Abstract: The purpose of this study was to develop blended learning-based learning
on multimedia etymology subjects. This research develops face-to-face learning
combined with online / offline learning and arranged using Edmodo platform. The
method used is research and development, with a system approach referring to the
Dick Carey and Carey model. The stage of product trials begins with material experts,
media experts and learning design experts. Then the product was tested for XMM
class students, namely one to one trials, small groups and large groups. The average
score of the expert media was 3.52 or good, 4.00 material or very good and 3.73
learning design expert was good. In the testing phase for students the average score
for one to one is 3.09, in the small group is 3.01 and in the large group is 3.40. The
conclusion of the study is that blended learning-based learning in subjects of
multimedia etymology is good and worthy of use
1
Maria Dissriany Vista Banggur, UNJ, HP. 0812855178585, email:rinnyadin@gmail,com
2
Robinson Situmorang, Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNJ, HP. 081510043983
3
Rusmono, Program Studi Teknologi Pendidikan PPs, UNJ, email@rusmono.com, HP. 081510043983
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
utilization), bisa juga yang sengaja dirancang (by benar dimanfaatkan guru dan siswa untuk
design) untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini
karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja, disebabkan karena pembelajaran yang digunakan
dimana saja, dengan apa saja. Salah satu pertanda masih menggunakan sistem pembelajaran tatap
bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya muka.
perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut Berdasarkan hasil analis awal pada SMK
pada aspek pengetahuannya, keterampilan, atau Fransiskus 1 jurusan multimedia, ditemukan
sikapnya. Apabila proses belajar itu dise- beberapa masalah yang harus diteliti. Salah
lenggarakan secara formal di sekolah, tujuannya satunya adalah sistem pembelajaran yang
adalah agar perubahan pada diri siswa digunakan pada SMK Fransiskus 1 jurusan
berlangsung secara terencana baik dalam aspek multimedia khususnya pada mata pelajaran
pengetahuan, keterampilan maupun sikap sesuai etimologi multimedia. Sistem pembelajaran yang
dengan tuntutan kurikulum yang digunakan. digunakan pada umumnya masih menggunakan
Lembaga pendidikan formal memiliki pembelajaran tatap muka, dimana guru sebagai
peranan penting dalam proses adaptasi siswa, sumber belajar utama dalam pembelajaran. Di
hingga menjadi generasi yang tidak tertinggal dalam kelas, siswa hanya sebagai pendengar
dengan teknologi yang sangat berkembang begitu pasif, mendengar dan mencatat apa yang
pesat. Sekolah kejuruan SMK Fransiskus 1, yang disampaikan guru. Hal ini membuat suasana
menjadi pusat penelitian merupakan salah satu belajar di dalam kelas terasa kaku, sangat
lembaga pendidikan formal. SMK Farnsiskus 1 membosankan dan tidak adanya komunikasi aktif
dituntut harus mengikuti perkembangan antara guru dan siswa. Siswa dihadapkan pada
teknologi sehingga mampu menghasilkan lulusan sistem pembelajaran yang sama setiap hari, tanpa
yang kompeten secara pengetahuan, adanya sistem pembelajaran lain yang bisa
keterampilan, dan sikap. Pengenalan teknologi memompa motivasi siswa untuk mengikuti
baru harus dilakukan dalam proses belajar pelajaran dengan penuh semangat. Tentu saja ini
mengajar di SMK agar siswa bisa menjadi kader menjadi masalah serius karena berpengaruh pada
yang siap menghadapi tantangan dunia di era pencapaian kompetensi pembelajaran.
