Pulau (Novel, 1976), Sajak-sajak dari Makassar.
26.  F. Rahardi
F. Rahardi dengan kumpulan puisinya menampilkan kenakalan-kenakalan dengan humor-
humor yang tinggi dan kadang-kadang konyol tetapi segar. Beliau merupakan sastrawan kontemporer
yang banyak membuat karya sastra marginal.  Beliau adalah sastrawan yang pertama memciptakan
karya sastra marginal di Indonesia. Contoh karyanya yaitu: Silsilah Garong.
27.  Afrizal Malna
Afrizal sejak 1983 puisi-puisinya diperhatikan karena imaji simboliknya yang memukau. Ia
juga memerhatikan pemilihan kata yang kadang-kadang menggebu-gebu. Puisi-puisi beliau di dalam
kumpulan Abad yang Berlari, kebanyakan tidak berdasarkan otak, tetapi berdasarkan roh kata-kata
yang liar dan berdarah. Contoh karyanya yaitu: Gelora Burung
28.  Y.B Mangunwijaya
Mangunwijaya banyak mengarang novel-novel sejarah. Beliau telah menghayati akar-akar
tradisi jawa. Beliau berasal dari suku Jawa. Karya sastra yang ditulis beliau mengacu pada naskah
kuno atau melalui penelitian-penelitian dan mempunyai muatan sejarah yang kuat. Contoh karyanya
yaitu: Ikan-ikan Hiyu, Idohoma (1983), Roro Mendut (1981), Genduk Duku (1986), Setadewa dan
Lusi Lindri (1987).
29.  N.H. Dini
N.H. Dini dalam karya sastranya memiliki nilai yang universal dan tema yang dikemukakan
adalah problem manusia pada umumnya. Beliau adalah sastrawan yang berwawasan budaya
internasional yang mempelajari berbagai macam problem kehidupan sosial dalam masyarakat dunia.
Karya sastra beliau banyak yang berbentuk novel kontemporer Indonesia. Contoh karyanya yaitu: Sri.
30.  Pramudya Ananta Toer
Pramudya Ananta toer  adalah seorang sastrawan yang dalam karya sastranya mengangkat
tema tentang kehidupan manusia sehari-hari. Beliau adalah seorang novelis sastra kontemporer.
Contoh karyanya yaitu: Bumi Manusia (1980).
31.  Ngarto Februana
Ngarto Februana seorang sastrawan kontemporer yang menggeluti karya sastra khususnya
novel Indonesia kontemporer. Beliau merupakan sastrawan yang karya sastra banyak berbentuk novel.
Contoh karyanya yaitu: Menolak untuk Pulang (2000).
32.  Sides Sudyarto
Sides Sudyarto yaitu seorang sastrawan kontemporer yang melakukan pembaharuan dengan
memakai kata-kata supra, kata-kata konvensional yang dijungkirbalikkan dan belum dikenal
masyarakat umum. Contoh karyanya yaitu: Gerisa.

33.  Jeihan
Jeihan adalah seorang sastrawan yang menggunakan simbol-simbol dengan menampilkan
atau kalimat seruan yang sedikit. Contoh karyanya yaitu: Viva Pancasila.
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA
VIII

Soal:

1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 66, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu contoh!

Jawaban:

1.Tokoh tokoh angkatan ’66 yaitu :

 Taufiq Ismail, dilahirkan di Bukittinggi, 25 Juni 1937, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan UI,
redaktur senior Horison. Penerima Anugerah Seni dari pemerintah RI tahun 1970 dan Sastra
ASEAN tahun 1994 ini telah berjasa besar dalam memasyarakatkan, mengembangkan dan
memajukan sastra Indonesia bersama tokoh-tokoh lain seperti Sutarji Calzoum Bachri, Agus
R. Sarjono, Jamal D. Rahman, Abdul Hamid Jabbar (almarhum) melalui program SBSB
(Sastrawan Buicara Siswa Bertanya) di sekolah-sekolah (SMA/MAN/SMK) di seluruh
Indonesia tahun 2000 – 2004. Karena jasa-jasanya dan prestasinya, Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) memberinya gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang sastra.

Penyair ini terkenal dengan kumpulan sanjak Tirani dan Benteng, tertbit tahun 1966. Sanjak
berjudul Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya, Karangan Bunga, Sebuah Jaket Berlumur
Darah, Kami adalah Pemilik Sah Republik Ini, Yang Kami Minta Hanyalah…bisa dijumpai
dalam buku-buku tersebut. Kumpulan sanjaknya yang lain, Sajak Ladang Jagung (1973) terbit
setelah ia pulang dari Amerika. Dalam buku tersebut, kita bisa membaca Kembalikan
Indonesia Padaku, Beri Daku Sumba, Bagaimana Kalau ….. Sejak puluhan tahun yang lalu
(1974) Taufiq bekerja sama dengan Bimbo Group dalam penulisan lirik lagu. Kita bisa dengar
nikmati lagu dan lirik Aisyah Adinda Kita, Sajadah Panjang, Balada Nabi-nabi, Bermata tapi
Tak Melihat, Ibunda Swarga Kita, dan lain-lain dari dirinya. Taufiq Ismail juga menulis Sajak-
sajak Si Toni, Balai-balai, Membaca Tanda-tanda, Abad ke-15 Hijriah, Rasa Santun yang Tidur,
Puisi-puisi Langit.

Pada awal tahun 1994 diluncurkan buku antologi puisi berjudul Tirani dan Benteng cetak
ulang dua kumpulan puisinya yang terkenal itu. Buku tersebut diberi pengantar oleh sang
penyair secara cukup panjang dan mendalam. Di antara kata pengantar dan dua kumpulan
sanjak tersebut disertakan pula dalam buku ini Sajak-sajak Menjelang Tirani dan Benteng.
Pada tahun-tahun seputar Reformasi ditulisnya puisi berjudul Takut 98 dan antologi puisi
Malu Aku Jadi Orang Indonesia (MAJOI) terbit tahun 1998. Bersama DS Mulyanto, rekan
sastrawan Angkatan ’66, Taufiq Ismail mengeditori buku tebal berjudul Prahara Budaya
(antologi esai, 1995), bersama LK Ara dan Hasyim Ks menyusun buku tebal juga berjudul
Seulaweh Antologi Sastra Aceh (1995).

