PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN
ERIDIANTO BARUS
NIM: 130707017
Segala pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas kasih dan kemurahanNya yang begitu besar untuk semua umat manusia.
Penulis berterimakasih atas segala berkat, kekuatan, penghiburan, pertolongan dan
perlindungan Tuhan yang tidak pernah berhenti dalam penyelesaian skripsi ini.
Terimakasih karena Engkau selalu ada ketika saya membutuhkan sahabat untuk
berbagi suka dan duka.
i
Kepada yang terhormat Ibu Arifninetriosa SST, M.A, dosen pembimbing
II yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk perhatian, ilmu serta pengalaman
yang telah ibu berikan selama saya kuliah. Kiranya Tuhan selalu membalas semua
kebaikan yang ibu berikan.
Kepada adik-adik di tempat perkuliahan, Mutia br. Kaban dan Erik Karo
Sekali yang sudah meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam dukungan
dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan juga kepada teman-teman
seangkatan penulis yakni Etno ‘013 terimakasih telah menjadi bagian hidup
penulis, kebersamaan yang kita jalin selama ini menjadi memori indah yang tak
terlupakan bagi penulis. Terima kasih teman-teman.
ii
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.
Eridianto Barus
NIM : 130707017
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
disebutkan dalam daftar pustaka.
iv
ABSTRAK
Belobat adalah alat musik karo yang terdiri dari dua jenis yakni, Belobat
Pingko-Pingko dan Belobat Gendek. Belobat Pingko-Pingko dapat juga disebut
dengan Alat musik non-Ensamble (yang dimainkan secara solo tanpa digabungkan
dengan alat musik yang lain). Didalam bermain Belobat Pingko-Pingko, ada
beberapa teknik yang dilakukan seorang pemain ketika memainkan Belobat
Pingko-Pingko. Tujuan dari penelitian ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan
teknik pembuatan dan memainkan Belobat Pingko-Pingko. Teori yang digunakan
adalah studi struktural dan studi fungsional dan untuk teori yang digunakan adalah
study organologi yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel serta
menggunaan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif.
v
DAFTAR ISI
vi
3.4.2 Kayu Ngalkal / Kayu Pohon Cabe ............................ 42
3.5 Peralatan yang Digunakan.................................................. 43
3.5.1 Pisau .......................................................................... 43
3.5.2 Gergaji ....................................................................... 43
3.5.3 Pisau Ukir .................................................................. 44
3.5.4 Temper ...................................................................... 44
3.5.5 Kikir .......................................................................... 45
3.5.6 Lem (Getah Pohon) ................................................... 45
3.5.7 Kertas Pasir Halus ..................................................... 46
3.6 Proses Pembuatan............................................................... 46
3.6.1 Pemilihan Bambu ...................................................... 47
3.6.2 Proses Pembuatan Lubang Pinusu ............................ 48
3.6.3 Proses Pembuatan Lubang Sora ................................ 49
3.6.4 Proses Pembuatan Lubang Nada ............................... 50
3.6.5 Proses Pembuatan Penutup (Sompel)........................ 54
3.6.6 Pemotongan Penutup (Sompel) ................................. 56
3.6.7 Tahap Akhir (Finishing) ............................................ 56
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta Kabupaten Karo ..................................................... 13
Gambar 2 : Aksara Karo ................................................................... 17
Gambar 3 : Sarune Karo ................................................................... 20
Gambar 4 : Gendang Singanaki dan Gendang Singindungi ............. 21
Gambar 5 : Gung dan Penganak ....................................................... 22
Gambar 6 : Kulcapi........................................................................... 24
Gambar 7 : Belobat ........................................................................... 25
Gambar 8 : Ketteng-Ketteng............................................................. 26
Gambar 9 : Mangkuk Meciho ........................................................... 27
Gambar 10 : Penggual dan Penarune .................................................. 28
Gambar 11 : Surdan rumanis, Surdam Puntung, dan Surdan Tangko
Kuda ............................................................................... 30
Gambar 12 : Murbab ........................................................................... 32
Gambar 13 : Belobat Pingko-Pingko .................................................. 33
Gambar 14 : Seruas Buluh Kerapat .................................................... 42
Gambar 15 : Sebilah Kayu Ngalkal .................................................... 42
Gambar 16 : Pisau ............................................................................... 43
Gambar 17 :Gergaji ............................................................................ 43
Gambar 18 : Pisau Ukir ...................................................................... 44
Gambar 19 : Temper ........................................................................... 44
Gambar 20 : Kikir ............................................................................... 45
Gambar 21 : Lem ............................................................................... 45
Gambar 22 : Kertas Pasir Halus.......................................................... 46
Gambar 23 : Seruas Bambu ................................................................ 47
Gambar 24 : Proses Pengukuran Panjang Badan ................................ 48
Gambar 25 : Proses Pelubangan Lubang Pinusu ................................ 49
Gambar 26 : Proses Pengukuran Jarak Lubang Sora .......................... 49
Gambar 27 : Proses Pembuatan Lubang Sora..................................... 50
Gambar 28 : Proses Akhir Pembuatan Lubang Sora .......................... 50
Gambar 29 : Proses Pengukuran Lubang Pertama ............................. 51
Gambar 30 : Proses Pengukuran Lubang Ke empat dan kelima ........ 51
Gambar 31 : Proses Pengukuran Lubang Ke dua dan Ke tiga ............ 52
Gambar 32 : Proses Pengukuran Lubang Ke enam (Tuldak) ............. 52
Gambar 33 : Proses Pelubangan Lubang Tuldak................................ 53
Gambar 34 : Proses Pelubangan Lubang Kelima dan Keempat ......... 54
Gambar 35 : Proses Pelubangan Lubang Ketiga dan Kedua .............. 54
Gambar 36 : Proses Pelubangan Lubang Pertama .............................. 54
Gambar 37 : Proses Pembuatan Sompel (Penutup) ............................ 55
Gambar 38 : Proses Pengeleman Sompel (Penutup) .......................... 56
Gambar 39 : Proses Pemotongan Sompel (Penutup) .......................... 56
Gambar 40 : Proses Finishing ............................................................. 57
Gambar 41 : Tampilan Belobat Pingko-Pingko.................................. 60
Gambar 42 : Posisi Jari pada nada C .................................................. 61
Gambar 43 : Posisi Jari pada nada D .................................................. 62
Gambar 44 : Posisi Jari pada nada F................................................... 62
ix
Gambar 45 : Posisi Jari pada nada G .................................................. 63
Gambar 46 : Posisi Jari pada nada A .................................................. 63
Gambar 47 : Posisi Jari pada nada Bes ............................................... 64
x
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik.
konteks upacara, baik bersifat adat, ritual keagamaan dan hiburan. Di dalam
kegiatan upacara adat, ritual keagamaan dan hiburan, alat musik yang digunakan
tidaklah selalu sama, semua alat m usik yang digunakan sesuai dengan konteks
upacara tersebut.
