NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA I
Soal:
3. Simpulkan definisi sejarah sastra menurut Saudara berdasarkan definisi yang dideskripsikan di atas
.
Jawaban:
Menurut Fananie (2001: 6) “ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil
kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan
kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun
aspek makna”.
M enurut Semi (1990:1)“ Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu
berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu.
Cikal bakalnya muncul ketika filsuf Yunani, Aristoteles (384-322 sM) lebih dari 2000 tahun
yang lalu telah menulis buku yang berjudul Poetica (bahasa Yunani) yang berarti: puisi,
penulis, pembuat. Tulisan ini memuat tentang drama tragedi dan teori literatur pada
umumnya.Selanjutnya, istilah Poetica dalam kesusastraan disebut dengan bermacam istilah.
Misalnya, W.H. Hudson menyebutnya dengan The Study of Literature (studi
literatur). Literature sendiri berasal dari bahasa latin literatura yang berarti belajar, menulis
atau tata bahasa.Rene Wellek dan Austin Warren menamainya dengan Theory of
Literature (teori literatur/sastra). Sedangkan Andre Lefevere, menyebutnya dengan Literary
Knowledge atau pengetahuan literatur. Sedangkan A. Teeuw menggunakan istilah Literary
Scholarship yang berarti ilmu sastra.
2. Istilah genre berasal dari bahasa bahasa Prancis yang berati ‘jenis’. Jadi, genre sastra berarti
jenis karya sastra. Ahli pikir yang pertama meletakkan dasar teori genre adalah Aristoteles
dalam tulisannya yang terkenal yaitu Poetica. Teori Aristoteles tentang jenis karya sastra
didasarkan pada karya sastra Yunani klasik., tetapi yang menarik dari teori tersebut adalah
teori tersebut dapat diterapkan pada karya sastra lain di seluruh dunia.
Menurut Aristoteles, karya sastra berdasarkan ragam perwujudannya terdiri atas 3 macam,
yaitu epik, lirik, dan drama (Teuw,1984: 109).
3. Menurut saya sejarah sastra ialah kajian yang membahas proses perubahan dari waktu ke
waktu yang menjadikan suatu perubahan dan memiliki priode priode setiap tahun terbitnya.
Sastra mengkaji bagaimana dan apa itu epik, lirik dan drama.
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA II
Soal:
Jawaban:
Strukturalisme adalah cara mencari realitas tidak dalam hal-hal individu, tetapi dalam hubungan di
antara mereka.
Aliran sastra pada dasarnya berupaya menggambarkan prinsip (pandangan hidup, politik,
dll) yang dianut sastrawan dalam menghasilkan karya sastra. Dengan kata lain, aliran sangat
erat hubungannya dengan sikap/jiwa pengarang dan objek yang dikemukakan dalam
karangannya. Pada prinsipnya, aliran sastra dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni: (1)
idealisme, (2) materialisme. Namun pada kasus ini munculnya aliran baru yaitu aliran
stukturalisme.
A. Idealisme
Idealisme adalah aliran romantik yang bertolak dari cita-cita yang dianut oleh penulisnya.
Menurut aliran ini, segala sesuatu yang terlihat di alam ini hanyalah merupakan bayangan
dari bayangan abadi yang tidak terduga oleh pikiran manusia. Aliran idealisme ini dapat
dibagi menjadi (a) romantisisme, (b) simbolik, (c) mistisisme, dan (d) surealisme
Simbolik adalah aliran yang muncul sebagai reaksi atas realisme dan naturalisme.
Pengarang berupaya menampilkan pengalaman batin secara simbolik. Dunia yang secara
indrawi dapat kita cerap menunjukkan suatu dunia rohani yang tersembunyi di belakang
dunia indrawi. Aliran ini selalu menggunakan simbol atau perlambang hewan atau
tumbuhan sebagai pelaku dalam cerita. Contoh karya sastra yang beraliran ini
misalnya Tinjaulah Dunia Sana, Dengarlah Keluhan Pohon Mangga karya Maria Amin
dan Kisah Negara Kambing karya Alex Leo.
Surealisme adalah aliran karya sastra yang melukiskan berbagai objek dan tanggapan
secara serentak. Karya sastra bercorak surealis umumnya susah dipahami karena gaya
pengucapannya yang melompat-lompat dan kadang terasa agak kacau. Contoh karya sastra
aliran ini misalnya Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar, Merahnya Merah karya Iwan
Simatupang, dan Tumbang karya Trisno Sumardjo.
B. Materialisme
Materialisme berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang bersifat kenyataan dapat diselidiki
dengan akal manusia. Dalam kesusastraan, aliran ini dapat dibedakan atas realisme dan
naturalisme.
Naturalisme adalah aliran karya sastra yang ingin menggambarkan realitas secara jujur
bahkan cenderung berlebihan dan terkesan jorok. Aliran ini berkembang dari realisme. Ada
tiga paham yang berkembang dari aliran realisme (1) saintisme (hanya sains yang dapat
menghasilkan pengetahuan yang benar), (2) positivisme ( menolak metafisika, hanya
pancaindra kita berpijak pada kenyataan), dan (3) determinisme (segala sesuatu sudah
ditentukan oleh sebab musabab tertentu.
