Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sampah adalah barang/material sisa yang tidak diinginkan dari hasil akhir sebuah
proses tertentu. Sampah ada karena ada aktivitas manusia. Karena, proses alam tidak
memnghasilkan sampah. Hampir setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan agtau
sampah. Sampah dapat dalam bentuk padat, cair atau gas. Sampah terbentuk dari berbagai
sumber. Salah satu sumber sampah dapat berasal dari konsumsi manusia sebagai pengguna
barang. Sebenarnya, sampah dapat berasal dari aktivitas nuklir, industri, pertambangan dan
manusia sendiri dalam bentuk feses dan urin. Sampah yang sering dipahami adalah sampah yang
dibuang ke tempat sampah.
Secara umum, jenis sampah dapat dibagi dua, yaitu sampah organik (biasa disebut
sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering).
Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah
dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.
Sebaliknya, sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, tidak dapat terurai secara alami.
Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material
yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat bergantung dari jenis
material yang kita konsumsi.
Di kota-kota besar, sampah merupakan masalah yang harus diatasi karena
jumlahnya semakin banyak dan sering menimbulkan masalah. Masalah yang timbul antara lain,
sulitnya mencari lahan untuk tempat pembuanagn sampah. Lahan-lahan di perkotaan sangat
terbatas sehingga sulit mencari tempatyang layak sebagai tempat pembuangan sampah dalam
jumlah banyak. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah ke tempatnya pun masih
kurang.
Masyarakat yang berada di dekat sungai banyak yang membuang sampah langsung
ke sungai dan akibatnya sampah menumpuk dan aliran sungai tersumbat. Selain menyebabkan
air menjadi kotor dan tercemar, hal ini tentu saja dapat menyebabkan bencana banjir jika musim
penghujan tiba.

1
Sampah juga merupakan sumber penyakit yang dapat menganggu kesehatan
masyarakat. Sampah merupakan sumber kuman dan bibit penyakit yang dapat membahayakan
kesehatan manusia. Sampah menyebabkan bau tidak sedap dan membuat lingkungan menjadi
tidak nyaman. Sampah juga merupakan pemicu terjadinya pemanasan global akibat terjadi
penumpukan sampah. Dengan banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh sampah, maka perlu
diadakan pengelolaan sampah.

1.2  Rumusan masalah


1. Apa itu pencemaran lingkungan ?
2. Apa saja jenis-jenis pencemaran lingkungan ?
3. Apa itu sampah padat ?
4. Apa saja jenis-jenis sampah padat ?
5. Bagaimana pengelolaan sampah ?
6. Bagaimana hubungan antara sampah dengan kesehatan lingkungan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dan jenis-jenis pencemaran;
2. Mengetahui apa itu sampah padat dan jenis-jenisnya;
3. Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah;
4. Mengetahui hubungan antara sampah dengan kesehatan lingkungan;
5. Melengkapi salah satu tugas mata kuliah Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan;

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan


Salah satu permasalahan kesehatan masyarakat adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran
sangat tergantung waktu dan tempat. Pencemaran pada hakikatnya merupakan perubahan
komposisi unsur atau komponen lingkungan, bisa berupa penambahan ataupun pengurangan,
sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan / atau komponen non kehidupan, pada
waktu dan tempat tertentu. Potensi bahaya pencemaran lingkungan bisa berupa kerugian
material, misalnya perusakan benda-benda kuno, bangunan, sedang dampak terhadap komponen
kehidupan termasuk perkebunan, binatang dan utamanya kesehatan manusia.
Pencemaran lingkungan baik komponen lingkungan udara, air, pangan seringkali diidentikan
dengan keberadaan berbagai agent penyakit dalam media tersebut. Keberadaan agen penyakit
inilah yang disebut sebagai komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kesehatan atau
gangguan timbulnya penyakit.
Pencemaran lingkungan serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dapat dibagi
menurut keperluan diskusi dan pembahasan. Paling sering membahas pencemaran lingkungan
berdasar meia yang mengandung bahan pencemar, yaitu :
a.       Pencemaran udara (baik udara dalam bangunan indoor ataupun udara luar bangunan seperti
jalan raya)
b.      Pencemaran air
c.       Pencemaran media pangan
Pada kenyataannya pembahasan ketiganya sering bercampur sulit dipisah-pisahkan dan yang
jelas semua bermuara pada dampak kesehatan masyarakat.