Masyarakat Karo memiliki dua jenis ensambel musik, yaitu gendang lima
sendalanen dan gendang telu sendalanen. Gendang lima sendalanen terdiri dari
lima alat musik karo. Kelima alat musik Karo tersebut adalah : sarune, sarune
merupakan alat musik tiup lidah ganda yang diklasifikasikan sebagai aerofon
double reed. Gendang singindungi dan gendang singanaki, kedua alat musik ini
berbentuk double konis dan cara memainkannya dengan memukul bagian kulit
atas dari gendang menggunakan stik gendang tersebut. Perbedaan antara gendang
singindungi dan gendang singanaki terletak pada stik gendang, dimana sebuah
pemukul gendang singindungi memiliki ukuran yang lebih besar dari pemukul
gendang singanaki, serta gendang singanaki memiliki anak gendang yang sering
1
yang berklasifikasi idiophone. Sedangkan gendang telu sendalanen terdiri dari
tiga alat musik Karo yaitu : Kulcapi merupakan alat musik petik bersenar dua
yang memiliki leher dan belobat merupakan alat musik tiup yang diklasifikasikan
memiliki dua senar yang berasal dari badan alat itu sendiri yang diklasifikasikan
mengiringi upacara tradisional Karo yang berkaitan dengan religi, seperti : ralang
tendi, erpangir kulau dan lain-lain. Belobat adalah alat musik Karo yang terdiri
atas dua jenis yakni, Belobat Pingko-Pingko dan Belobat Gendek. Kedua Belobat
dan dapat juga disebut dengan alat musik non-ensambel (yang dimainkan secara
musik hiburan di lingkungan Tanah Karo ( Kabupaten Karo, Sumatera Utara) dan
yang mengetahui tentang proses pembuatan dan teknik memainkannya pun sangat
yang ia pelajari dari bapak Ngadi Manik sekaligus juga sebagai pemain alat musik
2
Mempelajari musik Karo biasanya dilakukan secara lisan/oral yang berarti
pembelajaran secara oral tradition. Setiap orang yang ingin belajar musik harus
berhubungan langsung kepada yang mahir memainkan alat musik tersebut. Serta
seorang yang ingin belajar alat musik harus mendatangi, melihat dan berdialog
Oleh karena itu, maka saya ingin meneliti tentang teknik memainkan dan
3
1. Untuk menambah wawasan tentang teknik permainan belobat pingko-
pingko Karo
3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi penelitian berikutnya
perkuliahan.
1.4.1 Konsep
peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Puskata, 1991 : 431),
kerangka kosep sebagai landasan berfikir dalam penulisan. Tulisan ini berisi suatu
kajian tentang studi deskriptif tentang teknik pembuatan dan memainkan belobat
kejadian-kejadian yang terdapat dalam studi objek ilmiah. Menurut Echols Shadly
4
ini penulis akan mencoba menguraikan atau menggambarkan tentang teknik
permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain atau; barang atau
sesuatu yang dimainkan (KBBI hal 614). Dan pembuatan adalah suatu proses
tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan merupakan suatu proses atau
1.4.2 Teori
kesenian atau ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
dalam laporan APTA (Asia Performing Traditional Art), bahwa studi musik dapat
dibagi dalam dua sudut pandang yakni studi struktural dan studi fungsional. Studi
perekaman, atau pencatatan bentuk, ukuran besar dan kecil, konstruksi, serta
bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan alat musik terebut. Sedangkan studi
fungsional adalah memperhatikan fungsi dari alat musik dan komponen yang
5
metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya
suara bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik
tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan teori studi fungsional dalam
Selain teori studi fungsional dan structural dari Susumu Kashima, penulis
juga menggunakan teori yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1973:3) untuk
melihat proses pewarisan tradisi lisan (oral tradition) didalam belajar dan teknik
harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu : (1) tangga nada, (2)
nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6)
pola kadens (7) formula melodi dan (8) kontur, teori ini disebut juga dengan teori
Weighted scale. Dan penulis juga menggunakan teori yang dikemukakan oleh
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Kata
metode secara harafiah dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem
6
ditentukan. Ada juga yang mengatakan metode dalam penelitian sebagai alat
beberapa hal, yaitu: objek penelitian, sumber data, waktu, dana, dan teknik
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang kita amati
lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan
pengumpulan data yang berupa rekaman video, foto, dan hasil wawancara.
kesimpulan.
7
1.5.1 Studi Kepustakaan
sumber lain seperti buku, artikel juga sumber dari internet yaitu dengan
1.5.2.1 Observasi
keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainnya seperti, telinga, hidung, kulit, dan mulut.
pengamatannya melalui hasil kerja dari panca indra mata serta dibantu dengan
panca indra lainnya. Metode observasi adalah pengumpulan data yang digunakan
proses cara belajar membuat belobat pingko-pingko Karo dan teknik memainkan
8
belobat pingko-pingko didalam kebudayaan musik Karo. Yang menjadi objek
1.5.2.2. Wawancara
permasalahan topik atau data yang dibutuhkan. Wawancara adalah proses untuk
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
tiga cara:
2. Wawancara bebas : pertanyaan yang lebih beragam tidak pada satu pokok
penulis,
kebetulan.
9
Dalam wawancara, penulis menyiapkan terlebih dahulu segala sesuatu
tulisan ini.
1.5.2.3. Rekaman
menyaksikan kembali hasil wawancara dengan informan dan untuk melihat dan
merekam hal-hal apa sajakah yang dilakukan ketika proses pembuatan belobat
perekam dipergunakan untuk merekam bunyi dan gambar yang nantinya akan
ditranskripsi untuk hasil akhir penulisan dan untuk melihat percakapan dengan
suara saja.
musik juga dilakukan dalam laboratorium utuk menganalisa hasil rekaman yang
bersifat audio (suara yang bisa didengar) maupun rekaman audio visual (rekaman
10
Dalam mendeskripsikan proses pembuatan dan teknik memainkan pada
Simpang Empat, Kab. Karo, Sumatera Utara. Medan yang ditempuh melalui jalan
darat sekitar kurang lebih tiga setengah jam dari Universitas Sumatera Utara.
