Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN

Tempat pembuangan akhir (disingkat TPA) adalah tempat untuk menimbun sampah


dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. TPA dapat berbentuk tempat pembuangan
dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat
yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling umum untuk limbah
buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.

Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut
bisa beragam: musibah fatal (misalnya, burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan
sampah); kerusakan infrastruktur (misalnya, kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat);
pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan
pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA);
pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah gas
rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat
membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan
lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga; jelas
pada margasatwa; dan gangguan sederhana (misalnya, debu, bau busuk, kutu, atau polusi
suara).
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diskursus mengenai sampah masih menjadi problema hampir disetiap wilayah di


Indonesia,  terlebih di kota-kota besar yang kepadatan penduduknya sangat tinggi. Akan
tetapi tidak hanya terbatas di kota-kota besar saja, problematika sampah juga terjadi di
Kecamatan Percut. Permasalahan sampah ini tidak bisa dipandang biasa, karena tidak dapat
di pungkiri bahwa permasalahan sampah ini dalam tingkat yang cukup serius dan sungguh
sangat memprihatinkan. Hal tersebut terjadi bukan hanya karena masalah pengelolaan yang
minim, tapi juga karena suatu budaya buruk akan masyarakat yang senantiasa tidak peduli
akan kebersihan lingkungan.

Bagi sebagian besar orang sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk di
bicarakan karena ada hal lain yang lebih menarik dan lebih penting, sudah bertahun-tahun
lamanya bahkan sejak dulu kala sampah dianggap bukanlah sebagai masalah bagi mereka.
Jika sampah sudah di buang maka masalah sudah selesai. Tapi benarkah jika sampah sudah
dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa bahwa tempat dimana sampah dibuang itu
sangat penting, karena sebenarnya sampah yang tidak dibuang pada tempatnya akan
menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang secara  sembarangan di jalan akan
membuat kota menjadi kotor, sampah yang dibuang di sungai akan mencemari sungai dan
menimbulkan banjir, bahkan sampah yang dibuang di tempat pembuangan akhir pun bisa
menjadi masalah. Melihat kondisi tempat pembuangan akhir yang ada, sudah seberapa tinggi
gundukkan sampah yang ada, bagaimana dengan penempatan tempat pembuangan akhir
tersebut apakah telah sesuai dengan pengaturan penataan ruang yang ada di percut ini, belum
lagi tentang pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan apakah telah dikelola dengan
baik sesuai mekanisme yang disarankan atau tidak jelas kita tidak tahu. Maka perlu dicermati
setiap detail dari permasalah sampah tersebut diatas karena tanpa kita ketahui dan sadari
penempatan pembuangan akhir yang tidak sesuai dengan penataan ruang akan menjadi
masalah yang mengancam.

Keterbatasan lahan merupakan masalah yang selalu dijumpai dalammembangun sarana


dan prasarana serta infrastuktur yang mendukung pelayanan publik salah satunya TPA. Perlu
untuk diketahui lahan yang ada di permukaan bumi ini tidak pernah bertambah dan terus saja
dipaksa untuk menampung manusia dengan segala kebutuhanya. Dalam mencari tempat baru
untuk suatu tujuan sangat tidak mudah pada pelaksanaanya di lapangan, karena sering kali
terbentur berbagai persoalan mulai dari pembebasan tanah dan kependudukan serta akses
menuju tempat yang baru akan dibuka atau digunakan.

Penentuan lokasi TPA harus mempertimbangkan potensi lahan yang terdapat di


wilayah yang baru dengan mengenali karakteristik lahan tersebut secara fisik. Setiap wilayah
yang ada dan tersebar diseluruh indonesia ini memiliki berbagai bentang lahan dengan ciri
khas yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Lahan yang ada dapat dilihat dari proses
terbentuknya secara geomorfologi yang dipengaruhi oleh energi endogen maupun energi
eksogen.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas miniriset ilmu alamiah dasar


2. Mengetahui mengenai kondisi lokasi lingkungan tempat pembuangan akhir
3. Mengetahui upaya pengelolaan kebersihan tpa

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian adalah

1. Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi mengenai tempat yang sesuai untuk
penentuan TPA di Kecamatan Percut.
2. Menghasilkan upaya dalam pelestarian Lahan Untuk Penentuan TPA di Kecamatan
Percut.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Pemikiran

TPA merupakan salah satu sarana dalam sistem pengelolalaan sampah yang sangat
penting keberadaaanya. Sampah merupakan salah satu permasalahan yang seringkali dihadapi
oleh masyarakat yang dalam kegiatan sehari-hari tidak lepas dari limbah rumah tangga,
industri besar maupun kecil. TPA yang sekarang beroprasi tidak dapat scara terus menerus
mampu menampung limbah atau sampah padat khususnya dalam jangka panjang.
Pengoprasionalan TPA memiliki batasan waktu untuk dilakukan pembaruan yang bisa
disebabkan sudah tidak mampunya lagi TPA dalam menampung jumlah sampah yang terus
bertambah.

Pada penelitian ini peneliti bermaksud untuk memberikan informasi spesial yang
berkaitan dengan potensi lahan dalam menentukan lokasi baru yang dapat digunakan sebagai
tempat pembuangan akhir (TPA) yang lokasi penelitianya berada di Kecamtan PERCUT .

Uraian Permasalahan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat sampah mencapaitahap terakhir


dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan /
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Pemasalahan yangsering muncul dalam proses
pembuangan sampah adalah pengaruhnya terhadap lingkungan yang ada di sekitar TPA.
Berbagai macam zat yang dihasilkan dari akumulasi pembusukan sampah yang berupa Lindi.
Lindi merupakan cairan hasil pembusukan yang bersifat mencemari yang terdiri dari zat-zat
organik.