2.2 Jenis-Jenis Pencemaran


1. Pencemaran udara
Semua makhluk hidup pasti membutuhkan udara. Udara tersebut digunakan makhluk hidup
untuk bernafas. Oleh karena itu, udara yang dibutuhkan adalah udara yang bersih dan tidak
tercemar polusi udara. Pada saat sekarang ini, khususnya di kota-kota besar kita sulit mencari

3
udara yang bersih. Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar sudah sangat tinggi. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya sumber polusi udara yang ada di kota-kota. Banyaknya kendaraan
bermotor yang mengeluarkan gas buang adalah salah satu sumber polusi udara. Asap rokok dan
asap dari pabrik-pabrik juga merupakan penyebab polusi udara yang banyak terjadi di kota-kota
besar.
Pencemaran (polusi) udara akan sangat menganggu kelestarian makhluk hidup. Pencemaran
udara ini berakibat langsung merusak kesehatan manusia melalui pernapasan. Akibat
pencemaran udara juga akan berbahaya dan dampak bagi kelangsungan makhluk hbidup lain,
seperti hewan dan tumbuhan. Dengan demikian, kebutuhan akan udara bersih terhadap semua
makhluk sangat penting sekali. Udara dapat memengaruhi keberlangsungan makhluk hidup dan
lingkungannya. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan udara agar dapat hidup dan
bernapas. Hanya saja udara yang dibutuhkan oleh manusia dengan tumbuh-tumbuhan tidak
sama. Manusia membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Sedangkan tumbuh-
tumbuhan pada waktu fotosintesis disiang hari membutuhkan zat karbondioksida dan
mengeluarkan oksigen. Berarti antara tumbuh-tumbuhan dengan manusia saling menunjang
dalam kebutuhan akan udara.
Tumbuh-tumbuhan selain berfotosintesis juga bernapas, pada saat bernapas tumbuh-tumbuhan
membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Tetapi pada saat tumbuh-tumbuhan
berfotosintesis membutuhkan udara yang berlainan dengan manusia yakni apa yang dikeluarkan
oleh manusia dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan, berarti saling menunjang.

Pencemaran udara dapat dibedakan menjadi 3 jenis.


1.      Pencemaran yang disebabkan oleh gas. Pencemaran ini ditimbulkan oleh adanya proses kimia
antara benda padat dan cair yang karena dipanaskan akan menguap dan bisa menimbulkan gas
buang. Misalnya, gas buang dsri bahan bakar kedaraan atau asap-asap dari cerobong pabrik.
2.      Pencemaran Aerosol, yaitu suatu suspensi di udara yang dapat bersifat padat atau kabut cair.
3.      Pencemaran disebabkan atau ditimbulkan netraksi karena debu-debu kimia.
Sebab-sebab yang menimbulkan mencemaran udara sebagai berikut.
1.      Pembakaran oleh pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, rumah tangga.
2.      Debu tanah
3.      Virus/bakteri dari penderita melalui pernapasan.

4
Penyakit yang timbul akibat pencemaran udara sebagai berikut.
1.      Penyakit mata
2.      Penyakit paru-paru (TBC), saluran pernapasan
3.      Penyakit syaraf.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi tingkat polusi udara dan
menjaga kebersihan udara.
1.      Melakukan penghijauan
2.      Membuat hujan buatan
3.      Mengalirkan udara kotor ke tempat tertentu atau dengan jalan membakar udara, kedua cara ini
khusus untuk udara yang mengandung gas.
Untuk udara yang mengandung debu, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Membuat kamar pengendap yaitu mengalirkan udara ke tempat yang mengendap sehingga udara
itu mengendap;
b.      Menyaring debu yang mengandung partikel.
Cara mencegah pencemaran udara akibat kendaraan bermotor dapat dilakukan beberapa cara
sebagai berikut.
a.       Usahakan menggunakan bahan bakar yang paling sedikit mengeluarkan asap.
b.      Memperlancar kemacetan lalu lintas, karena asap dari kendaraan bermotor akan lebih banyak
bila lalu lintas macet.
c.       Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan
angkutan missal, seperti bus dan kereta api diperbanyak.
d.      Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah
satu solusi. Sebab, semakin tua kendaran, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi
untuk memberikan kontribusi polutan udara.
Potensi terbesar polusi oleh kendaran bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
e.       Mengurangi polusi tidur, pemberian penghambat laju kendaraan di pemukiman atau gang-gang
yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi. Kendaraan
bermotor akan memperlambat laju, sehingga memperbanyak polusi.