Medan yang ditempuh pun tidak terlalu sulit karena jalan untuk mencapai lokasi
sudah beraspal.
11
BAB II
Suku Karo merupakan salah satu dari beberapa suku yang mendiami
provinsi Sumatera Utara. Karo juga merupakan sebutan untuk satu wilayah
Gambar tentang daerah domisili masyarakat Karo dapat pula dilihat seperti
apa yang digambarkan oleh J.H. Neuman dalam buku Dinamika Orang Karo,
“Wilayah yang didiami oleh suku Karo dibatasi sebelah timur oleh
selatan kira-kira dibatasi oleh sungai Biang (yang diberi nama sungai
di Sumatera Utara membuat perbedaan sebutan atau julukan sesuai dengan dasar
Karo singalor lau, Karo Baluren, Karo Langkat, Karo Timur dan Karo.
12
Terhampar di antara Bukit Barisan serta terletak pada koordinat 2º50º LU,
3º19º LS, 97º55º - 98º38º BT (Tarigan, 2008:3). Kaban Jahe merupakan ibu kota
Kabupaten Karo yang terdiri dari 17 Kecamatan yakni Kecamatan Barus Jahe,
Sebutan khas untuk Kabupaten Karo adalah Tanah Karo Simalem, yang
Selain daerah yang sejuk, masyarakat Karo memiliki kesenian yang turun
13
Suku asli Karo tidak hanya menempati wilayah kependudukan Kabupaten
Karo tetapi meluas hingga ke wilayah Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli
Belanda yang menjalankan kekuasaan di daerah tanah Karo mulai pada tahun
1911, suku Karo terbagi menjadi dua wilayah yaitu Karo Gugung (gunung) dan
wilayah terbagi menjadi wilayah Karo Langkat, Karo Deli dan Serdang (saat ini
saat ini wilayah tersebut hampir didominasi oleh suku Karo, seperti yang menetap
di daerah Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dapat
karo yang mendiami daratan tinggi atau daerah pegunungan, sedangkan Karo
Jahe menunjukkan suatu kelompok atau masyarakat Karo yang mendiami wilayah
Kesenian merupakan salah satu bagian dari budaya serta sarana yang dapat
digunakan sebagai cara untuk menuangkan rasa keindahan dari dalam jiwa
14
dan tindakan tersebut berpola dari manusia itu sendiri dan pada umumnya
Suku Karo sebagai salah satu etnik dari beratus etnik yang dimiliki
budayanya. Kesenian Karo ada beberapa jenis, mulai dari seni sastra, seni tari,
seni rupa dan seni musik. Disini penulis hanya akan membahas pada seni musik
saja.
Kesasteraan Karo memiliki dua bentuk, yakni tulisan dan lisan. Namun,
sastra lisan lebih dikenal dan lebih sering digunakan dari pada sastra tulisan.
penggunakan bahasa Karo ini tidak memerlukan suatu bentuk atau susunan dan
aturan yang baku, yang penting apa yang dikehendaki atau yang perlu
pembicaraan adat, bernyanyi dilakukan pemilihan kosa kata yang dianggap paling
sesuai. Kosa kata yang dimaksud adalah apa yang disebut oleh orang Karo
sebagai cakap lumat (bahasa halus). Cakap lumat adalah dialog yang diselang-
15
selingi dengan pepatah, perumpamaan, pantun dan gurindam. Pemakaian cakap
lumat ini sering dipergunakan dalam upacara adat seperti upacara perkawinan,
baris. Dua baris terdiri dari sampiran, dan dua baris berikutnya
merupakan isi
yang sedang berduka. Misalnya karena teringat ibunya yang telah lama
aksara Karo di sepotong bambu atau kulit kayu, isinya adalah jeritan
hati sipenulis. Oleh karena itu ada juga yang mengatakan bilang-bilang
usul marga, asal-usul kampong, cerita tentang orang sakti, cerita lucu,
16
dan lain sebagainya. Turin-turin biasanya diceritakan oleh orang-orang
tua kepada anak atau cucunya pada malam hari sebagai pengantar
Aksara karo merupakan salah satu bentuk kekayaan sastra Karo. Menurut
sejarahnya aksara Karo bersumber dari aksara Sumatera kuno yaitu campuran
Karo. Aksarra ini hampir mirip dengan aksara Simalungun dan Pakpak Dairi,
yaitu berupa huruf silabis (semua huruf atau silabel dasarnya berbunyi “a”) yang
Pada umumnya tulisan atau aksara Karo tempo dulu digunakan untuk
menuliskan ramuan-ramuan obat, mantra atau cerita. Tulisan ini diukir di kulit
kayu atau bambu yang dibentuk sedemikian rupa agar dapat dilipat, dan biasanya
17
huruf-huruf ini diukir dengan menggunakan ujung pisau dan setelah itu tulisan
gembira maupun sedih. Salah satu media pengekspresian kesenian tersebut adalah
melalui musik. Musik tersebut dapat berupa musik instrumentalia, musik vocal,
diantaranya:
gendang singanaki).
18
5. Gendang, untuk mengartikan sebuah upacara tertentu ( gendang cawir
menyatakan suatu ensambel musik tradisional Karo yang terdiri dari lima buah
alat musik, yaitu: (1) sarune, (2) gendang singanaki, (3) gendang singindungi, (4)
Istilah gendang pada gendang lima sendalanen ini berarti ada lima buah
alat musik dalam satu ensambel. Dengan demikian gendang lima sendalanen
mengandung pengertian lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau secara
gendang sarune. Adanya dua istilah atau penyebutan satu ensambel musik
tradisional Karo yang sama dikarenakan perbedaan latar belakang dari orang-
digunakan sementara itu diberbagai tulisan tentang kebudayaan musik Karo lebih
penulisan, dalam tulisan ini digunakan dengan istilah Gendang Lima Sendalanen.
19
Ini tidak berarti istilah tersebut mewakili dari pada gendang sarune karena
gendang lima sendalanen tersebut dimainkan oleh seorang pemain, kecuali alat
musik penganak dan gung, dimana kedua alat musik tersebut dimainkan oleh
a. Sarune
Sarune merupaka alat musik tiup yang memiliki lidah ganda (double
reed). Instrumen ini terdiri dari lima bagian alat yang dapat dipisah-pisahkan serta
terbuat dari bahan yang berbeda pula yaitu: (a) anak-anak sarune, (b) tongkeh, (c)
drums) merupaka dua alat musik pukul yang terbuat dari kayu pohon nangka.
