Anda di halaman 1dari 44

PENGERTIAN ISTILAH

Fenomena:
(1)Hal-hal yang dapat disaksikan dengan
panca indera dan dapat diterangkan
dan dinilai secara ilmiah, misalnya
fenomena alam;
(2)Gejala: gerhana adalah salah satu ilmu
perbintangan;
(3)Orang, benda, kejadian yang sangat
menarik perhatian atau luar biasa
sifatnya;
(4) Keajaiban.
Seni Sebagai Teks
• Kajian tekstual atau simbolik mengarah
pada paradikma hermeneutik
(interpretative) dan paradikma struktural.
• Strukturalisme (Levi Strauss): fenomena
kebudayaan dapat ditanggapi sebagai
suatu sistem atau rangkaian tanda.
• Pengertian tentang makna tanda terletak
pada relasinya dengan tanda-tanda yang
lain.
Teks (telaah hermeneutik) dibedakan
menjadi dua golongan:
telaah simbolik & telaah struktural
 Penggolongan tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan kita memahami analisis yang digunakan,
sehingga kita dapat membedakan dengan baik apa
sebenarnya asumsi-asumsi dasar yang melandasi cara
analisisnya.
 Baik kajian simbolik maupun struktural pada dasarnya
berusaha menafsirkan karya seni sebagai sebuah “teks”
yang dapat dibaca.
 Perbedaannya adalah bahwa strukturalisme, penafsiran
dilakukan setelah suatu seni dianalisis secara struktural
terlebih dahulu, sedangkan dalam pendekatan simbolik
hal semacam itu tidak dilakukan (Putra, 1998: 19).
SENI SEBAGAI LAMBANG/SIMBOL

Pendekatan Hermeneutik:
• Fenomena kesenian merupakan suatu
pertunjukan seni sebagai sebuah teks,
dan teks adalah sesuatu yang harus
dibaca dan kemudian ditafsirkan.

• Pembacanya boleh memberikan tafsir


apa saja dengan bebas.
KAJIAN SIMBOLIK
Suatu kesenian sebagai sebuah teks:
 pemaknaan terhadap kesenian sepenuhnya berada di
tangan si peneliti,
 peneliti dapat menggunakan berbagai macam perangkat
konsep yang dianggap dapat membuat lebih faham,
lebih dapat memberikan tafsir yang tepat atas teks
tersebut,
 tafsir seorang peneliti dapat berbeda-beda, dan masing-
masing tafsir memiliki kebenarannya masing-masing
(yang penting bahwa si peneliti dapat mengemukakan
data yang dapat memperkuat tafsir yang
dikemukakannya, sehingga tafsirnya mempunyai dasar
tertentu, bukan tafsir yang asal-asalan).
2 PENDEKATAN TAFSIR:
1. Peneliti dapat menafsirkan seni dengan lebih dulu
memperhatikan pandangan-pandangan si seniman
dan masyarakat pemilik seni tersebut, baru kemudian
memberikan interpretasi.
2. Peneliti juga bisa saja langsung memberikan tafsirnya
berdasarkan kerangka pemikiran atau paradikma yang
telah dipilih untuk memberikan tafsir terhadap seni
tersebut.
 Dua pendekatan tsb. sama-sama syahnya,
namun mempunyai implikasi metodologis dan
analisis yang berbeda.
 Cara yang banyak dilakukan dalam kajian
simbolik adalah cara pertama, sedangkan cara
kedua lebih banyak diterapkan untuk kajian
secara struktural terhadap seni.
STRUKTUR DALAM SENI

“Struktur merupakan sistem korelasi


atau tata hubungan dalam konstruksi
organik suatu bentuk”

“Struktur merupakan seperangkat tata


hubungan di dalam kesatuan
keseluruhan”
Analisis struktural (Levi Strauss)

• kebanyakan bersumber pada ilmu bahasa


struktural (structural linguistics) yang
dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure.