C. strukturalisme
Strukturalisme adalah cara mencari realitas tidak dalam hal-hal individu, tetapi dalam hubungan di
antara mereka
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA III
Soal:
Jawaban:
Menurut HB Jassin
HB Jassin merupakan salah satu krititus yang paling dikenal sepanjang kesusastraan
Indonesia. Jassin membagi periodisasi sastra Indonesia berdasarkan pembabakan
waktu dari awal kemunculan sampai perkembangannya, yakni:
Sastra Melayu lama: karya sastra pada periode ini disebarkan secara lisan dari mulut
ke mulut
Kesusastraan peralihan: karya sastra tidak lagi bersifat istana sentris melainkan lebih
realistis
Periodisasi sastra merupakan kesatuan waktu dalam perkembangan sastra yang dikuasai oleh
suatu sistem norma yang tertentu atau kesatuan waktu yang memiliki sifat dan cara pengucapan
yang khas yang berbeda dengan masa sebelumnya. Periode merupakan kurun waktu yang
ditentukan oleh kesamaan ciri khas bagian terbesar karya sastra yang diciptakan sezaman,
misalnya periode 20-an menghasilkan novel Sitti Nurbaya (Marah Rusli) dan novel Salah Asuhan
(Abdul Muis), periode 30-an menghasilkan novel Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana)
dan Puspa Mega (Sanusi Pane), periode tahun 40-an menghasilkan novel Atheis (Achdiat K.
Mihardja) dan kumpulan puisi Deru Campur Debu (Chairil Anwar), dan periode tahun 50-an
menghasilkan kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta (W.S. Rendra) dan kumpulan puisi
Priangan Si Jelita (Ramadhan K.H.). Periodisasi merupakan pembabakan sejarah
perkembangan kesusastraan menurut kriteria yang ditentukan oleh sudut pandang peneliti.
Kriteria atau dasar penggolongan periodisasi itu bermacam-macam, misalnya berdasarkan masa
penerbitan karya sastra, pertimbangan intrinsik karya sastra, pertimbangan ekstrinsik karya
sastra, dan berdasarkan pada perbedaan norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi
zaman.
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA IV
Soal:
1. Diskripsikan minimal 2 apa pengertian dari periodisasi sastra angkatan masa kelahiran!
2. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sejarah sastra masa kelahiran ?
Jawaban:
Ajip Rosidi
Menurutnya, bahasa tidak bisa dijadikan patokan sebagai kapan sastra itu lahir. Karena,
sebelum bahasa diakui secara resmi tentulah bahasa itu sudah ada dan sudah digunakan oleh
masyarakat pengguna bahasa. Ajip berpendapat, yang seharusnya dijadikan patokan adalah
kesadaran kebangsaan. Berdasarkan kesadaran kebangsaan inilah Ajip menetapkan lahirnya
kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921 atau tahun 1922. Karena pada waktu itu pemuda
Indonesia seperti Muhammad Yamin, Sanusi Pane, dan lain-lainnya menegaskan, bahasa
Indonesia itu berbeda dengan Sastra Melayu.
A.Teeuw.
Ia memiliki pendapat yang berbeda dari dua tokoh diatas. Akan tetapi, tahun lahirnya Sastra
Indonesia hampir sama dengan Ajip yaitu tahun 1920. Menurutnya, pada waktu itu para pemuda
Indonesia untuk pertama kali menyatakan perasaan dan ide yang terdapat pada masyarakat
tradisional setempat dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Selain itu, pada tahun yang
sama para pemuda juga menulis puisi baru Indonesia. Lalu A. Teeuw menegaskan pendapat
lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit novel Mirari
Siregar yang berjudul Azab dan Sensara.
Namun saat ini angkatan masa kelahiran disebut dengan periode balai pustaka ( 1920-1940)
Azab dan Sengsara karya Merari Seregar (1920), Siti Nurbaya karya Marah Rusli (1920), dan
Salah Asuhan karya Abdul Muis (1928)
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA V
Soal:
1. Deskripsikan periodisasi sastra masa kebangkitan dan sebutkan tokoh- tokoh yang ada di
dalamnya!
Jawaban:
1. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik
– idealistik. Karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut
kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni
yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan ’45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Karya Sastra angkatan
ini, yaitu puisi berjudul Kerikil Tajam karya Chairil Anwar (1949), Atheis karya Achdiat Karta Mihardja
(1949), dan Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Menuju Roma karya Idrus (1948).
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA VI
Soal:
1. Siapa saja tokoh- tokoh yan ada pada periodisasi sastra masa kebangkitan sebutkan contohnya
masing- masing satu contoh!
Jawaban:
1. Karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan
seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi
judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan ’45
ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Karya Sastra angkatan ini, yaitu puisi
berjudul Kerikil Tajam karya Chairil Anwar (1949), Atheis karya Achdiat Karta Mihardja (1949), dan
Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Menuju Roma karya Idrus (1948).
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA
VII
Soal:
1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra kontenporer, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu contoh!
Jawaban:
1. I Dewa Putu Wijaya
Putu Wijaya lahir pada tangggal 11 April 1944 di Tabanan (Bali) dan bekerja sebagai
wartawan. Ia sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan
esei, artikel lepas, dan kritik drama. Sebagai dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan
telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri.Contoh karya-karyanya yang
banyak diperbincangkan yaitu Telegram, Pabrik, Stasiun, Keok, Sobat, Tak cukup
sedih, Ratu, Edan, Bila Malam Bertambah Malam, Aduh, Perang, Ms Novelet, dan nyali.