20
Pada kedua sisi alat musik yang berbentuk double konis tersebut, terdapat
membrane yang terbuat dari kulit binatang, sisi depan/atas atau bagian yang
pantil gendang. Kedua alat musik ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya
Kedua alat musik tersebut memiliki kesamaan dari sisi bahan, bentuk,
ukuran, dan cara pembuatannya. Perbedaannya hanya pada “gendang mini” yang
disebut gerantung (pangjang 11,5 cm) yang diikatkan disisi badan gendang
sedangkan gendang singanaki tidak memiliki teknik tersebut sehingga bunyi yang
dihasilkannya tidak bisa naik turun. Masing-masing gendang memiliki dua palu-
21
c. Gung dan Penganak
berpencu yang memiliki persamaan dari segi konstruksi bentuk, yakni sama
Perbedaan keduanya (penganak dan gung) adalah dari segi ukuran atau lebar
diameternya.
Gambar 5 : Gung Karo (kiri) dan Penganak (kanan). Sumber dok : karosiadi.com
Gung memiliki ukuran yang besar (diameternya 68,5 cm), dan penganak
memiliki ukuran yang kecil (diameter 16 cm). Gung dan penganak ini terbuat dari
lunak yang sengaja dibuat di ujungnya untuk menghasilkan suara gung yang lebih
22
d. Peran masing-masing Instrument dalam Gendang Lima Sendalanen
Gendang lima sendalanen sebagai suatu ensambel musik yang terdiri dari
lima alat musik yang memiliki karakter bunyi dan cara memainkan yang berbeda-
Sarune dimainkan dengan cara ditiup (aerophone double reeds), dan alat
dengan cara memukul babah gendang (kulit atas) masing-masing dengan dua
palu-palu (alat pemukul atau stick). Gendang singanaki menghasilkan pola rithem
rithem yang variable, berbeda dengan pola rithem yang dimainkan oleh Gendang
singanaki.
musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian
gendang lima sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1) Kulcapi/Balobat,
(2) ketteng-ketteng dan (3) mangkuk peciho (mangkuk putih). Dalam ensambel ini
23
instrument yang biasa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu kulcapi atau
a. Kulcapi
Kulcapi adalah alat musik petik berbentuk lute yang terdiri dari dua buah
senar (two-strenged fretted-necked lute). Dahulu kala senarnya terbuat dari akar
pohon aren (enau) namun sekarang telah digantikan dengan senar metal. Langkup
kulcapi (bagian depan resonator) tidak terdapat lobang resonator, justru lobang
resonator (yang disebut dengan babah) terdapat pada bagian belakang kulcapi.
berfungsi untuk mengubah warna bunyi (efek bunyi) dengan cara tonggum, yakni
babah kulcapi ke badan si pemain secara berulang dalam waktu tertentu. Efek
bunyi yang dihasilkan melalui teknik tonggum ini hampir menyerupai efek bunyi
24
b. Belobat
Belobat merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bamboo (block flute).
Instrumen ini mirip dengan alat musik recorder pada alat musik barat. Belobat
memiliki enam buah lobang nada. Dilihat dari perannya dalam gendang telu
sendalanen, belobat memiliki peran yang sedikit atau kurang berperan penting,
c. Ketteng-ketteng
ketteng-ketteng dihasilkan dari dua buah “senar” yang diambil dari kulit bambu itu
sendiri (bamboo idiochord). Pada ruas bamboo tersebut dibuat satu lobang
resonator dan tepat di atasnya ditempatkan sebilah potongan bambu dengan cara
melekatkan bilahan itu kesalah satu senar ketteng-ketteng. Bilahan bambu itu
disebut gung dalam gendang lima sendalanen. Bunyi musik yang dihasilkan
25
ketteng-ketteng merupakan gabungan dari alat-alat musik pengiring gendang lima
(gendang lima sendalanen) dan untuk acara yang tidak begitu besar seperti ndilo
tendi ( memanggil roh) atau erpangir kulau, alat musik tersebut dapat
d. Mangkuk Meciho
Mangkuk meciho ( mangkuk putih) yang di maksud dalam hal ini adalah
semacam cawan (Chinese glassibowl) yang pada dasarnya bukan merupakan alat
26
digunakan sebagai instrument pembawa ritmis. Selain sebagai alat musik,
mangkuk meciho juga merupakan perlengkapan penting dari guru sibaso (dukun)
sebagai tempat air suci atau air bunga atau juga beras dalam ritual tertentu. Ketika
mangkuk digunakan atau dipakai sebagai alat musik dalam gendang telu
sendalanen biasanya diisi air putih biasa, tujuannya agar bunyi yang dihasilkan
menjadi dua bagian penting, yakni satu alat musik menjadi pembawa melodi dan
27
sebagai alat musik pengiring memiliki peran yang unik, yakni menghasilkan bunyi
imitasi (tiruan) dari empat alat musik pengiring yang terdapat pada Gendang Lima
Sendalanen.
2.2.2.3 Sierjabaten
tradisional Karo. Seseorang disebut sebagai sierjabaten adalah pada saat dia
apabila sierjabaten tidak ada maka ritual dai upacara tersebut belum bisa dimulai
Gambar 10 : Penggual dan penarune sedang mengiringi upacara disebut sebagai sierjabaten.