 Bur Rasuanto, dilahirkan di Palembang, 6 April 1937, adalah pengarang, penyair, wartawan.
Ia menulis kumpulan cerpen Bumi yang Berpeluh (1963) dan Mereka Akan Bangkit (1963).
Bur Rasuanto juga menulis roman Sang Ayah (1969);  Manusia Tanah Air (1969) dan novel
Tuyet (1978).

 Goenawan Mohamad, dilahirkan di Batang, 29 Juni 1941. Penyair, esais, wartawan, yang
sampai sekarang menjadi pimpinan umum majalah Tempo  ini termasuk penanda tangan
Manifes Kebudayaan. GM adalah juga penerima Anugerah Seni pemerintah RI, penerima
Hadiah A. Teeuw tahun 1992 dan Hadiah Sastra ASEAN tahun 1981.Di samping prestasi-
prestasi di atas, GM pernah menjadi wartawan Harian KAMMI, anggota DKJ, pimred Express,
pimred majalah Zaman, redaktur Horison, anggota Badan Sensor Film.

Ia menulis kumpulan sanjak Interlude, Parikesit (1971);kumpulan esai Seorang Penyair Muda
Sebagai Si Malinkundang (1972); Catatan Pinggir I (1982), Catatan Pinggir 2 (1989), Catatan
Pinggir 3  yang dihimpun dari majalah Tempo. Karyanya yang lain: Asmaradahana (kumpulan
puisi, 1992); Seks, Sastra, Kita (kumpulan esai); Revolusi Belum Selesai” (kumpulan esai);
Misalkan Kita di Serayewo (antologi puisi, 1998).

 Subagio Sastrawardoyo, dilahirkan di Madiun, 1 Febuari 1924, meninggal di Jakarta, 18 Juli


1995. Penyair, pengarang, esais ini, pernah menjadi redaktur Balai Pustaka, dosen bahasa
Indonesia di Adelaide, dosen FS UGM, SESKOAD Bandung, Universitas Flinders, Australia
Selatan. I menulis kumpulan sanjak Simphoni (1957); Daerah Perbatasan, Kroncong
Motenggo (1975). Kumpulan esainya berjudul Bakat Alam dan Intelektualisme (1972);
ManusiaTerasing di Balik Simbolisme Sitor, Sosok Pribadi dalam Sajak (1980); antologi puisi
Hari dan Hara; kumcerpen Kejantanan di Sumbing (1965). Cerpennya Kejantanan di Sumbing
dan puisinya Dan Kematian Makin Akrab meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison.

 Sapardi Joko Damono, dilahirkan di Solo, 20 maret 1940, adalah penyair, esais, dosen dan
Guru Besar FSUI. Ia menulis Duka-Mu Abadi (1969); Akwarium (1974); Mata Pisau (1974);
Perahu Kertas (1983); Suddenly the Night (1988);Hujan Bulan Ini (1994). Semuanya
kumpulan puisi. Ia juga penerjemah yang mengalihbahasakan The Old Man and The Sea nya
Ernest Hermingway menjadi Lelaki Tua dan Laut (1973). Karya terjemahannya yang lain Lirik
Persi Klasik (1977); Puisi Klasik Cina (1976);  Puisi Brazilia Modern. Kumpulan esainya Novel
Indonesia Sebelum Perang (1979); Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978);
Kesusastraan Indonesia Modern, Beberapa Catatan (1983); Sihir Rendra: Permainan Makna
(1999); Politik Iodeologi dan sastra Hibrida (1999). Merefleksikan saat-saat Reformasi yang
diterpa kerusuhan, penjarahan dan pembakaran gedung-gedung dan supermarket, sampai
ada ratusan jiwa yang tewas terpanggang, Sapardi mengabadikan tragedi tersebut lewat
antologi puisi Ayat-ayat Api (2000).

 Titie Said Sadikun, dilahirkan di Bojonegoro, 11 Juli 1935. Pengarang dan  wartawati yang
pernah menjadi redaktur majalah Wanita, Hidup, Kartini, Famili ini menulis kumpulan cerpen
Perjuangan dan Hati Perempuan (1962), novel Jangan Ambil Nyawaku (1977), Lembah Duka,
Fatimah yang difilmkan menjadi Budak Nafsu, Reinkarnasi, Langit Hitam di Atas Ambarawa.

 Arifin C. Noer, dilahirkan di Cirebon 10 Maret         1941, meninggal di Jakarta 28 Mei 1995.
Penyair yang juga  dramawan dan sutradara film ini menulis sanjak Dalam Langgar, Dalam
Langgar Purwadinatan, naskah drama Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia , Matahari di Sebuah
Jalan Kecil , Monolog Prita Istri Kita dan Kasir Kita (1972, Tengul (1973), Kapai-kapai (1970),
Mega-mega (1966), Umang-umang (1976), Sumur Tanpa Dasar (1975), Orkes Madun, Aa Ii
Uu, Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi, Ozon. Karya-karyanya yang lain: Nurul Aini
(1963); Siti Aisah (1964); Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi-puisi (1967); Selamat pagi, Jajang
(1979); Nyanyian Sepi (1995); drama Lampu Neon (1963); Sepasang Pengantin (1968);
Sandek,Pemuda Pekerja (1979)

Selain penyair dan dramawan yang memimpin Teater Kecil, Arifin C. Noer juga penulis
skenario dan sutradara film yang andal. Karya skenarionya antara lain: G 30 S/PKI; Serangan
Fajar; Taksi; Taksi Juga; Bibir Mer.Film-film yang disutradarinya: Pemberang (1972); Rio
Anakku (1973); Melawan badai (1974); Petualang-petualang (1978); Suci Sang Primadona
(1978); Harmonikaku (1979). Pada tahun 1972 Arifin menerima Hadiah Seni dari Pemerintah
RI dan pada tahun 1990 menerima Hadiah Sastra ASEAN.

