ADAT KARO
DOSEN PENGAMPU :
Dilinar Adlin, M. Pd.
Disusun Oleh :
1. Anisa Utami (2203141021)
PENDIDIKAN TARI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas CBR ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-
nya tentunya kami tidak akan sanggub untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-nya,baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan CBR sebagai tugas dari mata kuliah Tari Karo pada Prodi Pendidikan Tari
Universitas Negeri Medan..
Penulis tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu,penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk tugas ini,supaya tugas ini nantinya dapat menjadi yang
lebih baik lagi.kemudian apabila terdapat banyak kesalahan penulis mohon maaf yang
sebesar besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
C. Kelebihan dan Kekurangan .......................................................................... 13
D. Daftar Pustaka ............................................................................................. 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tujuan penulisan CBR ini ialah untuk Penyelesaian tugas dari CBR mata kuliah Tari
Karo pada Program Studi Pendidikan tari Universitas Negeri Medan, untuk penyelesaian dan
memenuhi tugas yang telah diberikan, menambah pengetahuan dan uraian mengenai
menjadi seorang guru, mengulas isi sebuah buku, mengetahui informasi suatu buku, dapat
memahami dan meningkatkan pembahasan apa-apa saja yang dibahas dan apa saja materi
yang disampaikan dalam CBR ini, serta melatih individu agar berfikir secara logis dalam
mencari informasi dalam setiap buku.
C.Manfaat CBR
D.Identitas Buku
4
Penerbit : Kongres Kebudayaan Karo
ISBN :-
5
BAB II
PEMBAHASAN
BAB V
A. Rumah Adat Karo
1. Pengertian
Game masyarakat karo terdapat satu rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga koma
yang menempatkan jauhnya dalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan di
dalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat koma itulah yang disebut dengan rumah adat
karo
2. Bentuk
Berdasarkan bentuk atap rumah adat karo dapat dibagi dua, yaitu :
b. Rumah Mecu
3. Arah
Rumah adat karo didirikan berdasarkan arahkan kanjahe (hilir) dan kenjulu (hulu)
sesuai aliran air pada suatu kampung
Rumah adat biasanya dihuni oleh 4 atau 8 keluarga. Penempatan keluarga-keluarga itu
dalam bagian rumah adat dilakukan berdasarkan ketentuan adat karo. Adapun susunan jambu
dan yang menempati nya adalah sebagai berikut :
1. Jabu Benana kayu ini diri terletak di jabu jahe, dan kalau kita ke rumah dari ture jahe
letaknya di sebelah kiri. Jabu ini dihuni oleh para keturunan simantek kuta
Jabu ini letaknya di arah ke julu rumah adat kalau kita masuk ke rumah adat dari pintu
kenjulu letaknya di sebelah kiri.
6
Letak jabu ini diarahkan kenjahe dan kalau kita ke rumah dari pintu kenjahe letaknya
di sebelah kanan
Untuk mendirikan suatu rumah adat karo maka terlebih dahulu orang-orang yang
hendak mendirikan rumah itu bermusyawarah. Apabila sudah ada kata sepakat mengenai
tempat bentuk besar rumah dan lain-lain. Kesepakatan ini kemudian disampaikan kepada
sangkep enggeloh ( anak beru kalimbubu).
Untuk izin pemakaian lokasi rumah adat maka para pendiri menghadap penghulu
minta izin memakai lokasi di sini akan didapatkan persetujuan penghulu apabila tidak dicari
lokasi lain
3. Ngumbong Tapak
Setelah mendapat izin lokasi dari penghulu maka pendiri rumah menanyakan guru
tentang hari bayi untuk ngumbong tapak.
4. Maji
Maji adalah suatu upacara yang dilakukan menurut tradisi masyarakat karo untuk
menentukan serasi atau tidaknya suatu lokasi untuk tempat mendirikan rumah
5. Pernipiken Taneh
Kemudian diambil lah tiga kapal tanah dari lobang ini berikut belo jawir yang tadinya
dimasukkan ke dalam lubang sementara besi mersik tetap dalam lobang.
6. Ndarami Pande
7
Kemudian di carilah pande untuk membangun rumah dibicarakan upah nya kapan
dimulai dan sebagainya.
7. Nabah Kayu
8. Pebelit-belitken
Pada hari ketujuh diadakan lah acara pebelit belitken yaitu musyawarah antara pande
dengan pemilik rumah mengenai biaya pembangunan rumah tersebut.