Pencemaran yang biasa terjadi pada lingkungan sekitar TPA adalah pencemaran air
tanah. Air tanah yang ada disekitar TPA akan bercampur dengan Lindi yang menyebabkan
sumber air bersih akan tercemar, sehingga tidak dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari.
Dalam mengevaluasi dan menganalisa kesesuaian lahan TPA diperlukan rujukan dan dasar
teori yang mendasari dalam penentuan lokasi yang tepat. TPA yang baik adalah yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994 (dalam JokoPramono , 2000),
membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga yaitu:

1. Kelayakan regional

Kriteria yang digunakan untuk menentukan zone layak atau zone tidak layak dengan
ketentuan berikut:

a. Kondisi geologi
b. Kemiringan lereng
c. Jarak terhadap badan air
d. Jarak terhadap terhadap lapangan terbang
e. Kawasan lindung atau cagar alam
f. Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan
g. Batas administrasi

2. Kelayakan penyisih

Kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari hasil kelayakan regional
dengan ketentuan berikut: Luas lahan

a. Ketersediaan zone penyangga kebisingan dan bau


b. Permeabilitas tanah
c. Kedalaman muka air tanah
d. Intensitas hujan
e. Bahaya banjir
f. Jalur dan lama pengangkutan sampah

3. Kelayakan Rekomendasi

Kriteria yang digunakan oleh pengambil keputusan atau lembaga yangberwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijakan lembaga berwenang
setempat dan dengan ketentuan yang berlaku.

Subjek Penelitian
 Tanah

Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan sebagai
kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, tempat-tempat dimodifikasi
atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yangberasal dari tanah, mengandung jasad
hidup dan mendukung atau mampu mendukung tanaman atau tumbuh tumbuhan yang hidup
di alam terbuka.

Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang
terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi manusia.
Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan). Batas atas tanah
adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir, tanah secara berangsur-angsur
beralih ke air yang dalam .

 Lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, flora
dan fauna, serta bentukan hasil budaya manusia. Dalam hal inilahan juga mengandung
pengertian ruang tempat (Sinatala Arsyad, 1989 dalamJamulya dan Sunarto).

Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika
diolah akan mempunyai nilai ekonimis yang besar karena mampunyai tingkat kesuburan yang
tinggi dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensian
merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu
harus ditangani dan dikelola secara bijak. Daerah diluar jawa banyak memiliki daerah
produktif yang sangat potensial, tetapi belum atau tidak dimanfaatkan sehingga daerah ini
dikenal dengan daerah yansedang tidur.

 Assesment Data

Analisis penggunaan lahan perlu dipertimbangkan dengan seksama sebab lahan yang
sudah digunakan sebagai lahan permukiman tidak akan sesuai untuk TPA karena tidak
mungkin mengalihkan permukiman yang sudah ada atau eksisting ketempat lain. Sehingga
akan timbul pertentangan antara masyarakat yang menghuni dengan pemerintah terkait
dengan kebijakan penempatan lokasi baru TPA.
Drainase Permukaan pada daerah yang akan digunakan untuk TPA harus baik dan
dapat mengering dengan cepat pada saat air hujan turun. Turunnya air hujan dapat
mengakibatkan timbunan sampah yang ada runtuh dan membawa air lindian ketempat yang
lebih rendah sehingga dapat masuk pada area permukiman serta agar tidak tergenang di TPA.

Parameter kedalaman muka air tanah dalam penelitian ini digunakan utnuk mengetahui
sedalam apa muka air tanah yang ada di daerah penlitian, sehingga dapat diketahui daerah
mana yang memiliki kedalam muka air tanah yang sesuai agar air Liandian yang dihasilkan
oleh TPA tidak mencemari air disekitasr lokasi TPA.

Ancaman Banjir juga menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan untuk menentukan
lokasi TPA, karena TPA yang baik adalah TPA yang tidak terkena banjir terutama banjir
genangan. Karena apabila sampai terkena banjir maka air lindian akan ikut terbawa dengan
aliran banjir sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar.
BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk makalah ini adalah dengan metode
wawancara dan melakukan cek lapangan. Menggunakan data penggunaan lahan dari badan
pengharkatan yaitu, suatu cara menilai potensi lahan dengan jalan memberikan harkat pada
tiap parameter lahan, penggunaan lahan, kerwanan banjir, kedalaman efektif tanah, , drainase
permukaan, permeabilitas tanah dan kedalaman muka air tanah, sehingga diperoleh kelas
kemampuan lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan tersebut
( Jamulya, 1995).

B. Langkah Penelitian
 Tahap Persiapan
1. Studi pustaka. Dalam tahap ini dilakukan pemahaman terhadap teori, konsep yang
terkait dengan tema tugas akhir. Dalam melakukan penelitian yang bertema TPA
diperlukan refrensi yang cukup untuk memperkuat perumusan, tujuan dan manfaat.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Tahap ini dilakukan untuk
mempersiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.

 Tahap Perolehan Data


1. Melakukan survei ke tempat pembuangan akhir

Lokasi : jl perjuangan ( Batang Kuia ) samping sungai Kecamatan Percut SEI TUAN
Tanggal observasi : 14 oktober 2018
Pukul : 17 : 00 WIB
2. Melakukan permohonan kepada masyarakat stempat untuk diwawancara
3. Mengambil beberapa foto dilokasi penelitian sebagai dokumentasi

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Terdapat


langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus diikuti. Tujuan dari
langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan data
yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan diragukan kebenarannya.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara peneliti dan narasumber. 

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa
yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat
daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen
penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

Anda mungkin juga menyukai