5
f.       Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun
secara uji petik (spot check).
g.      Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
2. Pencemaran air
Air menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup dan tidak mungkin bisa mempertahankan
hidupnya tanpa air. Dan untuk menjaga kesehatan kita tidak bisa memanfaatkan semua air tanpa
memisahkan air yang bersih dan yang kotor. Walaupun manusia tidak hidup di dalam air,
manusia tidak bisa hidup tanpa air. Kebutuhan manusia akan air tidak hanya untuk minum,
mencuci dan semua keperluan juga membutuhkan air bersih.
Air yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang bersih/jernih, tidak berasa, tidak berbau,
dan tidak mengandung kuman atau bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
Cara untuk mendapatkan air yang bersih dapat dibagi menjadi tiga macam.
1.      Air tanah, misalnya mata air, sumur gali, atau sumur bor.
2.      Air permukaan, misalnya dari sungai, danau, laut, air yang diolah secara ilmiah seperti air kali
yang dibersihkan menjadi air minum.
3.      Air hujan yaitu air yang jatuh dari ruang angkasa.
Untuk mendapatkan air tanah yang memenuhi kesehatan, sumber air itu harus jauh dari tempat
pengambilan air. Oleh karena itu, untuk mencegah agar air sumur tidak tercemar dapat dilakukan
sebagai berikut.
a.       Lantai di sekitar sumur harus dibuat kedap air, artinya diplester 1 meter dari permukaan tanah ke
bawah, agar tidak mudah menyerap air yang kotor dari atas.
b.      Apabila sumur gali maka dinding sumur, antara jarak 2 meter sampai 3 meter dari permukaan
tanah harus diplester agar tidak mudah merembes langsung air kotor.
c.       Bila sumur gali, janganlah meletakkan timba (ember) di ats tanah, buatlah gantungan khusus.
Pencegahan pencemaran jenis air permukaan pun dilakukan. Bila air sungai yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari, sungai harus dijaga kebersihannya dari pencemaran. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah polusi air diantaranya sebagai berikut.
a.       Jangan membuang sampah di sungai.
b.      Jangan mengadakan penebangan pohon-pohon yang berada di hulu sungai di badan sungai
sepanjang sungai itu.

6
c.       Jangan membuang air limbah yang mengakibatkan rusaknya air sungai.
Sedangkan untuk mencegah pencemaran air laut, sebagai berikut.
a.       Jangan merusak sungai, jagalah kebersihannya dengan tidak mengotori sungai karena sungai
akan mengalir ke laut.
b.      Janganlah memasukkan gas/zat yang merusak air. Hindarkan kebocoran pipa-pipa bahan bakar
dalam laut dan kapal yang mengangkuy bahan bakar di laut.
Pencemaran air laut akan banyak mengakibatkan kerugian-kerugian bagi manusia, terutama
dapat merusak ekosistem laut.
4. Pencemaran media pangan
Salah satu komponen lingkungan yang berinteraksi dengan manusia dan sering kali
mengalami pencamaran adalh pangan atau makanan. Bebrapa dari bahan toksik (pencemaran
lingkungan) merupakan xenobiotic (foreign) to human biochemistry. Berbagai bahan “asing” ini
memiliki potensi berbahaya bagi manusia. Berbagai bahan kimia di tanah bisa berada di dalam
tubuh manusia, melalui media makanan. Berbagai agent penyakit dapat masuk atau kontak ke
dalam tubuh manusia.
Keberadaan bahan kimia: baik yang intentional seperti food additives, maupun yang
unintentional yakni cemaran bahan kimia, mulai dari penanaman (bahan baku pangan) hingga
ketika disajikan di atas meja. Food additives digunakan secara luas. Definisi food additives
(Federal Food Drug and Cosmetics) adalah any substance the intended use of which result or
may reasonably be excepted to result, directly or indirectly, in its becoming a component or
otherwise affecting the characteristics of any food. Secara teknis food additives adalah bahan
atau campuran berbagai bahan di luar selain bahan dasar pangan yang terdapat dalam makanan
sebagai hasil dari baik sebuah proses pembuatan, proses penyimpanan, packaging. Berbagai
bahan ini memang disengaja dan dibolehkan menurut aturan perundangan. Hal ini berbeda
dengan unintentional – atau makanan yang secara tidak sengaja ada dalam pangan tersebut atau
lazim dikenal sebagai ‘tercemar’.
Food contaminant, juga bisa berupa mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme ini berada di
dalam pangan terutama pascapanen, penyimpanan maupun proses penyajian. Misalnya jamur,
bakteri, serangga, kencing tikus, atau rambut tikus. Berbagai mikroorganisme juga dikenal sering
mengontaminasi pangan. Bahan mikroorganisme mencemari ketika proses packaging, dan
distribusi.

7
2.3 Pengertian Sampah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau
bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan
domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat
kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum.

