MK. SEMIOTIKA
PRODI S1 SI-FBS
SEMIOTIKA
(Ferdinand De Saussure: Semiologi)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Sara Angelina Manullang Nim. 2193510015
Syarah Amaliyah Usman Nim. 2193510006
Novita Aurora Gurusinga Nim. 2193510003
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. M. Oky Fardian Gafari, S.Sos.,
M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Semiotika, yang merupakan mata kuliah wajib
yang dipelajari di program studi Sastra Indonesia. Tidak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, yang telah membagikan ilmunya dalam penulisan makalah
ini.
Jika ada kesalahan kata yang menyinggung pembaca, penulis memohon maaf sebesar-
besarnya.
( Tim Penyusun )
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
D. Manfaat........................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.
Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh
ilmuwan Amerika. Istilah tersebut berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang berarti
‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda
seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotik biasanya didefinisikan sebagai
teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol
sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.
Menurut Chandler (dalam Sukyadi, 2011) pembedaan sosial dapat diamati tidak tidak
hanya dalam kode linguistik tetapi juga dari sejumlah kode-kode nonverbal. Dalam hal ini
lambang klub sepakbola yang merupakan kode nonverbal yang akan diteliti dari segi
makna dari setiap bagian yang dimunculkan dari lambang tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan makalah yang dapat diperoleh dari latar belakang diatas, diantaranya yaitu
sebagai berikut :
1. Apa pengertian semiologi dan semiotika?
2. Apa saja konsep dikotomis dalam oposisi biner?
3. Bagaimana prospek kajian semiologis?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah yang dapat disimpulkan dari rumusan masalah diatas,
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu semiologi dan semiotika
2. Untuk mengetahui apa saja konsep dikotomis dalam oposisi biner
3. Untuk mengetahui prospek kajian semiologis
D. Manfaat
1
Manfaat yang dapat diperoleh dari tujuan Makalah yang dilampirkan dibagian atas,
diantaranya yaitu :
1. Memahami apa itu semiologi dan semiotika
2. Memahami apa saja konsep dikotomis dalam oposisi biner
3. Memahami prospek kajian semiologis
4. Memahami semiologis dalam aplikasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Semiologi didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku
manusia membawa makna atau selama berfung si sebagai tanda, harus ada di belakang
sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda, di
sana ada sistem (de Saussure, 1988:26). Sekalipun hanyalah merupakan salah satu
cabangnya, namun linguistik dapat berperan sebagai model untuk se-miologi.
Penyebabnya terletak pada ciri arbiter dan konvensional yang dimiliki tanda bahasa.
Tanda -tanda bukan bahasa pun dapat dipandang sebagai fenomena arbiter dan
konvensional seperti mode, upacara, kepercayaan dan lain -lainya. Dalam perkembangan
terakhir kajian mengenai tanda dalam masyarakat didominasi karya filsuf Amerika.
Charles Sanders Peirce (1839 - 1914). Kajian Peirce jauh lebih terperinci daripada tulisan
de Saussure yang lebih programatis. Oleh karena itu istilah semiotika lebih lazim dalam
dunia Anglo-Sakson, dan istilah semiologi lebih dikenal di Eropa Kontinental.
Semiotika adalah kajian yang membahas tentang tanda. Banyak defenisi semiotika
yang dikemukakan oleh pakar dan itu sangat bervariasi. Namun, defenisi apa pun itu,
defenisi semiotika tetap berpijak pada konsep atau pengertian dasar, yakni bahwa
semiotik merupakan kajian tanda. Misalnya, Eco (1979: 7) mengatakan bahwa semiotik
berkenaan dengan segala sesuatu yang dapat dipandang sebagai tanda. Defenisi ini
memberikan pengertian bahwa suatu tanda bergantung pada pandangan individu.
Seseorang dapat memandang sesuatu sebagai tanda, yang lain mungkin tidak
memandangnya sebagai tanda.
Semiotika dikembangkan oleh filsuf Amerika (ahli logika), yaitu Charles Sanders
Pierce, sebagai cabang dari filsafat. Sebenarnya, tidak ada perbedaan yang prinsip di
3
antara keduanya. Hanya saja, semiologi dalam perkembangannya banyak dikenal di
Eropa, dipopulerkan oleh ahli yang mengikuti tradisi linguistik Saussurian. Sementara
semiotika dikembangkan oleh para ahli dari penutur bahasa Inggris, yang mengikuti
tradisi Piercian.
Model klasifikasi biner merupakan sesuatu yang umum dalam pemikiran linguistik
strukturalis Saussuran, seakan metabahasa para linguis memproduksi tanda bahasa seperti
cermin, yaitu stuktur biner dan sistem yang menjelaskannya. Barthes (2012: ix)
mengatakan, besar manfaatnya dengan hasil yang diperoleh bila mempelajari kelebihan
dari klasifikasi biner dalam wacana ilmu-ilmu sosial mutakhir. Jika benar-benar
dipahami, taksonomi ilmu sosial, akan memberi banyak informasi mengenai sesuatu yang
dapat disebut sebagai medan imajinasi intelektual zamannya.
Konsep dikotomis Saussurian berawal dari perspektif linguistik sebagai suatu kajian
keilmuwan. Sesuatu yang khas, konsep dikotomis ini diungkapkan dalam bentuk
perlawanan atau oposisi biner (binary opposition), yaitu sinkronik dan diakronik; langue
dan parole; penanda dan petanda; sintagmatik dan paradigmatik; serta denotasi dan
konotasi.
