Disusun Oleh:
5A
SINGARAJA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas
kelompok tepat pada waktunya. Judul makalah ini yaitu “Bahasa Jurnalistik Pada EYD”.
Kami sangat mengharapkan saran dan juga kritik yang bersifat membangun dari
pembaca makalah ini sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Bahasa jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya
dengan ragam bahasa yang lain. Bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah
yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.
Bahasa jurnalistik memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis
tulisan yang akan terberitakan. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk
menuliskan reportase investigasi tentu lebih cermat bila dibandingkan dengan
bahasa yang digunakan dalam penulisan features.
Marshall McLuhan sebagai penggagas teori “Medium is the message”
menyatakan bahwa setiap media mempunyai tatabahasanya sendiri yakni
seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indra dalam
hubungannya dengan penggunaan media. Setiap tata bahasa media memiliki
kecenderungan (bias) pada alat indra tertentu. Oleh karenanya media mempunyai
pengaruh yang berbeda pada perilaku manusia yang menggunakannya (Rakhmat,
1996: 248).
Secara lebih seksama bahasa jurnalistik dapat dibedakan pula berdasarkan
bentuknya menurut media menjadi bahasa jurnalistik media cetak, bahasa
jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online
internet. Bahasa jurnalistik media cetak, misalnya, kecuali harus mematuhi kaidah
umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus yang
membedakannya dari bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik TV, dan bahasa
jurnalistik media online
internet.
5
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembuatan makalah iniadalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui acuan bahasa jurnalistik pada EYD
2. Untuk mengetahui penulisan kata bahasa jurnalistik pada EYD
3. Untuk mengetahui penulisan unsur serapan bahasa jurnalistik pada EYD
6
BAB II
PEMBAHASAN
10
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan
Kepurbakalaan Sumedang larang, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plstik
Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-
Garis Besar Haluan Negara.
e) Penulisan Kata Depan dan Kata Sandang
Dalam butir 12 dinyatakan huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Contoh:
• Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
• Dalam cerita itu si Pitung berhasil menolong penduduk.
• Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
• Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
• Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang
Widhi Wasa.
2. Penulisan Huruf Miring
Dalam Pedoman EYD, ketentuan penulisan huruf miring hanya
menunjukkan kepada tiga hal saja, yakni penulisan nama buku dan surat
kabar, penegasan atau pengkhususan kata, dan penulisan kata nama ilmiah
(Aswald, 2013: 6-8).
a) Penulisan Nama Buku
Pada butir 1 penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Mingguan Berbahasa
Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos, menurut Dewan Juri
Anugerah Kebudayaan Jawa Barat 2006.
b) Penulisan Penegasan Kata
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata. Ketentuan ini kerap dilanggar, hasil pretes
11
di beberapa kelas jurnalistik dan kehumasan pada beberapa
perguruan tinggi di Bandung menunjukkan, 30% mahasiswa tidak
memperhatikan ketentuan ini, mereka seperti tidak peduli.
Contoh: Harijanto sebenarnya mencintai boat modeling sejak 1970-
an.
c) Penulisan Kata Nama Ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring
dan cetakan dipakai untuk menulis kata nama ilmiah dan ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Ketentuan ini kerap
kurang diperhatikan oleh mahasiswa calon penulis dan jurnalis.
Tetapi, ketika ditanyakan, apakah pernah membaca pedoman EYD,
mereka semua menjawab “Ya”. Ini mencerminkan sikap berbahasa
jurnalistik para calon penulis dan jurnalistik masihjauh dari
memadai. Jika berambisi menjadi wartawan profesional, mereka
wajib dulu mengikuti program pelatihan khusus bahasa jurnalistik.
Contoh:
Beberapa jenis batu menjadi olahan, irwan, antara lain kecubung
ungu (royal-purple amethyst), kalimaya putih dan hitam banten,
mutiara air laut, batu akik, hingga materil fosil dan amber yang baru
ditemukan di kalimantan.
Seharusnya :
Beberapa jenis batu menjadi olahan irwan, antara lain kecubung
ungu (Royal-purple Amethyst), kalimaya putih dan hitam banten,
mutiara air laut, batu akik, hingga materi fosil dan amber yang baru
ditemukan di Kalimantan.
3. Penulisan Kata Turunan
Pedoman EYD tentang penulisan kata turunan dan kata dasar
mengingatkan, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai suatu kesatuan,
sedangkan imbuhan berupa awalan, sisipan, akhiran, ditulis serangkai
dengan kata dasarnya. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, maka
awalan serta akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengkuti
atau mendahuluinya (Aswald, 2013: 8-9).
a) Gabungan Kata Dapat Awalan Akhiran
12
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Terhadap ketentuan, hasil survei menunjukkan, 90% mahasiswa
komunikasi, jurnalistik, dan kehumasan di beberapa perguruan
tinggi di Bandung, sudah mematuhinya.