2.4 Jenis-Jenis Sampah Padat


1. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-bahan
organik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan,
sisa dapur, sampah sayuran, kulit buah-buahan.
2. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik atau
organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk.
Contohnya yaitu: selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran. Sampah
ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak mudah membusuk.
4. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai binatang,
seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
5. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai
sampah yang tersebar di jalanan, sperti dedaunan, kertas dan plastik.
6. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal dari buangan
industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya.
7. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun), yaitu sampah yang terdiri atas bahan-bahan
berbahaya dan beracun, misalnya baterai, racun tikus dan pestisida.
8. Kompos, adalah sampah yang teruraikan secara biologis, yaitu melalui pembusukan dengan
bakteri yang ada di tanah dan kerap digunakan sebagai pupuk.

8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengelolaan Sampah
1. Penyimpanan sampah (refuse storage)
Yang dimaksud dengan penyimpanan sampah ialah penampungan sampah yang sifatnya
sementara sebelum sampah tersebut dibuang pada tempat semestinya. Bentuk penyimpanan
sampah di desa berupa tanah yang digalin berbentuk lubang. Sampah dimasukkan ke dalam
lubang. Setelah lubang penuh dengan sampah, kemudian ditimbun dengan tanah.
Bentuk tempat sampah lain adalah gubuk (rumah kecil). Bentuk tempat sampah ini cocok untuk
daerah pedesaan, tetapi tidak cocok untuk daerah perkotaan atau kota besar. Tanah di kota besar
sudah penuh dengan bangunan. Oleh karena itu, bentuk tempat sampahnya juga harus lain.
Tempat sampah di kota-kota besar yakni dengan membuat bak sampah yang terdiri atas
bangunan ukuran kecil serta menggunakan tempat sampah khusus yanhg dibuat oleh pabrik,
misalnya ember besar.
Syarat bak sampah yang baik seharusnya :
a.       Dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan gampang untuk dibersihkan
b.      Mempunyai tutup agar tidak dihinggapi lalat, serangga dan lainnya
c.       Ukurannya tidak terlalu besar
d.      Tidak diletakkan di dalam rumah
Selain tempat penyimpanan, hal yang juga harus diperhatikan adalah pemilihan jenis sampah
dalam tempat penyimpanan. Sampah yang dibuang sebaiknya disimpan secara terpisah sesuai
jenis sampah, organik/basah atau anorganik/kering. Sampah basah dapat didaur ulang sedang
sampah kering tidak. Seharusnya tiap bagian sampah dapat dikomposkan atau didaur ulang
secara optimal, tidak dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada
saat ini, dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan
proses daur ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi niai dari material yang
mungkin bisa dimanfaatkan. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/mencemari bahan-
bahan yang mungkin masih bisa didaur ulang dan racun menghancurkan kegunaan dari
keduanya. Sebagai tambahan, produk-produk sintesis dan produk-produk yang tidak dirancang
untuk mudah di daur ulang, perlu dirancang kembali agar sesuai dengan sistem daur ulang.

9
2. Pengumpulan sampah (refuse collection)
Yang dimaksud dengan pengumpulan sampah ialah pengumpulan sampah dari bak-bak sampah
yang ada di rumah-rumah, kantor, pasar dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh petugas
kebersihan dengan menggunakan truk sampah. Kemudian sampah diangkut ke suatu pusat
pembuangan sampah yang telah disepakati oleh pengurus lingkungan. Pengumpulan sampah di
kota-kota besar dilakukan dengan gerobak dorong, truk atau kendaraan lain. Penampungan
sampah memerlukan tempat luas karena penampungan sampah merupakan tempat berkumpulnya
semua sampah dari bak-bak sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
Syarat-syarat penampungan sampah yang baik adalah sebagai berikut.
1.      Mudah dicapai oleh masyarakat yang menggunakannya.
2.      Mempunyai dua buah pintu, satu pintu untuk memasukkan sampah dan satu pintu untuk
mengeluarkan sampah.
3.      Tertutup dan mempunyai ventilasi.
4.      Terhindar dari tempat sarang tikus atau binatang lain
5.      Mudah untuk dibersihkan.
3. Pembuangan sampah
Maksud tempat buangan sampah adalah tempat pembuangan sampah terakhir setelah
dikumpulkan dari tempat-tempat pengumpulan. Di pedesaan, tempat pembuangan ssampah ini
tidaklah menjadi persoalan karena areal tanah masih luas. Akan tetapi, di daerah perkotaan,
terutama di kota besar, menjadi masalah yang pelik karena sulit mendapatkan areal tempat
pembuangan sedangkan sampah-sampah di kota-kota besar sangat banyak.
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah,
yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang
tidak terpusat akan sangat membantu dalam mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke
tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya, pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat
mungkin dengan sumbernya. Selama ini, pengelolaan sampah terutama di perkotaan tidak
berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat.
Kebiasaan menangani sampah di kota besar adalah dibuang di salah satu tempat dan setelah
beberapa hari atau setelah kering dibakar. Pembakaran sampah ini menimbulkan polusi udara di
sekitarnya. Di samping meinimbulkan bau yang tidak enak, juga menimbulkan penyakit yang