globalisasi. Kualitas belajar mengajar akan Menanggapi permasalahan di atas, maka
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah diterapkanlah sebuah proses pembelajaran
satu faktor yang mendukung kualitas berbasis blended learning dalam pembelajaran di
pembelajaran adalah ketersediaan sumber dan SMK Fransiskus 1 jurusan multimedia khu-
media pembelajaran yang memadai. susnya pada mata pelajaran etimologi multi-
SMK Fransiskus 1 merupakan salah satu media. Mengapa harus pembelajaran berbasis
sekolah kejuruan yang tidak menerapkan blended learning? Blended learning adalah salah
teknologi informasi dan komunikasi dalam satu model pembelajaran yang bisa ditawarkan
pembelajaran. Tersedianya sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
serta fasilitas internet yang memadai tidak benar- Model pembelajaran ini merupakan gabungan
153
Maria Dissriany Vista Banggur dkk, Pengembangan pembelajaran ….
antara sistem pembelajaran tatap muka dan evaluating instructional program, processes and
online learning. Disatu sisi, ada pembelajaran products that must meet the criteria of internal
tatap muka di lingkungan tradisional, disisi lain consistency and effectiveness. Berdasarkan
ada lingkungan pembelajaran terdistribusi yang pandangan ini bahwa penelitian pengembangan
mulai tumbuh dan berkembang dengan cara-cara dalam pembelajaran, tidaklah sama dengan
eksponensial sebagai teknologi baru yang pengembangan instruksional sederhana yang
kemungkinan diperluas untuk distribusi biasa dilakukan guru. Penelitian pengembangan
komunikasi dan interaksi. Dengan uraian ini, telah didefinisikan sebagai studi sistematis dalam
blended learning dianggap sebagai integrasi merancang, mengembangkan dan mengevaluasi
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran program pembelajaran. Proses dan produk yang
online. dihasilkan dalam penelitian harus memenuhi
Devrim Akgunduz & Orhan Akinoglu kriteria konsistensi internal dan efektivitas.
(2016:113) dalam penelitiaannya menyatakan Kriteria ini tentu saja tidak berlaku pada
bahwa blended learning meningkatkan pengeembangan instruksional yang sering
kemandirian keterampilan belajar siswa. Hal ini dilakukan oleh guru. Pandangan di atas diperkuat
diyakini bahwa perbedaan yang berarti dibuat oleh definisi penelitian pengembangan
oleh blended learning dalam istilah kemandirian (development research) yang dikemukakan oleh
belajar bertumbuh dari sebuah perencanaan yang Seels & Richey (1994: 137) yang menyatakan
lebih baik dan penggunaan internet secara bahwa penelitian pengembangan adalah studi
komprehensif dan efektif. Persamaan dari sistematis tentang desain, pengembangan dan
kegiatan belajar tatap muka dan kegiatan belajar evaluasi program, proses dan produk yang harus
berbasis web dapat memberikan perubahan pada memenuhi kriteria koatakan bahwa nsistensi
keterampilan belajar siswa dalam kelompok internal dan efektivitas.
blended learning. Sebelum digunakan secara luas, maka
Putra (2015: 12) dalam penelitiannya juga produk yang dihasilkan dalam dunia Pendidikan
menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh harus valid. Hal dikemukakan Borg and Gall
yang signifikan antara penerapan model blended (1983: 772) yang menyatakan bahwa
learning dan model pembelajaran interaktif Educational research and development (R&D) is
terhadap prestasi belajar sejarah pada materi a process used to develop and validate
Reformasi siswa kelas XII SMA Negeri di educational products. The steps of this process
Kabupaten Wonogiri. are usually referred to as the R&D cycle, which
Sementara berkaitan dengan penelitian consists of studying research finding pertinent to
pengembangan Seels & Richey seperti dikutip the product to be developed, developing the
oleh (Punaji 2013: 223) menyatakan bahwa products based on these findings, field testing it
Developmental research, as opposed to simple in the setting where it will be used eventually,
instructional development, has been defined as and revising it to correct the definitions found in
the systematic study of designing, developing and the field-testing stage. In more rigorous
154
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
programs R&D, this cycle repeated until the Walter Dick, Lou Carey dan James O. Carey,
field-test data indicate that the product meets its yang masuk ke dalam kategori system-oriented
behavioursly defined objectives. Menurut Borg models. Model Kemp (2013: 12), masuk dalam
And Gall bahwa penelitian dan pengembangan kategori classroom-oriented models. Model ini
pendidikan adalah proses yang digunakan untuk terdiri dari 9 tahap yang berkesinambungan satu
mengembangkan dan memvalidasi produk sama lain sehingga model ini memberikan
pendidikan. Langkah-langkah dari proses kebebasan kepada pengembang untuk memulai
mempalidasi biasanya disebut sebagai siklus pada tahap manapun. Model yang mengadaptasi
R&D. Beberapa langkah yang perlu dilewati ADDIE ini dikembangkan oleh Barbara Seels
dalam proses ini yakni langkah pertama diawali dan Zita Glasgow (2002: 42), merupakan contoh
dengan mempelajari temuan penelitian yang dari model pengembangan yang berorientasi
berkaitan dengan produk yang akan pada produk (product-oriented models). Model
dikembangkan. Langkah kedua adalah menge- ini memiliki keunikan tersendiri yaitu
mbangkan produk berdasarkan temuan ini. menekankan pada manajemen dan mem-
Langkah selanjutnya adalah melakukan perhatikan keberlanjutan untuk difusi pada hasil.