• Dalam beberapa hal asumsi tersebut ada


yang bertemu (overlap) dengan beberapa
asumsi dari pendekatan hermeneutik,namun
antara pendekatan struktural dan pendekatan
hermeneutik dapat dilihat secara jelas
perbedaannya.
1. Fenomena bahasa, fenomena sosial-
budaya juga dapat dikatakan memiliki dua
aspek yaitu aspek langue (bahasa) dan
aspek parole (tuturan).

• Langue adalah aspek sosial dari bahasa (aspek


struktural dari bahasa).
• Parole atau tuturan merupakan aspek individu
atau statistikal dari bahasa, dimana parole
tersebut masing-masing orang berbeda-beda.
• Pengertian parole dapat dimaknai senagai
‘gaya’ atau ‘style’ seseorang dalam
menggunakan suatu bahasa.
2. Perbedaan antara aspek sintagmatik
dan aspek paradikmatik dari bahasa.

• Sintagmatis: hubungan berurutan atau linier


• Paradikmatik: hubungan asosiatif antara kata-
kata yang ada dalam kalimat atau tuturan
dengan kata-kata lain di luar kalimat (“Saya
tinggal di desa”, kata desa dapat diasumsikan
dan diganti dengan kata kampung, kota, dan
sebagainya).
 Bahasa mengandung aspek sintagmatik dan
sekaligus paradikmatik.
 Analisis struktural pada dasarnya
dapat diterapkan pada setiap
kesenian atau pada unsur-unsurnya
 Tujuan analisis struktural: untuk menemukan
struktur yang ada dalam seni atau yang ada pada
sebagian unsur-unsurnya.
 Asumsi yang membahas tentang strukturalisme:
bahwa fenomena kesenian dapat ditanggapi sebagai
suatu sistem atau rangkaian tanda.
 Di sini tanda dibedakan dengan sistem karena tanda
tidak memiliki makna referensisial atau makna
acuan, sedang simbol memilikinya.
Bagaimana penerapan
kajian tekstual tersebut
pada seni tari?
SENI DALAM KONTEKS
Kajian kontekstual terhadap fenomena
kesenian bersifat holistik atau menyeluruh
(sosial-budaya) serta komprehensif, lebih
utuh.
 Seorang peneliti berusaha melihat keterkaitan
fenomena keseniant dengan fenomena-fenomena
lain dalam sebuah kebudayaan.
 Peneliti dapat melihat proses kreatif dalam
simbolisasi ide dan perasaan ke dalam bentuk
berbagai aktivitas kesenian, yang ternyata tidak
dapat lepas dari konteks sosial dan budaya tempat si
individu seniman berada dan dibesarkan.
Kajian kontekstual dapat diartikan pula
sebagai pendekatan dengan bahasan
tentang fungsi yang berhubungan
dengan teksnya
(Brown, 1952:178- 179)

Secara lebih luas dapat dikatakan: bahwa


konteks meliputi aspek sosial budaya
masyarakat yang melingkupi
kontinuitas dan keberadaan seni dalam
masyarakat.
Metode:
1. Analisis struktural
2. Analisis fungsi dan sistem dalam
masyarakat dimana tari berada dan
berperan.

Pendekatan: rumpun ilmu sosial


• Sosiologi / Antropologi
• Pendidikan / Psikologi
• Kominikasi
• Dan lain sebagainya
• Konteks dalam tari lebih condong ke
arah kegunaan dan fungsinya dalam
masyarakat.

• Dalam bidang ilmu Etnokoreologi


dalam menggunakan pengertian teks
harus melalui analisis konteks atau
menghubungkan pengertian teks dan
konteks.
FUNGSI SENI:
kegunaan, faedah, kontribusi
Kajian fungsi memandang seni dari segi konteks
dan kontribusinya terhadap konteks, dengan
memperhatikan penetapan kontribusi seni pada
kelanjutan kehidupan atau kesejahteraan dalam
suatu masyarakat atau budaya.
Mengkaji seni melalui fungsi memperhatikan
faedah seni terhadap masyarakat
pendukungnya.
Fungsi seni pertunjukan sangat terkait dengan
kepentingan pihak-pihak yang berkompeten
yaitu pendukung kesenian itu sendiri.
FUNGSI SENI PERTUNJUKAN (Soedarsono,2001)
fungsi primer dan sekunder