10
membahyakan masyarakat. Cara pembuangan sampah ke laut ataupun pembakaran di tempat
pembuangan sampah menimbulkan akibat sampingan negatif. Untuk mengatasinya, tempat
pembuangan sampah tersebut haruslah mengolah sampah kembali menjadi bahan yang berguna.
Mengolah sampah menjadi bahan yang berguna ini memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi
canggih (teknologi tinggi).
Di negara-negara yang telah menggunakan teknologi tinggi, sampah bisa diolah menjadi bahan
pupuk, kertas dan lain-lain. Apabila sampah sudah bisa diolah menjadi bahan yang berguna,
maka semakin banyak jumlah sampah semakin pula menguntungkan. Sebaliknya, apabila
sampah belum bisa diolah menjadi bahan lain, maka semakin banyak sampah semakin sulit
untuk mengatasinya.
Karena sampah di perkotaan terdiri atas beberapa jenis, sebelum dikumpulkan, sampah harus
dipilah sesuai jenisnya agar sampah-sampah bisa diolah menjadi bahan lain. Memisahkan
sampah juga membutuhkan teknologi tinggi karena kalau hanya menggunakan tenaga manusia
akan memakan waktu yang cukup lama.

4. Pengolahan sampah sederhana


Pengomposan bisa menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan sampah. Pengomposan adalah
cara pembuatan kompos dengan mengolah sampah organik (sampah yang berasal dari makhluk
hidup, misalnya sayuran). Memang, pengomposan ini menimbulkan masalah seperti bau, berair
atau menghasilkan belatung. Ada dua cara pengomposan, yakni pengomposan alami dan
pengomposan buatan.
Cara pengomposan alami :
a.       Galilah lubang secukupnya dengan kedalaman min. 1 meter.
b.      Masukkan sampah organik ke dalam lubang.
c.       Lapisi sampah tersebut dengan jerami
d.      Tutuplah galian dengan tanah
e.       Bila mencapai waktu sekitar 1 minggu, bukalah galian tersebut, dan
f.       Sampah siap digunakan sebagai kompos.
Sedangkan dalam pengomposan buatan, menggunakan reaktor mini dan bakteri. Di dalam
reaktor inilah sampah akan diurai oleh bakteri.

11
Teknik-teknik pengolahan sampah ini sangat berguna bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
khususnya dan dunia secara umum. Dengan pengolahan sampah, lingkungan akan lebih nyaman
untuk ditinggali. Masyarakat pun aka terhindar dari penyakit atau bencana yang ditimbulkan
sampah.
Mengatasi Masalah Sampah
Ada beberapa cara pembuangan sampah. Secara garis besar yakni, cara kimiawi melalui
pembakaran, cara fisik melalui pembuangan di TPA, dan cara biologis dengan proses kompos.
Yang lazim, dilakukan untuk sampah dalam jumlah besar adalah secara fisik. Sampah dari
rumah-rumah dikumpulkan dan disimpan dalam tempat atau container sementara, kemudian
diangkut ke TPA untuk diolah sebelum dibuang. Tumpukan sampah yang tidak diolah terlebih
dulu dapat mengundang lalat, tikus, serta pertumbuhan organisme-organisme yang
membahayakan, mencemari udara, tamah dan air, serta menganggu kenyamanan.
Tujuan suatu sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut menjadi
bahan yang berguna secara efisisen dan ekonomis dengan dampak lingkungan yang minimal.
Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan informasi tentang karakter
sampah, karakter teknis teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan,
implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan dan keekonomian.
Permasalahan sampah bukan hanya berdampak pada persoalan lingkungan, tetapi juga
menimbulkan kerawanan social dan bencana kemanusiaan. Ada beberapa hal efektif yang bisa
dilakukan untuk menangani sampah, yakni dengan menerapkan prinsip 4R ( replace, reduce,
reuse dan recycle).
1.      Replace, mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama dan ramah lin
gkungan. Misalnya, ganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja dan jangan
pergunakan Styrofoam, karena bahan tersebut tidak bisa didegradasi secara alami.
2.      Reduce, Mengurangi sampah dengan mengurangi sampah kantong plastik.
3.      Reuse, menggunakan kembali sisa sampah yang masih bisa dipakai.
4.      Recycle, melakukan daur ulang sampah.
Adapun cara lain memanfaatkan sampah yakni dengan menggunakannya sebagai bahan bakar
(briket arang sampah).

