Anda di halaman 1dari 18

BAHASA JURNALISTIK PADA EYD

Disusun Oleh:

Khesya Amadea Poppy Waluyo 2012011010

Pikiran Waruwu 2012011011

5A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
kelompok tepat pada waktunya. Judul makalah ini yaitu “Bahasa Jurnalistik Pada EYD”.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu


mata kuliah Ragam Bahasa Jurnalistik, Drs. I Wayan Wendra, M.Pd., yang telah membimbing
untuk menyelesaikan makalah ini. Melalui tulisan ini penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dan memberi dukungan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Kami sangat mengharapkan saran dan juga kritik yang bersifat membangun dari
pembaca makalah ini sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun
pembaca.

Singaraja, 31 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7
2.1 Acuan Bahasa Jurnalistik Pada EYD ............................................................................... 7
2.2 Penulisan Kata .................................................................................................................. 9
2.3 Penullisan Unsur Serapan............................................................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Secara umum EYD berfungsi sebagai pedoman dasar dalam penggunaan


Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.
Begitupun dalam penggunaan bahasa jurnalistik peran EYD tidak jauh berbeda.
Jurnalistik atau yang sering kita dengar dengan sebutan wartawan ini sangat
berkaitan erat dengan pemberitaan atau penyebarluasan suatu informasi dalam
bentuk berita.
Bahasa jurnalistik atau yang biasa dikenal dengan bahasa pers ini
merupakan salah satu ragam bahasa yang kreatif dari bahasa indonesia, selain
ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa
filosofik, dan ragam bahasa literatur (sastra). Bahasa jurnalistik biasanya sering
digunakan oleh wartawan atau media masa.
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak
dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu
bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual
minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas
yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas.
Sifat-sifat khas itu penting untuk memudahkan pembaca memahami
maksud dari tulisan. Membuat pembaca mau membaca secara keseluruhan tanpa
merasa tersita waktunya untuk menyelesaikan bacaan tersebut. Karena itu, tulisan
yang dikirim ke media haruslah singkat dengan menghindari penjelasan yang
panjang dan bertele-tele. Meki singkat, tulisan juga harus padat, memberikan
informasi yang lengkap dengan menerapkan ekonomi kata. Artinya, membuang
setiap kata dan kalimat yang mubazir.
Tulisan untuk media juga harus menggunakan bahasa yang sederhana.
Seorang penulis harus berupaya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan
kalimat majemuk dan panjang, apalagi rumit dan komplek. Gunakanlah kalimat
yang efektif, praktis dan tidak berlebihan (tidak bombastis).

4
Bahasa jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya
dengan ragam bahasa yang lain. Bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah
yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.
Bahasa jurnalistik memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis
tulisan yang akan terberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk
menuliskan reportase investigasi tentu lebih cermat bila dibandingkan dengan
bahasa yang digunakan dalam penulisan features.
Marshall McLuhan sebagai penggagas teori “Medium is the message”
menyatakan bahwa setiap media mempunyai tatabahasanya sendiri yakni
seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indra dalam
hubungannya dengan penggunaan media. Setiap tata bahasa media memiliki
kecenderungan (bias) pada alat indra tertentu. Oleh karenanya media mempunyai
pengaruh yang berbeda pada perilaku manusia yang menggunakannya (Rakhmat,
1996: 248).
Secara lebih seksama bahasa jurnalistik dapat dibedakan pula berdasarkan
bentuknya menurut media menjadi bahasa jurnalistik media cetak, bahasa
jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online
internet. Bahasa jurnalistik media cetak, misalnya, kecuali harus mematuhi kaidah
umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus yang
membedakannya dari bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik TV, dan bahasa
jurnalistik media online
internet.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana acuan bahasa jurnalistik pada EYD?
2. Bagaimana penulisan kata?
3. Bagaimana penulisan unsur serapan?

