Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pencemaran Sampah

DOSEN PEMBIMBING
Yunicho, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

- Taufik Al-Hidayah
- Magfira Ramadani Syam
- Rini Yuniarti
- Nur Alizah
- Fatmawati

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PRODI D3 SANITASI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmanirrahim
           
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini Alhamdulillah tepat pada waktunya
berjudul “Pencemaran Sampah”
Makalah ini berisikan tentang informasi dasar, salah satu diantaranya mengenai peraturan
perundang undangan yang mengatur mengenai pencemaran sampah . Saya harap makalah ini dapat
memberikan informasi kepada pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah swt. Selalu meridhai usaha kita.

            
                                                                                   Makassar, 1 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................


1.2 Rumusan masalah................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pencemaran Sampah...........................................................................

2.2. Pelaku Pencemaran Sampah..............................................................


2.3. Dampak Pencemaran Sampah............................................................
2.4. Faktor Penyebab Pencemaran Sampah ..............................................
2.5. Peraturan Perundang Undangan yang Mengatur Pencemaran Sampah
2.6. Solusi dalam menghadapi Pencemaran Sampah ................................

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan......................................................................................

3.2 Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampah adalah hal yang tidak asing lagi bagi kita. Setiap harinya
kita bersentuhan dengan sampah. Sampah ialah material yang sudah
tidak diinginkan. Sampah yang kita hasilkan sangatlah bermacam-
macam. Jenis sampah berdasarkan sumbernya yakni sampah
alam,sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah
industri, dan sampah pertambangan. Berdasarkan sifatnya yakni sampah
organik dan sampah anorganik.
 
Di kota-kota besar sampah sudah menjamur di mana-mana dan hal
ini sudah menjadi pemandangan yang biasa. Tumpukan-tumpukan
sampah tak diurus dan dibiarkan begitu saja. Bahkan, tidak sedikit pula
masyarakat yang tinggal di perumahan kumuh. Kurangnya kepedulian
masyarakat akan kebersihan lingkungan pastilah memberikan dampak
negatif yang besar pengaruhnya.

Salah satu masalah yang masih dihadapi oleh negara kita adalah
perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan,hal
ini disebabkan oleh minim/kurang nya kesadaraan masyarakat untuk
menjaga lingkungan tempat mereka tinggal.hal ini lah yang
menyebabkan timbulnya banyak masalah yang terjadi seperti sekarang
ini antara lain seperti banjir, pencemaran sumber air,serta beberapa
penyakit yang diakibat kan oleh lingkungan yang tercemar.

Hal ini terjadi karna masih minimnya kesadaran masyarakat


terhadap lingkungan serta hukum yang masih kurang tegas,jadi
sebaiknya pemerintah lebih tegas terhadap masyarakat yang membuang
sampah sembarangan.   
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Pencemaran Sampah?


2. Siapa saja pelaku Pencemaran Sampah?
3. Apa saja dampak Pencemaran Sampah?
4. Apa saja Faktor Penyebab Pencemaran Sampah?
5. Peraturan Perundang undangan yang Mengatur Pencemaran Sampah?
6. Bagaimana Solusi dalam Menghadapi Pencemaran Sampah?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi Pencemaran Sampah
2. Untuk mengetahui siapa saja pelaku Pencemaran Sampah
3. Untuk mengetahui apa saja dampak Pencemaran Sampah
4. Untuk mengetahui apa saja Faktor Penyebab Pencemaran Sampah
5. Untuk mengetahui apa Peraturan Perundang undangan yang Mengatur
Pencemaran Sampah
6. Untuk mengetahui apa Bagaimana Solusi dalam Menghadapi Pencemaran
Sampah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pencemaran Sampah

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk


hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara.
Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air
atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan
menetapkan baku mutu lingkungan. Pencemaran terhadap lingkungan
dapat terjadi di mana saja dengan laju yang sangat cepat, dan beban
pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam te rsebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah
dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
2.2 Pelaku Pencemaran Sampah

Masalah sampah tidak hanya sekedar bagaimana mengolah atau


mengelola sampah saja, tetapi juga terkait dengan masalah
budaya/sosiologi masyarakat. Masyarakat Indonesia umumnya tidak
peduli tentang sampah, suka buang sampah sembarangan, dan
cenderung mementingkan diri sendiri. Paradigma yang salah ini
mungkin merupakan salah satu penyebab kenapa banyak program
tentang sampah yang tidak berhasil. Merubah paradigma masyarakat
tentang sampah menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu.