4
bergerak dan berevolusi. Proses ini dapat dibedakan berdasarkan arus perubahan
waktu yang maju (prospektif) dan perubahan waktu yang mundur (retrospektif).
Langue adalah suatu fakta sosial, seperti halnya bahasa nasioonal, dan juga
seperti kamus yang sudah ada kesepatakan bersama untuk mengkomunikasikannya.
Sebaliknya, parole merupakan penggunaan bahasa secara individual, bersifat nyata,
dengan memilih unsur-unsur tertentu dalam gaya tuturan seseorang (Sachari, 2005:
68).
5
Kehadiran langue dan parole adalah konsekuensi dari pemahaman dasar
linguistik yang bersifat dikotomis. Dalam hal ini, walaupun terlihat antara keduanya
beroposisi, namun sebetulnya saling melengkapi. Tidak akan ada parole kalau tidak
ada langue, begitu sebaliknya. Parole merupakan ungkapan individualis seseorang
dalam bertutur, termasuk dalam berbusana. Secara ringkas, ungkapan langue dan
parole dalam produk atau fasilitas keperluan sehari-hari digambarkan sebagai berikut:
Produk : Pakaian
Langue : Kain yang menutupi badan. Dipakai sesuai ketentuan yang berlaku:
ketentuan adat, ketentuan lembaga/instansi, kesepakatan kelompok,
dsb.
Parole : Ukuran, warna, dan kualitas tertentu, menggunakan merek tertentu,
digunakan sesuai cita rasa dan kepribadian seseorang.
Contoh lain dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti tanda merah pada lampu lalu
lintas, memberi tanda bahwa semua pemakai jalan harus berhenti. Hal ini berarti,
warna merah dan tindakan berhenti merupakan satu kesatuan signified dan signifier.
6
asosiatif dengan kehadiran unsur-unsurnya bersifat in absentia. Dalam bahasa dapat
digambarkan, misalnya, relasi sintagmatik mengacu pada hubungan kata perkata atau
antar satuan gramatikal, yang dirangkai dalam dimensi waktu tertentu. Unsur-unsur
bahasa dimaksud dapat dipertukarkan sesuai keinginan. Relasi paradigmatik mengacu
pada hubungan unsur-unsur yang berada dalam kelompoknya sebagai bagian dari
sistem. Kelompok ini dibentuk berdasarkan kesamaan atau perbedaannya, yang
memiliki hubungan asosiatif. Dalam bahasa misalnya dengan sinonim dan
antonimnya. Dengan kata lain Sachari (2005:69-70) menjelaskan: susunan
sintagmatik merupakan susunan tanda yang bersifat linier dan terikat oleh waktu,
sedangkan susunan paradigmatik lebih bersifat meruang, dan mempunyai hubungan
asosiatif yang membentuk atau pengertian.
Paradigamtik : bagian atas terdiri atas unsur kemeja, tanktop, blazer, jaket, dll.
Bagian bawah terdiri dari unsur rok, celana panjang, dengan berbagai
bentuk dan model.
Aspek penandaan yang menjadi objek kajian semiotika adalah sesuatu yang terjadi
dalam kehidupan ini, terutama yang berkaitan dengan aspek budaya masyarakat : karya
seni, objek pariwisata, kegemaran berbelanja, menonton televisi, konsumerisme,
komodifikasi dan sebagainya. Jadi tidak hanya bahasa, “lingkaran linguistik” melingkupi
semua fenomena sosial dan budaya yang bisa ditafsirkan sebagai tanda dalam
pemahaman semiotika.
Dalam mengkaji komodifikasi ulos dan sigale-gale, prinsip dasar teori de Saussure
berupa distingsi: langue-parole, sinkronik-diakronik dan penanda-petanda merupakan hal
yang penting sebagai pijakan. Komodifikasi hakekatnya adalah proses “perubahan”.
8
Dalam konteks ulos dan sigale-gale, komodifikasi adalah perubahan dari nilai tradisi-
sakral mejadi modern-komersial. Dua hal ini merupakan bentuk oposisi biner.
Hal ini juga sejalan dengan prinsip strukturalisme secara umum, bahwa langue adalah
struktur dalam yang tersembunyi, yang lebih tertata dan beraturan. Sebaliknya, parole
adalah struktur luar yang kasat mata dan terkadang cenderung chaos.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebenarnya, tidak ada perbedaan yang prinsip di antara keduanya. Hanya saja,
semiologi dalam perkembangannya banyak dikenal di Eropa, dipopulerkan oleh ahli yang
mengikuti tradisi linguistik Saussurian. Sementara semiotika dikembangkan oleh para ahli
dari penutur bahasa Inggris, yang mengikuti tradisi Piercian. Persamaan konsep de
Saussure dengan Pierce dapat dilihat pada pernyataan keduanya. Pierce mengatakan
bahwa seseorang hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. De Saussure,
mempertanyakan apakah substansi bahasa sesungguhnya. Baginya tidak lain adalah suatu
sistem tanda.
Terdapat konsep dikotomis diungkapkan dalam bentuk perlawanan atau oposisi biner
(binary opposition), yaitu sinkronik dan diakronik; langue dan parole; penanda dan
petanda; sintagmatik dan paradigmatik; serta denotasi dan konotasi.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
_____________. 2011. Semiotik Bahasa: Tanda, Penanda dan Petanda Dalam Bahasa.
Universitas Negeri Medan: Medan.
11