12
Penanganan Sampah di TPA
TPA sering juga disebut landfill, yaitu tempat pembuangan yang memiliki dasar impermeable
(tidak tembus air) sehingga air sampah yang diletakkan di atasnya tidak akan merembes hingga
mencemari air tanah di sekitarnya. Sampah-sampah yang datang ditimbun sampai menggunung,
diletakkan secara berlapis, dipadatkan, dan ditutupi dengan tanah liat untuk mencegah datangnya
hama dan menghilangkan bau. Penimbunan sampah akan dihentikan jika ketinggian
permukaannya mencapai yang diinginkan. Yang dimanfaatkan adalah sampah rubbish (sampah
tak lapuk dan tak mudah lapuk) misalnya kertas, kayu, kaleng dan sebagainya. TPA umumnya
dibuat untuk bisa menampung sampah selama jangka waktu beberapa tahun.
Sampah tidak boleh dibuang secara sembarangan. Selain bisa menyebabkan bencana, sampah
juga bisa terdiri atas berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng aerosol dapat
meleedak bila terkena panas, sedang bahan dari plastic dan karet dapat menghasilkan gas yang
menimbulkan kanker bila dibakar. Bila pembakaran tidak bisa dihindari, pastikan hanya sampah
organik yang dibakar, tidak mengandung banyak sampah basah, dan lakukan jauh dari
kerumunan orang banyak atau benda lain yang dapat memperburuk pembakaran.
Teknologi Pengolahan Sampah
Memiliki tujuan untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya, ada dua alternatif
proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan
proses thermal yang menghasilkan panas. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat
langsung dimanfaatkan untuk menggerakan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara
keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk
menghasilkan tenaga yang akan menggerakan motor yang dihubungkan dengan generator listrik.
Sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan
steam yang kemudian digunakan untuk menggerakan turbin uap yang dihubungkan dengan
generator listrik.

1. Proses Konversi Thermal


Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa dan
gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan-
bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik
dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C)

13
dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). unsure-
unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan Nitrogen (N) dan dioksidasi menjadi
oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh
incinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unity,
rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran
oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperature tinggi, molekul-molekul organik
yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organic yang kecil dan lebih sederhana.
Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char dan produk gas.
Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi
melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperature yang relatif
tinggi ( sekitar 90o C-110o C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang
dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
\
2. Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau
tanah uruk (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan
bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry.
Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkit energi sedangkan slurry dapat
digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar
dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.
Konsep landfill seperti di atas ialah sebuah konsep landfill modern yang dalamnya terdapat
suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik. Landfill ialah pengelolaan sampah dengan
cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi
oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini
berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah
dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik,
leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu,
tanah di landfill harus mempunyai permeabilitas yang rendah. Aktivitas mikroba dalam landfill
menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas
methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-
540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri atas sejumlah sumur-sumur dalam

14
pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu
terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.
3. Insinerator
Insenerator adalah perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi polusi
udara. Insinerator yang baik memiliki sistem penangkal pencemar udara di cerobongnya
(walaupun tetap menyebabkan pencemaran udara) dan sanggup mengurangi volume sampah
sampai 80% seusai dibakar.
Permasalahan yang timbul dapat dikurangi dengan meminimalkan jumlah timbuhan sampah
dengan berbagai cara dan upaya, dimulai dengan memilah-milah jenis sampah organic (mudah
membusuk) dan sampah anorganik (sukar membusuk) di rumah tangga.
Salah satu metode alternatif penanganan pengelolaan sampah dengan skala kecil dapat
diterapkan dengan pola pembakaran berteknologi (insinerator). Pada prinsipnya sampah dapat
dikelola dengan pembakaran yang ramah lingkungan, meskipun kita belum bisa menerima
teknologi ini karena masih menganggap biayanya mahal dan sementara masih beranggapan
mempunyai dampak lingkungan. Penulis mengajak marilah kita mencoba untuk “berpikir global
namun bertindak lokal”. Artinya, kita dapat memakai kemajuan teknologi, sesuai keadaan dan
lingkungan kita. Salah satu pilihannya adalah teknologi pembakar sampah “pilot project” skala
kecil yang telah diproduksi di Indonesia.
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah dengan pembakaran pada
suhu tinggi dan secara terpadu aman bagi lingkungan. Pengoperasiannya pun mudah dan aman
karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan. Keuntungan dari insinerator mini ini
adalah :
a.       Tidak diperlukan lahan besar
b.      Mudah dalam pengoperasian
c.       Hemat energi
d.      Temperature tidak terlalu tinggi (800o/1.100oC)
e.       Tidak menghasilkan asap sisa pembakaran yang mencemari lingkungan
f.       Tidak bising dan kemasan kompak per unit
g.      Tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar
h.      Sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/batako.