5
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembuatan makalah iniadalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui acuan bahasa jurnalistik pada EYD
2. Untuk mengetahui penulisan kata bahasa jurnalistik pada EYD
3. Untuk mengetahui penulisan unsur serapan bahasa jurnalistik pada EYD

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Acuan Bahasa Jurnalistik Pada EYD


Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai
pemberi informasi kepada publik, atau dapat diartikan sebagai bahasa komunikasi
pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.
Bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa baku, atau dengan kata lain
harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Selain itu, bahasa
jurnalistik juga harus mudah dipahami oleh pembacanya, karena pembaca tidak
punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-kata yang sulit.
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada khalayak
atau publik, jelas tidaknya informasi sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa
yang dipakai. Untuk itu, dunia pers atau jurnalistik sebagai pemberi informasi
kepada publik harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar khalayak atau
publik dapat memahami maksud yang ingin disampikan.
Berbeda dengan bahasa percakapan atau ragam bahasa lainnya yang sering
bersifat asosial, akultural, egois, dan elitis, bahasa jurnalistik justru sangat
demokratis dan populis, karena dalam bahasa jurnalistik tidak mengenal kasta,
tingkat, maupun pangkat. Sebagai contoh, jika dalam bahasa percakapan menyebut
“Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono”, sedangkan dalam bahasa
jurnalistik hanya ditulis “Susilo Bambang Yudhoyono”. Artinya, semua
diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggikan derajat kelas
sosialnya. Sejauh ini bahasa jurnalistik mulai beragam digunakan untuk menulis
berita ekonomi, politik ataupun tajuk rencana, disesuaikan dengan angle tulisan,
sumber berita, dan keterbatasan media massa (ruang dan waktu).
Perlu untuk diketahui juga bahwa ejaan adalah tata cara penulisan huruf,
kata, kalimat dan tanda baca. Berikut pemenggalan dan penggabungannya dalam
suatu bahasa. Mengapa ejaan diperlukan dalam bahasa tulis dan bukan dalam
bahasa lisan? Karena dalam bahasa lisan, proses komunikasi akan terbantu oleh
warna suara (garang, lemah-lembut), intonasi (keras, pelan), frekuensi (cepat,
lambat); mimik pembicara (sedih, gembira); gerak tubuh dan keseluruhan suasana
7
saat peristiwa bahasa dilangsungkan. Hingga dengan kalimat tidak sempurna pun,
komunikasi bisa berlangsung dengan baik dalam ragam bahasa lisan.
Misalnya, dua orang sahabat di suatu kantor, pada jam 12.00 bertemu di
lorong toilet. Salah seorang mengatakan: Makan. Lalu yang seorang lagi
menjawab: Ayo. Komunikasi hanya dengan dua kata itu sudah bisa berlangsung
dengan baik, dan dua orang sahabat itu lalu berjalan ke kantin untuk makan siang.
Tetapi dalam bahasa tulis, kata makan dan ayo tersebut tidak punya arti apa pun,
kecuali sebelumnya diawali dengan narasi tentang: keberadaan dua orang sahabat
di suatu kantor, pada saat menjelang jam makan siang, di sebuah lorong dekat toilet.
Meskipun sudah diawali dengan narasi demikian, tetap diperlukan penulisan
dengan huruf besar/kecil, tanda tanya, tanda seru, titik, koma dll. terhadap kata
makan dan ayo, yang kesemuanya diatur dalam penggunaan ejaan. Apakah Bahasa
Indonesia juga punya ejaan? Bahasa Indonesia yang berasal dari Ragam
Bahasa Melayu, pernah punya ejaan Van Ophuijsen, yang dipergunakan
sejak Sumpah Pemuda sampai dengan tahun 1947. Peninggalan ejaan Van
Ophuijsen yang sampai sekarang masih diingat masyarakat adalah, penulisan u
dengan oe. Hingga Sumpah Pemuda ditulis sebagai Soempah Pemoeda. Dari tahun
1947 sampai dengan tahun 1972, Bahasa Indonesia menggunakan Ejaan Soewandi.
Dari ejaan Soewandi, yang masih diingat oleh masyarakat adalah penulisan c
dengan tj; ny dengan nj dan j dengan dj. Dari tahun 1972 sampai sekarang
dipergunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Apakah bahasa jurnalistik
mutlak harus patuh pada EYD? Tidak harus. Hanya Bahasa jurnalistik pada media
massa yang bersifat formal, untuk menyampaikan fakta, data (berita) dan pendapat
(opini) yang bersifat formal pula yang mutlak harus patuh pada EYD. Misalnya
koran atau majalah nasional yang dibaca oleh seluruh penduduk Indonesia dan
memberitakan atau menulis tentang masalah perekonomian, politik, sosial dan
budaya yang bersifat nasional bahkan internasional, mutlak harus patuh pada EYD.
Jenis tulisan dan media massa manakah yang boleh tidak patuh pada EYD? Tulisan
dimajalah remaja, tabloid olah raga dll. penerbitan khusus (bulletin/jurnal intern)
dll, bisa saja melanggar kaidah EYD, dengan maksud agar lebih menarik dan lebih
dipahami oleh target pembacanya. Ragam bahasa remaja malahan cenderung
memberontak bukan hanya terhadap ejaan, tetapi juga keseluruhan kaidah Bahasa
Indonesia. Penggunaan pesan-pesan singkat (SMS) melalui telepon genggam (HP),
juga sangat potensial merusak ejaan dan seluruh kaidah bahasa.
8
Ole karena itu Bahasa Jurnalistik yang berpedoman kepada (EYD) serta
ciri-ciri Bahasa yang baik seperti singkat, padat, sederhana, jelas, demokratis,
populis, dan menarik. semuanya selalu disesuaikan pada penulisan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).