Contoh sederhana saja. Di sebuah lahan terdapat patok dengan


pengumuman yang sangat mencolok: DILARANG BUANG SAMPAH
DI SINI. Pada kenyataannya masih banyak orang yang membuang
sampah di tempat itu. Atau larangan-larangan senada lainnya, seperti:
DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI, BUANGLAH
SAMPAH PADA TEMPATNYA, YANG BUANG SAMPAH DI SINI
SETAN. Pengumuman-pengumuman itu seperti hanya sebuah tempelan
kosong tanpa arti, seperti macan tak punya gigi, tidak ada orang yang
memperhatikan atau mematuhi larangan tersebut. Contoh lain,
pemerintah atau lembaga-lembaga lain sudah cukup lama menyediakan
tiga tempat sampah yang berbeda. Satu tempat sampah untuk limbah
plastik atau logam, satu tempat sampah untuk limbah kertas, dan satu
lagi tempat sampah untuk limbah organik. Tulisannya dibuat besar
sekali, warnanya menyolok, dan masih terbaca dengan jelas dari jarak
yang cukup jauh. Warnanya pun dibuat berbeda-beda. Masalahnya
sekarang, apakah warga atau masyarakat sudah membuat sampah sesuai
dengan tempatnya. Jawabannya adalah tidak. Mereka membuang
sampah semaunya sendiri tampa memperhatikan tulisan-tulisan tersebut.

Pemerintah juga sudah mencoba membuat peraturan daerah


tentang sampah yang akan menghukum orang yang membuang sampah
sembarangan. Salah satunya denda Rp 50.000,00 untuk orang yang
ketahuan membuang sampah sembarangan. Apakah peraturan daerah ini
pernah diberlakukan? Sudahkan ada orang yang didenda karena
membuang sampah sembarangan? Jawabannya kita sudah tahu
semuanya. Peraturan ini cuma sekedar tulisan di atas kertas.
2.3 Dampak Pencemaran Sampah

1.      Dampak Sampah Bagi Kesehatan


- Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
-  Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

- Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
- Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya
bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan
mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup
manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis,
pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.
- Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.

2.      Dampak Sampah Terhadap Lingkungan


        Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies
akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian
sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi
dapat meledak. Sampah  juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air,
tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
3.      Dampak Sampah terhadap keadaan social dan ekonomi
- Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
-  Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

- Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat


kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
- Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
- Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.

2.4 Faktor Penyebab Pencemaran Sampah

Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini bisa


terbentuk   dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah:

a. Sistem kepercayaan masyarakat terhadap perilaku membuang sampah.


Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat menganggap
bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu hal yang salah dan
wajar untuk dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat merasa bahwa perilaku
membuang sampah sembarangan ini bukan suatu hal yang salah dan tidak
berdosa.
b. Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, tetangga, sekolah, lingkungan
kampus, atau bahkan di tempat-tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan
merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku. Perilaku
membuang sampah sembarangan ini tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh
lingkungan sekitar. Saat ini, dalam menangggapi masalah pembuangan sampah
sembarangan sudah menjadi pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal
karena semua orang melakukannya. Secara tidak sadar maka perilaku membuang
sampah sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku yang terinternalisasi
di dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang
salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah adalah
dengan imitasi dan sebagain besar masyarakat belajar suatu perilaku adalah
dengan imitasi.
c. Perceived behavior control Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa
lebih mudah untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang
tidak akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah
di pinggir jalan.

2.5 Peraturan Perundang Undangan yang mengatur Pencemaran Sampah

David Azoulay, Environmental Health Director, Center for International


Environmental Law (CIEL): "Keputusan hari ini menunjukkan bahwa negara-negara
pada akhirnya saling berkejaran dengan urgensi dan besarnya isu pencemaran plastik dan
menunjukkan bagaimana ambisi kepemimpinan di tingkat internasional untuk
memecahkan masalah. Pencemaran plastik secara umum dan limbah plastik secara
khusus tetap menjadi ancaman besar bagi semua warga dunia dan planet kita, tetapi kita
didukung oleh Konvensi Basel dengan keputusan ke depan yang kuat yang akan kita
butuhkan untuk menangani pencemaran plastik dari akarnya, dimulai dari pengurangan
produksi."
Kontak: David Azoulay, +41 78 75 78 756, dazoulay@ciel.org

Von Hernandez, Global Coordinator, Break Free from Plastic: “Keputusan ini
merupakan langkah penting untuk menghentikan memperlakukan negara berkembang
sebagai tempat pembuangan sampah plastik dunia, terutama sampah plastik dari negara-
negara kaya. Negara-negara penerima sampah campuran dan sampah plastik yang tidak
dipilah dari negara-negara maju sekarang punya hak untuk menolak menerima
pengapalan sampah-sampah yang bermasalah, sebaliknya mendesak negara-negara
pengirim untuk memastikan ekspor plastik yang bersih, dan hanya yang dapat
didaurulang. Meskipun demikian, daurulang saja tidak cukup. Yang terpenting, produksi
plastik harus dikurangi secara signifikan untuk menyelesaikan krisis pencemaran plastik
ini."
Kontak: Von Hernandez, +63 9175263050, vonhernandez (Skype)