9. Ngerintak Kayu
Untuk menarik kayu kayu dari hutan dilakukan secara gotong royong oleh sangkep
enggelo dan penduduk kampung yang disebut dengan neraya
D. Mengket Rumah
1. Bentuk Pesta
a. Sumalin Jabu
b. Mengkah dapur
c. Ngerencit
d. Ertukam
8
3. Runggu pemilik ruma
4. Ngosei tekang
7. Majek diliken
8. Erban sangkep
9. Beras duhumen
11. Luah
12. Ose
13. Tudungen
14. Gendang
16. Pengarkari
18. Rebu
22. Kerin
E. Kayo
Untuk mengadakan mengket rumah ini ada bagian daging yang diberikan kepada
kelompok atau orang tertentu karena hubungannya dengan sukut dan itulah disebut kayo.
9
dalam pesta mengket rumah sebagian besar kayo ini diserahkan sebagian khusus pada orang
mati seperti surok surok.
Pada umumnya rumah adat itu hanya dihuni oleh 4 kepala rumah tangga dan itulah
sesungguhnya yang disebut jabu adat. akan tetapi ada kalanya karena sesuatu hal rumah adat
itu dihuni oleh delapan atau 16 keluarga
Saat ini beberapa desa seperti Peceren, Lingga dan Dokan masih ditemukan rumah-
rumah adat ini perlu dipikirkan untuk melestarikan beberapa diantaranya sebagai monumen
sejarah dari budaya karo.
BAB VI
A. Ngumbong Juma
1. Pengertian
Pada prinsipnya tanah menurut hukum adat karo adalah milik kampung yang
penguasaan nya di bawah kekuasaan penghulu oleh karena itu hak seorang rakyat atas tanah
hanyalah sekedar hak pakai saja untuk pemakaiannya harus dengan seizin penghulu
2. Peralatan
a. Belo bujor
b. Kedeng pola
c. Janur
d. Cangkul
3. Proses Pelaksanaan
Ada kalanya untuk ngumbong juma ini dicari hari baik menurut petunjuk guru.
keinginan untuk mengambil di tempat tersebut pertama-tama diberitahukan kepada
penguhulu. setelah mendapat izin dari pembuluh dan tiba pada hari yang telah ditentukan
berangkatlah orang yang hendak mengambil ladang itu ke tempat yang dituju.
B. Merdang
10
1. Pengertian
Merdang berarti menanam umumnya untuk pertanian di karo yang ditanam adalah
padi. akan tetapi akhir-akhir ini kebiasaan demikian menjadi berkurang dengan semakin
bervariasi nya tanaman pala wija yang ditanam di atas lahan pertanian. Akan tetapi di
beberapa daerah acara merdam ini tidak dikenal.
2. Peralatan
a. Belo bujor
b. Benih
d. Onggokan tanah
3. Proses pelaksanaan
1. Pengertian
Nempel bunga benih adalah suatu upacara tradisional masyarakat karo yang
dilaksanakan pada saat padi telah berumur 2 atau tiga bulan dulu di daerah kutoadat demikian
juga ada tetapi sekarang terutama dilaksanakan di kecamatan payong.
2. Peralatan
b. Bening cimpa
c. Kurong
3. Pelaksanaan.
11
Hari pertama dari mimpi bunga benih adalah ke kurong. Hari kedua dilakukan ngela
ngela. Selesai itu acara nineball bunga benih telah selesai dan ada kalanya keluarga itu
berlangir ke pancuran. Menurut sehate acara ini tidak ada acara makan-makan
D. Rani Page
1. Pengertian
Rani berarti memanen padi. Dahulu rani ini dipakukan dengan menggunakan ani ani
(ketam).
2. Peralatan
a. Belo bujor
b. Ani ani
c. Bungi sanggar
3. Pelaksanaan
Pagi pagi pemilik padi telah pergi ke ladang yanh hendak di panen tersebutm
sesampai nya di ladang di tentukan dari mna panen akan dimulai
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari bahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan dari daerah Karo
sangatlah banyak dan beraneka ragam,dari segi adat istiadat, makanan, tutur bahasa,
tari-tarian dan lain sebagainya.kita sebagai generasi penerus harus mampu menjaga
dan melestarikan budaya daerah agar tidak hilang ataupun termakan zaman.apalagi
pada era modern ini,sangat sedikit generasi penerus yang dikatakan peduli akan nilai
budaya.
B. SARAN
Saran saya kita sebagai generasi penerus harus dapat dan mampu menjaga
kelestarian dan peninggalan budaya yang kita miliki.jangan mudah terpengaruh akan
budaya luar.banyak sekali budaya yang kita miliki,tidak akan sempat mencontoh
budaya dari luar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prinst, Darwan. 1996. Adat Karo. Medan : Kongres Kebudayaan Karo
14