1. FUNGSI PRIMER:
a. Sebagai sarana ritual, penikmatnya adalah
kekuatan-kekuatan yang tak kasat mata.
b. Sebagai sarana hiburan pribadi,
penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang
melibatkan diri dalam pertunjukan.
c. Sebagai presentasi estetis, yang
pertunjukannya harus dipresentasikan atau
disajikan kepada penonton.
FUNGSI SEKUNDER:
apabila pertunjukan itu bertujuan bukan
sekedar untuk dinikmati tetapi untuk
kepentingan lain seperti:

• Sebagai pengikat silodaritas kelompok


masyarakat.
• Sebagai pengikat rasa solidaritas bangsa.
• Sebagai media komunikasi masa.
• Sebagai media propaganda( keagamaan,
politik, program pemerintah, dan lainnya).
Bagaimana penerapan kajian
tekstual dan kontekstual
pada seni tari?
PENERAPAN TEORI
TEKS DAN KONTEKS

Penerapan kajian tekstual pada
seni tari (substansi tari)
bentuk, struktur, gaya

 Gerak tubuh sebagai inti


 Faktor penunjang (bunyi dan rupa)
 Metode/Pendekatan:
• Notasi laban
• Kinesiologi
• Estetika
• Filsafat
BENTUK & STRUKTUR
Bentuk, dalam sebuah karya seni adalah hal pertama
yang diterima dan ditangkap oleh penikmat atau
penonton. Di dalam nilai bentuk terdiri atas nilai
bahan seni atau yang disebut dengan medium suatu
bentuk seni (Jakob Sumardjo, Filsafat Seni (Bandung:
ITB, 2000: 115).

Medium atau bahan seni tersebut kemudian akan


membentuk bangun sebagai unsur bentuknya
yang kemudian akan disusun dalam struktur
tertentu. Bentuk seni tersebut yang pertama kali
akan ditangkap oleh penikmat seni atau penonton
untuk membangkitkan kepuasan dan
kegembiraan yang nantinya akan memunculkan
nilai isi sebuah seni. Bentuk seni juga merupakan
isi seni itu sendiri (Ibid., hal. 116).
Kata “bentuk” dipakai oleh semua cabang seni
untuk menerangkan sistem dalam setiap
kehadiran cabang seni. Bentuk adalah aspek
yang secara estetis dinilai oleh penonton melalui
kesan keseluruhan (Jacqueline Smith, 198: 6).

Menurut Martin (dalam Smith), bahwa bentuk


sesungguhnya hasil pernyataan berbagai macam
elemen yang didapatkan secara kolektif melalui
vitalitas estetis, dan dihayati secara
keseluruhannya. Proses penyatuan berbagai elemen
hingga menjadi bentuk disebut komposisi.

 Berkaitan dengan pengertian komposisi menurut


Murgianto adalah bagian atau aspek dari laku kreatif
(Sal Murgianto, Koreografi: Pengetahuan Dasar
Komposisi Tari (Jakarta: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, 1983), hal. 11.
Elemen – elemen komposisi (tari) yaitu terdiri dari:
gerak, desain lantai atau floor design, desain atas
atau air design, desain musik, desain dramatik,
dinamika, koreografi kelompok, tema yang
disusun dalam sebuah bentuk cerita, tata rias dan
kostum, properti tari, teknik pementasan atau
staging dan tata lampu, dan penyusunan acara
(Soedarsono, Tari-Tarian Indonesia I (Jakarta: Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan), hal. 41.
Pengertian struktur adalah cara sesuatu disusun
atau dibangun; susunan; bangunan; yang disusun
dengan pola tertentu; pengaturan unsur atau bagian
suatu benda; ketentuan unsur-unsur dari suatu
benda; ling pengaturan pola dalam bahasa secara
sintagmatis (Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hal. 1092.