2. Iwan Simatupang
Iwan Simatupang lahir pada tanggal 18 Januari 1928 di Sibolga (Sumatra Utara). Beliau
menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi, tidak satu pun yang tamat, dengan bidang ilmu
kedokteran (Surabaya), belajar antropologi dan filsafat di Leiden dan Paris. Beliau pernah
menjadi Guru, wartawan dan pengarang, yang hasil karyanya kebanyakan merupakan karya sastra
absurd, irrasional dan filosofis. Beliau telah mengarang semua genre sastra: Cerpen, Novel, Puisi,
Drama, Esei dan kritik sastra. Beliau wafat pada tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta. Contoh
karyanya yaitu Merahnya Merah (1977), Kering (1972), Ziarah (1976), Koong, kisah tentang
seekorperkutut (1975), Tunggu Aku dipojok Jalan Itu, Jang Tak Terpadamkan (Cerpen 1965), Perang
di Taman (Drama 1966), Tegak Lurus dengan Langit (Antologi Cerpen 1982) dan Monolog Simpang
Jalan.
3. Linus Suryadi A.G
Linus Suryadi dalam puisi-puisinya dimuat idiom jawa. Ia juga mampu menciptakan kuatrin
yang pekat. Di samping itu terdapat unsur budaya jawa, bahasa yang prosais, tidak dikenalnya kata
atau istilah tabu. Contoh karyanya yaitu Pengakuan pariyem (Novel 1988), Syair-syai dari Yogya
(Sajak 1978), Langit Kelabu (Sajak 1976), dan maria dari magdala.
4. Korrie Rayun Rampan
Lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda. Beliau merupakan seorang sarjana yang
bekerja sebagai wartawan. Beliau dalam karya sastranya mengungkapkan tradisi Kalimantan. Contoh
karyanya yaitu: Upacara (Novel 1978), putih! putih/putih! (1975), Sawan
(Puisi 1978), Api Awan Asap (Novel, 1976), lingkaran kabut, perawan dan Danau liaq(2002).
5. Remi Silado
Remi Silado banyak menciptakan mbeling atau puisi lugu. Puisi ini mengungkapkan hidup
sosial kota-kota besar yang sering menampilkan sikap yang skeptis, pesimis, anarkhis dan
individualis. Puisi mbling adalah puisi yang secara blak-blakan, lugu tanpa menghiraukan diksi
tradisional. Contoh karya yaitu: Gali Lobang Gila Lobang (Roman) dan
Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan (Sajak).
6. Kuntowijoyo
Kuntowijaya lahir pada tanggal 8 September 1943 di Yogyakarta. Beliau merupakan
Dr. Sastra yang berprofesi sebagai dosen U niversitas Gajah Mada, pengarang dan
sejarawan. Contoh karya yaitu: Suluk awang-uwung (Sajak 1975), pasar (Novel, 1972), Kotbah
di atas Bukit (1976), Isaraf (1976), Keta api yang Berangkat Pagi
hari (1966), Impian Amerika (1997), dan Daun Makrifat (Cerpen).
7. Budi Darma
Budi darma merupakan Dr. Sastra yang pernah menjadi rektor IKIP di Surabaya. Beliau
adalah sorang sastrawan kontemporer yang melakukan pembaharuan dalam karya sastranya. Contoh
karyanya yaitu: Rafilus, Olenka (Novel, 1983), Orang-orang Bloomington (Antologi cerpen 1980),
dan Kritikus Adinan (Cerpen, 1974).
8. Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji penyair kelahiran Rengat (Riau) tanggal 24 Juni 1941, dari suku bangsa Melayu.
Pendidikan SD sampai SMA ditamatkan di Tanjung Pinang (Kepri) dan selanjutnya melanjutkan ke
jurusan Administrasi Negara Fakultas Sosial Politik Universitas Pajajaran Bandung, sampai tingkat
II (Program Doktoral/lama). Oleh karena tingginya minat dan intensitasnya kepada sastra, khususnya
puisi, ia berhenti kuliah. Beliau mengarang puisi, cerpen, esei dan kritik sastra. Dia termasuk salah
satu pembaca puisi terbaik indonesia sampai saat ini dan telah membacakan puisinya di Rotterdam
International Poetry Reading (Belanda) tahun 1975. Pada tanggal 26 Januari 1976, Sutardji
mengumumkan dirinya secara lisan dalam sebuah acara sastra di Taman Ismail Marzuki menjadi
Presiden Penyair I ndonesia. Karya sastra beliau berangkat dari tradisi mantera (Melayu).
Contoh karyanya yaitu: “O” (Sajak-sajak 1973), Amuk (1977), Hujan Menulis Ayam (2001), O Amuk
Kapak (1981), Kredo puisi, Jadi, Batu, Shanghai, Pot, Idul Fitri dan Winka Sihka.
9. Ibrahim Sattah
Ibrahim lahir di Tarempa pada tahun 1945. Beliau menamatkan SMA dan bekerja menjadi
Polisi Militer, Pendiri Bumi Pustaka dan dramawan. Beliau selain mengambil efek puitik mantera,
juga mengambil permainan kanak-kanak, lagu-lagu dan cerita rakyat Melayu Riau sebagai sumber
pengucapan puitiknya. Mantera itu bukan lagi mantera tradisional untuk menyihir dan orang sakit,
melainkan mantera modern yang menyarankan yang baru dengan cara tersendiri. Beliau wafat tanggal
17 Januari 1987. Contoh karyanya yaitu: Dandandid (1975), Ibrahim (1980), Hai Ti (1981), Duka dan
Wawa.
