Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

MK. SOSIOLOGI SASTRA


PRODI S1 SI-FBS

Skor Nilai :

SOSIOLOGI SASTRA
(Dr. Nyoman Kutha Ratna : 2013) dan (Heru Kurniawan : 2012)

NAMA MAHASISWA : SYARAH AMALIYAH USMAN


NIM : 2193510006
KELAS : SASTRA INDONESIA B 2019
DOSEN PENGAMPU : WAHYU WIJI ASTUTI, S.Pd., M.A.
MATA KULIAH : SOSIOLOGI SASTRA

PROGRAM STUDI S1 SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEMESTER GENAP/IV
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
Critical Book Report tepat pada waktunya.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wahyu Wiji Astuti, S.Pd., M.A. selaku
dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Sastra yang merupakan matakuliah wajib yang
diselenggarakan di seluruh Program Studi Sastra Indonesia. Di dalamnya membahas dasar-
dasar teoritis berupa pembekalan mengenai “Sosiologi Sastra” yang nantinya akan dijadikan
bekal mahasiswa/i untuk mengkaji di kehidupan sosial pada pembahasan matakuliah
selanjutnya.

Karena sifatnya membantu, maka seyogyanya mahasiswa/i yang lain dapat melengkapi
makalah ini dengan bahan bacaan materi yang lain sehingga akan membantu dan memahami
materi yang sebelumnya telah disajikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penyusun nantikan. Semoga pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Medan, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR........................................................................................1

B. Tujuan Penulisan CBR....................................................................................................1

C. Manfaat Penulisan CBR..................................................................................................1

D. Identitas Buku.................................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................3

RINGKASAN ISI BUKU........................................................................................................3

A. Isi Buku Utama...............................................................................................................3

BAB III......................................................................................................................................8

PEMBAHASAN.......................................................................................................................8

A. Pembahasan Isi Buku......................................................................................................8

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku...................................................................................8

BAB III....................................................................................................................................11

PENUTUP...............................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

B. Saran/Rekomendasi.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

LAMPIRAN............................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan
menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang lain,
mengenal dan member nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis.

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita
hanya memilih saat buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari
segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR Sosiologi Sastra
ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasa tentang Sosiologi Sastra.

B. Tujuan Penulisan CBR


Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang Paradigma Sosiologi Sastra serta
membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang
dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar
babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.

C. Manfaat Penulisan CBR


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah :
i. Menambah wawasan pengetahuan tentang Sosiologi Sastra dan lainnya.
ii. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekuranga dan kelebihan buku
tersebut.
iii. Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpilan-kesimpulan atas buku-
buku yang dianalisis tersebut.

D. Identitas Buku
1. Buku Utama (Pertama)
Judul : Paradigma Sosiologi Sastra
Pengarang : Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U.

1
Edisi : Cetakan Ke-empat
Editor :-
Penerbit : Pustaka Pelajar
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 319 Halaman
ISBN : 979-3237-88-0

2. Buku Pembanding (Kedua)


Judul : Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra
Pengarang : Heru Kurniawan
Edisi : Cetakan Pertama
Editor : Heru Kurniawan
Penerbit : Graha Ilmu
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2012
Tebal Buku : 134 Halaman
ISBN : 978-979-756-880-1

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Isi Buku Utama


1. Hakikat Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata
sosio (Yunani)(socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti
sabda, perkataan, perumpamaan). Kemudian mengalami perbahan makna, soio/socius berarti
masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan
pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan
hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari
akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra adalah kumpulan alat untuk mengajar, buku
petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah
berbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusasteraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik.

Sesungguhnya kedua ilmu memiliki objek yang sama yaitu manusia dalam
masyarakat. Namun, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda, bahkan bertentangan secara
diametral. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi
dewasa ini (das sein), bukan apa yang seharusnya terjadi (das sollen). Sebaliknya, karya
sastra jelas bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Perbedaan antara sastra dan sosiologi
merupakan perbedaan hakikat, sebagai perbedaan ciri-ciri, sebagaimana ditunjukkan melalui
perbedaan antara rekaan dan kenyataan, fiksi dan fakta.

Ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan, dalam
rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sasstra dengan masyarkat, antara
lain :

1) Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempetimbangkan aspek-aspek


kemasyarakatannya.
2) Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan
yang terkandung di dalamnya.
3) Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang
melatarbelakanginya.

3
4) Analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan seberapa jauh peranannya
dalam mengubah struktur kemasyarakatan.
5) Analisis yang berkaitan dengan manfaat karya dalam membantu perkembangan
masyarakat.
6) Analisis mengenai seberapa jauh kaitan langsung antara unsur-unsur karya dengan unsur-
unsur masyarakat.
7) Analisis mengenai seberapa jauh keterlibatan langsung pengarang sebagai anggota
masyarakat.
8) Sosiologi sastra adalah analisis institusi sastra.
9) Sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan masyarakat.
10) Sosiologi sastra adalah hubungan searah (positivistik) antara sastra dengan masyarakat.
11) Sosiologi sastra adalah hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.
12) Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interpendensi antara sastra dengan
masyarakat.
13) Pemahaman yang berkaitan dengan aktivitas kreatif sebagai semata-mata proses
sosiokultural.
14) Pemahaman yang berkaitan dengan aspek-aspek penerbitan dan pemasaran karya.
15) Analisis yang berkaitan dengan sikap-sikap masyarakat pembaca.

Diantara 15 defenisi di atas, definisi nomor 1, 2, 3, 11, dan 12, dianggap mewakili
keseimbangan kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat, dengan memberikan prioritas
pada defenisi nomor 1. Alasannya, pertama, defenisi nomor 1 bersifat luas, fleksibel, dan
tentatif. Kedua, secara implisit telah memberikan intensitas terhadap peranan karya sastra.
Dengan kalimat lain, definisi nomor 1 berbunyi: analisis terhadap unsur(-unsur) karya seni
sebagai bagian integral unsur(-unsur) sosiokultural.

2. Sejarah Sosiologi Sastra

Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala alam. Masyarakat adalah orang-
orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Perbedaannya, apabila sosiolog
melukiskan kehidupan manusia dan masyarakat melalui analisis ilmiah dan objektif,
sastrawan mengungkapkannya melalui emosi, secara subjektif dan evaluatif. Sastra juga
memanfaatkan pikiran, intelektualitas, tetapi tetap didominasi oleh emosionalitas. Karena itu,
menurut Damono (1978;6-8), apabila ada dua orang sosiolog yang melakukan penelitian

4
terhadap masalah suatu masyarakat yang sama, maka kedua penelitiannya cenderung sama.
Sebaliknya, apabila dua orang seniman menulis mengenai masalah masyarakat yang sama,
maka hasil karyanya pasti berbeda. Hakikat sosiologi adalah objektivitas dan kreativitas,
sesuai dengan pandangan masing-masing pengarang. Karya sastra yang sama dianggap
plagiat.

Teori-teori sosial sastra sesungguhnya sudah ada sejak zaman Plato/Aristoteles (abad
ke-5/ 4 BC), filsuf Yunani. Dalam buku yang berjudul Ion dan Republik dilukiskan
mekanisme antarhubungan sastra dengan masyarakatnya. Sastra dalam pembicaraan ini hanya
meliputi puisi, sesuai dengan kondisi zamannya, semua bentuk sastra ditulis dalam bentuk
genre tersebut. Menurut Plato, karya seni semata-mata merupakan tiruan (mimemis) yang ada
dalam dunia ide. Jadi, karya seni merupakan tiruan dari tiruan, secara hierarkis seni berada di
bawah kenyataan. Karena itu, kualitasnya lebih rendah dari karya seorang tukang. Karya seni
mengkondisikan manusia semakin jauh dari kenyataan yang sesungguhnya. Karena itu pula,
seniman harus dijauhkan dari kehidupan masyarkat.