Martin Bourque, Executive Director, Ecology Center, California: "Daurulang


seharusnya merupakan bagian dari solusi, peraturan ini akan membantu mencegah
sampah yang dapat didaurulang menjadi sumber pencemaran. Pengakuan palsu dari
industri plastik tentang daurulang plastik menciptakan bencana di wilayah permukiman
masyarakat dan ekosistem di seluruh dunia. Kesepakatan baru ini meningkatkan patokan
daur ulang plastik yang bermanfaat bagi masyarakat di seluruh dunia dan planet kita, dan
membantu memulihkan kepercayaan konsumen bahwa daurulang masih dapat
dipertanggungjawabkan sebagai tindakan yang benar.”
Kontak: Martin Bourque, martin@ecologycenter.org
Mageswari Sangaralingam, Research Officer, Friends of the Earth Malaysia:
"Kontrol terhadap perdagangan plastik sangat dibutuhkan untuk menghentikan
pembuangan sampah ke belahan Selatan. Penerapan Prior Informed Consent adalah satu
lengkap maju untuk menyelesaikan isu limbah plastik dan krisis pencemaran plastik.
Daur ulang saja tidak cukup, kita harus membebaskan diri dari plastik."
Kontak: Mageswari Sangaralingam, +60128782706, magesling@gmail.com

Dr Tadesse Amera, Co-Chair, International Pollutants Elimination Network


(IPEN), Ethiopia: "Afrika sangat paham apa yang disebut sebagai tempat pembuangan
sampah dari pengalaman kami sebagai tempat pembuangan sampah elektronik negara-
negara maju. Keputusan ini akan membantu mencegah benua Afrika menjadi tempat
pembuangan sampah plastik setelah negara-negara di Asia menutup semua pintu."
Kontak: Tadesse Amera, +251911243030 (phone/whatsapp), tadesseamera@ipen.org

Prigi Arisandi, Founder, Ecoton, Indonesia: "Kami berharap amandemen Konvensi ini
akan dapat mengurangi pencemaran di lautan — di lapangan di Indonesia kami akan
melanjutkan memantau perdagangan sampah plastik, dan mendorong pemerintah untuk
mengelola dan mengontrol sampah plastik yang diimpor dengan baik. Kami menghimbau
negara-negara pengekspor sampah plastik untuk mentaati kewajiban mereka untuk
mengelola sampah di negeri sendiri dan tidak membuangnya di negara-negara belahan
Selatan dan pemerintah Indonesia untuk memperketat pengaturan dan Bea Cukai
memperkuat kontrol masuknya sampah plastik."
Kontak: Prigi Arisandi, +62 8175033042, prigi@ecoton.or.id

Yuyun Ismawati, Co-founder, BaliFokus/Nexus3 Foundation, Indonesia:


"Amandemen ini dapat merubah permainan perdagangan plastik dan memaksa semua
negara untuk menetapkan standar yang lebih tinggi untuk mengelola sampah plastik
dengan baik. Plastik yang mengandung bahan berbahaya beracun yang dibuang oleh
masyarakat kaya di negara lain tidak akan mencemari dan membebani masyarakat miskin
di negara lain.”
Kontak: Yuyun Ismawati, +447583768707, yuyun@balifokus.asia

Sirine Rached, Global Policy Advocate, Global Alliance for Incinerator Alternatives
(GAIA): "Adil rasanya bagi setiap negara untuk menggunakan hak mereka untuk
menolak pencemaran plastik yang dikirimkan ke perbatasan-perbatasan mereka. Cina
mengangkat ambisi itu, dengan alasan agar negara-negara menggunakan hak untuk
menolak hampir semua impor limbah plastik, tetapi hasil akhirnya adalah kompromi.
Karena serangan pembuangan sampah plastik akan berlanjut selama satu tahun sampai
langkah-langkah dalam kesepakatan mulai diberlakukan, GAIA menyerukan kepada
negara-negara berkembang untuk melindungi diri dari pembuangan limbah plastik global
dengan cara melarang impor plastik kotor sesuai dengan hukum yang berlaku di negara
masing-masing. Semua negara dapat mengatasi masalah pencemaran plastik sambil
mengatasi perubahan iklim, dengan berfokus pada pengurangan plastik dan beralih ke
sistem Zero Waste yang bebas dari teknologi kotor seperti pembakaran atau plastik-
menjadi-bahan bakar."
Kontak: Sirine Rached, +33 6 76 90 02 80, sirine@no-burn.org