28
2.2.2.4 Instrument Tunggal
Yang dimaksud dengan instrument tunggal dalam hal ini adalah suatu
musik yang ddigunakan secara tunggal ataupun tidak ada pengiring ritmisnya.
a. Surdam
Surdam adalah suatu alat musik tiup dari kebudayaan musik karo yang
terbuat dari seruas bambu, bambu yang digunakan untuk membuat surdam adalah
bambu kerapat. Surdam karo ada tiga jenis yakni; surdam puntung, surdam
a. Surdam puntung adalah surdam yang memiliki enam buah lubang nada
dan ukuran surdam ini lebih besar dari ukuran belobat. Surdam ini
mengembalakan ternaknya.
b. Surdam rumanis juga sama dengan surdam puntung yaitu terbuat dari
Lobang nada surdam rumanis terdiri dari enam buah yaitu empat buah di
tengah dan dua buah disebelah bawah dengan ukuran satu besar dan satu
kecil. Surdam ini biasa dipergunakan untuk lagu-lagu sedih (lagu tangis-
tangis)
29
c. surdam tangko kuda (surdam mbelin), surdam mbelin ini juga bahannya
dengan surdam puntung dan surdam rumanis. Lobang nada surdam ini ada
enam buah, yaitu dua buah disebelah atas, tiga buah dibagian tengah dan
lima lobang nada dengan jari tangan dan lobang satu lagi ditutup dengan
Gambar 11 : Surdam rumanis(kiri), Surdam Puntung (tengah) dan surdam tangko kuda/belin
30
b. Murbab, Genggong dan Tambur
Murbab adalah alat musik tradisional suku karo dari Sumatera Utara yang
termasuk alat musik dalam kategori instrument berdawai dan satu-satunya alat
musik Karo yang dimainkan dengan cara digesek. Alat musik murbab dapat
dimainkan secara solo dan juga ensambel sebagai melodi dan keberadaannya
sampai saat ini sudah jarang ditemukan pada masyarakat Karo. Murbab terbuat
dari kayu, tempurung kelapa, serat daun nanas dan bow penggeseknya terbuat dari
Genggong adalah alat musik Karo yang terbuat dari besi dan dibunyikan
juga berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya nada yang dihasilkan genggong.
nguda (gadis) pujaan hatinya agar keluar dari dalam rumah, sehingga mereka bisa
dengan lagu tertentu yang telah dimengerti kekasihnya, sehingga dia akan keluar
dari dalam rumah. Keberadaan genggong saat ini diperkirakan sudah punah dari
Tambur adalah alat musik pukul yang memiliki membrane yang terbuat
dari kulit binatang. Membrannya terdiri dari dua sisi (double headed drum) dan
kedua sisinya dipukul menggunakan tangan kanan dan kiri. Tangan kanan
31
erpangir ku lau digabungkan dengan gendang lima sendalanen. Tetapi sekarang
belobat ini sebanyak enam buah, lima buah ditengah dan satu buah dibawah.
Belobat pingko-pingko ini adalah biasanya dipakai oleh pengembala sapi dipadang
rumput.
32
ketika menjaga padi dari gangguan burung di sawah. Embal-embal tergolong alat
musik aerophone single reed, dan pada ruas-ruas bambu dibuat lubang penghasil
nada. Lidah (reed) pada embal-embal terbuat dari badan bambu tersebut. Empi-
empi adalah sebuah alat musik yang tergolong aerophone multi reeds, empi-empi
terbuat dari sebuah batang padi yang sudah tua. Lidah (reeds) empi-empi terbuat
dari batang padi itu sendiri, dengan memecahkan sebagian kecil dari salah satu
ujung batang padi tersebut. Akibat terpecahnya bagian batang padi tersebut, maka
jika ditiup akan menghasilkan suatu bunyi dan empi-empi biasanya memiliki
empat lubang nada. Keberadaan embal-embal dam empi-empi saat ini sudah
sangat sulit untuk ditemukan baik daerah kota maupun desa di tanah Karo.
Dalam berkesenian, orang Karo tidak mengenal istilah seni suara (vocal),
namun biasanya orang yang bernyanyi sering disebut rende, dan penyanyi berarti
perende-ende. Jika seorang perende-ende juga pandai menari (landek) dan sudah
biasa bernyanyi sekaligus menari dalam suatu pesta gendang guro-guro aron,
33
Kemampuan ini tidak terbatas hanya pada kemampuan menyanyikan lagu-
lagu Karo yang bertemakan percintaan atau muda-mudi, namun juga mampu
secara teks atau liriknya sangat bergantung kepada konteks suatu upacara. Artinya
melodi lagu pemasun-masun memang telah diketahui atau dihapal, namun lirik
tersebut pada saat bernyanyi sesuai dengan konteks yang sedang berlangsung pada
saat itu.
masih cenderung bertema kesedihan, dan lagu ini biasanya dibawakan untuk
34
Penyajian seni vocal katoneng-katoneng dan ende-enden dilakukan oleh
adat dan hiburan. Sementara nyanyian mangmang dilakukan oleh seorang guru
kehidupan sehari-hari yang terwujud pada sikap dan perilaku, fungsi dan tanggung
1. Merga Silima
silima. Merga silima artinya terdapat lima kelompok marga pada masyarakat suku
A. Karo-karo
B. Ginting
C. Tarigan
D. Sembiring
E. Perangin-angin
35
2. Tutur Siwaluh
Pengertian dari tutur siwaluh yaitu dibagi menjadi dua kata; tutur dan
waluh. Tutur yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kedudukan dalam adat, dan
siwaluh adalah delapan. Jadi yang dimaksud dengan tutur siwaluh dalam
penelitian ini adalah delapan kedudukan dalam adat bagi masyarakat suku Karo
(Sarjani Tarigan 2012:50). Pembagian tutur siwaluh pada masyarakat Karo adalah
sebagai berikut :
ibu), atau satu kakek. Misalnya, Rio Ginting, mempunyai adik laki-laki
yang berasal dari ayah dan ibu yang sama. Maka Rio dan adik laki-
2. Senina, adalah setiap orang yang memiliki merga yang sama, terkecuali
bila ada seorang laki-laki dan seorang perempuan memiliki merga yang
sama maka mereka adalah erturang. Misalnya, Rudi Tarigan dan Indra
Tarigan maka mereka adalah senina. Contoh lain Aldi Tarigan dan Susi
karena ibu mereka bersaudara atau beru ibu mereka sama. Misalnya,
36
Tarigan, dan Bedu Barus mempunyai istru beru Tarigan. Maka mereka
merga Sembiring.
8. Anak beru menteri, adalah anak beru dari anak beru. Misalnya, Riko
Riko menikah dengan Aldo Tarigan. Dari hasil pernikahan itu lahirlah
3. Rakut Sitelu
Rakut sitelu adalah gabungan dari dua kata yaitu Rakut yang mempunyai
arti ikatan, dan sitelu berarti tiga. Jadi pengertian rakut sitelu adalah tiga ikatan
37
yang berhubungan. Didalam masyarakat Karo rakut sitelu juga mempunyai
pihak istri.
tertentu.
adat. Pengertian lain dari senina yaitu orang yang mempunyai marga
yang sama dan masih satu keturunan atau masih terdapat satu marga.