2.2 Penulisan Kata


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang
dapat dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar (Zetty. 2016). Oleh karena itu
beberapa penulisan kata Bahasa jurnalistik sesuai pada EYD adalah sebagai
berikut.
1. Penulisan Huruf Kapital
Dalam penulisan huruf kapital, sebagian penulis dan jurnalis kerap terkecoh
dengan beberapa ketentuan yang diatur dalam pedoman EYD. Kata yang
seharusnya tidak ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama malah
ditulis dengan huruf kapital. Begitu juga sebaliknya, akhirnya terjadi
kerancuan (Aswald, 2013: 3-6).
a) Jabatan Tidak Diikuti Nama Orang
Dalam butir 5 pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi atau nama tempat. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono,
Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekertaris
Jendral Departemen Pendidikan Nasional.
Contoh:
• Menurut Bupati anggaran untuk rehabilitasi gedung sekolah
dasar… Seharusnya: Menurut bupati anggaran untuk
rehabilitasi gedung sekolah dasar…
b) Huruf Pertama Nama Bangsa
Dalam butir ke 7 dinyatakan bahwa huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
50 persen dosen Universitas Masa depan (UMD) mengajar di depan
kelas dengan dialek ke-Sunda-Sundaan, 20 persen dosen
9
mengajardengan dialek ke-Inggris-Inggrisan, dan 10 persen
menggunakan dialek ke-Batak-Batakan. Seharusnya, 50 persen
dosen Universitas Masa depan (UMD) mengajar di depan kelas
dengan dialek kesunda-sundaan, 20 persen dosen mengajardengan
dialek keinggris-inggrisan, dan 10 persen menggunakan dialek
kebatak-batakan.
c) Nama Geografi Sebagai Nama Jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri.
Misalnya, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi
kearah tenggara.
Contoh:
Para wisatawan lokal lebih banyak membelanjakan uangnya untuk
membeli oleh-oleh khas tiap daerah seperti kacang Bogor, salak
Bali, pisang Ambon, pepaya Bangkok, nanas Subang, tahu
Sumedang, peuyeum bandung, bandeng presto Semarang, telur
brebes.
Seharusnya:
Para wisatawan lokal lebih banyak membelanjakan uangnya yntuk
membeli oleh-oleh khas tiap daerah seperti kacang bogor, salak bali,
pisang ambon, papaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang,
peuyeum bandung, bandeng presto semarang, dan telur brebes.
d) Setiap Unsur Bentuk Ulang Sempurna.
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-bangsa, Yayasan Ilmu-ilmu Sosial dan
Kepurbakalaan Sumedang larang, Yayasan Ahli-ahli Bedah Plstik
Jawa Barat, Undang-undang Dasar Republik Indonesia, Garis-garis
Besar Haluan Negara.
Seharusnya:

10
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan
Kepurbakalaan Sumedang larang, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plstik
Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-
Garis Besar Haluan Negara.
e) Penulisan Kata Depan dan Kata Sandang
Dalam butir 12 dinyatakan huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Contoh:
• Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
• Dalam cerita itu si Pitung berhasil menolong penduduk.
• Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
• Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
• Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang
Widhi Wasa.
2. Penulisan Huruf Miring
Dalam Pedoman EYD, ketentuan penulisan huruf miring hanya
menunjukkan kepada tiga hal saja, yakni penulisan nama buku dan surat
kabar, penegasan atau pengkhususan kata, dan penulisan kata nama ilmiah
(Aswald, 2013: 6-8).
a) Penulisan Nama Buku
Pada butir 1 penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Mingguan Berbahasa
Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos, menurut Dewan Juri
Anugerah Kebudayaan Jawa Barat 2006.
b) Penulisan Penegasan Kata
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata. Ketentuan ini kerap dilanggar, hasil pretes

11
di beberapa kelas jurnalistik dan kehumasan pada beberapa
perguruan tinggi di Bandung menunjukkan, 30% mahasiswa tidak
memperhatikan ketentuan ini, mereka seperti tidak peduli.
Contoh: Harijanto sebenarnya mencintai boat modeling sejak 1970-
an.
c) Penulisan Kata Nama Ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring
dan cetakan dipakai untuk menulis kata nama ilmiah dan ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Ketentuan ini kerap
kurang diperhatikan oleh mahasiswa calon penulis dan jurnalis.
Tetapi, ketika ditanyakan, apakah pernah membaca pedoman EYD,
mereka semua menjawab “Ya”. Ini mencerminkan sikap berbahasa
jurnalistik para calon penulis dan jurnalistik masihjauh dari
memadai. Jika berambisi menjadi wartawan profesional, mereka
wajib dulu mengikuti program pelatihan khusus bahasa jurnalistik.
Contoh:
Beberapa jenis batu menjadi olahan, irwan, antara lain kecubung
ungu (royal-purple amethyst), kalimaya putih dan hitam banten,
mutiara air laut, batu akik, hingga materil fosil dan amber yang baru
ditemukan di kalimantan.
Seharusnya :
Beberapa jenis batu menjadi olahan irwan, antara lain kecubung
ungu (Royal-purple Amethyst), kalimaya putih dan hitam banten,
mutiara air laut, batu akik, hingga materi fosil dan amber yang baru
ditemukan di Kalimantan.
3. Penulisan Kata Turunan
Pedoman EYD tentang penulisan kata turunan dan kata dasar
mengingatkan, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai suatu kesatuan,
sedangkan imbuhan berupa awalan, sisipan, akhiran, ditulis serangkai
dengan kata dasarnya. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, maka
awalan serta akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengkuti
atau mendahuluinya (Aswald, 2013: 8-9).
a) Gabungan Kata Dapat Awalan Akhiran

12
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Terhadap ketentuan, hasil survei menunjukkan, 90% mahasiswa
komunikasi, jurnalistik, dan kehumasan di beberapa perguruan
tinggi di Bandung, sudah mematuhinya.
Contoh: Bertepuk tangan, dilipatgandakan, serbarluaskan.
b) Gabungan Kata Dalam Kombinasi
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata ini ditulis serangkai. Terhadap ketentuan ini,hasil
survei menunjukkan 9 dari 10 setiap mahasiswa jurnalistik di
beberapa perguruan tinggi dibandung, justru melanggarnya
(Aswald, 2013: 8). Kata yang seharusnya digabung, tetapi dibiarkan
terpisah.
Contoh: gabungan kata yang harus ditulis serangkai: antarkota,
antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-amerika, antikarat,
audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila,
ekstrakurikuler, indisipliner, interkoneksi, intrakampus, kosponsor,
semiprofesional, revitalisasi, rekondisi.
4. Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut sebagai kata majemuk, termasuk istilah
khusus unsur – unsurnya ditulis terpisah. Ketentuan ini sudah banyak
dipatuhi pemakai bahasa jurnalistik. Sebagian kecil saja yang tidak
mengindahkannya itupun karena ketidaktahuan. Bukan karena unsur
kesengajaan. Contoh: gabungan kata yang harus ditulis terpisah, duta besar,
kambing hitam, kereta api, kepala sekolah, meja tulis, mata kuliah, orang
tua, rumah sakit, ruang rapat, rawan pangan, busung lapar, kamar tidur
(Aswald, 2013: 9).
a) Penulisan Gabungan Kata Istilah Khusus
Gabungan kata termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda
penghubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang
bersangkutan.
Contoh: alat pandang-dengar, anak istri saya, buku sejarah-baru,
mesin-hitung tangan, kiri-kanan jalan, suka-duka
13
b) Penulisan Gabungan Kata Serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan
kata berikut harus ditulis serangkai. Contoh: acapkali, adakalanya,
daripada, belasungkawa, matahari, olahraga, padahal, segitiga,
sekalipun, sukarela, sukacita, sukaria, saptamarga.
5. Penulisan Partikel
Pedoman penulisan partikel terbagi 3, yaitu: pertama, penulisan partikel –
lah, kah, tah. Kedua, penulisan partikel –pun. Ketiga, berkaitan dengan
penulisan partikel –per. Dari ketiga penulisan partikel ini, dua ketentuan
terakhir kerap dilanggar. Sedangkan ketentuan ini menyatakan partikel –
lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
bacalah, tidurlah, siapakah, apakah (Aswald, 2013: 10).
a) Penulisan Partikel Pun
Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh partikel pun harus ditulis terpisah: apa pun, kapan pun, di
mana pun, rektor pun. Sedangkan contoh partikel pun yang harus
ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
biarpun, meskipun, kalaupun, kendatipun, maupun, sungguhpun,
walaupun.
b) Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti mulai, demi dan tiap ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya. Contoh
partikel per yang harus ditulis terpisah: para guru bantu di seluruh
Indonesia akan menerima gaji per 1 April 2007. Para pengedar ganja
itu akan diperiksa satu per satu, berdasarkan ketentuan pemerintah,
mulai tanggal 2 April 2011, harga materai menjadi Rp. 10.000 per
helai.
6. Penulisan Singkatan
Singkatan adalah bentuk yang terdiri dari satu huruf atau lebih. Singkatan
lembaga resmi pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama
dokumen resmi yang terdiri dari huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik (Aswald, 2013: 11).
a) Penulisan Singkatan Umum Tiga Huruf