Filsafat ide Plato yang semata-mata bersifat praktis di atas ditolak oleh Aristoteles.
Menurutnya, seni justru mengangkat jiwa manusia, yaitu melalui proses penyucian
(khatarsis), sebab karya seni membebaskan manusia dari nafsu yang rendah. Dalam
memahami kenyataan, seni didominasi oleh penafsiran. Karena itu, seniman tidak semata-
mata meniru kenyataan, tetapi menciptakan dunianya sendiri. Dalam kebudayaan Barat,
khususnya Abad Pertengahan, pikiran-pikiran Aristoteles mengenai peniruan diterima
sebagai dasar estetik dan filsafat seni. Karya seni meniru alam sebagai ciptaan Tuhan (The
Great Model), karya seni mencerminkan keindahan Tuhan, manusia hanya menciptakan
kembali, manusia sebagai homo artifex. Di Indonesia, tampak dalam puisi-puisi Jawa Kuno,
melalui konsep persatuan antara manusia dengan Tuhan lewat keindahan, sebagai penjelmaan
Tuhan (Teeuw, 1984:219-249).

Legitimasi pengarang sebagai pencipta yang sesungguhnya tampak sesudah abad ke-
18, dengan anggapan manusia sebagai kreator yang otonom. Puncaknya terjadi abad ke-19,
pada Abad Romantik, dengan menonjolkan individualitas penulis, dengan popularitas puisi-
puisi lirik. Karya seni dinilai berdasarkan atas kebaruan dan penyimpangannya terhadap
karya-karya yang telah dihasilkan sebelumnya. Lambang aktivitas kreativitas kreatif bukan
lagi cermin, peneladanan, dan peniruan, melainkan pelita yang memancarkan sinar. Pada saat
ini tampak dua pandangan yang berbeda: a) karya sebagai dunia yang otonom, yang

5
kemudian tampak dalam aliran strukturalis, dan b) karya seni sebagai dokumen sosial, seperti
berbagai penelitian yang dilakukan oleh aliran Merxis, psikologi dari peneliti sosiologi lain.

Paradigma mutakhir ditunjukkan melalui konsepsi-konsepsi yang timbul sesudah


strukturalisme (klasik) mengalami stagnasi, yang diwakili oleh strukturalisme genetik,
semiotika, resepsi, dan intereks. Pergeseran pandangan ini mencapai titik puncak sesudah
dilegitimasikannya nama pascastrukturalis, khususnya melalui teori-teori dekontruksi. Karya
sastra bukan semata-mata kualitas otonom atau dokumen sosial, melainkan sebagai bagian
yang memiliki kapasitas untuk mengevokasi energi-energi yang stagnasi.

Kenyataan yang ada dalam sosiologi bukanlah kenyataan objektif, tetapi kenyaataan
yang sudah ditafsirkan, kenyataan sebagai kontruksi sosial. Alat utama dalam menafsirkan
kenyataan adalah bahasa, sebab bahasa merupakan milik bersama, di dalamnya terkandung
persediaan pengetahuan sosial. Lebih-lebih dalam sastra, kenyataan bersifat interpretatif
subjektif, ssebagai kenyataan yang diciptakan. Pada gilirannya kenyataan yang tercipta dalam
karya menjadi model, lewat mana masyarakat pembaca dapat membayangkan dirinya sendiri.
Karakterisasi tokoh-tokoh dalam novel misalnya, tidak diukur atas dasar persamaannya
dengan tokoh masyarakat yang dilukiskan. Sebaliknya citra tokoh masyarakatlah yang mesti
meneladani tokoh novel, karya seni sebagai model yang diteladani. Proses penafsirannya
bersifat bolak-balik, dwiarah, yaitu antara kenyataan dan rekaan (Teeuw, 224-249).

Dalam melukiskan kenyataan, selain melalui refleksi, sebagai cermin juga dengan
cara refraksi, sebagai jalan belok. Seniman tidak semata-mata melukiskan keadaan yang
sesungguhnya, tetapi mengubah sedemikian rupa sesuai dengan kualitas kreativitasnya.
Dalam hubungan ini, menurut Teeuw (1982:18-26), ada empat cara yang mungkin dilakukan,
yaitu: a) afirmasi (dengan cara menetapkan norma-norma yang sudah ada), b) restorasi
(sebagai ungkapan kerinduan pada norma-norma yang sudah usang), c) negasi (dengan
mengadakan pemberontakan terhadap norma yang sedang berlaku), dan d) inovasi (dengan
mengadakan pembaruan terhadap norma yang ada).