10. Abdul Hadi Widi Muthari
Abdul Hadi lahir di Sumenep tahun 1945. Beliau adalah seorang Dr. Sastra di Universitas
Sains Malaysia (1999). Beliau seorang lirikus dengan kedalaman sikap religiusnya yang intens selalu
tercermin pada banyaknya puisinya. Beliau berpendapat aku dan alam tidak lain adalah ayat-ayat
Tuhan yang perlu diakrabi untuk melahirkan tindakan-tindakan kreatif. Melihat dan merasakan
suasana lirik yang kental dalam puisi Abdul Hadi, W.M. Latunan pesona puisi Abdul Hadi W.M lain
pula dengan getaran yang bergelora pada puisi-puisi Sutardji. Kalau Sutardji tampak liar dan gelisah
dalam menggapai Tuhan, maka Abdul Hadi W.M, terasa memencarkan pesona langit. Contoh
karyanya yaitu: Riwayat (1967), Laut Belum Pasang (1971), Potret Panjang seorang Pengunjung
Pantai sanur (kumpulan sajak 1967-1971), Cermin ( sajak 1972-1975), Meditasi ( sajak 1971-1975)
dan Tergantung Pada Angin ( kumpulan sajak, 1975-1976).
11. Arifin C.Noer
Arifin adalah seorang sastrawan kontemporer yang melakukan pembaharuan dalam karya
sastranya. Arifin merupakan sastrawan yang menciptakan karya sastra dari kehidupan manusia.
Contoh karya yaitu: Beberapa puisi dalam Horison (1966-1967), Sepasang Pengantin (Drama, 1968),
Kapai-kapai (Sandiwara, 1970) dan Kasir Kita (1972).
12. Danarto
Danarto lahir pada tanggal 27 Juni 1940 di Sragen. Dalam karyanya beliau kembali ke akar
tradisi atau kembali ke sumber ialah suasana purbawi ke dalam puisi-puisi tanpa kehilangan
kemodeman. Beliau berurusan dengan kata-kata dan bagaimana menuangkan pengalaman batin dan
rasa untuk menemukan darah sekaligus daging dalam puisi. Beliau menggunakann tokoh-tokoh yang
abiotik dan hewan dapat berbicara dan perilaku seperti manusia. Contoh karyanya yaitu: godlob
(Cerpen, 1974), Adam Makrifat (Cerpen, 1982), Berhala (Cerpen, 1987), Argagendon, Rintrik
dan Kecubung Pengasihan.
13. Darmanto Jatman
Darmanto lahir di Jakarta pada tahun 1942. Beliau terkenal dengan puisi-puisinya yang
terdiri dari campur baur berbagai macam bahasa yang dipadukan dengan kata seru yang menghentak
dan lembut menggambarkan kesemrawutan kebahasaan masyarakat modern, ia lebih mbling dari
Remi Silado. Ia lebih memiliki kesungguhan mengugat, mencemooh, menyelesaikan sesuatu. Contoh
karyanya yaitu: Bngsat (1974), Sang Darmanto (Sajak).
14. Ediruslan Pe Amariza
Ediruslan lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di Bagan siapi-api. Beliau adalah seorang
pengarang, Ketua Dewan Kesenian Pekanbaru, dosen, wartawan dan anggota DPRD Riau. Beliau
meninggal bulan Mei 2000 di Jakarta. Contoh karyanya yaitu: Vagaban, Pekanbaru (Puisi, 1975),
Surat-suratku kepada GN (Puisi 1983), Bukit Kawan (Antologi puisi, 1985), Di Bawah Mentari
(Novel, 1981), Jakarta, Dimanakah sri (1982), Taman (Novel, 1983), Jembatan/ kekasih Sampai Jauh,
Nakhoda (Novel), Ke Langit (1993), Panggil Aku Sakai (Novel, 1987), Kayah, Umi Kalsum (Drama),
Renungkan Markasan (Cerpen, 1997) dan Dikalahkan Sang Sapurba (Novel, 1999).
33. Jeihan
Jeihan adalah seorang sastrawan yang menggunakan simbol-simbol dengan menampilkan
atau kalimat seruan yang sedikit. Contoh karyanya yaitu: Viva Pancasila.
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA
VIII
Soal:
1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 66, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu contoh!
Jawaban:
Taufiq Ismail, dilahirkan di Bukittinggi, 25 Juni 1937, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan UI,
redaktur senior Horison. Penerima Anugerah Seni dari pemerintah RI tahun 1970 dan Sastra
ASEAN tahun 1994 ini telah berjasa besar dalam memasyarakatkan, mengembangkan dan
memajukan sastra Indonesia bersama tokoh-tokoh lain seperti Sutarji Calzoum Bachri, Agus
R. Sarjono, Jamal D. Rahman, Abdul Hamid Jabbar (almarhum) melalui program SBSB
(Sastrawan Buicara Siswa Bertanya) di sekolah-sekolah (SMA/MAN/SMK) di seluruh
Indonesia tahun 2000 – 2004. Karena jasa-jasanya dan prestasinya, Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) memberinya gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang sastra.
Penyair ini terkenal dengan kumpulan sanjak Tirani dan Benteng, tertbit tahun 1966. Sanjak
berjudul Seorang Tukang Rambutan dan Istrinya, Karangan Bunga, Sebuah Jaket Berlumur
Darah, Kami adalah Pemilik Sah Republik Ini, Yang Kami Minta Hanyalah…bisa dijumpai
dalam buku-buku tersebut. Kumpulan sanjaknya yang lain, Sajak Ladang Jagung (1973) terbit
setelah ia pulang dari Amerika. Dalam buku tersebut, kita bisa membaca Kembalikan
Indonesia Padaku, Beri Daku Sumba, Bagaimana Kalau ….. Sejak puluhan tahun yang lalu
(1974) Taufiq bekerja sama dengan Bimbo Group dalam penulisan lirik lagu. Kita bisa dengar
nikmati lagu dan lirik Aisyah Adinda Kita, Sajadah Panjang, Balada Nabi-nabi, Bermata tapi
Tak Melihat, Ibunda Swarga Kita, dan lain-lain dari dirinya. Taufiq Ismail juga menulis Sajak-
sajak Si Toni, Balai-balai, Membaca Tanda-tanda, Abad ke-15 Hijriah, Rasa Santun yang Tidur,
Puisi-puisi Langit.