14
Singkatan umum yang terdiri dari 3 huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik. Contoh: frasa dan lain sebagainya ditulis dsb. Frasa dan
lain-lain ditulis dll. Frasa dan seterusnya ditulis dst.
b) Penulisan Singkatan Mata Uang
Lembaga kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.

2.3 Penullisan Unsur Serapan


Dampak pergaulan antarbangsa menimbulkan perkembangan cakrawala
budaya, terjadi keragaman, kombinasi adat istiadat, budaya yang dibawa bangsa
yang telah maju mempengaruhi budaya yang sedang berkembang dan salah satu
produk budaya yang paling utama bersentuhan adalah bahasa.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta,
Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar (Titin K. W. W, 2011: 12-22).
1. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de l'homme par
I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
2. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia
3. Bentuknya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya

15
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram
caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi
k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, simpulan yang didapat adalah bahwa ragam bahasa jurnalistik
pada EYD sangatlah berpengaruh disebabkan penulisan kata ataupun kalimat yang baik dan
benar selalu berpatokan pada EYD seperti penulisan huruf kapital, penulisan huruf miring,
penulisan kata turunan, penulisan gabungan kata, penulisan partikel, penulisan singkatan dalam
surat kabar dan sebagainya selalu berpatokan pada EYD oleh karena itu bahasa jurnalistik
disarankan untuk disesuai pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) karena penulisan kata atau
kaliamat yang disesuaikan pada EYD dapat terbukti kebenarannya.

3.2 Saran

Makalah ini tentunya memiliki berbagai kekurangan dalam menyajikan materi,


sehingga pembaca hendaknya mencari referensi lain agar lebih dapat memahami materi
mengenai Bahasa Jurnalistik pada EYD.

17
DAFTAR PUSTAKA

Oswald S. 2013 “EYD dalam Bahasa Jurnalistik”. Fakultas Ilmu Sosial, 13 Desember 2013:
1-12. https://www.scribd.com/doc/191273099/EYD-Dalam-Bahasa-Jurnalistik
(Diakses 30 Oktober 2022)

(Aprilliana, 2014)Aprilliana, A. (2014). Implementasi Bahasa Jurnalistik pada Rubrik


Newbie Surat Kabar Tangsel Pos. (Diakses 1 November 2022)

Titin Khotima, W. U. W. S. (2011). EYD - Penulisan kata. Universitas Pendidikan Indonesia,


1–24. (Diakses 1 November 2022)

18

Anda mungkin juga menyukai