• Bentuk adalah hubungan dengan struktur


yaitu tata hubungan antara karakteristik
gerak satu sama lainnya, baik secara garis
besar maupun secara terperinci (Ben
Suharto, Tari: Analisa Bentuk, Gaya, dan Isi
Sebagai Penunjang Proses Kreatif
(Yogyakarta: Laga Ligo Fakultas Kesenian ISI
Yogyakarta, 1984), hal. 8.
Komponen-komponen struktur organisasi yang ada
dalam bentuk tari (tradisional Indonesia/Jawa) pada
umumnya meliputi:
(1) Klimaks (padang ulihan) yaitu, panjang pendeknya
frase awal atau akhir dari motif gerak hingga
selanjutnya menyangkut keseluruhan tari;
(2) Tata urutan, yaitu motif yang telah memiliki
karakteristik tersendiri diurutkan dengan motif
gerak lainnya dalam usaha untuk menemukan
Greged dalam Pedhotan lebih panjang sampai
dengan selesainya tari secara keseluruhan;
(3) Sendi atau gerak penghubung, yaitu untuk
menghubungkan motif gerak satu dengan lainnya
tanpa harus mengorbankan totalitas garapan;
(4) Pengulangan, yaitu pengulangan suatu motif gerak
dapat berguna untuk memberikan pusat perhatian
yang perlu ditonjolkan atau bila dimaksudkan untuk
memberikan penekanan pada bagian tertentu (Ben
Suharto, Tari: Analisis Bentuk, Gaya,dan Isi Sebagai
Penunjang Proses Kreatif (Yogyakarta: Laga Ligo
Fakultas Kesenian ISI Yogyakarta, 1984), hal. 10-12.
STRUKTUR TARI
• Dalam menganalisis struktur tari dapat
menggunakan pendekatan ‘linguistik’ atau
ilmu tata bahasa.

• Radcliffe Brown (dalam Suharto) struktur


berarti seperangkat tata hubungan di
dalam kesatuan keseluruhan (Ben Suharto,
“Pengamatan Tari Gambyong Melalui
Pendekatan Berlapis Ganda (Kertas Kerja
yang disajikan dalam Temu Wicara
Etnomusikologi III di Medan tanggal 2-5
Pebruari 1987), hal. 1.
GAYA TARI:
Gaya berkaitan dngn kualitas menyeluruh
dari suatu tari meliputi:
 Tempo
 tingkat energi
 bagian tubuh yang dipergunakan
 karakteristik jumlah penari
 lembut dan kasar
 tata rupa dan kelengkapan lain yang
dipakai.
GAYA TARI DALAM KEBUDAYAAN:
• Tari mrpkn pengungkapan yg diambil dr
sistem komunikasi kehidupan yg
difokuskan pd. pola-pola dinamik yg
paling disukai & paling sering dilakukan
dlm kegiatan sehari-hari semua orang
dlm sebuah keb.
• Gaya tari: “sesuatu” yg menyebabkan
bentuk tari menjadi khas/spesifik, yg
oleh karena “sesuatu” itulah maka suatu
bentuk tari berbeda dg yg lain.
TINJAUAN GAYA TARI

1. Wilayah pemakaian:
Bali, Solo, Jogja, Malang, Banyuwangi

2. Jenis Tari:
Golek, Klono, Gambuh,Remo,
Beskalan, Moang Sangkal, dll.

3. Bentuk tari itu Sendiri


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA:

1. FAKTOR INTERNAL:
ciri karakteristik yg terkandung dlm.
bentuk / struktur (gerak)

2. FAKTOR EKSTERNAL:
ciri karakteristik pendukung yang
dipengaruhi dari luar
GAYA TARI
TINJAUAN FAKTOR INTERNAL:

1. Sikap dasar dan dimensi tubuh


2. Sistem variasi
3. Hub. Tubuh dg. Bumi
4. Tipe tari
5. Mode Penyajian
6. Tipe-tipe transisi
7. Bentuk aksi dan pola usaha
8. Tubuh sebagai alat/sarana artikulasi
FAKTOR EKSTERNAL
YANG MEMBANGUN GAYA:

1. Gaya tari lain yang berpengaruh


2. Ruang: arah & dimensi
3. Properti: prop tari & stage prop
4. Tari sebagai ekspresi budaya
5. Tinjauan tari: bentuk&jenis
6. Rias & busana
7. Waktu: irama dan ritme gerak
 FUNGSI-PERILAKU BUDAYA
ISI (TARI):
• Isi dalam tari dimengerti sebagai jiwa dari tari.
Wujud yang tampak tetap berasal dari
dorongan dan getaran ke dalam rasa.

• Dalam tari Klasik Gaya Yogakarta disebut seni


hati “Joged Mataram” (Suryodiningrat)

• Dalam tari Klasik Gaya Surakarta disebut


”Hasta Sawanda”
NORMA ESTETIKA TARI TRADISI
KLASIK YOGYAKARTA:

• Patokan baku: 7 macam


• Kepekaan: irama gending, irama
gerak, dan irama jarak
• Patokan tidak baku: 3 hal
• Isi/jiwa /filsafat Joged Mataram: 4
macam (Sawiji, greged, sengguh,
ora mingkuh)
FILSAFAT JOGED MATARAM
1. Sawiji: konsentrasi

2. Greged: ungkapan kedalaman rasa

3. Sengguh : percaya pada diri sendiri

4. Ora mingkuh: teguh hati


NORMA ESTETIKA GAYA TARI KLASIK
SURAKARTA: “Hasta Sawanda”
1. Pacak
2. Pancat
3. Ulat
4. Lulut
5. Wilet
6. Luwes
7. Wirama
8. Gending
HASTA SAWANDA:
1. Pacak: kesadaran berpentas/siap
pentas, yg dpt lebih dimengerti sbg isi.
2. Pancat: pola lantai atau gawang/ketrampilan
langkah (bentuk)
3. Ulat: pandangan mata/ gaya
4. Lulut: keserasian
5. Wilet: penguasaan irama gerak (bentuk)
6. Luwes: keluluhan gerak dan tubuh (gaya)
7. Irama: iringan yg dipakai dlm cepat-lambat
(Gaya)
8. Gending: bentuk lagu pengiring tari(gaya)
Dalam usaha mengembangkan bentuk dan gaya
tari tidak akan ada artinya apabila tdk melalui titik
pijak dari jiwa tari itu sendiri yaitu: “ISI”

Usaha untuk mengembangan bentu, gaya


dan isi, maka pembinaan fisik sangat perlu
secara terus menerus.
Komponen kegiatan fisik yg sangat
menentukan keberhasilan proses kreatif:
strenght, kecepatan (Speed), power, daya
tahan, ketangkasan, keseimbangan.
1. STRENGHT:
kapasitas seseorang untuk
mengerahkan kekuatan otot

2. KECEPATAN (SPEED):
kapasitas seseorang untuk
menampilkan gerak beruntun dalam
pola yg sama dg. berbagai tingkat
kecepatan.
3. POWER:
kapasitas seseorang dlm melakukan
penampilan kontraksi otot-otot secara
maksimal dlm skala kecepatan yg paling
tinggi

4. DAYA TAHAN:
Kapasitas seseorang untuk terus
melakukan gerak dlm batas waktiu trtentu
yg meliputi daya tahan otot dan jantung
5.KETANGKASAN:
kmampuan tubuh dan anggota
badan utk berganti arah dengan
kecepatan tinggi dan seksama

6. KESEIMBANGAN:
kemampuan seseorang untuk
mempertahankan sisitem jaringan otot dlm
kondisi statis, utk mendptkan respon yg
efisien, atau utk mengendalikannya dlm sikap
spesifik dan efisien pd saat berpindah tempat.

Anda mungkin juga menyukai