Disusun Oleh :
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review
dalam mata kuliah Menulis Fiksi.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai sastra khususnya dalam bidang pemahaman fiksi di dunia
sastra.
Mengingat berbagai kendala dan kesulitan penulis saat menyelsaikan makalah ini,
penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. TUJUAN.........................................................................................................................1
C. MANFAAT.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. IDENTITAS BUKU....................................................................................................2
B. RINGKASAN BUKU.................................................................................................3
A. BUKU UTAMA....................................................................................................10
B. BUKU PEMBANDING........................................................................................10
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................11
A. KESIMPULAN..................................................................................................11
B. SARAN..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan
menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui
karya sastra, pengarang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan segala permasalahan hidup
dan kehidupan manusia.
B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas Critical Book Riview mata kuliah Menulis Fiksi.
2. Untuk menambah kemampuan dalam menganalisa buku.
3. Untuk menambah pemahaman dalam mengkritisi buku.
C. MANFAAT
1. Menambah wawasan mengenai teori fiksi.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.
3. Sebagai bahan pertimbangan pembaca dalam memilih buku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS BUKU
Buku Pertama (Buku Utama)
1. Judul buku : Teori Fiksi
2. Penulis : Burhan Nurgiyantoro
3. Penerbit : Gadjah Mada University Press
4. Tahun terbit : 1995
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tebal buku : 499 halaman
Prosa dalam pengertian kesastraan dapat disebut fiksi, teks naratif atau wacana
naratif. Istilah fiksi di sini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Artinya fiksi
merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah
(Abrams, 1981: 61).
Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tangung jawab
dari segi kreatifitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan
sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya
sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan. Dunia fiksi jauh lebih banyak
mengandung berbagai kemungkinan daripada yang ada di dunia nyata karena
kreatifitas pengarang dapat bersifat “tak terbatas” (licentia poetica).
Dalam dunia teori dan kritik sastra dikenal adanya teori yang menghubungkan
karya sastra dengan dunia nyata. Teori yang dimaksud adalah teori mimetik. Teori
mimetik menganggap bahwa fiksi hanya merupakan peniruan atau pencerminan
terhadap realitas kehidupan. Namun, menurut teori kreativitas, fiksi merupakan hasil
kreativitas pengarang sehingga fiksi dapat hadir dengan eksistensinya sendiri secara
penuh, dapat menampilkan sosok dirinya yang mengandung dan menawarkan unsur
kebaruan, serta sifat kompleksitasnya sendiri.
2. Pembedaan Fiksi
a. Novel dan Cerita Pendek
Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk karya sastra yang
sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembanganya yang kemudian, novel
3
dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi seperti
dikemukakan di atas, juga berlaku untuk novel.
Perbedaan antara novel dengan cerpen yang pertama dapat dilihat dari segi
formalitas bentuk, segi panjang cerita. Edgar Allan Poe (Jassin 1961: 72),
sastrawan kenamaan dari Amerika, mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah
cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah
sampai dua jam –suatu hal yang kiranya tak mungkin di lakukan untuk sebuah
novel. Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang daripada cerpen. Oleh
karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu
secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasaiahan yang lebih kompleks.
Novel popular adalah novel yang popular pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-
masalah aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai tingkat permukaan.
Sastra popular adalah perekam kehidupan, dan tidak banyak memperbincangkan
kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaman-
rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali
pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah
menceritakan pengalamanya itu.
4
kehidupan amat kompleks, bukan sekedar cinta asmara, melainkan juga hubungan
sosial, ketuhanan, maut, takut, cemas, dan bahkan masalah cinta itu pun dapat
ditujukan terhadap berbagai hal, misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah
air, dan lain-lain.
3. Unsur-Unsur Fiksi
a. Intrinsik dan Ekstrinsik
Unsur-unsur pembangun sebuah novel di samping unsur formal bahasa,
masih banyak lagi macamnya. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur
intrinsik dan ekstrinsik, kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para
kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra
pada umumnya.
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
satra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung)
turut serta membangun cerita. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di
luar karya satra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya satra. Unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap
dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari
sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud (Wallek & Warren, 1956: 75-135)
antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya
yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut menentukan
5
corak karya yang dihasilkannya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi,
baik yang berupa psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifitasnya),
psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di
lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh
terhadap karya sastra, dan hal itu merupakan unsur ekstrinsik pula. Unsur
ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni
yang lain, dan sebagainya.
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. la selalu berkaitan dengan
berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut,
religius. dan sebagainya. Dalam hal tertentu, sering. tema dapal disinonimkan
dengan ide atau tujuan utama cerita.