Pada awal tahun 1994 diluncurkan buku antologi puisi berjudul Tirani dan Benteng cetak
ulang dua kumpulan puisinya yang terkenal itu. Buku tersebut diberi pengantar oleh sang
penyair secara cukup panjang dan mendalam. Di antara kata pengantar dan dua kumpulan
sanjak tersebut disertakan pula dalam buku ini Sajak-sajak Menjelang Tirani dan Benteng.
Pada tahun-tahun seputar Reformasi ditulisnya puisi berjudul Takut 98 dan antologi puisi
Malu Aku Jadi Orang Indonesia (MAJOI) terbit tahun 1998. Bersama DS Mulyanto, rekan
sastrawan Angkatan ’66, Taufiq Ismail mengeditori buku tebal berjudul Prahara Budaya
(antologi esai, 1995), bersama LK Ara dan Hasyim Ks menyusun buku tebal juga berjudul
Seulaweh Antologi Sastra Aceh (1995).
Bur Rasuanto, dilahirkan di Palembang, 6 April 1937, adalah pengarang, penyair, wartawan.
Ia menulis kumpulan cerpen Bumi yang Berpeluh (1963) dan Mereka Akan Bangkit (1963).
Bur Rasuanto juga menulis roman Sang Ayah (1969); Manusia Tanah Air (1969) dan novel
Tuyet (1978).
Goenawan Mohamad, dilahirkan di Batang, 29 Juni 1941. Penyair, esais, wartawan, yang
sampai sekarang menjadi pimpinan umum majalah Tempo ini termasuk penanda tangan
Manifes Kebudayaan. GM adalah juga penerima Anugerah Seni pemerintah RI, penerima
Hadiah A. Teeuw tahun 1992 dan Hadiah Sastra ASEAN tahun 1981.Di samping prestasi-
prestasi di atas, GM pernah menjadi wartawan Harian KAMMI, anggota DKJ, pimred Express,
pimred majalah Zaman, redaktur Horison, anggota Badan Sensor Film.
Ia menulis kumpulan sanjak Interlude, Parikesit (1971);kumpulan esai Seorang Penyair Muda
Sebagai Si Malinkundang (1972); Catatan Pinggir I (1982), Catatan Pinggir 2 (1989), Catatan
Pinggir 3 yang dihimpun dari majalah Tempo. Karyanya yang lain: Asmaradahana (kumpulan
puisi, 1992); Seks, Sastra, Kita (kumpulan esai); Revolusi Belum Selesai” (kumpulan esai);
Misalkan Kita di Serayewo (antologi puisi, 1998).
Sapardi Joko Damono, dilahirkan di Solo, 20 maret 1940, adalah penyair, esais, dosen dan
Guru Besar FSUI. Ia menulis Duka-Mu Abadi (1969); Akwarium (1974); Mata Pisau (1974);
Perahu Kertas (1983); Suddenly the Night (1988);Hujan Bulan Ini (1994). Semuanya
kumpulan puisi. Ia juga penerjemah yang mengalihbahasakan The Old Man and The Sea nya
Ernest Hermingway menjadi Lelaki Tua dan Laut (1973). Karya terjemahannya yang lain Lirik
Persi Klasik (1977); Puisi Klasik Cina (1976); Puisi Brazilia Modern. Kumpulan esainya Novel
Indonesia Sebelum Perang (1979); Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978);
Kesusastraan Indonesia Modern, Beberapa Catatan (1983); Sihir Rendra: Permainan Makna
(1999); Politik Iodeologi dan sastra Hibrida (1999). Merefleksikan saat-saat Reformasi yang
diterpa kerusuhan, penjarahan dan pembakaran gedung-gedung dan supermarket, sampai
ada ratusan jiwa yang tewas terpanggang, Sapardi mengabadikan tragedi tersebut lewat
antologi puisi Ayat-ayat Api (2000).
Titie Said Sadikun, dilahirkan di Bojonegoro, 11 Juli 1935. Pengarang dan wartawati yang
pernah menjadi redaktur majalah Wanita, Hidup, Kartini, Famili ini menulis kumpulan cerpen
Perjuangan dan Hati Perempuan (1962), novel Jangan Ambil Nyawaku (1977), Lembah Duka,
Fatimah yang difilmkan menjadi Budak Nafsu, Reinkarnasi, Langit Hitam di Atas Ambarawa.
Arifin C. Noer, dilahirkan di Cirebon 10 Maret 1941, meninggal di Jakarta 28 Mei 1995.
