Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 02

PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN (KU1202)


Dosen : Ir. R. Muslinang Moestopo, MSEM, Ph.D.
Muhammad Riyansyah, S.T, Ph.D.

Disusun oleh:
Fadilla Raihani Prakosa 16619107
Maudy Anisa Fanani 16619173
Aradhaneya Putra 16619185
Raja Ulian H. Purba 16619317
Gunadi Rizqi Pasca Aquila 16619461

Tanggal pemberian tugas : 23 Januari 2020


Tanggal pengumpulan tugas : 28 Januari 2020

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
I. Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu dari sekian banyak ancaman lingkungan.
Mencari solusi atau alternatif untuk masalah sampah di Indonesia harus segera
diterapkan. Tugas pemerintah agar bisa mendidik rakyatnya lebih memperhatikan
sampah memang cukup berat, tetapi kita tidak selalu bisa bergantung pada
pemerintah. Kita sebagai manusia harus bisa saling mengingatkan betapa
pentingnya pengolahan sampah dengan baik dan cara penanganannya.
Menurut definisi, Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya, dalam proses – proses alam sebenarnya tidak ada konsep
sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses
alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-
jenisnya.
Sampah dibagi 2 yaitu sampah padat dan cair. Sampah padat ialah hasil
sisa dari manusia berupa zat padat dan sebaliknya.
Berdasarkan sumbernya sampah dapat terbagi menjadi 6 bagian, yaitu sampah
alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan
sampah pertambangan.
Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah
lebih lanjut menjadi kompos.

2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)


Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.

3. Beracun (B3):
Limbah dari bahan-bahan berbahaya dan beracun seperti limbah rumah
sakit, limbah pabrik dan lain-lain.

Sampah terkadang atau bahkan selalu menimbulkan permasalahan yang


berdampak besar bagi manusia. Dampak negatif yang diberikan oleh sampah
harus dapat diperhatikan agar bisa mengurangi permasalahan yang ada. Ada
pula masalah yang ditimbulkan oleh sampah, yaitu :

1. Merusak keindahan lingkungan


2. Lingkungan menjadi kotor dan bau
3. Mencemari tanah akibat pembakaran sampah sehingga tanah menjadi tidak
subur
4. Mencemari air sehingga air menjadi berbau dan keruh akibat pembuangan
sampah ke sungai dan laut
5. Menyebabkan polusi udara akibat bau sampah dan pembakaran sampah
6. Menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia seperti tifus, disentri dan
diare

Sebenarnya masih banyak permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah, kasus


– kasus diatas hanya sebuah garis besar dampak yang ditimbulkan sampah.

Dengan adanya permasalahan tersebut, solusi penanganan sampah


dengan baik harus segera terealisasikan. Karena jika tidak diperhatikan sejak
dini, sampah dapat berangsur – angsur membahayakan kehidupan ekosistem di
bumi. Agar limbah sampah dapat dimanfaatkan kembali, sistem Sanitary
Landfill adalah salah satu contoh system yang dapat memanfaatkan
pembusukan sampah dengan menampung gas metana yang dihasilkan dari
sampah tersebut. Disamping itu, Sanitary Landfill lebih ramah lingkungan dari
TPA yang biasanya, karena system tersebut tidak open dumping melainkan
sampah ditimbun tanah agar gas yang dihasilkannya tidak mencemari kondisi
udara sekitar.