15
Sistem pengelolaan sampah incinerator dapat ditetapkan dan digunakan baik dalam jangka
pendek, jangkah menengah, maupun jangka panjang. Pola pengelolaan pembakaran incinerator
mini tidak memerlukan lahan yang luas, sesuai untuk daerah perkotaan.

3.2 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan


Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan bertambahnya
penduduk di mana ruang tetap, makin hari masalahnya semakin bertambah besar. Hal ini jelas
bila kita melihat modernisasi kehidupan, perkembangan teknologi, sehingga meningkatkan
aktivitas manusia. Sehubungan dengan kegitan manusia, maka permasalahan sampah akan
berkaitan baik dari segi sosial ekonomi maupun budaya.
Kesehatan seorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara
komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan tidak
menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian sebagaimana telah
diutarakan di atas, bahwa sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin
keamanan lingkungan, sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan. Sampah
yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi bemacam-macam fungsinya, antara lain:

1. Sebagai sarana penularan penyakit.


Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat menjadi tempat bersarangnya (breeding
places) dan berkembang biaknya dari bermacam-macam vektor penularan penyakit. Vektor
dimaksud tersebut adalah: lalat, kecoak (lipas), nyamuk, dan tikus.
a.       Kebiasaan lalat: Lalat biasa hidup yang di tempat-tempat yang kotor dan tertarik akan bau yang
busuk. Benda-benda yang bau busuk juga merupakan makanan lalat. Sampah, terutama sampah
basah (garbage), cepat berbau busuk, sehingga merupakan tempat berkembang biak dan tempat
makanan lalat.
b.      Kebiasaan kecoak/lipas: Kecoak/ lipas senang tinggal di tempat-tempat yang lembab, berbau,
dan keadaan gelap. Tumpukan sampah yang lembab, berbau, dan terdapat banyak cela-cela yang
gelap merupakan tempat berkembang biaknya kecoak/lipas. Lalat dan Kecoak/lipas merupakan
vektor penularan penyakit saluran pencernaan (perut) seperti: disentri basiller, disentri amoeba,
Cholera, Typhus abdominalis, diare karena bakteri, dsb.

16
c.       Kebiasaan nyamuk: Nyamuk khususnya nyamuk Aedes dan Culex suka bersarang pada
genangan air. Sampah dari barang-barang seperti kaleng, kantong plastik, pecahan gelas/botol
menjadi tempat genangan air jika hujan turun, tempat ini sangat disenangi nyamuk Aedes
sebagai tempat berkembangbiaknya.
Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit demam berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki
gajah), malaria.
d.      Kebiasaan tikus: Tikus umumnya suka bersarang pada tempat yang banyak makanan, tempat-
tempat yang lembab, dan celah-celah yang gelap sebagai tempat persembunyiannya. Sampah
basah (garbage) masih banyak mengandung sisa makanan, agak lembab, dan terdapat celah-celah
untuk bersembunyi dari ancaman musuh tikus. Oleh karenanya tikus suka bersarang di tempat
pembuangan sampah. Tikus merupakan vektor penularan pes.
2. Di samping penyakit infeksi saluran pencernaan/perut, di dalam tumpukan sampah basah
(garbage) kadang-kadang mengandung telur-telur cacing (cacing Trichinella spiralis, Ascaris
Lumbricoides, Oxyuris vermecularis, dll.). Apabila sampah basah (garbage) ini diberikan untuk
pakan ternak seperti babi tanpa di masak terlebih dahulu, maka babi tersebut dapat terjangkit
penyakit kecacingan misalnya Trichinosis, penyebabnya adalah cacing Trichinella spiralis. Jika
daging babi tersebut tidak sempurna memasaknya dikonsumsi oleh manusia, maka manusia pun
dapat terjangkit penyakit penyakit cacing Trichinella ini.
3. Dari sampah juga dapat menjadi penyebab penyakit lain seperti penyakit kulit dan jamur.
4. Kemudian selain itu, dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
keamanan lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara sembarangan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran tanah, air, dan udara. Sampah-
sampah yang dibuang sebagian besar merupakan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini
mengalami pembusukan secara biologis oleh jasad-jasad renik/mikroba yang bersifat aerobik.
Selain itu juga terjadinya proses pembusukan sampah organik berlangsung secara anaerobik
yang berlangsung lama dan akhirnya akan dapat menghasilkan humus yang sangat berguna untuk
penyuburan tanah dan perbaikan kondisi tanah. Namun dampak negatifnya lebih banyak, di
mana:
1. Sampah-sampah plastik, pecahan kaca, karet, dan bahan-bahan yang sukar membusuk akan
mencemari tanah sehingga dalam waktu lama tanah tidak dapat ditanami lagi (lahan kritis).