Penyair yang juga dramawan dan sutradara film ini menulis sanjak Dalam Langgar, Dalam
Langgar Purwadinatan, naskah drama Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia , Matahari di Sebuah
Jalan Kecil , Monolog Prita Istri Kita dan Kasir Kita (1972, Tengul (1973), Kapai-kapai (1970),
Mega-mega (1966), Umang-umang (1976), Sumur Tanpa Dasar (1975), Orkes Madun, Aa Ii
Uu, Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi, Ozon. Karya-karyanya yang lain: Nurul Aini
(1963); Siti Aisah (1964); Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi-puisi (1967); Selamat pagi, Jajang
(1979); Nyanyian Sepi (1995); drama Lampu Neon (1963); Sepasang Pengantin (1968);
Sandek,Pemuda Pekerja (1979)
Selain penyair dan dramawan yang memimpin Teater Kecil, Arifin C. Noer juga penulis
skenario dan sutradara film yang andal. Karya skenarionya antara lain: G 30 S/PKI; Serangan
Fajar; Taksi; Taksi Juga; Bibir Mer.Film-film yang disutradarinya: Pemberang (1972); Rio
Anakku (1973); Melawan badai (1974); Petualang-petualang (1978); Suci Sang Primadona
(1978); Harmonikaku (1979). Pada tahun 1972 Arifin menerima Hadiah Seni dari Pemerintah
RI dan pada tahun 1990 menerima Hadiah Sastra ASEAN.
Hartoyo Andangjaya, dilahirkan di Solo 4 Juli 1930, meninggal di kota ini juga pada 30
Agustus 1990. Penyair yang pernah menjadi guru SMP dan SMA di Solo dan Sumatra Barat
ini menulis sanjak-sanjak terkenal berjudul Perempuan-perempuan Perkasa, Rakyat, juga
Sebuah Lok Hitam, Buat Saudara Kandung. Sanjak-sanjak tersebut bisa dijumpai dalam
bukunya Buku Puisi (1973). Musyawarah Burung (1983) adalah karya terjemahan liris
prosaya tokoh sufi Fariduddin Attar. Seratusan puisi karya penyair sufi terbesar sepanjang
sejarah, Maulana Jalaluddin Rumi, diambil dari Diwan Syamsi Tabriz, diterjemahkan dan
dihimpunnya di bawah judul buku Kasidah Cinta.Hartoyo juga menulis antologi puisi Simponi
Puisi (bersama DS Mulyanto, 1954), Manifestasi (bersama Goenawan Mohamad dan Taufiq
Ismail, 1963), kumpulan syair Dari Sunyi ke Bunyi (1991).Karya-karya terjemahannya: Tukang
Kebun (Tagore, 1976), Kubur Terhormat bagi Pelaut (antologi puisi J. Slauerhoff, 1977),
Rahasia hati (novel Natsume Suseki,1978); Puisi Arab Modern (1984).Hartoyo Andangjaya
termasuk penanda tangan Manifes Kebudayaan.
Slamet Sukirnanto, dilahirkan di Solo 3 Maret 1941. Penyair ini menulis buku kumpulan puisi
Kidung Putih(1967); Gema Otak Terbanting; Jaket Kuning (1967), Bunga Batu (1979), Catatan
Suasana (1982), Luka Bunga (1991). Bersama A. Hamid Jabbar, Slamet mengeditori buku
Parade Puisi Indonesia (1993). Dalam buku itu, termuat sanjak-sanjaknya: Rumah, Rumah
Anak-anak Jalanan, Kayuh Tasbihku, Gergaji, Aku Tak Mau; Bersama Sutarji Calzoum Bachri
dan Taufiq Ismail, Slamet menjadi editor buku Mimbar Penyair Abad 21.
Titis Basino PI, dilahirkan di Magelang 17 Januari 1939, menulis cerpen Rumah Dara, novel
Pelabuhan Hati (1978); Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983); Bukan Rumahku
(1983); Welas Asih Merengkuh Tajali (1997); Menyucikan Perselingkuhan (1998), Dari
Lembah ke Coolibah (1997); Tersenyum pun Tidak untukku Lagi (1998); Aku Supiyah Istri
Hardian (1998); Bila Binatang Buas Pindah Habitat (1999); Mawar Hitam Milik Laras (2000);
Hari yang Baik (2000). Pada tahun 1999 Titis menerima Hadiah Sastra Mastera.
Umar Kayam, dilahirkan di Ngawi 30 Maret 1932, Guru Besar UGM sang budayawan dan
pameran Bung Karno yang menulis kumcerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan (1972)
dan Sri Sumarah dan Bawuk (1975).Novelnya yang sangat terkenal berjudul Para Priyayi
(1992) dan Jalan Menikung (2000). Karyanya yang lain berjudul Ke Solo ke Jati dan Bi Ijah,
keduanya berbentuk cerpen, kumcerpen Parta Krama (1997), kumpulan esai Seni, Tradisi,
Masyarakat (1981); kumpulan kolom Mangan Ora Mangan Kumpul, Sugih Tanpa Bandha,
Madhep Ngalor Madhep Ngidul. Pada tahun 1987 Umar Kayam memperoleh Hadiah Sastra
ASEAN
Budiman S. Hartoyo, dilahirkan di Solo 5 Desember 1938 menulis antologi puisi Lima Belas
Puisi (1972) ; Sebelum Tidur (1977). Banyak menulis puisi-puisi religius, di antaranya puisi
tentang pengalaman spiritualnya ketika ia beribadah haji ke Tanah Suci. Dalam bunga rampai
Laut Biru Langit Biru susunan Ayip Rosidi bisa dibaca sanjak-sanjak sufistiknya antara lain:
Jarak Itu pun Makin Menghampir, Bukalah Pintu Itu, Di depan-Mu Aku Sirna Mendebu.