pengujian lapangan di mana produk yang Thorne (2003:16) mengemukakan bahwa;
dikembangkan akan digunakan pada akhirnya. Blended learning is the most logical and natural
Langkah terakhir adalah merevisi produk untuk evolution of our learning agenda. It suggests an
memperbaiki definisi yang ditemukan dalam elegant solution to the challenges of tailoring
tahap pengujian lapangan. Dalam kondisi ideal, leaning and development to the needs of
penelitian pengembangan yang lebih ketat, siklus individuals. It represents an opportunity to
ini terus diulang hingga data uji lapangan integrate the innovative and technological
menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi advances offered by online learning with the
tujuan yang ditentukan. interaction and participation offered in the best
Sehubungan dengan konsep model, Dewi of traditional learning. It can be supported and
Prawiradilaga (2012: 33) mengartikan istilah enhanced by using the wisdom and one-to-one
model sebagai tampilan grafis, prosedur kerja contact of personal coaches. Thorne memaknai
yang teratur atau sistematis, serta mengandung bahwa blended learning adalah evolusi paling
pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut logis dan alami dari apa yang dapat dilakukan
saran. Gustafon dan Branch (2002: 13) dalam pembelajaran. menurut Thorne bahwa
mengkategorikan model desain pembelajaran ke belended learning merupakan solusi elegan
dalam tiga kategori terkait dengan untuk mengembangkan tantangan belajar sesuai
penggunaannya, yakni: 1). Classroom-Model kebutuhan individu peserta didik. Blended
Oriented, 2) Product-Oriented Models, dan 3) learning adalah peluang nyata untuk
System-Oriented Models. mengintegrasikan kemajuan teknologi dan
Model Dick-Carey (2005: 1) adalah model inovasi yang ditawarkan oleh pembelajaran
desain pembelajaran yang dikembangkan oleh online, dengan interaksi dan partisipasi yang
155
Maria Dissriany Vista Banggur dkk, Pengembangan pembelajaran ….
156
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
validasi ahli materi. Kegiatan yang dilakukan berbasis TIK dalam pembelajaran program paket
pada setiap tindakan siklus meliputi antara lain: C di PKBM pada umumnya belum optimal,
tindakan perencanaan, tindakan pelaksanaan dan karena terbatasnya sarana perangkat komputer
observasi serta tindakan refleksi. yang dimilikinya. Sehingga pada waktu
Pembelajaran berbasis blended learning pembelajaran tatap muka secara klasikal.
menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan penggunaan media oleh tutor masih lemah. (2)
motivasi mahasiswa pada proses pembelajaran Model konseptual pembelajaran blended learning
mata kuliah pengetahuan dasar komputer. merupakan sebuah model pembelajaran yang
Peningkatan motivasi belajar tersebut tampak menggunakan media CD interaktif dan e-book
pada hasil total rerata nilai dari siklus I rerata pada proses belajar mengajarnya, dan sekaligus
nilainya 16,3 ke siklus II menjadi rerata nilai merupakan sebuah alternatif pembelajaran
18,3 dan stabil pada siklus III dengan rerata nilai untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta
18,3. Peningkatan minat tampak pada aktivitas didik program paket C pada PKBM. (3) Hasil
mahasiswa belajar di dalam kelas dan tampak implementasi model pembelajaran blended
dalam proses pembelajaran online melalui learning yang dikembangkan cukup efektif, di
beberapa aktivitas, antara lain : login, download mana berpengaruh 48,2% terhadap peningkatan
materi, upload tugas, mengerjakan kuis online, kemandirian belajar peserta didik program paket
dan menggunakan fasilitas chat/message/inbox, C pada PKBM.
forum diskusi serta partisipasi dalam kegiatan Syarif (2012) dalam penelitiannya
presentasi dan diskusi serta kehadiran kuliah menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
tatap muka. Hasil total rerata nilai aspek minat antara motivasi dan prestasi belajar siswa yang
dari siklus I yaitu 17,9 naik pada siklus II menggunakan model blended learning dan siswa
menjadi 26,1 dan pada siklus III naik menjadi yang menggunakan model face-to-face learning,
30,8. ada peningkatan motivasi dan prestasi belajar
Pembelajaran berbasis blended learning siswa yang signifikan akibat penerapan model
mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. blended learning, dan tidak terdapat interaksi
Para mahasiswa rata-rata pernah mengambil pengaruh penerapan model pembelajaran dan
program mata kuliah pengetahuan dasar motivasi terhadap prestasi belajar siswa.
computer, dengan nilai kurang baik sebelumnya. Aeni (2017), dkk dalam penelitiannya
Oleh karena itu dengan keaktifan tatap muka, menunjukan bahwa (1) Blended learning yang
diskusi di kelas dan proses belajar mandiri secara selama ini dilaksanakan menggunakan LMS
online, berdampak pada meningkatnya hasil Edmodo yang hanya diimplementasikan untuk
belajar. Rerata nilai mahasiswa dari siklus I yaitu keperluan evaluasi pembelajaran, (2) model
74,2, pada siklus II naik menjadi 84,7 dan pada blended learning berbasis masalah layak
siklus III rerata nilai meningkat menjadi 88,2. digunakan berdasarkan hasil validasi ahli yaitu
Sutisna (2016), dalam penelitiannya persentase validasi silabus 90% persentase
menge-mukakan: (1) Penggunaan media yang validasi RPP 84,55% dan validasi e-learning
157
Maria Dissriany Vista Banggur dkk, Pengembangan pembelajaran ….
83%, (3) model blended learning berbasis belajar mahasiswa kelas eksperimen sebesar
masalah efektif digunakan dalam pembelajaran 132,153. Rata-rata skor motivasi belajar
berdasarkan hasil post test kelas control 77,33 mahasiswa kelas kontrol sebesar 126,371.
dan rerata post test kelas eksperimen 81,11. Hasil Perbedaan rata-rata motivasi akhir antara kelas
analisis Uji t diperoleh nilai thitung = 2,161 eksperimen dan kelas kontrol sebesar 5,782.
dengan value = 0,03 < 0,05 yang berarti bahwa Perbedaan peningkatan motivasi belajar
ada perbedaan hasil belajar yang signifikan mahasiswa pada model pembelajaran blended
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. learning ini terlihat dari keaktifan mahasiswa
Hasil yang diperoleh Utami (2017) dalam yang terindikasi dengan meningkatnya partisipasi
penelitiannya menyatakan bahwa (1) validitas dan perhatian mahasiswa dalam proses
model blended learning dinyatakan valid pada pembelajaran. Pengaturan ekternal dari sisi
aspek model pembelajaran, (2) validitas model pembelajaran seperti media, bahan, wacana yang
blended learning dinyatakan valid pada aspek disiapkan dapat menarik minat dan potensi
materi, (3) validitas model blended learning mahasiswa untuk belajar yang menunjang
dinyatakan sangat valid pada aspek perancangan munculnya atau tumbuhnya motivasi internal.