Ketiga inilah yang disebut dengan rakut sitelu. Rakut sitelu sangat
berperan penting dalam upacara adat salah satu dari rakut sitelu belum hadir maka
38
BAB III
Curt Sachs dan Erich Von Hornbostel adalah dua ahli organologi alat
penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya
yaitu:
D. Idiofon, dimana penggetar utama bunyi adalah badan atau tubuh dari alat
aerofon.
39
3.2 Konstruksi Belobat Pingko-Pingko
Keterangan :
(udara masuk)
1
4
40
3.3 Teknik Pembuatan Belobat Pingko-pingko
buatan tangan (hand made), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya
pembuatannya agar lebih cepat dan efisien dalam waktu pengerjaannya. Berikut
yakni seperti buluh mbelin, buluh krapat, buluh kuning. Buluh krapat adalah jenis
yang tepat adalah sebuah kunci untuk mendapatkan hasil alat musik yang baik.
dilakukan pada sore hari dan pada hari bulan purnama raya (hari ke – 14 dalam
bambu dalam keadaan bulat penuh seperti bulan. Bambu yang diambil adalah
bambu yang utuh sempurna (tidak ada yang patah / cacat dari pangkal ke ujung)
dan yang sudah sangat tua pangguhen (tingkat kekerasan pada bambu dalam
41
Gambar 14 : Seruas buluh kerapat (bambu)
Kayu ngalkal atau kayu pohon cabe sebagai bahan baku pembuatan
tersebut lebih mudah di dapat pada lingkungan sipembuat dan kayu ini memiliki
tekstur kayu yang tidak terlalu keras sehingga kayu ngalkal sangat cocok untuk
42
3.5 Peralatan yang digunakan
3.5.1 Pisau
Gambar 16 : Pisau
3.5.2 Gergaji
Gambar 17 : Gergaji
43
3.5.3 Pisau Ukir
3.5.4 Temper
dalam teknik pembuatan ini alat tersebut berfungsi untuk membuat lubang karena
temper tersebut terbuat dari sebilah besi bulat yang ukurannya tidak terlalu besar.
Temper yang digunakan memiliki 2 diameter yang berbeda yakni besar dan kecil,
yang digunakan untuk pembuatan lubang nada, lubang tuldak dan lubang pinusu.
44
3.5.5 Kikir
Gambar 20 : Kikir
Gambar 21 : Lem
45
3.5.7 Kertas Pasir Halus
kelihatan indah.
Tabel 1:
PENGERJAAN
Pingko-Pingko
46
2 Tahap II c. Proses Pembuatan Lubang Pinusu
krapat yang ada di ladangnya. Menurut beliau, kriteria bambu untuk membuat alat
musik tersebut ialah bambu yang sudah tua (bambu yang telah menguning) dan
tidak memiliki cacat pada ruas bambu, dan berbentuk bulat penuh seperti bulan.
47
Dalam pengukuran panjang belobat pingko-pingko menurut beliau tidak
ada ketetapan ukuran yang pasti. Teknik pengukuran pada zaman dahulu memakai
ukuran satu setengah atau dua jengkal jari sipemain dengan mengkondisikan
kondisi bambu dan beliau masih memakai teknik ukuran seperti ini.
batang 36 cm.
telah dipanaskan terlebih dahulu diatas bara api dan melubanginya pada dinding
ruas bambu.
48
Gambar 25 : proses pelubangan lubang pinusu
Untuk pembuatan lubang sora, alat yang digunakan adalah pisau ukir
dengan ukuran jarak antara lubang hembus dengan lubang sora adalah besar
diameter bambu sama dengan jarak antara lubang hembus dengan lubang sora.
Pada pembuatan lubang sora, jarak antara lubang hembus dengan lubang sora 1.5
Setelah mengukur jarak antara lubang hembus dengan lubang sora, dengan
49
Gambar 27 : gambar proses pembuatan lubang sora
Setelah diukir, lubang sora dikikir untuk mendapatkan bualatan yang baik
sebagai berikut.
50
1. Panjang bambu belobat pingko-pingko dibagi dua, dan titik itulah yang
18cm
36cm
2. Panjang bambu dari lubang pertama sampai ujung bambu dibagi menjadi
tiga bagian, dan kedua titik itulah yang menjadi lubang ke empat dan kelima
6 cm
18cm 6 cm
6 cm
51
3. Panjang bambu dari lubang pertama sampai lubang ke empat dibagi
menjadi tiga bagian, dan kedua titik itulah yang menjadi lubang ke dua dan
ke tiga.
2cm
6 cm
2cm
2cm
4. Panjang bambu dari lubang ke lima sampai ujung bambu di bagi menjadi
tiga bagian, dan titik pertama dari lubang ke lima adalah yang akan
2 cm
6 cm
52
Setelah melakukan proses pembuatan ukuran lubang pada batang belobat pingko-pingko
1.5 cm
1.5 cm
15 cm
2 cm
6 cm 2 cm
2 cm
36cm
6 cm
2 cm
4cm
(kecil) yang telah dipanaskan di atas bara api untuk membuat lubang nada dari
lubang pinusu.
53
Setelah lubang pinusu terbentuk, beliau mempersiapkan temper (besar) yang telah
Gambar 34 : proses pelubangan lubang ke lima (kiri) dan pelubangan lubang ke empat (kanan)
Gambar 35 : proses pelubangan lubang ke tiga (kiri) dan pelubangan lubang ke dua (kanan)
kayu ngalkal dengan ukuran panjang sama dengan diameter bambu. Beliau
mengikis salah satu sisi kayu yang akan dimasukkan pada lubang hembus dan
54
Pembuatan penutup (sompel) ini sangat penting dalam pemuatan belobat
pingko-pingko karena jika sompel tidak pas dengan lubang sora maka alat musik
memberikan perekat (lem) pada sisi-sisi sompel agar pada proses pemotongan
55
Gambar 38 : proses pengeleman sompel (penutup)
bambu (dekat lubang pinusu) dan mengamplas bambu memakai kertas pasir halus
56
Gambar 40 : proses finishing (pengukiran pada ruas bagian bawah bambu dan proses penghalusan
bambu
57
BAB IV
Belobat pingko-pingko adalah jenis alat musik tiup yang terbuat dari
bambu (block flute). Alat musik ini termasuk keluarga aerophone, yang sumber
bunyinya berasal dari udara yang ditiupkan ke dalam alat musik itu sendiri.