Gerson Poyk, dilahirkan di Pulau Rote Timor 16 Juni 1931 mengarang novel Sang Guru
(1971), kumcerpen Matias Anankari (1975), novelet Surat Cinta Rajagukguk, Cinta Pertama,
Kecil Itu Indah Kecil Itu Cinta. Gerson juga menulis cerpen berjudul Bombai, Puting Beliung,
Pak Begowan Filsuf Hati Nurani;.
Ramadhan menulis kumpulan sanjak Priangan Si Jelita. Terkenal dengan romannya Royan
Revolusi, novelnya Kemelut Hidup mengangkat tema sosial dengan mengetengahkan sebuah
figur yang jujur, seperti Si Mamad nya Syuman Jaya. Novelnya yang lain berjudul Keluarga
Permana, dari perjalanan cinta Inggit Ganarsih dengan Bung Karno, ditulisnya roman biografi
Kuantar Ke Gerbang. Karya-karya Frederico Garsia Lorca, sastrawan Spanyol, diterjemahkan
menjadi Romansa Kaum Gitana.Ramadhan menulis novel yang mengasosiasikan pembaca
pada korupsi yang terjadi di Pertamina berjudul Ladang Perminus Bersama G. Dwipayana,
Ramadhan menulis otobiografi Suharto, Pikiran, Ucapan, dan Tindak Saya.
Rahmat Joko Pradopo, dilahirkan di Klaten 3 November 1939, penyair yang juga Guru Besar
dari Fakultas Sastra UGM. Ditulisnya antologi puisi Matahari Pagi di Tanah Air (1967), Hutan
Bunga (1990); Jendela Terbuka (1993). Sebagai ahli sastra, Rahmat menulis buku berjudul
Pengkajian Puisi (1987); Bahasa Puisi Nyanyi Sunyi dan Deru Campur Debu (1982); Beberapa
Teori Sastra, Metode Kreitik dan Penerapannya (1995).
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR
KERJA IX
1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 70, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu!
Jawaban:
Putu Wijaya
Putu Wijaya merupakan penulis yang memiliki keterampilan lengkap. Selain ia mampu
menulis dengan baik di bidang prosa, ia juga mampu menulis dengan baik di bidang lainnya. Ia lahir
di Tabanan Bali, tanggal 11 April 1944 dikenal sebagai pengarang yang produktif dan sering
mendapat hadiah sayembara mengarang. Kepengarangannya telah dibahas Th Sri Rahayu Prihatmi
dalam disertasi di UI (1993) dan dalam buku. Novelnya, telegram (1972) dianggap menampilkan
corak baru dalam penulisan novel Indonesia tahun 70-an.
Diantara karya-karya Putu Wijaya, yaitu:
Arifin C. Noer
Arifin C Noer (kelahiran Cirebon, 10 Maret 1941) dikenal sebagai dramawan dan tokoh Teater Kecil.
Dramanya yang populer Kapai-Kapai (1970), Sumur Tanpa Dasar (1971), dan Kasir Kita (1977).
Karyanya yang lain:
a. Orkes Madun (drama);
b. Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);
c. Tengul (drama).
Darmanto Jatman
Darmanto Jatman kelahiran Jakarta, 16 Agustus 1942. Pada tahun 1968, lulus dari Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada dan menjadi dosen tetap di Universitas Diponegoro serta bergiat dalam
berbagai bidang kesenian, penelitian sosial dan jurnalistik, tahun 1972 pernah studi di Universitas
Hawai Amerika Serikat dan lulus Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Buku-buku sastranya
yang penting: kumpulan Sajak Bangsa (1975), Sang Darmanto (1975), Ki Blakasuta Bla
Bla (1980), Karya Iya Bilan Boten (1981), Golf Untuk Rakyat (1994), dan Isteri 1997). Keseluruhan
sajaknya itu telah disatukan dalam Sori Gusti (2002).
Danarto
Danarto lahir pada tanggal 27 Juni 1940 di Mojowetan, Sragen Jawa Tengah. Ia adalah dosen
di Institut Kesenian Jakarta sejak 1973. Lulusan ASRI Yogya tahun 1961 ini pernah aktif di Sanggar
Bambu, Jakarta. Ia juga pernah menjadi redaktur Majalah Zaman (1979-1985).
Cerpennya “Rintik”, memenangkan hadiah Horison tahun 1968. Cerpen-cerpennya,
termasuk “Rintik”, dihimpun dalam kumpulan cerpen berjudul Godlob (1976). Kumpulan
cerpennya Adam Ma’rifat (1982), meraih hadiah sastra DKJ 1982 dan Kebudayaan (1982). Kumpulan
cerpennya yang lain, Berhala (1987), memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987.
Iwan Simatupang
Iwan Simatupang lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada tanggal 18 November 1928,
meninggal di Jakarta tanggal 4 gustus 1970. Berpendidikan HBS Medan, Fakultas Kedokteran di
Surabaya (1953: tidak tamat), dan tahun 1954-1958 memperdalam pengetahuan di Eropa
(Antropologi di Universitas Leiden, drama di Amsterdam, dan Filasfat di Universitas Sarbone Paris).
Pernah menjadi komandan Pasukan TRIP di Sumatera Utara tahun 1949, guru SMA Jalan
Wijayakusuma di Surabaya (1950-1953), reaktur Siasat (1954), dan terakhir menjadi redaktur Warta
Harian (1966-1970). Karya lainnya:
a. Merahnya Merah (roman);
b. Kering (roman);
c. Ziarah (roman);
d. Kooong (roman).