 Hartoyo Andangjaya, dilahirkan di Solo 4 Juli 1930, meninggal di kota ini juga pada 30
Agustus 1990. Penyair yang pernah menjadi guru SMP dan SMA di Solo dan Sumatra Barat
ini menulis sanjak-sanjak terkenal berjudul Perempuan-perempuan Perkasa, Rakyat, juga
Sebuah Lok Hitam, Buat Saudara Kandung. Sanjak-sanjak tersebut bisa dijumpai dalam
bukunya Buku Puisi (1973). Musyawarah Burung (1983) adalah karya terjemahan liris
prosaya tokoh sufi Fariduddin Attar. Seratusan puisi karya penyair sufi terbesar sepanjang
sejarah, Maulana Jalaluddin Rumi, diambil dari Diwan Syamsi Tabriz, diterjemahkan dan
dihimpunnya di bawah judul buku Kasidah Cinta.Hartoyo juga menulis antologi puisi Simponi
Puisi (bersama DS Mulyanto, 1954), Manifestasi (bersama Goenawan Mohamad dan Taufiq
Ismail, 1963), kumpulan syair Dari Sunyi ke Bunyi (1991).Karya-karya terjemahannya: Tukang
Kebun (Tagore, 1976), Kubur Terhormat bagi Pelaut (antologi puisi J. Slauerhoff, 1977),
Rahasia hati (novel Natsume Suseki,1978); Puisi Arab Modern (1984).Hartoyo Andangjaya
termasuk penanda tangan Manifes Kebudayaan.

 Slamet Sukirnanto, dilahirkan di Solo 3 Maret 1941. Penyair ini menulis buku kumpulan puisi
Kidung Putih(1967); Gema Otak Terbanting; Jaket Kuning (1967), Bunga Batu (1979), Catatan
Suasana (1982), Luka Bunga (1991). Bersama A. Hamid Jabbar, Slamet mengeditori buku
Parade Puisi Indonesia (1993). Dalam buku itu, termuat sanjak-sanjaknya: Rumah, Rumah
Anak-anak Jalanan, Kayuh Tasbihku, Gergaji, Aku Tak Mau; Bersama Sutarji Calzoum Bachri
dan Taufiq Ismail, Slamet menjadi editor buku Mimbar Penyair Abad 21.

 Mohammad Diponegoro, dilahirkan di Yogya 28 Juni 1928, meninggal di kota yang sama 9


Mei 1982. Pengarang, dramawan, pendiri Teater Muslim, penyiar radio Australia ini menulis
cerpen Kisah Seorang Prajurit, roman Siklus, terjemahan puitis juz Amma Pekabaran/Kabar
Wigati (1977), kumpulan esai ketika ia menjadi redaktur Suara Muhammadiyah berjudul Yuk,
Nulis Cerpen, Yuk (1985). Mohammad Diponegoro juga menulis antologi puisi bersama
penyair lain bertajuk Manifestasi (1963), drama Surat pada Gubernur, Iblis (1983), buku esai
Percik-percik Pemikiran Iqbal (1984), antologi cerpen Odah dan Cerita Lainnya (1986).

 Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo, dilahirkan di Prambanan, 18 Maret 1930, meninggal di


Jakarta, 9 April 1984, mengarang roman Orang Buangan (1971), dan Perjanjian dengan Maut
(1975), kumpulan sanjak Luka Bayang (1964), menerjemahkan epos Mahabharata. Hariyadi
juga menulis buku astrologi Teropong Cinta (1984)

 Satyagraha Hurip, dilahirkan di Lamongan 7 April 1934, meninggal di Jakarta 14 Oktober


1998, mengarang cerpen Pada Titik Kulminasi, kumcerpen Tentang Delapan Orang, novel
Sepasang Suami Istri (1964), Resi Bisma (1960), serta menyunting antologi esai Sejumlah
Masalah Sastra (1982). Karya-karyanya yang lain: Burung Api (cerita anak-anak, 1970);
Sarinah Kembang Cikembang (kumcerpen, 1993). Satyagraha adalah editor buku Cerita
Pendek Indonesia I – IV (1979) dan penulis terjemahan Keperluan Hidup Manusia (novel Leo
Tolstoy, 1963).Cerpen-cerpennya dimuat di Kompas, Republik, Matra, antara lain: Surat
Kepada Gubernur, Sang Pengarang. Ia juga menulis kumpulan cerpen Gedono-Gedini (1990)
dan Sesudah Bersih Desa (1989).

 Titis Basino PI, dilahirkan di Magelang 17 Januari 1939, menulis cerpen Rumah Dara, novel
Pelabuhan Hati (1978); Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983); Bukan Rumahku
(1983); Welas Asih Merengkuh Tajali (1997);  Menyucikan Perselingkuhan (1998), Dari
Lembah ke Coolibah (1997); Tersenyum pun Tidak untukku Lagi (1998); Aku Supiyah Istri
Hardian (1998); Bila Binatang Buas Pindah Habitat (1999); Mawar Hitam Milik Laras (2000);
Hari yang Baik (2000). Pada tahun 1999 Titis menerima Hadiah Sastra Mastera.

 Bambang Sularto, dilahirkan di Purworejo 11 September 1934, meninggal di Yogyakarta


tahun 1992, terkenal dengan dramanya Domba-domba Revolusi (1962). Juga ditulisnya novel
Tanpa Nama (1963); Enam Jam di Yogya,drama tak Terpatahkan (1967); buku Teknik Menulis
Lakon (1971)

 Jamil Suherman, dilahirkan di Surabaya 24 April 1924, meninggal di Bandung 39 November


1985,  mengarang roman Perjalanan ke Akhirat;  kumcerpen Ummi Kulsum(1963), kumpulan
sanjak Nafiri (1983), novel Pejuang-pejuang Kali Pepe (1984); Sarip Tambak Oso (1985) . Juga
menulis drama yang sangat terkenal berjudul Mahkamah di Seberang Maut;

 Umar Kayam, dilahirkan di Ngawi 30 Maret 1932, Guru Besar UGM  sang budayawan dan
pameran Bung Karno yang menulis kumcerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan (1972)
dan Sri Sumarah dan Bawuk (1975).Novelnya yang sangat terkenal berjudul Para Priyayi
(1992) dan Jalan Menikung (2000). Karyanya yang lain berjudul Ke Solo ke Jati dan Bi Ijah,
keduanya berbentuk cerpen, kumcerpen Parta Krama (1997), kumpulan esai Seni, Tradisi,
Masyarakat  (1981); kumpulan kolom Mangan Ora Mangan Kumpul, Sugih Tanpa Bandha,
Madhep Ngalor Madhep Ngidul. Pada tahun 1987 Umar Kayam memperoleh Hadiah Sastra
ASEAN

 Budiman S. Hartoyo, dilahirkan di Solo 5 Desember 1938 menulis antologi puisi Lima Belas
Puisi (1972)  ; Sebelum Tidur (1977). Banyak menulis puisi-puisi religius, di antaranya puisi
tentang pengalaman spiritualnya ketika ia beribadah haji ke Tanah Suci. Dalam bunga rampai
Laut Biru Langit Biru susunan Ayip Rosidi bisa dibaca sanjak-sanjak sufistiknya antara lain:
Jarak Itu pun Makin Menghampir, Bukalah Pintu Itu, Di depan-Mu Aku Sirna Mendebu.