II. Pembahasan
A. Sanitary Landfill
Pemusnahan sampah dengan metode Sanitary Landfill adalah
membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan
sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode ini dapat
menghilangkan polusi udara. Definisi lainnya yaitu sistem Sanitary Landfill
merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan
dioperasikan secara sistematis. Ada proses penyebaran dan pemadatan sampah
pada area pengurugan dan penutupan sampah setiap hari. Penutupan sel sampah
dengan tanah penutup juga dilakukan setiap hari. Metode ini merupakan metode
standar yang dipakai secara internasional. Untuk meminimalkan potensi
gangguan timbul, maka penutupan sampah dilakukan setiap hari. Namun, untuk
menerapkannya diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal.
Di Indonesia, metode Sanitary Landfill dianjurkan untuk diterapkan di
kota besar dan metropolitan Pemusnahan sampah dengan metode Sanitary
Landfill adalah membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang
cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah.
Metode ini dapat menghilangkan polusi udara. Definisi lainnya yaitu, sistem
Sanitary Landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang
disiapkan dan dioperasikan secara sistematis. Ada proses penyebaran dan
pemadatan sampah pada area pengurugan dan penutupan sampah setiap hari.
Penutupan sel sampah dengan tanah penutup juga dilakukan setiap hari. Metode
ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional. Untuk
meminimalkan potensi gangguan timbul, maka penutupan sampah dilakukan
setiap hari. Namun, untuk menerapkannya diperlukan penyediaan prasarana dan
sarana yang cukup mahal.
a. Mekanisme
Prosedur ada dua metode yaitu “area method” dan trench method”.
Metode “trench” disebut sebagai metode pemotongan dan pengisian. Sebuah
trench (Parit) digali di bawah permukaan tanah dan sampah ditempatkan dalam
parit dan ditutup. Cara lain yaitu dua buah parit digali sekaligus, sampah
diisikan pada salah satu parit dan lumpur dari salah satu lubang galian
digunakan sebagai material penutup. Jika lokasi landfill yang direncanakan
terletak di bawah tanjakan seperti lembah atau ngarai, metode “area” digunakan.
Lokasi landfill lebih tinggi dari tempat lain yang ada disekitarnya, maka metode
pengisian area landfill digunakan.
Pemilihan letak dan struktur geologi adalah suatu hal yang perlu
dipertimbangkan suatu Sanitary Landfill adalah struktur geologi dan topografi
serta permeabilitas dari tanah. Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah,
lapisan tanah sampai lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek
yang merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang terletak di bawah dasar
landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat diberikan beberapa
renovasi untuk menghadapi leachate. Dengan cara demikian dapat ditingkatkan
kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan atau air tanah, aliran dari
tanah ini dapat membentuk suatu material penutup. Sehingga dapat
menciptakan suatu renovasi yang optimum menghadapi leachate.
b. Keuntungan
 Murah, tidak memerlukan investasi besar dalam bentuk peralatan.
Pengelolaan hanya memerlukan lahan yang luas dan jauh dari pemukiman
selain peralatan operasional
 Dapat menampung berbagai jenis sampah
 Dapat dipersiapkan dalam waktu yang singkat
 Dapat dirubah menjadi penghasil energi listrik karena sampah akan
mengeluarkan gas metana yang bisa dijadikan bahan bakar penggerak turbin
 Mengurangi polusi udara karena sampah-sampah tersebut berada di dalam
tanah
c. Kerugian
 Pencemaran air.
Sampah-sampah, terutama bahan organik atau kimia sering menghasilkan
cairan yang dapat merembes ke dalam tanah dan bisa mencemari tanah dan
air.
 Gas metana yang keluar dari proses pembusukan sampah, jika tidak
dialirkan dapat menimbulkan bahaya ledakan seperti pernah terjadi di TPA
Leuwigajah beberapa tahun yang lalu yang menimbulkan korban jiwa
 Membutuhkan lahan yang luas dan hal ini sulit tersedia di kota-kota yang
sudah padat penduduknya
 Mendapat tentangan dari warga
Masalah sosial yang timbul karena lokasi TPA yang dulunya jauh dari lokasi
permukiman menjadi dekat akibat berkembangnya pemukiman penduduk
 Butuh biaya transportasi yang mahal dan juga menghasilkan polusi udara
B. Kelemahan Sanitary Landfill dari Aspek Lingkungan
Sanitary landfill yang tidak dikelola dengan baik tentunya akan
mempunyai dampak buruk bagi lingkungan. Dalam waktu yang lama, sampah
dapat menghasilkan cairan beracun berupa air lindi. Cairan yang dihasilkan oleh
sampah yang ditimbun dalam waktu yang lama ini dapat merembes melalui
lubang-lubang kecil timbunan alas landfill yang tidak sempurna dan mencemari
tanah di sekitar landfill tersebut. Tanah yang tercemar akan berpengaruh pada
tekstur tanah dan air tanah di bawahnya. Air tanah yang seharusnya bersih dan
dapat dimanfaatkan manusia menjadi tercemar cairan sampah yang beracun.
Hal ini tentu akan menurunkan kualitas tanah dan air di sekitarnya. Jika
dibiarkan terjadi dalam jumlah besar, dapat disebut bahwa cairan ini berpotensi
meracuni tanah. Tanah yang tercemar tentu akan berpengaruh pada ekosistem,
mulai dari dekomposer, tanaman, dan hewan yang hidup di tanah lain akan ikut
terdampak hal ini. Selain itu, sampah juga akan menghasilkan gas metana yang
rawan meledak jika landfill tidak dikelola dengan baik. Seperti halnya dengan
kasus yang terjadi pada TPA Leuwigajah. Landfill juga dapat menghasilkan gas
karbondioksida yang akan mencemari udara sekitar dan dalam jumlah masif
menyebabkan pemanasan global.
Ditinjau dari aspek lahan yang digunakan, sebelum sampah
dikumpulkan di Sanitary Landfill, tentunya akan dikumpulkan terlebih dahulu
di TPS (tempat pembuangan sementara). Dalam proses pengumpulan ini,
sampah dibiarkan menumpuk dan terbuka atau open dumping. Hal ini tentu
menyebabkan polusi udara berupa bau untuk masyarakat sekitar. Bukan hanya
bau, gas-gas berbahaya yang dapat muncul dari sampah seperti, karbon
monoksida, nitrogen oksida, dan sulfur oksida juga akan terlepas ke udara dan
mencemarkan lingkungan.