1. Lubang Hembus, tempat dimana udara masuk kedalam alat musik tersebut
nada
1
5
4
58
4.2 Proses Belajar Memainkan Belobat Pingko-Pingko
dalam teknik memainkan sarune, surdam, dan belobat yaitu adalah teknik meniup
pulunama. Teknik pulunama yang berarti nafas yang berulang. Pulunama adalah
teknik peniupan dengan cara menghirup udara melalui rongga hidung dan
tersebut dengan tekanan tiupan dari mulut. Pada saat meniup, kedua pipi
terakhit yang dihirup sedang dikeluarkan dari paru-paru menuju rongga mulut.
Kemudian pada saat udara dihirup masuk melalui hidung, cadangan udara yang
tersimpan pada kedua rongga pipi ditiupkan kedalam alat musik tersebut sampai
dilakukan pada permainan sarune dan surdam saja, teknik tersebut bisa juga
tersebut, dapat melakukan latihan di gelas yang berisi air dan menggunakan pipet
sebagai alat untuk meniup air tersebut. Air yang ditiup menggunakan pipet
stabil dan tidak boleh berhenti. Cara lain juga dapat dilakukan dengan cara
menggunakan alat musik tersebut secara langsung dan menghasilkan bunyi atau
59
4.3 Posisi Jari dalam Memainkan Belobat Pingko-Pingko
dan 1 lubang tuldak yang dimana lubang tuldak tidak pernah ditutup. Posisi
berfungsi untuk menutup dan membuka lobang-lobang nada pada batang belobat
pingko-pingko. Lubang 1 ditutup oleh jari telunjuk tangan kiri, lubang 2 ditutup
oleh jari tengah tangan kiri, dan lubang 3 ditutup oleh jari manis tangan kiri.
Lobang ke 4 ditutup oleh jari telunjuk tangan kanan dan lobang ke 5 ditutup
Lubang 1
Lubang 2
Lubang 3
Lubang 4
Lubang 5
Lubang 6
60
4.3.1 Penjarian dalam Memainkan Belobat Pingko-Pingko
dan sebelum kita membahas tentang teknik permainan belobat pingko-pingko, kita
juga harus mengetahui bahwa belobat pingko-pingko memiliki nada dasar yang
berbeda-beda. Dan nada yang dihasilkan pada belobat pingko-pingko ini selalu
pada nada yang tinggi. Berikutlah penjelasan tentang penjarian pada belobat
pingko-pingko tersebut :
a. Apa bila kelima lubang nada ditutup dan lubang tuldak dibiarkan terbuka
b. Apa bila lubang pertama hingga lubang ke empat ditutup dan membiarkan
61
Gambar 43 : posisi jari pada nada D
c. Apa bila lubang pertama hingga lubang ke tiga di tutup dan lubang ke
empat, lubang ke lima dan lubang tuldak terbuka akan menghasilkan nada F
62
d. Apa bila lubang pertama dan kedua ditutup dan lubang ketiga hingga
e. Apa bila lubang pertama dan lubang kelima ditutup dan lubang kedua,
nada A
63
f. Apa bila lubang kelima ditutup dan lubang pertama hingga lubang keempat,
Dalam penelitian saya, untuk menganalisis nada disetiap lubang nada pada
belobat pingko-pingko dengan memakai tunner dan piano. Untuk penjarian pada
nada A dan Bes apa bila pada lubang kelima tetap dibuka tidak mempengaruhi
pada frekuensi nada, hanya saja pada teknik penjarian belobat pingko-pingko
menutup lubang kelima pada nada A dan Bes adalah teknik penjarian secara
tradisional.
Dari wawancara yang penulis dapatkan dari informan ada beberapa teknik
64
4.4.1 Pulunama
teknik meniup yang berarti teknik pernafasan yang berulang. Teknik ini
udara melalui rongga hidung dan memasukkan udara tersebut ke dalam rongga
perut (diafragma), lalu mengeluarkan udara tersebut dengan tiupan dari mulut.
4.4.2 Rengget
digunakan pada akhir pemenggalan kalimat didalam suatu lagu yang merupakan
sejenis nada melismatis yang sering digunakan dalam lagu karo. Didalam musik
Karo rengget tidak hanya digunakan pada musik vocal saja tetapi juga digunakan
dalam alat musik Karo yang berfungsi sebagai pembawa melodi baik itu sarune,
kulcapi, belobat, dan surdam. Berikut adalah contoh rengget pada belobat pingko-
pingko.
65
4.4.3 Teknik Dilah-dilah
tangis denggan menggunakan handphone vivo sebagai alat perekam audio dan
video. Setelah merekam lagu tangis-tangis yang dimainkan oleh Bapak Ngadi
untuk mencari nada dengan pilihan voice, serta menggunakan software Sibelius 7
66
4.6 Transkripsi Lagu Tangis-Tangis pada Belobat Pingko-Pingko
semua nada yang dipakai dalam melodi lagu tangis-tangis. Maka, dengan ini
67
penulis akan menyusun nada-nada yang terdapat dalam melodi lagu tersebut mulai
C D F G A
Dari hasil analisis pada tangga nada lagu tangis-tangis, maka diperoleh
tidak menyebut nada mana yang berfungsi sebagai nada dasar, nada-nada yang
dianggap penting dalam lagu tersebut, serta nada-nada pendamping lainnya. Lebih
lanjut Netll mengatakan bahwa gambaran tangga nada dan modus biasanya
disampaikan lewat notasi (tangga nada) yang ditulis diatas garis paranada dengan
harga-harga yang menandai nada mana yang sering digunakan dan yang tidak
sering digunakan.