 Gerson Poyk, dilahirkan di Pulau Rote Timor 16 Juni 1931 mengarang novel Sang Guru
(1971), kumcerpen Matias Anankari (1975), novelet Surat Cinta Rajagukguk, Cinta Pertama,
Kecil Itu Indah Kecil Itu Cinta. Gerson juga menulis cerpen berjudul Bombai, Puting Beliung,
Pak Begowan Filsuf Hati Nurani;.

 Ramadhan K.H., dilahirkan di Bandung, 15 Maret 1927, meninggal di Cape Town, Afrika


Selatan, 15 Maret 2006, adalah penyair, novelis, penerjemah. Sebentar berkuliah di ITB,
pindah ke Akademi Dinas Luar Negeri, pernah bekerja di Sticusa Amsterdam, pernah menjadi
redaktur majalah Kisah, Siasat, Budaya Jaya, anggota DKJ, direktur pelaksana DKJ., mengikuti
Festival Penyair Internasional di Amsterdam tahun 1992, mewakili Indonesia dalam Kongres
Penyair Sedunia dfi Taipeh tahun 1993, pernah bermukim di Falencia, Spanyol, Paris, Los
Angeles, Jenewa, Bonn.

Ramadhan menulis kumpulan sanjak Priangan Si Jelita. Terkenal dengan romannya Royan
Revolusi, novelnya Kemelut Hidup mengangkat tema sosial dengan mengetengahkan sebuah
figur yang jujur, seperti Si Mamad nya Syuman Jaya. Novelnya yang lain berjudul Keluarga 
Permana, dari perjalanan cinta Inggit Ganarsih dengan Bung Karno, ditulisnya roman biografi
Kuantar Ke Gerbang. Karya-karya Frederico Garsia Lorca, sastrawan Spanyol, diterjemahkan
menjadi Romansa Kaum Gitana.Ramadhan menulis novel yang mengasosiasikan pembaca
pada korupsi yang terjadi di Pertamina berjudul Ladang Perminus Bersama G. Dwipayana,
Ramadhan menulis otobiografi Suharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindak Saya.

 Muhammad Saribi Afn, dilahirkan di Klaten 15 Desember 1936,  penyair dengan kumpulan


sanjaknya Gema Lembah Cahaya (1963). Karyanya yang lain, sebuah antologi bersama
penyair-penyair Islam berjudul Manifestasi. Di Panji Masyarakat, ia menulis puisi panjang
Yang Paling Manis ialah Kata. Dari mendengarkan kuliah subuh Buya HAMKA, lahirlah
bukunya Hamka Berkisah tentang Nabi dan Rasul.

 Mansur Samin, dilahirkan di Batangtoru Sumatra Utara 29 April 1930,  penyair, pengarang


cerita kanak-kanak, wartawan, guru. Kumpulan sanjaknya Perlawanan (1966) dan Tanah Air
(1969) merupakan sanjak-sanjak demonstrasi atau rekaman peristiwa kebangkitan Orde
Baru, sebagaimana Tirani dan Benteng karya Taufiq Ismail dan Mereka Telah Bangkit karya
Bur Rasuanto. Juga menulis antologi puisi Dendang Kabut Senja (1969), Sajak-sajak Putih
(1996), drama Kebinasaan Negeri Senja (1968) Cerkan-cerkannya antara lain: Si Bawang,
Telaga di Kaki Bukit, Gadis Sunyi, Empat Saudara, Berlomba dengan Senja.

 Rahmat Joko Pradopo, dilahirkan di Klaten 3 November 1939,   penyair yang juga Guru Besar
dari Fakultas Sastra UGM. Ditulisnya antologi puisi Matahari Pagi di Tanah Air (1967), Hutan
Bunga (1990); Jendela Terbuka (1993). Sebagai ahli sastra, Rahmat menulis buku berjudul
Pengkajian Puisi (1987); Bahasa Puisi Nyanyi Sunyi dan Deru Campur Debu (1982); Beberapa
Teori Sastra, Metode Kreitik dan Penerapannya (1995). 
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR
KERJA IX

1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 70, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu!

Jawaban:

1.Tokoh tokoh angkatan ’70:

 Putu Wijaya
Putu Wijaya merupakan penulis yang memiliki keterampilan lengkap. Selain ia mampu
menulis dengan baik di bidang prosa, ia juga mampu menulis dengan baik di bidang lainnya. Ia lahir
di Tabanan Bali, tanggal 11 April 1944 dikenal sebagai pengarang yang produktif dan sering
mendapat hadiah sayembara mengarang. Kepengarangannya telah dibahas Th Sri Rahayu Prihatmi
dalam disertasi di UI (1993) dan dalam buku. Novelnya, telegram (1972) dianggap menampilkan
corak baru dalam penulisan novel Indonesia tahun 70-an.
Diantara karya-karya Putu Wijaya, yaitu:

a.       Orang-orang Mandiri (drama);


b.      Lautan Bernyanyi (drama);
c.       Telegram (novel);
d.      Aduh (drama);
e.       Pabrik (novel);
f.       Stasiun (novel);
g.      Hah (novel);
h.      Keok (novel);
i.        Anu (drama);
j.        MS (novel);
k.      Sobat (novel);
l.        Tak Cukup Sedih (novel);
m.    Dadaku adalah perisaiku (kumupulan sajak);
n.      Ratu (novel);
o.      Edan (novel);
p.      Bom (kumpulan cerpen).
 Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji Calzoum Bachri lahir pada tanggal 24 Juni 1941 di Rengat, Riau. Pendidikan akhirnya
adalah Jurusan Administrasi Niaga, Fakultas Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran Bandung. Sejak
September 1979, ia menjadi redaktur Majalah Horison. Pada tahun 1978 Sutardji mendapat hadiah
puisi dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1976-1977, untuk kumpulan puisinya Amuk (1977;
tahun 1979 memperoleh hadiah sastra ASEAN. Buku-buku puisinya ialah: O”
(1973), Amuk (1977), Kapak (1979). Kumpulan-kumpulan puisi ini pada tahun 1981 diterbitkan dalam
satu buku berjudul O Amuk Kapak.