17
2. Hasil proses pembusukan sampah oleh jasad renik menghasilkan gas-gas seperti: CO2, H2S,
CH4, dan NH3, maka udara tercemar oleh gas-gas tersebut dan menimbulkan bau yng tidak
sedap. Di samping itu, jika ada sampah yang terbakar maka asap-asap yang mengepul ke udara
mencemari udara karena adanya gas CO2 dan CO.
3. Air rembesan (leachate) hasil dari proses pembusukan sampah akan mengalami perporasi yang
mengandung bahan terlarut yang dapat berbahaya untuk kesehatan, dapat mencemari air
permukaan air tanah, serta badan-badan air yang berada dekat dengan tempat pembuangan akhir
sampah apabila tidak dilakukan pengawasan yang baik.
5. Hasil pembusukan (dekomposisi) sampah dapat juga mengganggu keseimbangan ekosistem,
terjadinya penyuburan pada badan-badan air karena menerima nutrien-nutrien hasil dekomposisi
sampah memungkinkan terjadinya ledakan populasi tumbuhan air seperti eceng gondok dan akan
mengganggu kehidupan biota lain. Salah satu dampak penyuburan (eutrofikasi) ini adalah
terjadinya pendangkalan badan-badan air. Bahaya yang lebih besar lagi yang dapat
diakibatkannya adalah bahaya banjir. Banjir ini dapat terjadi karena pendangkalan sungai atau
dapat juga disebabkan oleh saluran-saluran/riol-riol atau got yang tersumbat oleh sampah (seperti
kejadian banjir di kota-kota sekarang).
6. Secara fisik sampah yang tidak terkelola, dengan baik dapat mengganggu kelancaran lalu
lintas, terutama sampah yang teronggok di pinggir jalan atau di sudut-sudut persimpangan jalan.
Ditinjau segi lain, sampah yang demikian akan mengganggu kenyamanan atau keindahan
(estetika).
7. Lebih jauh lagi keadaan demikian akan menurunkan martabat bangsa. Dengan kata lain status
sosial budaya suatu bangsa akan menurun dengan adanya suatu kenyataan bahwa pemerintah
belum mampu memelihara kebersihan secara tuntas.

18
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampah adalah barang/material sisa yang tidak diinginkan dari hasil akhir sebuah proses tertentu.
Sampah dibedakan menjadi sampah organik, anorganik, B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan
kompos. Ada beberapa cara pembuangan sampah. Secara garis besar yakni, cara kimiawi melalui
pembakaran, cara fisik melalui pembuangan di TPA, dan cara biologis dengan proses kompos.
Sistem pengelolaan sampah terbagi atas penyimpanan sampah, pengumpulan sampah,
pembuangan sampah dan pengolahan sampah sederhana. TPA sering juga disebut landfill, yaitu
tempat pembuangan yang memiliki dasar impermeable (tidak tembus air) sehingga air sampah
yang diletakkan di atasnya tidak akan merembes hingga mencemari air tanah di sekitarnya.
Teknologi pengolahan sampah terbagi atas proses konversi thermal, proses konversi biologis sera
insinerator yang merupakan perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi
polusi udara.
3.2 Saran
Tentunya dalam makalah ini, masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
memohon kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah di waktu selanjutnya bisa
dibuat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang dibuat ini, bisa berguna dan bermanfaat.

19
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar. 2013. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Damanhur, Enri 2008. Pengelolaan Limbah Padat Secara Umum. Bandung:
FTSL ITB.
Dhani, Muhammad. Kajian Pengelolaan Limbah Padat Jenis B3. Surabaya:
FTSP ITS.
Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar
Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nugraha, Adrian. 2009. Menyelamatkan Lingkungan Hidup dengan
Pengelolaan Sampah. Bekasi: Cahaya Pustaka Raga.
Pranowo, Galih. Limbah Padat. Jogjakarta: Fakultas Sains Terapan.
Suprapto. 2005. Dampak Masalah Sampah Terhadap Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. Volume 1, No 2.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15366/mki-des2005-
%20(1).pdf/. (Diakses tanggal 02 September 2015).
Umbara, Heru. 2010. Teknologi Pengolahan Limbah. Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional.Volume 13, No 2.
Yuhistira, Angga. Teknologi Pengolahan Limbah Padat. Teknologi dan Manajemen
Lingkungan.
http://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-berdasarkan-bentuk-atau-wujudnya/.
(Diakses tanggal 09 September 2015).

20

Anda mungkin juga menyukai