online learning. Berdasarkan temuan penelitian
METODE PENELITIAN
dapat disimpulkan bahwa model blended
learning valid untuk dimanfaatkan sebagai model Tujuan penelitian ini adalah penge-
pembelajaran pada mata pelajaran jaringan dasar. mbangan pembelajaran berbasis blended
selain itu, dalam penelitian berikutnya Iga Setia learning pada mata pelajaran etimologi
Utami juga menyatakan bahwa hasil penilaian multimedia untuk meningkatkan kompetensi
praktikalitas model blended learning berdasarkan pembelajaran. Penelitian ini akan dilaksanakan di
respon guru adalah 81.66 % (praktis) dan SMK Fransiskus 1 Kampung Ambon – Jakarta
berdasarkan respon siswa adalah 82.75 % Timur. Pembelajaran yang akan dikembangkan
(praktis). Berdasarkan temuan penelitian dapat adalah pembelajaran berbasis blended learning
disimpulkan bahwa model blended learning yang mana menggabungkan pembelajaran tatap
praktis digunakan sebagai model pembelajaran muka dengan online/offline learning yang
Jaringan Dasar. disusun sedemikian rupa menggunakan platform
Lebih lanjut Bibi & Jati (2015) dalam edmodo. Strategi penyampaian pembelajaran ini
penelitiannya menyatakan: pertama, berdasarkan dilakukan dengan tatap muka 70% dan
hasil hipotesis I bahwa terdapat perbedaan online/offline learning 30%, untuk tujuan
motivasi belajar mahasiswa pada mata kuliah pembelajaran yang bersifat pemahaman dan
algoritma dan pemrograman antara mahasiswa pengembangan konsep sangat mungkin
setelah mengikuti pembelajaran model blended dilakukan secara online namun untuk tujuan
learning dengan pembelajaran model konven- pembelajaran berupa keterampilan yang
sional, dimana nilai signifikansi sebesar 0,000 menuntut proses belajar dalam bentuk kegiatan
lebih kecil dari 0,05. Rata-rata skor motivasi praktek maka bentuk pembelajaran yang dipilih
158
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
penelitian dan pengembangan yang dike- terhadap ahli media diperoleh skor rata-rata 3,52.
mbangkan oleh Dick dan Carey. Seluruh langkah Hasil ini menyatakan bahwa produk
nantinya akan dilakukan sistematis di mana pembelajaran berbasis blended learning dari segi
ketika melakukan langkah selanjutnya, langkah media yang meliputi akses, tampilan/interface,
Siklus penelitian Dick Carey and Carey untuk model blended learning sudah baik.
leksi materi pembelajaran; 8) merancang dan Berdasarkan hasil ujicoba tahap kedua
melakukan evaluasi formatif; 9) melakukan yang dilakukan terhadap ahli materi diperoleh
revisi; 10) merancang dan melakukan evaluasi skor rata-rata 4,0. Hasil ini menyatakan bahwa
sumatif. produk pembelajaran berbasis blended learning
dari segi materi yang meliputi kualitas materi dan
ketepatan/kesesuaian pilihan komponen
159
Maria Dissriany Vista Banggur dkk, Pengembangan pembelajaran ….