 Arifin C. Noer
Arifin C Noer (kelahiran Cirebon, 10 Maret 1941) dikenal sebagai dramawan dan tokoh Teater Kecil.
Dramanya yang populer Kapai-Kapai (1970), Sumur Tanpa Dasar (1971), dan Kasir Kita (1977).
Karyanya yang lain:
a.       Orkes Madun (drama);
b.      Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);
c.       Tengul (drama).

 Darmanto Jatman
Darmanto Jatman kelahiran Jakarta, 16 Agustus 1942. Pada tahun 1968, lulus dari Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada dan menjadi dosen tetap di Universitas Diponegoro serta bergiat dalam
berbagai bidang kesenian, penelitian sosial dan jurnalistik, tahun 1972 pernah studi di Universitas
Hawai Amerika Serikat dan lulus Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Buku-buku sastranya
yang penting: kumpulan Sajak Bangsa  (1975), Sang Darmanto  (1975), Ki Blakasuta Bla
Bla  (1980), Karya Iya Bilan Boten  (1981), Golf Untuk Rakyat  (1994), dan Isteri 1997). Keseluruhan
sajaknya itu telah disatukan dalam Sori Gusti (2002).

 Danarto
Danarto lahir pada tanggal 27 Juni 1940 di Mojowetan, Sragen Jawa Tengah. Ia adalah dosen
di Institut Kesenian Jakarta sejak 1973. Lulusan ASRI Yogya tahun 1961 ini pernah aktif di Sanggar
Bambu, Jakarta. Ia juga pernah menjadi redaktur Majalah Zaman (1979-1985).
Cerpennya “Rintik”, memenangkan hadiah Horison tahun 1968. Cerpen-cerpennya,
termasuk “Rintik”, dihimpun dalam kumpulan cerpen berjudul Godlob (1976). Kumpulan
cerpennya Adam Ma’rifat  (1982), meraih hadiah sastra DKJ 1982 dan Kebudayaan (1982). Kumpulan
cerpennya yang lain, Berhala (1987), memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987.

 Iwan Simatupang
Iwan Simatupang lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada tanggal 18 November 1928,
meninggal di Jakarta tanggal 4 gustus 1970. Berpendidikan HBS Medan, Fakultas Kedokteran di
Surabaya (1953: tidak tamat), dan tahun 1954-1958 memperdalam pengetahuan di Eropa
(Antropologi di Universitas Leiden, drama di Amsterdam, dan Filasfat di Universitas Sarbone Paris).
Pernah menjadi komandan Pasukan TRIP di Sumatera Utara tahun  1949, guru SMA Jalan
Wijayakusuma di Surabaya (1950-1953), reaktur Siasat (1954), dan terakhir menjadi redaktur Warta
Harian (1966-1970). Karya lainnya:
a.       Merahnya Merah (roman);
b.      Kering (roman);
c.       Ziarah (roman);
d.      Kooong (roman).

 Budi Darma
Budi Darma lahir tanggal 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah. Ia adalah dosen IKIP
Surabaya. Novel Olenka (1983), memenangkan hadiah pertama Sayembara Mengarang Roman DKJ
tahun 1983. karyanya yang lain: Orang-Orang Bloomington  (1980), Soliloku (1983), Sejumlah Esai
Sastra  (1984), dan Rafilus  (1988). Tahun 1984 ia memenangkan hadia sastra ASEAN.

 Taufik Ismail
a.       Puisi-puisi Sepi (kumpulan sajak);
b.      Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (kumpulan sajak);
c.       Sajak Ladang Jagung (kumpulan sajak).

 Arswendo Atmowiloto
Arswendo Atmowiloto, lahir di Solo 26 November 1948. Ia di kenal sebagai pengarang cerpen dan
novel yang produktif, selain itu namanya perneah melejit karena kasus Tabloid Monitor dan bukunya
yang populer dikalangan pengarang pemula adalah Mengarang itu Gampang (1982). Novel-novelnya
antara lain Semesra Merapi Merbabu (1977), Senopati Pamungkas (1986), dan Canting (1986).
Karya-karya lainnya, antara lain:
a.       Lawan Jadi Kawan (cerita anak);
b.      Bayang-bayang Baur (novel);
c.       Teu Cireus (novel);
d.      Surat dengan Sampul Putih (kumpulan cerpen);
e.       Saat Kau Berbaring di dadaku (novel);
f.       2 x cinta.

 Y.B Mangunwijaya
Karyanya yang terkenal yaitu Burung-Burung Manyar (1981), Roro Mendut (1983), Genduk
Duku (1985), Lusi Lindri (1987), Burung-Burung Rantau (1992), dan kumpulan esai sastra dan
religeositas.

 Abdul Hadi WM
Karyanya yang terkenal, berupa:
a.       Laut Belum Pasang (kumpulan sajak);
b.      Cermin (kumpulan sajak);
c.       Potret Seorang Pengunjung Pantai Sanur (kumpulan sajak);
d.      Meditasi (kumpulan sajak);
e.       Tergantung pada Angin (kumpulan sajak);
f.       Manusia dalam Sastra Indonesia Muttakhir (kumpulan essai);
g.      Zaman Edan dan Sastra Frustasi (kumpulan essai).
 Emha Ainun Najib
Lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur. Memperoleh pendidikan di Pondok
Pesantren Gontor, SMA Yogya, dan Fakultas Ekonomi UGM (hanya sebentar). Pernah menyadi
redaktur Harian Masa Kini, Yogya (1973-1976), kemudian memimpin Teater Diansti, Yogya. Karya-
karya lainnya, antara lain:    

a.       Frustasi (kumpulan sajak);


b.      Sajak-sajak Sepanjang Jalan (kumpulan sajak);
c.       Mabang;
d.      Tangis;
e.       Lingkaran Dinding;
f.       Kepala Kampung;
g.      Seorang Gelandangan;
h.      Mimpi Setiap Orang;
i.        Mimpi Istriku;
j.        99 untuk Tuhanku (sajak);
k.      Di Belakangku.