6
unsur cerita (story content) dan wacana (discource, expression). Pembedaan
tersebut ada kemiripannya dengan pembedaan tradisional yang berupa unsur
bentuk dan isi. Cerita merupakan isi dari ekspresi naratif, sedang wacana
merupakan bentuk dari sesuatu (baca: cerita ,isi) yang diekspresikan (Chatman,
1980: 23). Wacana di pihak lain merupakan sarana untuk mengungkap isi atau
secara singkat dapat dikatakan cerita apa yang dilukiskan dalam teks naratif itu.
Pembedaan unsur teks naratif ke dalam dua golongan itu juga dilakukan oleh
kaum formalis Rusia, yaitu yang membedakan jenis dalam unsur fable (fibula) dan
sujet (sjuzet). Fable merupakan aspek material (dasar) cerita keseluruhan peristiwa
yang diungkapkan dalam teks naratif yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Pembedaan unsur teks naratif ke dalam dua golongan itu juga dilakukan oleh
kaum Formalis Rusia, yaitu yang membedakannya ke dalam unsur fable (fabula)
dan sujet (sjuzet). Fable merupakan aspek material (dasar) cerita, keseluruhan
peristiwa yang diungkapkan dalam teks naratif yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Sujet, yang disebut juga sebagai plot, adalah urutan peristiwa seperti
terlihat dalam teks itu, yang mungkin berupa urutan kronologis-normal (urut dari
awal hingga akhir, a-b-c), mungkin bersifat sorot balik 'flash-back' (mendahulukan
peristiwa yang kemudian, a-b-c) atau mungkin bersifat in medias res (mulai dari
peristiwa-konflik yang telah menegang, b-a-c).
7
2. Ringkasan Buku Pembanding
Bagian I
Fiksi: Selayang Pandang
Pembaca memuji fiksi serius karena telah diajarkan berbuat demikian dan
bukan karena lebih menyukai ketimbang fiksi populer. Penjelasan yang ‘bagus’ dan
yang enak dibaca seolah mengisyaratkan bahwa ‘bagus’ bagi fiksi serius berarti tidak
enak dibaca.
2. Tema
8
3. Sarana-Sarana Sastra
4. Fiksi Populer
Dalam kehidupan nyata tidak terdapat stereotype atau kesamaan identik. Setiap
orang adalah individu, setiap hubungan cinta selalu bersifat unik bagi para pelakunya.
Pengarang fiksi serius menciptakan satu tipe melalui seorang manusia, kemudian
menunjukkan satu pengalaman universal melalui sebuah kejadian unik.
9
10
BAB III
PENILAIAN BUKU
A. BUKU UTAMA
1. Kelebihan Buku
a. Penulis dalam menyajikan buku ini selalu disertai sumber, jadi setiap teori
ataupun pendapat selalu disertai dengan sumber. Hal ini tentu menjadikan
pembaca yakin bahwa buku ini sangat terpercaya dan layak dipertanggung
jawabkan.
b. Penulis selalu menambahkan catatan kaki untuk menambahkan referensi
wawasan.
c. Penulis berhasil menjabarkan secara terperinci mengenai keseluruhan teori fiksi.
2. Kekurangan Buku
a. Bahasa yang dipergunakan agak kaku sehingga masih sulit dipahami.
b. Ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan namun tidak
dijelaskan.
c. Terlalu banyak penggunaan istilah kata dalam bahasa Inggris sehingga sedikit
mengganggu kenyamanan membaca.
B. BUKU PEMBANDING
1. Kelebihan Buku
a. Bahasa yang digunakan penulis untuk menjelaskan isi buku sangat mudah
dipahami.
b. Penulis berhasil menjelaskan topik-topik bahasan secara singkat, padat, dan jelas.
c. Penulis banyak memaparkan cuplikan kejadian untuk memudahkan pembaca
dalam memahami penjelasan sebelumnya.
2. Kekurangan Buku
a. Contoh yang dipaparkan terlalu panjang.
b. Banyak istilah-istilah yang digunakan penulis yang sulit dipahami, dan penulis
tidak membuat catatan kaki untuk memaparkan pengertiannya.
c. Penulis tidak memaparkan tokoh-tokoh yang memunculkan teori-teori yang
menjadi asal pemahaman penulis.
11
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tangung jawab dari segi
kreatifitas sebagai karya seni. Novel, cerpen, dan novelit merupakan beberapa contoh karya
sastra fiksi.
Adapun fiksi dibagi menjadi dua, yaitu fiksi serius yang di mana terlihat jelas nilai
kesusastraannya, dan fiksi popular yang muncul dan terkenal di masanya saja.
B. SARAN
Sebaiknya penulis menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami (tidak baku) dan
apabila ada penggunaan istilah-istilah kesastraan, alangkah baiknya untuk membuat catatan
kaki yang membahas artinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Stanton, Roberts. 2007. Teori Fiksi. Ypgyakarta: Pustaka Pelajar