Tabel 4. Rata-rata nilai Ujicoba one to one Tabel 6. Rata-rata Nilai Ujicoba Kelompok Besar
Nilai Rata-rata
Komponen Nilai Rata-
Tinggi Sedang Rendah Komponen
Materi 3,0 2,67 3,33
rata
Verbal 2,0 3,0 3,0 Materi 3,38
Visual 3,0 3,0 3,5 Verbal 3,37
Video-audio 3,4 3,8 3,6 Visual 3,33
Evaluasi 3,0 3,0 3,0 Video-audio 3,45
Rata-rata 2,88 3,09 3,29 Evaluasi 3,45
(Baik) (Baik) (Baik)
3,40
Rata-rata Keseluruhan 3,09 (Baik) Rata-rata
(Baik)
Uji coba one-to-one dilakukan dengan cara Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan
mengujicobakan program aplikasi online kepada terhadap dua puluh empat orang siswa diperoleh
siswa secara terpisah. Berdasarkan hasil ujicoba
skor rata-rata keseluruhan 3,40. Hasil ini
yang dilakukan terhadap tiga orang siswa menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran
diperoleh skor rata-rata keseluruhan 3,09. Hasil berbasis blended learning pada mata pelajaran
ini menyatakan bahwa dari segi materi, verbal, etimologi multimedia dari segi materi, verbal,
visual, video-audio dan evaluasi sudah baik. visual, video-audio dan evaluasi sudah baik.
160
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
161
Maria Dissriany Vista Banggur dkk, Pengembangan pembelajaran ….
blended learning yang diterapkan pada mata dan internet dan memiliki kemampuan
pelajaran Etimologi Multimedia yang memanfaatkan E-Learning. Agar
mencakup Silabus, Rencana Pelaksanaan pembelajaran dapat optimal ketiga faktor
Pembelajaran (RPP), Alat Evaluasi dan tersebut harus dapat terpenuhi dan terlaksana
Produk pembelajaran berupa file ,pdf, dengan baik, pihak sekolah dan institusi
powerpoint, powtoon dan video yang akan pendidikan harus berupaya mendukung dan
diupload pada platform Edmodo. memenuhi sarana dan prasarana untuk
Blended learning adalah salah satu mendukung guru dalam mengembangkan
revolusi di bidang pendidikan berbasis kemampuannya dalam bidang TIK dan
teknologi internet yang bisa digunakan untuk mengupayakan siswa mendapatkan akses
pendidikan jarak jauh maupun penunjang terhadap komputer dan internet. Jika upaya
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya itu terlaksana maka pelaksanaan blended
meskipun sama-sama memanfaatkan learning akan dapat berjalan dengan optimal.
teknologi internet, blended learning tidak Pelaksanaan pembelajaran blended
mewajibkan pembelajaran dengan learning terlihat masih mengalami kesulitan
menggunakan metode online saja, tetapi dalam membedakan pelaksanaan distance
pelaksanaan pembelajaran harus tetap learning dan blended learning. Dalam
dikombinasikan dengan metode tatap muka. menerapkan blended learning dengan
Sehingga proses pembelajaran akan tetap strategi full online (online penuh), tentu akan
terawasi dan terkontorl, misalnya siswa yang sama saja dengan distance learning dimana
kesulitan dalam memahami saat online pada peran guru kurang begitu menonjol, yang
malam hari keesokan harinya langsung dapat menjadi pembeda antara distance learning
bertanya pada guru tentang kesulitannya dan blended learning adalah komposisi yang
tersebut, motivasi belajar siswa akan tetap tepat dalam mengelola strategi, online,
terjaga. Sehingga peran guru sebagai offline dan tatap muka, pembagian komposisi
pengawas dan pengelola pendidikan pun itu mutlak dilakukan oleh guru agar tujuan
masih tetap terjaga. pembelajaran dapat tercapai. Sehingga perlu
Dalam melaksanakan blended learning dikaji bagaimanakah proses pelaksanaan
terdapat faktor utama yaitu : (1) sarana dan blended learning dan bagaimanakah
prasarana, (2) guru perlu meningkatkan mengoptimalkan blended learning agar dapat
kemampuannya dalam bidang TIK dengan berjalan dengan efektif dan efisien.