 Korrie Layun Rampan


Korrie Layun Rampan (kelahiran Samarinda, 17 Agustus 1953) melejit namanya lewat roman Upacara
(1978) yang berasal dari Sayembara Penulisan DKJ 1976, kemudian menjadi penulis dan editor
produktif sebagaimana tampak pada puluhan bukunya, antara lain:
a.       Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan (1982);
b.      Suara Pancaran Sastra (1984);
c.       Trisno Sumardjo Pejuang Kesenian Indonesia (1984);
d.      Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (1985);
e.       Aliran-aliran cerita pendek (1995); dan
f.       Tokoh-tokoh Cerpen Indonesia (2005).

 Umar Kayam
Umar Kayam adalah guru besar di Universitas Gajah Mada yang bergiat di mana-mana.
Buku-bukunya yang penting: kumpulan cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (1972),
novel Sri Sumarah dan Bawuk (1975), kumpulan esai Seni Tradisi Masyarakat (1981), roman Para
Priyayi (1992) dan Jalan Menikung (2000).

 Kuntowijoyo
Karyanya antara lain Khotbah di Atas Bukit (1976) dan Mantera Penjinak Ular (2000).
Novel Khotbah di atas Bukit bertemakan kegelisahan batin akibat batin kondisi sosial. Ia mengajak
pembaca untuk merenungkan kehidupan ini. Kuntowijoyo banyak mengguanakan kata-kata mutiara
sebagai pengungkap renungan hidup.

 Remy Sylado
a.       Gali Lobang Gila Lobang (roman);
b.      Kita Hidup Hanya Sekali (roman);
c.       Belajar Menghargai Hak asasi Kawan (sajak).

NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :


NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA X

Soal:

1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 90, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu contoh!

Jawaban:

1.Tokoh tokoh angkatan ’90:

 Ayu Utami •         Saman (1998) Larung (2001)



Jenar Mahesa Ayu •         Mereka Bilang Saya Monyet

 Ahmadun Yosi Herfanda


•         Sajak Penari (1990)
•         Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
•         Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
•         Sembahyang Rumputan (1997)

 Hilman Hariwijaya
•         Olga Sepatu Roda(1992)
•        Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)

 Dorothea Rosa Herliany


•           Matahari yang Mengalir (1990)
•           Kepompong Sunyi(1993)
•           Nikah Ilalang (1995)
•           Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)

Gustaf Rizal
• Segi Empat Patah Sisi(1990)
• Segi Tiga Lepas Kaki(1991)
• Ben (1992)
• Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA XI

Soal:

1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 2000, dan sebutkan contohnya masing-
masing satu contoh!

Jawaban:

1)      Ahmadun Yosi Herfanda 


Ahmadun Yosi Herfanda  atau juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YHlahir
di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,17 Januari 1958; umur 56 tahun), adalah seorang
penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia. Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia dan
jurnalis yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia ini juga banyak
menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-
tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra.
Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari
Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992),
Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di
Harian RepublikaJakarta (1993-2010). Di Republika ia lebih banyak dipercaya sebagai Redaktur
Sastra, namun sempat juga menjadi Koordinator Desk Opini dan Budaya, serta Asisten Redaktur
Pelaksana. Karier strukturalnya tidak begitu ia perhatikan, karena kesibukannya dalam menulis karya
kreatif, mengelola acara-acara sastra, dan menjadi nara sumber berbagai workshop penulisan,
mengajar di sejumlah perguruan tinggi, mengisi diskusi, pentas baca puisi, serta seminar sastra di
berbagai kota di tanah air dan mancanegara. Dalam perjalanan karier terakhirnya (di  Republika),
aktivitas sastra lebih banyak menyedot kecintaannya daripada kerja jurnalistik.
Beberapa buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
a)       Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
b)       Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
c)       Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia,
1986),
d)       Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
e)       Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997),
f)        Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
g)       Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997).
2)      Acep Zamzam Noor 
Acep Zamzam Noor  (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960; umur 54 tahun)
adalah sastrawan Indonesia. Acep adalah putra tertua dari K. H. Ilyas Ruhiat, seorang ulama
kharismatis dari Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. menikahi seorang santri bernama Euis
Nurhayati dan dikaruniai orang anak bernama Rebana Adawiyah, Imana Tahira, Diwan
Masnawi, Abraham Kindi. dan Luna. Acep menghabiskan masa kecil dan remajanya di lingkungan
pesantren, melanjutkan pendidikan pada Jurusan Seni Lukis FakultasSeni Rupa dan Desain ITB,
lalu Universitá Italiana per Stranieri, Perugia, Italia. Kini, tinggal di Desa Cipasung,
Tasikmalaya. Karya Acep Zamzam Noor adalah sebagai berikut:
a)       Tamparlah Mukaku! (kumpulan sajak, 1982);
b)       Aku Kini Doa (kumpulan sajak, 1986);
c)       Kasidah Sunyi (kumpulan sajak, 1989);
d)       The Poets Chant (antologi, 1995);
e)       Aseano (antologi, 1995);
f)        A Bonsai’s Morning (antologi, 1996);
g)       Di Luar Kata (kumpulan sajak, 1996);
h)       Dari Kota Hujan (kumpulan sajak, 1996);
i)        Di Atas Umbria (kumpulan sajak, 1999);
j)        Dongeng dari Negeri Sembako (kumpulan puisi, 2001);
k)       Jalan Menuju Rumahmu (kumpulan sajak, 2004);
l)      Menjadi Penyair Lagi (antologi, 2007);
Adapun tokoh angkatan 2000-an adalah sebagai berikut:
1)   Korrie Layun Rampan 
Korrie Layun Rampan  (lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953; umur 60
tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Ayahnya bernama Paulus Rampan dan ibunya bernama
Martha Renihay-Edau Rampan, beretnis Dayak Benuaq. Semasa muda, Korrie lama tinggal
di Yogyakarta. Di kota itu pula ia berkuliah. Sambil kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia
bergabung dengan Persada Studi Klub sebuah klub sastra yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi.
Di dalam grup ini telah lahir sejumlah sastrawan ternama, seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi
A.G., Achmad Munif, Arwan Tuti Artha, Suyono Achmad Suhadi, R.S. Beberapa cerpen, esai, resensi
buku, cerita film, dan karya jurnalistiknya mendapat hadiah dari berbagai sayembara. Beberapa
cerita anak yang ditulisnya ada yang mendapat hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985) dan Manusia
Langit (1997). Selain itu, sejumlah bukunya dijadikan bacaan utama dan referensi di
tingkat SD, SLTP, SMU, dan perguruan tinggi, diantaranya Aliran-Jenis Cerita Pendek.
2)   Ayu Utami
Ayu Utami adalah satu di antara pelopor atau tokoh yang paling populer pada angkatan
reformasi dengan karyanya “Saman” yang memenangkan sayembara  penulisan roman Dewan
Kesenian Jakarta 1998. Sedikit singkat mengenai Ayu Utami, Justina Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa
Barat, 21 November 1968, umur 43 tahun) adalah aktivis, jurnalis dan novelis Indonesia. Ia besar
di Jakartadan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama
setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik di masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis
Independen yang memrotes pembredelan.  Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater
Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan
dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Ayu dikenal sebagai novelis sejak
novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Karya Ayu
Utami di antaranya:
a)      Novel Saman, KPG, Jakarta, 1998;
b)      Novel Larung, KPG, Jakarta, 2001;
c)      Kumpulan Esai "Si Parasit Lajang", GagasMedia, Jakarta, 2003;
d)      Novel Bilangan Fu, KPG, Jakarta, 2008.
3)      Dewi Lestari
Dee terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong
dan Tiurlan br Siagian (alm). Sebelum Supernova keluar, tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah
sering menulis. Tulisan Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul "Sikat
Gigi" pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter, sebuah media berbasis
budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan sendiri. Tahun 1993, ia mengirim tulisan
berjudul "Ekspresi" kemajalah Gadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia
berhasil mendapat hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung
berjudul "Rico the Coro" yang dimuat di majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2
Bandung, ia pernah menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.
Novel pertamanya yang sensasional, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh,
dirilis 16 Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai
kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta. Bulan Maret
2002, Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan
menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke
bahasa Inggris. Karya Dewi Lestari di antaranya:
a)      Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, 2001;
b)      Novel Supernova: Akar, 2004;
c)      Kumpulan Prosa dan Puisi "Filosofi Kopi" 2003;
d)      Novel Supernova: Petir, 2005;
e)      Kumpulan Cerita Rectoverso, 2008;
f)       Novel Perahu Kertas, 2009.
4)      Habiburrahman El Shirazy
Habiburrahman El Shirazy (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976; umur 37
tahun) adalah novelis nomor. 1 Indonesia dinobatkan oleh Insani Universitas Diponegoro. Selain
novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal sebagai sutradara, dai, dan
penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara
sepertiMalaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan dan Australia. Karya-karya fiksinya dinilai
dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Di antara karya-
karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di
Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah
Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta
Bertasbih 2 (Desember, 2007) Dalam Mihrab Cinta (2007), Bumi Cinta, (2010) dan The Romance. Kini
sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu
di Yerussalem.
5)      Andrea Hirata
Andrea Hirata  terlahir dengan nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun (lahir di Belitung, 24
Oktober 1976; umur 37 tahun) adalah novelis yang telah merevolusi sastra Indonesia. Ia berasal
dari Pulau Belitung, [provinsi Bangka Belitung]. Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi. Karya
Andrea Hirata antara lain:
a)         Laskar Pelangi (2005)
b)         Sang Pemimpi (2006)
c)         Edensor (2007)
d)         Maryamah Karpov
e)         Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas (2010)
f)          Sebelas Patriot (2011)
g)         Laskar Pelangi Song Book (2012).
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:

KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA
XII

Soal:

1. Deskripsikan apa saja yang menjadi salah satu contoh dari perkembangan sejarah sastra Indonesia
hingga masa sekarang.

2. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di masa perkembangan sejarah sastra ?

Jawaban:

1.Salah satu contoh dari perkembangan sejarah sastra Indonesia hingga masa sekarang

 Angkatan Pujangga Lama


 Angkatan Sastra "Melayu Lama"
 Angkatan Balai Pustaka
 Angkatan Pujangga Baru
 Angkatan '45
 Angkatan '50-an
 Angkatan '66-'70-an
 Dasawarsa 80-an
 Angkatan Reformasi

karya karya dari sastrawan yang tidak padam atau hilang seperti karya chairil anwar, yang kita
ketahui sebagai sastrawan genius dibidang puisi dan penulisan buku.

2.Tokoh tokoh sastrawan:

 Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
 Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)
 Bakri Siregar
o Tanda Bahagia (1944)
o Tugu Putih. Drama (1950)
o Jejak Langkah (1953)
 Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
 Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
 Muhammad Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1952)
o Tamu Malam. Drama (1957)
 Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
 Utuy Tatang Sontani
o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
 Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
.

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950–1960-an

 Pramoedya Ananta Toer  Marius Ramis Dayoh


o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947) o Putra Budiman (1951)
o Bukan Pasar Malam (1951) o Pahlawan Minahasa (1957)
o Di Tepi Kali Bekasi (1951)  Ajip Rosidi
o Keluarga Gerilya (1951) o Tahun-tahun Kematian (1955)
o Mereka yang o Ditengah Keluarga (1956)
Dilumpuhkan (1951) o Sebuah Rumah Buat Hari
o Perburuan (1950) Tua (1957)
o Cerita dari Blora (1952) o Cari Muatan (1959)
o Gadis Pantai (1962-65) o Pertemuan Kembali (1961)
o Tetralogi Buru  Ali Akbar Navis
 Nh. Dini o Robohnya Surau Kami - 8 cerita
o Dua Dunia (1950) pendek pilihan (1955)
o Hati jang Damai (1960) o Bianglala - kumpulan cerita
 Sitor Situmorang pendek (1963)
o Dalam Sadjak (1950) o Hujan Panas (1964)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga o Kemarau (1967)
sandiwara (1954)  Toto Sudarto Bachtiar
o Pertempuran dan Saldju di o Etsa sajak-sajak (1956)
Paris (1956) o Suara - kumpulan sajak 1950-
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan 1955 (1958)
sadjak (1953)  Ramadhan K.H
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan o Priangan si Jelita (1956)
sadjak (1955)  W.S. Rendra
 Mochtar Lubis o Balada Orang-orang
o Tak Ada Esok (1950) Tercinta (1957)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952) o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Tanah Gersang (1964) o Ia Sudah Bertualang (1963)
o Si Djamal (1964)

 Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
 Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
 Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
 Toha Mochtar
o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o Daerah Tak Bertuan (1963)
 Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali (1962)
 Bokor Hutasuhut

o Datang malam (1963)

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966


 Taufik Ismail  Djamil Suherman
o Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia o Perjalanan ke Akhirat (1962)
o Tirani dan Benteng o Manifestasi (1963)
o Buku Tamu Musim Perjuangan  Titis Basino
o Sajak Ladang Jagung o Dia, Hotel, Surat
o Kenalkan Keputusan (1963)
o Saya Hewan o Lesbian (1976)
o Puisi-puisi Langit o Bukan Rumahku (1976)
 Sutardji Calzoum Bachri o Pelabuhan Hati (1978)
o O o Pelabuhan Hati (1978)
o Amuk
o Kapak
 Abdul Hadi WM
o Meditasi (1976)
o Potret Panjang Seorang  Leon Agusta
Pengunjung Pantai Sanur (1975) o Monumen Safari (1966)
o Tergantung Pada Angin (1977) o Catatan Putih (1975)
 Sapardi Djoko Damono o Di Bawah Bayangan Sang
o Dukamu Abadi (1969) Kekasih (1978)
o Mata Pisau (1974) o Hukla (1979)
 Goenawan Mohamad  Iwan Simatupang
o Parikesit (1969) o Ziarah (1968)
o Interlude (1971) o Kering (1972)
o Potret Seorang Penyair Muda o Merahnya Merah (1968)
Sebagai Si Malin Kundang (1972) o Keong (1975)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980) o RT Nol/RW Nol
 Umar Kayam o Tegak Lurus Dengan Langit
o Seribu Kunang-kunang di  M.A Salmoen
Manhattan o Masa Bergolak (1968)
o Sri Sumarah dan Bawuk  Parakitri Tahi Simbolon
o Lebaran di Karet o Ibu (1969)
o Pada Suatu Saat di Bandar  Chairul Harun
Sangging o Warisan (1979)
o Kelir Tanpa Batas  Kuntowijoyo
o Para Priyayi o Khotbah di Atas Bukit (1976)
o Jalan Menikung  M. Balfas
 Danarto o Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
o Godlob  Mahbub Djunaidi
o Adam Makrifat o Dari Hari ke Hari (1975)
o Berhala  Wildan Yatim
 Nasjah Djamin o Pergolakan (1974)
o Hilanglah si Anak Hilang (1963)  Harijadi S. Hartowardojo
o Gairah untuk Hidup dan untuk o Perjanjian dengan Maut (1976)
Mati (1968)  Ismail Marahimin
 Putu Wijaya o Dan Perang Pun Usai (1979)
o Bila Malam Bertambah  Wisran Hadi
Malam (1971) o Empat Orang Melayu
o Telegram (1973) o Jalan Lurus
o Stasiun (1977)
o Pabrik
o Gres
o Bom

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980–1990an


o Afrizal Malna  Hilman Hariwijaya
 o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987) o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991) Pistol o Olga Sepatu Roda (1992)
Perdamaian (1996) o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
 Ahmadun Yosi Herfanda  Lintang Sugianto
o Ladang Hijau (1980) o Matahari Di atas Gilli (1997)
o Sajak Penari (1990) o Kusampaikan kumpulan puisi (2002)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997) o Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)
o Sembahyang Rumputan (1997)  Y.B. Mangunwijaya
 Arswendo Atmowiloto o Burung-burung Manyar (1981)
o Canting (1986)  Remy Sylado
 Budi Darma o Ca Bau Kan (1999)
o Olenka (1983) o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
o Rafilus (1988)  Seno Gumira Ajidarma
 Darman Moenir o Manusia Kamar (1988)
o Bako (1983) o Saksi Mata (1994)
o Dendang (1988) o Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (
 Dorothea Rosa Herliany  Sindhunata
o Nyanyian Gaduh (1987) o Anak Bajang Menggiring Angin (1984
o Matahari yang Mengalir (1990)  Tan Lioe Ie
o Nikah Ilalang (1995) o Kita Bersausara (1991)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999) o Ciam Si: Puisi-puisi Ramalan (2015)
 Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

 Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
o Bilangan Fu (2008)
 Cucuk Espe
o Para Pejabat (1995)
o Trilogi monolog Jenderal Markus (2010)
 Oka Rusmini
o Monolog Pohon (1997)
o Tarian Bumi (2000)
 Widji Thukul
o Puisi Pelo (1984)
o Darman dan Lain-lain (1994)
o Mencari Tanah Lapang (1994)

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000


 Ahmad Fuadi  Habiburrahman El Shirazy
o Negeri 5 Menara (2009) o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Ranah 3 Warna (2011) o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Rantau 1 Muara (2013) o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
 Andrea Hirata  Herlinatiens
o Laskar Pelangi (2005) o Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
o Sang Pemimpi (2006) o Jilbab Britney Spears (2004)
o Edensor (2007)  Lily Yulianti Farid
o Maryamah Karpov (2008) o Maiasaura (2008)
o Padang Bulan (2010) o Makkunrai (2008)
 Dewi Lestari o Ruang Keluarga (2010)
o seri Supernova (2001–2016)  Okky Madasari
o Aroma Karsa (2018) o Entrok (2010)
 Dinar Rahayu o Maryam (2012)
o Ode to Leopold Von o Pasung Jiwa (2013)
Sacher-Masoch (2002)  Raudal Tanjung Banua
 Djenar Maesa Ayu o Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
o Mereka Bilang, Saya o Parang Tak Berulu (2005)
Monyet! (2002)  Sekar Ayu Asmara
o Jangan Main-Main (dengan o Biola Tak Berdawai (2003)
Kelaminmu) (2004) o Pintu Terlarang (2004)
 Fira Basuki
o trilogi Jendela-jendela (2001),
Pintu (2002), Atap (2003)
o 140 Karakter: Kumpulan Tweets (2012)

Anda mungkin juga menyukai