68
Tabel 2 : jumlah nada
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa jumlah nada C 10 buah nada,
jumlah nada D 27 buah, jumlah nada F 70 buah, jumlah nada G 54 buah, dan
jumlah nada A 7 buah. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa nada yang
sering dipakai adalah nada F dengan jumlah 70 buah nada dan nada yang paling
Nada dasar pada sebuah lagu atau musik sangatlah berperan penting. Nettl
nada dasar pada sebuah lagu atau musik. Ada enam yang diusulkan menjadi
b. Melihat nada mana yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar
69
c. Melihat nada awal atau akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai
nada dan jumlah nada yang digunakan penulis sebagai acuan untuk menjawab
keenam pendekatan untuk menemukan nada dasar pada sebuah reportoar atau lagu
c. Nada awal komposisi lagu tangis-tangis adalah nada D dan nada akhirnya
adalah nada D
d. Nada yang paling rendah pada lagu tangis-tangis adalah nada C dan nada
f. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik pada lagu tangis-tangis adalah
nada F
70
4.10 Wilayah Nada
terdengar secara alami, ditentukan oleh suara penghasil bunyi itu sendiri, yaitu
dengan memperhatikan nada yang paling rendah dan nada paling tinggi.
yang berjarak 1 laras sama dengan 200 cent, dan nada-nada berjarak ½ laras sama
tangis memiliki wilayah nada dari nada C (terendah) hingga nada A (tertinggi)
yang semuanya berjarak 4½ laras atau sama dengan 900 Cent. Untuk lebih
jelasnya wilayah nada lagu tangis-tangis dapat dilihat dari garis para nada
dibawah ini :
Interval nada adalah jarak antara suatu nada dengan nada berikutnya, naik
maupun turun (Manoff 1991:50). Pada suatu komposisi lagu interval adalah
penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau
71
melompat, turun, maupun mendatar. Manoff (1991:84) membuat pengukuran
Berikut ini, penulis akan mengambil contoh interval yang ada pada lagu
72
Dari tabel interval diatas, maka dapat disimpulkan interval yang sering
Kandens adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang biasanya
ditandai dengan nada istirahat. Pola kadensa dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : semi kadensa (half cadence) dan kadensa penuh (full cadence). Semi
kadens (half cadense) adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak
selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut.
Sedangkan kadens penuh (full cadense) adalah suatu bentuk istirahat diakhir frasa
yang terasa selesai (complete) sehingga pola kadensa seperti ini tidak memberikan
a.
b.
Pada pola 1, bentuk birama ini muncul pada birama ke delapan (8) sebagai
bagian akhir untuk mewakili awal dari permainan instrument belobat pingko-
pingko dalam lagu tangis-tangis. Kemudian pada bagian ke-2, bentuk birama ini
73
muncul pada birama ke – 25 sebagai penutup dari lagu tangis-tangis. Dari kedua
contoh pola kadensa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat motif melodi
dibahas, yaitu bentuk, frasa, dan motif. Netll (1964:149-150) mengatakan bahwa
organisasi musikal. Frasa adalah suatu unit dari melodi di dalam komposisi.
Ada beberapa jenis bentuk (form) menurut Malm (1976:8) antara lain :
keseluruhan nyanyian.
74
Bentuk (form) Melodi dari Transkripsi Lagu Tangis-Tangis
pengulangan yang ireratif dan stropic. Jika dirumuskan dalam format huruf
kapital, maka dapat disusun sebagai berikut : AA1, BB1, C, D, E dan F. bentuk A
75
terjadi pengulangan sebanyak dua kali dengan frasa melodi yang sedikit berbeda.
Begitu juga dengan bentuk B terjadi pengulangan sebanyak dua kali dengan frasa
melodi yang cenderung sedikit berbeda. Pada birama ke -13 terjadi bentuk yang
stropic dengan munculnya awal birama melodi yang berbeda seperti bagian C, D,
E dan F.
B. Frasa Melodi
2.
3.
Pada bagian frasa, melodi tangis-tangis memiliki tiga frasa sebagai ciri
khas melodi. Pada bagian 1, frasa melodi tersebut muncul pada bagian awal lagu.
Pada bagian 2, frasa melodi tersebut muncul pada birama ke-9 sebagai karakter
76
tersebut muncul pada birama ke-13 sebagai ciri khas melodi pada bagian akhir
lagu.
Kontur adalah garis atau melodi pada sebuah lagu (Malm 1964:8). Definisi
yang sama kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik
garis. Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm dalam
a. Ascending, yaitu garis melodi yang bersifat naik dari nada rendah ke nada
b. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi
c. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang
d. Terraced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga
dari nada yang rendah ke nada yang paling tinggi kemudian sejajar.
e. Static, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakan
intervalnya terbatas.
77
Pendulous.
Static
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kesimpulan :
kriteria bambu yang sudah tua, tidak memiliki cacat pada ruas bambu
ketelitian dan kesabaran dalam proses ini. Karena juga tidak akan
mengukur jarak antara lubang nada dan sejajar dengan lubang sora.
diketahui :
79
permainan yang menghasilkan ciri khas melodi Karo. Dan juga teknik
pulnama atau circular breathing. Teknik ini tidak hanya ada pada
yang menurut saya unik karena untuk menghasilkan nada A dan Bes,
lubang ke lima ditutup. Berbeda dengan alat musik tiup Karo lainnya
nada dibawahnya.
5.2 Saran
nantinya ada penelitian lajutan yang kiranya dapat menyempurnakan tulisan ini,
tentang proses pembuatan dan teknik memainkan alat musik belobat pingko-
pingko sehingga dapat menjadi refrensi baru. Untuk itu penulis menyarankan agar
kiranya nanti untuk penelitian lanjutan supaya meneliti lagi aspek-aspek yang
2. Teknik pembuatan ornament karo pada alat musik Karo khususnya belobat
pingko-pingko.
80
3. Mengkaji struktur melodi belobat pingko-pingko dalam sebuah lagu
khusus pada alat musik belobat pingko-pingko, yang lebih jelas dan
mendalam
Selain hal diatas penulis juga menyatankan agar kiranya masyarakat, pihak
merevitalisasi budaya Karo yang telah lama hilang atau telah lama tidak
nilai-nilai maupun norma yang berlaku dalam masyarakat Karo, untuk memenuhi
apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan
81
DAFTAR PUSTAKA
82
DATA INFORMAN
1. Nama : Simpei Sinulingga
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Seniman, Pengelola Sanggar Seni nggara si mbelin di
Desa Lingga, Kec. Simpang Empat
Alamat : Desa Lingga, Kec. Simpang Empat
2. Nama : Venos Sinulingga
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Seniman Pemusik Karo dan Petani
Alamat : Desa Lingga, Kec. Simpang Empat
3. Nama : Ngadi Manik
Umur : 82 Tahun
Pekerjaan : Bertani, Seniman Pemusik Karo
Alamat : Desa Lingga, Kec. Simpang Empat
4. Nama : Selamet Ginting
Umur : 74 Tahun
Pekerjaan : Bertani, Seniman Pemusik Karo
Alamat : Desa Lingga, Kec. Simpang Empat
5. Nama : Yahmin Sinulingga
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Bertani, Seniman Pemusik Karo
Alamat : Desa Lingga, Kec. Simpang Empat
83