Meskipun hubungan sastra dengan masyarakat sudah dibicarakan sejak zaman Plato
dan Aristoteles, seperti disebutkan di atas, tetapi sosiologi sastra sebagai ilmu yang berdiri
sendiri, menggunakan teori dan metode ilmiah, dianggap baru mulai abad ke-18. Buku teks
pertama mengenai sosiologi sastra adalah The Sociology of Art and Litersture: a Reader,
yang dihimpun oleh Milton C. Albrecht, James H. Barnett, dan Mason Griff, terbit pertama
kali tahun 1970. Karena itulah, dikatakan bahwa kehadiran sosiologi sastra sangat terlambat

6
apabila dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti: sosiologi agama, sosiologi
pendidikan, sosiologi ideologi, dan sosiologi politik.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya, makanya sosiologi


sastra juga disebut sosiokritik sastra. Sesuai dengan sudut pandang masing-masing, ada
banyak pendapat mengenai siapa sesungguhnya yang dianggap sebagai pelopor sosiologi
sastra. Michel Biron (dalam Makaryk, ed.,1993: 190) menyebutkan Georg Lukaacs, Rene
Wellek dan Austin Warren (1962: 95) menyebutkan De Bonald, Elizabeth and Tom Burns
(1973: 10) menyebutkan Madame de Stael, Robert Escarpit dan Harry Levin (dala Elizabeth
and Tom Burns, ed., 1973: 11) menyebutkan Hippolyte Taine, Diana Laurenson dan Alan
Swingewood (1972: 31) juga menyebutkan Hippolyte Taine.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


Buku utama menjelaskan sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi
berasal dari akar kata sosio (Yunani)(socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman)
dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Kemudian mengalami perbahan
makna, soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Sastra dari akar kata sas
(Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra
berarti alat, sarana. Sedangkan pada buku pembanding menjelaskan sosiologi mempunyai
dua akar kata: socius (dari bahasa Latin) yang berarti “teman” dan logos (dari bahasa Yunani)
yang berarti “ilmu tentang”. Secara harfiah sosiologi berarti “ilmu tentang pertemanan”. Kata
“sastra” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta: akar katanya adalah “sas”,
dalam kata kerja turunan yang berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau
intruksi. Pada akhiran ‘tra’ biasa menunjukkan pada “alat atau sarana.

Buku utama menjelaskan sosiologi bersifat umum, rasional, dan empiris. Sedangkan buku
pembanding menjelaskan sosiologi bersifat analitis dan sistematis.

E. Kelebihan dan Kekurangan Buku


1. Kelebihan Isi Buku

a. Buku Utama (Pertama)


1) Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value)
Dari Segi Konstruksi Buku (COVER,LAYOUT,DAN TATA BAHASA)
Buku ini memiliki desain cover yang minimalis dan warna yang netral, dengan
meletakkan gambar topeng setengah wajah. Buku ini juga terlihat sederhana dan
ukuran buku tidak terlalu besar dan terlalu kecil, akan mudah untuk di bawa,
penggunaan bahasa di dalam buku ini dengan bahasa yang mudah dipahami pembaca.
2) Dari Aspek Layout, Tata Letak, Tata Bahasa, Serta Tata Tulis
a. Dari segi layout
Buku ini sudah cukup bagus, karena sub judul dan setiap babnya dibuat dengan
huruf tebal sehingga pembaca lebih mudah menemukan judulnya.
b. Dari segi Tata Letak, Tata Bahasa, serta Tata Tulis

8
Buku ini cukup rapi dalam segi tata letaknya. Dari tata bahasa buku ini
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan tata tulis yang ukuran
tulisannya tidak terlalu besar dan kecil sehingga pembaca lebih nyaman membaca
buku ini.
c. Dari Aspek Isi Buku
Dari segi pembahasan buku ini memaparkan dan menjelaskan lebih luas terhadap
berbagai masalah yang berikaitan dengann sosiologi sastra. Buku ini juga
mengajaka para pembaca untuk berdiskusi mengenai berbagai kemungkinan
dalam mendekati sastra.

b. Buku Pembanding (Kedua)


1) Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value)
Dari Segi Konstruksi Buku (COVER,LAYOUT,DAN TATA BAHASA)
Buku ini memiliki desain cover yang cukup sederhana, dengan warna coklat tua dan
muda yang berpadu. Selain itu desain covernya juga sederhana. Bahasa yang
digunakan dalam buku ini dengan bahasa yang mudah di pahami oleh pemula.
2) Dari Aspek Layout, Tata Letak, Tata Bahasa, Serta Tata Tulis
a. Dari segi layout
Buku ini sudah cukup bagus, karena sub judul dan setiap babnya dibuat dengan
huruf tebal sehingga pembaca lebih mudah menemukan judulnya.
b. Dari segi Tata Letak, Tata Bahasa, serta Tata Tulis
Buku ini cukup rapi dalam segi tata letaknya. Dari tata bahasa buku ini
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan tata tulis yang ukuran
tulisannya tidak terlalu besar dan kecil sehingga pembaca lebih nyaman membaca
buku ini.
c. Dari Aspek Isi Buku
Dari segi pembahasan dalam buku ini memaparkan dan menjelaskan dengan jelas
mengenai teori, metode, dan aplikasi Sosiologi Sastra.

2. Kekurangan Isi Buku


a. Buku Utama
Di buku utama ini memiliki kekuranagn yang minim yaitu terdapat di sebagian antara
paragraf dengan paragraf lainnya yang masih belum berjarak. Dan tulisan bab-babnya
masih belum terlihat jelas karna ukuran yang kecil dan tidak tebal.

9
b. Buku pembanding
Di buku pembanding ini memiliki kekurangan yang minim yaitu terdapat di bagian
tata letak keseluruhan teks, teks tidak terletak di tengah-tengah kertas. Dan ukuran
buku juga agak kebesaran.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara sosiologi dan sastra
merupakan perbedaan hakikat, sebagai perbedaan ciri-ciri, sebagaimana ditunjukkan
melalui perbedaan antara rekaan dan kenyataan atau fiksi dengan fakta. Sosiologi
merupakan disiplin ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup
fakta sosial, defenisi sosial, dan perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi
sosial dalam suatu masyarakat. Sosiologi sastra hakikatnya adalah interdisiplin antara
sosiologi dengan sastra, keduanya memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam
masyarakat. Namun, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda, bahkan bertentangan
sastra diametral. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang
terjadi dewasa ini (das sein), bukan apa yang seharusnya terjadi (das sollen). Sebaliknya,
sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif.

Adapun definisi sosiologi sastra yang merepresentasikan hubungan interdisiplin ini, yang
masuk dalam ranah sastra, mencakup: (1) pemahaman terhadap karya sastra dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya; (2) pemahaman terhadap totalitas
karya sastra yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di
dalamnya; (3) pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan
masyarkat yang melatarbelakanginya; dan (4) hubungan dialektik antara sastra dengan
masyarakat.

Sosiologi sastra objek kajian utamanya adalah sastra, yang berupa karya sastra,
sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami gejala sosial yang ada dalam
sastra, baik penulis, fakta sastra, maupun pembaca dalam relasi dialetiknya dengan
kondisi masyarakat yang digambarkan, dan pembaca sebagai individu kolektif yang
menghidupi masyarakat. Analisis sosiologi sastra berkaitan dengan analisis sosial
terhadap karya sastra, baik ideologi social pengarang, pandangan dunia pengarang,
pengaruh strukturasi masyarakat terhadap karya sastra atau sebaliknya, dan fungsi sosial
sastra.

B. Saran/Rekomendasi

11
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan mahasiswa bisa menjadi seorang yang
baik dan bijaksana. Menerapkan beberapa sangat mempengaruhi perilaku maupun kinerja
seorang individu. Menganalisis karya kini sangat penting bagi mahasiswa untuk
menyambung aspirasi masyarakat dengan mempelajari Sosiologi Sastra. Mahasiswa/i
mampu menargetkan sebuah target yang sudah direncanakan sebelumnya ingin menjadi
seorang yang kritis dalam berfikir.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kutha Ratna, Nyoman. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

13
LAMPIRAN

BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING

14

Anda mungkin juga menyukai