C. Alternatif Solusi
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, daur ulang,
atau permbuangan dari material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia,
dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Praktik pengelolaan sampah berbeda-beda
antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, dan antara daerah perumahan dengan
daerah industri.Selain Sanitary Landfill, ada banyak cara untuk mengelola
sampah salah satunya adalah metode pemilahan sampah. Pemilahan sampah
adalah suatu kegiatan memisahkan sampah menjadi kelompok tertentu.
Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah yang
dapat digunakan dan dimanfaatkan. Metode ini juga sudah banyak digunakan di
negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Korea Selatan.
Dalam metode ini, kita akan memilah sampah menjadi beberapa
kelompok berdasarkan jenisnya. Sampah dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik atau sering disebut
sampah basah adalah sampah yang mudah membusuk atau bahannya mudah
terurai kembali ke alam, misalnya sampah dapur, sisa sayuran, sisa buah,dll.
Untuk sampah organik, dapat dilakukan penanganan yaitu pembuatan
kompos/pupuk yang dapat dilakukan di tiap rumah tangga. Proses pembuatan
pupuk kompos ini sangat mudah dan murah karena berasal dari sampah yang
sudah kita kumpulkan sendiri walaupun memakan waktu yang cukup lama dan
tidak semua sampah organik dapat diubah menjadi pupuk kompos. Sampah
organik yang dapat diubah menjadi pupus kompos, contohnya sampah sisa
makanan, kertas bekas atau tisu, dedaunan, potongan rambut, kotoran hewan
peliharaan,dsb. Sampah seperti kaca, minyak goreng, boks kardus makanan
bertekstur greasy merupakan contoh sampah organik yang tidak dapat diubah
menjadi pupuk kompos. Langkah pertama pembuatan pupus kompos ini adalah
menyiapkan wadah yang besar dan memasukkan tanah secukupnya ke dalam
wadah yang telah diisi sampah organik. Kemudian, menyiram permukaan tanah
dengan air secukupnya. Selanjutnya, masukkan sampah organik ke dalam
wadah lalu masukkan lagi tanah yang berpesan sebagai penutup sampah. Tutup
wadah tersebut secara rapat agar tidak terkontaminasi dan biarkan sekitar tiga
minggu.
Sedangkan sampah anorganik atau sering disebut sampah kering adalah
sampah yang tidak membusuk dan bahannya membutuhkan waktu lama untuk
terurai kembali ke alam bahkan ada yang tidak bisa terurai sama sekali,
misalnya sampah plastik, botol, kaleng, gabus(Styrofoam). Setelah sampah
dipilah, dapat dilakukan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R(Reuse,
Reduce, Recycle). Penerapan prinsip 3R ini dapat dijadikan solusi dalam
menjaga kelestarian lingkungan sekitar dengan cara yang sangat mudah dan
murah. Reuse adalah menggunakan kembali sampah yang masih bisa
digunakan, dengan fungsi yang sama ataupun fungsi yang berbeda. Salah satu
cara menerapkan prinsip ini adalah dengan memberikan barang-barang yang
dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi kepada yatim piatu, tentunya dalam kondisi
yang layak dengan harapan barang tersebut akan dipakai kembali. Selain itu,
bisa dengan menggunakan kembali wadah yang sudah kosong untuk fungsi
yang lain.
Selanjutnya, reduce adalah mengurangi segala sesuatu kegiatan yang
mengakibatkan munculnya sampah. Dengan prinsip reduce, maka kita
mengurangi pemakaian dari bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan.
Salah satu caranya adalah dengan mengurangi belanja barang-barang yang tidak
terlalu dibutuhkan. Selain itu, bisa juga dengan mengurangi penggunaan tissue
dan mengurangi penggunaan kertas. Prinsip yang terakhir, recycle, adalah
mengolah kembali sampah atau daur ulang menjadi suatu produk atau barang
yang dapat bermanfaat. Caranya adalah bisa dengan mendaur ulang sampah
botol plastik minuman menjadi wadah pot tanaman atau mengolah sampah
plastik menjadi kerajinan tangan sehingga sampahnya pun memiliki nilai jual
dan dapat menguntungkan juga.
D. Konsekuensi
Agar semua solusi alternatif yang ditawarkan dapat bercapai dan sesuai
dengan yang diharapkan, pengelola perlu mengucurkan sumber daya lebih
sehingga hasilnya dapat maksimal dan tidak mengulangi permasalahan yang