Contoh: Bertepuk tangan, dilipatgandakan, serbarluaskan.
b) Gabungan Kata Dalam Kombinasi
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata ini ditulis serangkai. Terhadap ketentuan ini,hasil
survei menunjukkan 9 dari 10 setiap mahasiswa jurnalistik di
beberapa perguruan tinggi dibandung, justru melanggarnya
(Aswald, 2013: 8). Kata yang seharusnya digabung, tetapi dibiarkan
terpisah.
Contoh: gabungan kata yang harus ditulis serangkai: antarkota,
antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-amerika, antikarat,
audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila,
ekstrakurikuler, indisipliner, interkoneksi, intrakampus, kosponsor,
semiprofesional, revitalisasi, rekondisi.
4. Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut sebagai kata majemuk, termasuk istilah
khusus unsur – unsurnya ditulis terpisah. Ketentuan ini sudah banyak
dipatuhi pemakai bahasa jurnalistik. Sebagian kecil saja yang tidak
mengindahkannya itupun karena ketidaktahuan. Bukan karena unsur
kesengajaan. Contoh: gabungan kata yang harus ditulis terpisah, duta besar,
kambing hitam, kereta api, kepala sekolah, meja tulis, mata kuliah, orang
tua, rumah sakit, ruang rapat, rawan pangan, busung lapar, kamar tidur
(Aswald, 2013: 9).
a) Penulisan Gabungan Kata Istilah Khusus
Gabungan kata termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda
penghubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang
bersangkutan.
Contoh: alat pandang-dengar, anak istri saya, buku sejarah-baru,
mesin-hitung tangan, kiri-kanan jalan, suka-duka
13
b) Penulisan Gabungan Kata Serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan
kata berikut harus ditulis serangkai. Contoh: acapkali, adakalanya,
daripada, belasungkawa, matahari, olahraga, padahal, segitiga,
sekalipun, sukarela, sukacita, sukaria, saptamarga.
5. Penulisan Partikel
Pedoman penulisan partikel terbagi 3, yaitu: pertama, penulisan partikel –
lah, kah, tah. Kedua, penulisan partikel –pun. Ketiga, berkaitan dengan
penulisan partikel –per. Dari ketiga penulisan partikel ini, dua ketentuan
terakhir kerap dilanggar. Sedangkan ketentuan ini menyatakan partikel –
lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh:
bacalah, tidurlah, siapakah, apakah (Aswald, 2013: 10).
a) Penulisan Partikel Pun
Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh partikel pun harus ditulis terpisah: apa pun, kapan pun, di
mana pun, rektor pun. Sedangkan contoh partikel pun yang harus
ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
biarpun, meskipun, kalaupun, kendatipun, maupun, sungguhpun,
walaupun.
b) Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti mulai, demi dan tiap ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya. Contoh
partikel per yang harus ditulis terpisah: para guru bantu di seluruh
Indonesia akan menerima gaji per 1 April 2007. Para pengedar ganja
itu akan diperiksa satu per satu, berdasarkan ketentuan pemerintah,
mulai tanggal 2 April 2011, harga materai menjadi Rp. 10.000 per
helai.
6. Penulisan Singkatan
Singkatan adalah bentuk yang terdiri dari satu huruf atau lebih. Singkatan
lembaga resmi pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama
dokumen resmi yang terdiri dari huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik (Aswald, 2013: 11).
a) Penulisan Singkatan Umum Tiga Huruf
14
Singkatan umum yang terdiri dari 3 huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik. Contoh: frasa dan lain sebagainya ditulis dsb. Frasa dan
lain-lain ditulis dll. Frasa dan seterusnya ditulis dst.
b) Penulisan Singkatan Mata Uang
Lembaga kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
15
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram
caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi
k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, simpulan yang didapat adalah bahwa ragam bahasa jurnalistik
pada EYD sangatlah berpengaruh disebabkan penulisan kata ataupun kalimat yang baik dan
benar selalu berpatokan pada EYD seperti penulisan huruf kapital, penulisan huruf miring,
penulisan kata turunan, penulisan gabungan kata, penulisan partikel, penulisan singkatan dalam
surat kabar dan sebagainya selalu berpatokan pada EYD oleh karena itu bahasa jurnalistik
disarankan untuk disesuai pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) karena penulisan kata atau
kaliamat yang disesuaikan pada EYD dapat terbukti kebenarannya.
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Oswald S. 2013 “EYD dalam Bahasa Jurnalistik”. Fakultas Ilmu Sosial, 13 Desember 2013:
1-12. https://www.scribd.com/doc/191273099/EYD-Dalam-Bahasa-Jurnalistik
(Diakses 30 Oktober 2022)
18