Budi Darma
Budi Darma lahir tanggal 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah. Ia adalah dosen IKIP
Surabaya. Novel Olenka (1983), memenangkan hadiah pertama Sayembara Mengarang Roman DKJ
tahun 1983. karyanya yang lain: Orang-Orang Bloomington (1980), Soliloku (1983), Sejumlah Esai
Sastra (1984), dan Rafilus (1988). Tahun 1984 ia memenangkan hadia sastra ASEAN.
Taufik Ismail
a. Puisi-puisi Sepi (kumpulan sajak);
b. Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (kumpulan sajak);
c. Sajak Ladang Jagung (kumpulan sajak).
Arswendo Atmowiloto
Arswendo Atmowiloto, lahir di Solo 26 November 1948. Ia di kenal sebagai pengarang cerpen dan
novel yang produktif, selain itu namanya perneah melejit karena kasus Tabloid Monitor dan bukunya
yang populer dikalangan pengarang pemula adalah Mengarang itu Gampang (1982). Novel-novelnya
antara lain Semesra Merapi Merbabu (1977), Senopati Pamungkas (1986), dan Canting (1986).
Karya-karya lainnya, antara lain:
a. Lawan Jadi Kawan (cerita anak);
b. Bayang-bayang Baur (novel);
c. Teu Cireus (novel);
d. Surat dengan Sampul Putih (kumpulan cerpen);
e. Saat Kau Berbaring di dadaku (novel);
f. 2 x cinta.
Y.B Mangunwijaya
Karyanya yang terkenal yaitu Burung-Burung Manyar (1981), Roro Mendut (1983), Genduk
Duku (1985), Lusi Lindri (1987), Burung-Burung Rantau (1992), dan kumpulan esai sastra dan
religeositas.
Abdul Hadi WM
Karyanya yang terkenal, berupa:
a. Laut Belum Pasang (kumpulan sajak);
b. Cermin (kumpulan sajak);
c. Potret Seorang Pengunjung Pantai Sanur (kumpulan sajak);
d. Meditasi (kumpulan sajak);
e. Tergantung pada Angin (kumpulan sajak);
f. Manusia dalam Sastra Indonesia Muttakhir (kumpulan essai);
g. Zaman Edan dan Sastra Frustasi (kumpulan essai).
Emha Ainun Najib
Lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur. Memperoleh pendidikan di Pondok
Pesantren Gontor, SMA Yogya, dan Fakultas Ekonomi UGM (hanya sebentar). Pernah menyadi
redaktur Harian Masa Kini, Yogya (1973-1976), kemudian memimpin Teater Diansti, Yogya. Karya-
karya lainnya, antara lain:
Umar Kayam
Umar Kayam adalah guru besar di Universitas Gajah Mada yang bergiat di mana-mana.
Buku-bukunya yang penting: kumpulan cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (1972),
novel Sri Sumarah dan Bawuk (1975), kumpulan esai Seni Tradisi Masyarakat (1981), roman Para
Priyayi (1992) dan Jalan Menikung (2000).
Kuntowijoyo
Karyanya antara lain Khotbah di Atas Bukit (1976) dan Mantera Penjinak Ular (2000).
Novel Khotbah di atas Bukit bertemakan kegelisahan batin akibat batin kondisi sosial. Ia mengajak
pembaca untuk merenungkan kehidupan ini. Kuntowijoyo banyak mengguanakan kata-kata mutiara
sebagai pengungkap renungan hidup.
Remy Sylado
a. Gali Lobang Gila Lobang (roman);
b. Kita Hidup Hanya Sekali (roman);
c. Belajar Menghargai Hak asasi Kawan (sajak).
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA X
Soal:
1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 90, dan sebutkan contohnya masing- masing
satu contoh!
Jawaban:
Hilman Hariwijaya
• Olga Sepatu Roda(1992)
• Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Gustaf Rizal
• Segi Empat Patah Sisi(1990)
• Segi Tiga Lepas Kaki(1991)
• Ben (1992)
• Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
NAMA : HANNA ALLORA SIANTURI NILAI :
NIM : 2213311038
PRODI/ FAKULTAS : PBSI/ FBS PARAF DOSEN:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA XI
Soal:
1. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di sastra angkatan 2000, dan sebutkan contohnya masing-
masing satu contoh!
Jawaban:
KELAS: REGULAR E
LEMBAR KERJA
XII
Soal:
1. Deskripsikan apa saja yang menjadi salah satu contoh dari perkembangan sejarah sastra Indonesia
hingga masa sekarang.
2. Siapa saja tokoh- tokoh yang ada di masa perkembangan sejarah sastra ?
Jawaban:
1.Salah satu contoh dari perkembangan sejarah sastra Indonesia hingga masa sekarang
karya karya dari sastrawan yang tidak padam atau hilang seperti karya chairil anwar, yang kita
ketahui sebagai sastrawan genius dibidang puisi dan penulisan buku.
Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)
Bakri Siregar
o Tanda Bahagia (1944)
o Tugu Putih. Drama (1950)
o Jejak Langkah (1953)
Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
Muhammad Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1952)
o Tamu Malam. Drama (1957)
Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
Utuy Tatang Sontani
o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
.
Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
Toha Mochtar
o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o Daerah Tak Bertuan (1963)
Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali (1962)
Bokor Hutasuhut
Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
o Bilangan Fu (2008)
Cucuk Espe
o Para Pejabat (1995)
o Trilogi monolog Jenderal Markus (2010)
Oka Rusmini
o Monolog Pohon (1997)
o Tarian Bumi (2000)
Widji Thukul
o Puisi Pelo (1984)
o Darman dan Lain-lain (1994)
o Mencari Tanah Lapang (1994)