cara membaca dan berlatih mandiri maupun Perencanaan pembelajaran berbasis
melalui pelatihan formal, dan (3) siswa blended learning pada mata pelajaran
perlu mendapatkan akses terhadap komputer Etimologi Multimedia dengan memanfaatkan
162
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
mendownload materi yang akan dipelajari koneksinya terputus, sehingga tidak semua soal
diselesaikan. Kondisi ini tentunya bermasalah
dalam pembelajaran tatap muka maupun
bagi peserta didik; 2) Sistem evaluasi dalam
pembelajaran online; 2) Peserta didik dapat
bentuk essay test tidak fleksibel dalam
memanfaatkan fitur chatting pada platform
pemeriksaan. Dengan sistem evaluasi dalam
Edmodo untuk dapat berkomunikasi dengan
bentuk tes essai secara online, jawaban peserta
guru; 3) Platform Edmodo menyediakan
didik akan terkirim dan terekam dalam database
lingkungan dimana mengajar dan belajar (server), namun essay test tidak bisa diperiksa
dapat menghasilkan kegembiraan siswa, secara otomatis, maka pemeriksaannya tetap
siswa menjadi lebih mandiri, tanpa harus manual. Jawaban peserta didik harus
melupakan standar pengukuran keberhasilan dibuka dan dibaca satu-persatu. Kondisi ini
siswa; 4) Pada hakikatnya platform Edmodo menjadikan program tidak efisien, tidak fleksibel
ini mudah dipelajari dan mudah digunakan dalam komponen penilaian terhadap keterlibatan
dan peningkatan hasil belajar siswa. Dalam
terutama bagi para guru yang menganggap
pemeriksaan guru sangat bergantung pada akses
dirinya berada di luar basis pengetahuan
internet. Pada saat pemeriksaan harus selalu
teknologi yang berkembang saat ini. 5) Eva-
membuka program dan memberi skor pada setiap
luasi yang dilakukan khususnya evaluasi
jawaban untuk disimpan kembali di dalam
yang menggunakan tes obyektif, memung- database (server) agar hasilnya bisa dilihat oleh
kinkan dilakukan pengolahan skor secara siswa; 3) Dengan sistem evaluasi yang dilakukan
otomatis, khususnya pada bentuk soal pilihan secara online, memungkinkan mereka menger-
ganda. jakan tes dengan bekerjasama, terutama jika tes
163
Maria Dissriany Vista Banggur dkk, Pengembangan pembelajaran ….
memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri. introduction. (New York: Longman,
peningkatan namun hasil belajar siswa belum Dick, Walter, Lou Carey, dan James O’Carey.
maksimal. kriteria ketuntasan minimal (KKM) The systematic Design of Instructional;
etimologi multimedia adalah 70. sedangkan rata- 6th editions. Boston: Pearson Allyn and
rata hasil post test yang telah dilakukan Baron, 2005.
mendapat hasil 66,18. hal Ini disebabkan karena
model pembelajaran berbasis blended learning Gustafson, Kent L. and Robert Maribe Branch.
sehingga membutuhkan proses yang tidak Models. New York: Eric Clearinghouse
164
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 20, No. 2, Agustus 2018
Izuddin Syarif 2012. Pengaruh Model Blended Prawiradilaga, Raphael Rahardjo dan
learning Terhadap Motivasi dan Yusufhadi Miarso. Jakarta: Unit
Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal Percetakan UNJ, 1994.
Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan
Iga Setia Utami 2017. Pengujian Validitas Model & Pengembangan. Jakarta : Kencana
Blended learning Di Sekolah Prenadamedia Group. 2013.
Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah
Syaiful Arif 2013, Pembelajaran Pengetahuan
Pendidikan Teknik Elekto Vol. 2, No. 1
Dasar Komputer Berbasis Blended
Khan, Badrul, Managing E-Learning Strategies : learning Pada Program Studi
Design, Delivery, Implementation and Agribisnis STIPER AMUNTAI, Jurnal
Evaluation. Hershey : Information Pendidikan Vokasi,
Science Publishing. 2005.
Thorne, Kaye. Blended learning : how to
Nur Aeni, dkk 2017. Pengembangan Model integrate online and traditional
Blended learning Berbasis Masalah learning. Great Britain and the United
Pada Mata Pelajaran Sistem States: Kogan Page. 2003.
Komputer. Innovative Journal of
Curriculum and Educational
Technology 6 (2)
165