Jim Puckett, Executive Director, Basel Action Network (BAN): "Hari ini kita telah
mengambil awal langkah besar untuk membendung gelombang limbah plastik yang
sekarang mengalir dari negara-negara maju yang kaya ke negara-negara berkembang di
Afrika dan Asia, semuanya atas nama "daur ulang", tetapi menyebabkan pencemaran
dalam skala besar dan berbahaya, baik di darat maupun di laut. Ekonomi sirkular yang
sejati tidak pernah dimaksudkan untuk mengedarkan pencemaran ke seluruh dunia. Hal
ini hanya dapat dicapai dengan menghilangkan eksternalitas negatif dan tidak hanya
mendorong ide ekonomi sirkular ini ke negara-negara berkembang."
Kontak: Jim Puckett, jpuckett@ban.org

Tim Grabiel, Senior Lawyer, Environmental Investigation Agency (EIA):


“Amandemen Konvensi Basel adalah pilar penting arsitektur global yang muncul untuk
mengatasi pencemaran plastik. Badan-badan internasional lainnya sekarang harus
melakukan bagian mereka, termasuk langkah-langkah ambisius di bawah IMO
(International Maritime Organisation) dan akhirnya perjanjian PBB baru yang akan
mengikat secara hukum. Uni Eropa adalah pendukung vokal dan aktif dari amandemen
Basel untuk isu plastik ini, yang mengusulkan untuk meningkatkan ambisi bahwa hanya
sampah plastik bersih yang tidak akan dikenai aturan notifikasi awal. Uni Eropa tidak
hanya memimpin dengan memberi contoh tetapi membawa strategi plastiknya ke tingkat
internasional.”
Kontak: Tim Grabiel, +33 6 32 76 77 04, tgrabiel@gmail.com

2.6 Solusi dalam Menghadapi Pencemaran Sampah

1. Reduce (Mengurangi Sampah)


- Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik
pembungkus barang belanja.
- Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru
setiap kali habis.
- Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar
daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama.

2. Re-use (Menggunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai)


- Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah.
- Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus.
- Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat 
pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya.

3. Recycle(Daur Ulang Sampah)


- Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang.
- Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang.
- Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sampah ialah material yang sudah tidak diinginkan lagi. Sampah juga bermacam-
macam jenisnya mulai dari sumbernya,bentuknya maupun sifatnya. Menurut para ahli,
masalah sampah juga terkait dengan masalah budaya dan sosiologi masyarakat Indonesia.

Sampah memiliki banyak dampak negatif bagi kehidupan. Misalnya saja


bagi  kesehatan, sampah dapat menimbulkan berbagai macam penyakit dan kematian.
Bagi lingkungan, sampah juga dapat mencemari air bersih dan dapat menyebabkan banjir.
Selain itu, sampah juga memberi dampak negatif terhadap keadaan social dan
ekonomi masyarakat.

Pemanfaatan sampah yang baik dan benar dapat mendatangkan banyak manfaat.
Bahkan sampah-sampah tersebut dapat kita daur ulang menjadi aneka kerajinan tangan
dan sesuatu yang berguna seperti pupuk kompos.

3.2 Saran

Melihat dampak negatif sampah yang ternyata sangat banyak dan berbahaya di atas,
kita sebagai warga Indonesia yang baik dapat mengantisipasinya dengan cara membuang
sampah di tempatnya, memilah-milah sampah organik dan anorganik saat membuangnya,
dan memanfaatkan sampah yang masih layak pakai untuk kita jadikan barang yang
berguna.
DAFTAR PUSTAKA

https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/articlepdf/PERMASALAHAN%20SAMPAH%20DAN
%20%20SOLUSINYA.pdf

http://harmonish.blogspot.com/2012/02/bahaya-sampah-sampah-bagi-manusia-dan.html.

http://mily.wordpress.com/2009/01/04/makalah-bahaya-sampah/..

http://sedaja2.blogspot.com/2011/03/penanggulangan-sampah.html.

https://fatihfadhil.wordpress.com/2013/11/04/makalah-perilaku-buang-sampah-sembarangan/

https://www.nexus3foundation.org/post/2019/05/10/pbb-memutuskan-untuk-mengontrol-
pembuangan-sampah-plastik-global
http://kuliahkusuka.blogspot.com/2013/06/makalah-tentang-solusi-sampah.html

Anda mungkin juga menyukai