sama. Pemerintah diharapkan mau dan mampu mengucurkan dana lebih, baik
untuk pengoptimalan kerja alat, perwatan sarana dan prasarana, ataupun untuk
pelatihan para pekerja agar tidak terjadi kesalahan dalam pengolaan yang justru
bisa merugikan pihak pengelola ataupun massyarakat. Selain meperbaiki
kinerja sistem dan kualitas pekerja, pemerintah juga perlu memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang pemilahan sampah secara baik dan benar.
Pemerintah bisa belajar dari Negara Jepang perihal pemilahan sampah. Di
Jepang sendiri, edukasi mengenai pemilahan sampah sudah dimulai sejak dini
yakni pada anak-anak. Sistem pemilahan yang mereka gunakan pun tidak
sesederhana memisahkan antara sampah organik dan non-organik, melainkan
lebih mendetail lagi. Tujuannya Cuma satu, yakni agar pengelolaan tingkat
lanjut dari sampah itu dapat lebih mudah dilakukan dan tidak membebankan
pihak TPA serta pengaplikasian 3R (Reuse, Reduce, Recycle) bisa lebih mudah.
Secara garis besar, sampah dikelompokkan menjadi empat bagian yakni sampah
yang dapat dibakar seperti sampah kertas, plastik, karet, pipa, dan kulit; sampah
tidak dapat dibakar seperti plastic panjang(kabel dan selang), barang keramik,
besi , kaca, dan alat-alat elektronik lainnya; sampah berukuran besar seperti
perabot rumah; dan sampah berjenis botol dan kaleng. Tempat sampah yang
disediakan pemerintahmu dibedakan berdasarkan warna agar warga lebih
dimudahkan dalam membedakannya. Dan setiap jenis sampah memliki jadwal
pengumpulan sehingga masyarakat harus menyimpan sampah tersebut dirumah.
E. Kasus-Kasus
1. Kasus I-Tragedi di TPA Leuwigajah
TPA Leuwigajah adalah sebuah TPA yang berada di Bandung dan
merupakan TPA regional karena digunakan oleh 3 kota yaitu kota Bandung,
kota Cimahi dan kabupaten Bandung. TPA Leuwigajah dengan luas kurang
lebih 10 ha dibangun melalui proyek BUDP pada tahun 1982/1983,.TPA ini
pernah mengalami sebuah kejadian tragis yakni longsor yang melanda
permukiman dan menewaskan lebih dari 100 jiwa. Kejadian serupa juga
pernah terjadi beberapa waktu sebelum kejadian, namun pada saat itu belum
ada korban jiwa dan upaya perbaikanpun masih kurang memadai. Diduga
musibah in terjadi karena adanya sistem pengelolan sampah yang masih
amburadul dan musibah ini tercatat sebagai tragedy terbesar persampahan
dan perlingkunganan di Indonesia. Sebenarnya musibah ini tidak terjadi
melalui proses yang singkat, melainkan terjadi pada waktu bertahun-tahun.
Saat itu tumpukan sampah telah mencapai ketinggian 40-60 meter, namun
tidak memliki fasilitas pengamanan yang memadai.
Upaya emergency yang saat ini diambil oleh pemerintah Provinsi Jawa
Barat adalah menutup TPA Leuwigajah dan menerapkan teknologi tinggi
untuk mengolah sampah. Namun apakah yang mendasari masalah sebesar
ini bisa terjadi dan apakah ada terjadi kesalahan teknis dalam
pelaksanaannya? Berdasarkan tinjauan terhadap lokasi, TPA di leuwigajah
ternyata terlalu dekat dengan permukiman, dekat dengan sumber air
(sungai) dan bersebelahan dengan sawah, yang sebenarnya menyalahi
ketentuan persyaratan lokasi TPA (SNI No 03-3241-1994 tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi TPA) yang antara lain mensyaratkan jarak minimal
dengan sungai adalah 100 m, jarak dengan permukiman terdekat adalah 500
m, bukan merupakan lahan produktif dan lain-lain. Kondisi lokasi tersebut
sayangnya tidak didukung dengan masukan teknologi sanitary landfill yang
memadai, seperti tidak adanya system sel, saluran drainase , jaringan
pengumpul dan pengolahan leachate (pada awalnya ada, namun telah
tertimbun longsor yang pertama), jaringan pengumpul / ventilasi gas,
tanggul penahan (retaining wall) penutupan tanah dan lan-lain. Selain itu,
pengoperasian landfill dilakukan dengan cara open dumping dan tanpa
proses pemadatan, penutupan tanah serta diperparah dengan kehadiran para
pemulung yang merupakan masalah pelik dan dilematis. Selain itu
ketinggian timbunan yang mencapai 40-60 m memiliki kemiringan yang
sangat curam (kemiringan ideal adalah 30 derajat) berpotensi menyebabkan
ledakan dan longsor. Ledakan yang disertai longsor kemungkinan
disebabkan karena tingginya akumulasi gas dalam timbunan sampah yang
mencapai ketinggian 40-60 m dan tanpa ada ventilasi gas serta beratnya
beban sampah. Hal tersebut diperparah oleh tingginya Leachate yang
dihasilkan yang justru dibiarkan mengalir begitu saja ke sungai tanpa
proses pengolahan sehingga mencemari lingkungan. Tidak adanya zona
penyangga (buffer zone) menyebabkan dampak negatif aktifitas TPA akan
langsung mengenai lingkungan atau permukiman terdekat.
Jika ditinjau dari aspek manajemen, keterbatasan biaya pengelolaan
TPA merupakan hal yang biasa terjadi diberbagai TPA di Indonesia, alokasi
biaya pengelolaan TPA Leuwigajah kurang lebih Rp 5000,- per m3
sedangkan untuk menerapkan operasi landfill secara benar sedikitnya
dibutuhkan biaya Rp. 15.000,- per m3. Alokasi biaya untuk pengelolaan
sampah sangat erat kaitannya dengan penerimaan retribusi dan subsidi
Pemerintah Kota/kab., rendahnya penerimaan retribusi biasanya karena
tidak jelasnya system perhitungan retribusi. Komponen pembiayaan yang
proporsional antara pengumpulan : pengangkutan : pembuangan akhir
adalah 30%: 40% : 30 %. Kelemahan pelaksanaan manajemen pengelolaan
sampah disebabkan juga karena lemahnya penerapan peraturan yang ada
(perda, SNI dan NSPM) serta lemahnya kordinasi antar instansi maupun
antar daerah . Selain itu juga mekanisme pengawasan dan sanksi atas
penyimpangan pelaksanaan pengelolaan sampah atau pengelolaan TPA
tidak ada. Masyarakat sebagai penghasil utama sampah juga masih kurang
berperan dalam upaya-upaya pengurangan volume sampah maupun
pembayaran retribusi secara cost recovery sehingga semua sampah hanya
dibuang ke TPA yang berujung pada masalah pencemaran lingkungan.
Sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi di TPA Leuwigajah dan
TPA bermasalah lainnya, pengelola seharusnya melaksanakan rehabilitasi
TPA dengan mengacu pada hasil kajian para ahli. Selain itu, pengelola
ataupun pemerintah bisa mempersiapkan DED TPA baru secara akurat,
memenuhui spesifikasi teknis dan sesuai SOP.
2. Kasus II- IPAL TPA Sanitary Landfill
Instalasi pengolahan air limbah milik TPA model sanitary landfill di
Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, Pati gagal dalam mengolah air
limbah dari timbunan sampah yang terjadi sejak awal pengoperasian TPA
baru itu. Hal itu menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap sungai-
sungai tempat limbah itu di keluarkan. Pengelolaan air limbah berbasis
sanitary landfill seharusnya lebih aman bagi lingkungan jika dikelolah
secara baik. Pada kondisi idealnya, setiap lendi atau leachate harus melalui
tujuh tahap pengolahan dimana pada setiap bak penampungan, seluruh harus
di endapkan terlebih dahulu sampai kondisinya benar-benar aman bagi
lingkungan dan bisa disebut sebagi air buangan dan setiap tahapan
memerlukan waktu beberapa bulan. Namun, yang terjadi di TPA Desa
Sukoharjo justru tidak sesuai dengan SOP tersebut. Dari hasil tinjau
lapangan , semua air yang seharusnya ada di tujuh bak pengolahan dan satu
bak resapan justru tidak dibedakan sehingga air limbah yang masih baru dan
yang sudah lama justru bercampur dan ketika dialirkan ke sungai, kondisi
limbah masih sangat berbahaya. Akibatnya dalah, ribuan ikan nila merah
dan hitam yang coba dipelihar pada bak terakhir mati tak bersisa. hal tersbut
sempat viral dan ramai di perbincangkan.
Sebenarnya akar permasalahannya hanya satu, yakni masih kurangnya
kesadaran dari pihak pengelola TPA dalam menjalankan semua SOP yang
ada serta masih minimnya pemahaman merka dalam pengolahan sistem ini.
Solusi dari permasalahan ini adalah penerapan kembali semua proses yang
sesuai SOP dan perlunya pelatihan kepada pengawas dan pengelola tentang
cara kerja sistem sanitary landfill ini. Selain itu, untuk mengurangi dampak
kerusakan lingkungan yang sudah di ciptakan sebelumnya, pihak pengelola
perlu melakukan tinjauan terhadap kualitas air sungai tempat limbah itu
dialirkan serta melakukan bioremediasi agar biota air yang ada di sungai
dapat kembali kekeadaan asalanya. Contoh bioremediasi yang bisa
diterapkan adalah penaburan mikroba yang bisa mencernah zat berbahaya
tersebut serta menghimbau masyarakat untuk tidak mengkonsumsi ikan dari
sungai tercemar pada periode tertentu.

III. Kesimpulan
Sampah tentunya merupakan hal yang tak terhindarkan dari aktivitas manusia.
Sampah dapat berdampak buruk apabila tidak diolah dengan baik dan benar. Sebagai
manusia, kita harus bijak dalam menangani sampah. Dimulai dari melakukan
pemilahan sampah, pengurangan volume sampah, serta pengolahan sampah. Kita juga
dapat memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif yang dapat berguna bagi
kehidupan. Sebagai contoh sampah dapat menjadi gas metana yang dapat dimanfaatkan
menjadi sumber energi listrik. Hal itu dapat terjadi jika kita memanfaatkan sistem
Sanitary Landfill dengan baik. Sumber daya manusia juga mendukung permasalahan
sampah. Maka dari itu pendidikan tentang sampah harus diterapkan pada masyarakat
sejak dini agar dikemudian hari pengolahan dan pemanfaatan sampah dapat berjalan
dengan baik.
IV. Daftar Pustaka
http://www.ilmusipil.com/sistem-sanitary-landfill
https://www.sciencedirect.com/topics/earth-and-planetary-sciences/sanitary-landfill
https://study.com/academy/lesson/sanitary-landfills-definition-and-issues.html
sumber berita:
http://www.ampl.or.id/digilib/read/kisah-tragis-tpa-leuwigajah-/21230
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/68819/ipal-tpa-sanitary-landfill-gagal-
memproses-air-limbah

Anda mungkin juga menyukai