Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan persentasi tentang Sampah
Organik Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata pelajaran PKN

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata
pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada Yth :
1. Bpk. Drs. Ace. M.M.Pd. selaku kepala sekolah
2. Bpk. Santono S.Pd selaku Guru Mata Pelajaran
4. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI .
BAB I PENDAHULUAN .
1.1 Latar Belakang.
1.2 TUJUAN .
C. PERUMUSAN MASALAH .
BAB II PEMBAHASAN .
2.1 Pengertian Sampah Organik .
2.2 Jenis-Jenis Sampah Organik .
2.3 Prinsip Pengolahan Sampah .
2.4 Pengolahan Sampah .
2.5 Kelebihan Mengolah Sampah Organik .
2.6 Kekurangan Mengolah Sampah Organik .
BAB III DEFINISI SAMPAH
3.1 Jenis-jenis sampah
3.1.1 Berdasarkan sumbernya
3.1.2 Berdasarkan sifatnya
3.1.3 Berdasarkan bentuknya
BAB IV PENUTUP
a. KESIMPULAN
b. .SARAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia.
Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju,
sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia
menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk
khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa
diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit
sampah seperti yang sering kita lihat.

Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di


sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga
dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat
merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan
bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang
bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya.

1.2 TUJUAN

Mengetahui bahaya racun racun dari sampah. Saat ini sampah telah banyak
berubah. Setengah abad yang lalu masyarakat belum banyak mengenal plastik.
Mereka lebih banyak menggunakan berbagai jenis bahan organis. Di masa kecil saya
(awal dasawarsa 1980), orang masih menggunakan tas belanja dan membungkus
daging dengan daun jati. Sedangkan sekarang kita berhadapan dengan sampah-
sampah jenis baru, khususnya berbagai jenis plastik.
Sifat plastik dan bahan organis sangat berbeda. Bahan organis mengandung
bahan-bahan alami yang bisa diuraikan oleh alam dengan berbagai cara, bahkan hasil
penguraiannya berguna untuk berbagai aspek kehidupan. Sampah plastik dibuat dari
bahan sintetis, umumnya menggunakan minyak bumi sebagai bahan dasar, ditambah
bahan-bahan tambahan yang umumnya merupakan logam berat (kadnium, timbal,
nikel) atau bahan beracun lainnya seperti Chlor. Racun dari plastik ini terlepas pada
saat terurai atau terbakar.

Penguraian plastik akan melepaskan berbagai jenis logam berat dan bahan
kimia lain yang dikandungnya. Bahan kimia ini terlarut dalam air atau terikat di
tanah, dan kemudian masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman.
Sedangkan pembakaran plastik menghasilkan salah satu bahan paling berbahaya di
dunia, yaitu Dioksin. Dioksin adalah salah satu dari sedikit bahan kimia yang telah
diteliti secara intensif dan telah dipastikan menimbulkan Kanker. Bahaya dioksin
sering disejajarkan dengan DDT, yang sekarang telah dilarang di seluruh dunia.
Selain dioksin, abu hasil pembakaran juga berisi berbagai logam berat yang
terkandung di dalam plastik.

C. PERUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang di maksud dengan sampah??

2. Apa saja bagian bagian sampah??

3. Bagaimana dampak sampah bagi kehidupan??

4. Bagaimana bahaya sampah plastic bagi?? kesehatan dan lingkungan??

5. Bagaimana cara mengurangi sampah?

6. Apa yang di maksud dengan prinsip produksi bersih??


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampah Organik


Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai
dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau
dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif
cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok
kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu
tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis
yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan
(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering
disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan,
jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar
sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar
(95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri
dari sampah organik dan sisanya anorganik.

2.2 Jenis-Jenis Sampah Organik


Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan, Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
- Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang
cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
- Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain
yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas,
kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

2.3 Prinsip Pengolahan Sampah


Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.
Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
- Mengurangi (bahasa Inggris: reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin
banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
- Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari
pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
- Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak
semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi
(bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain.
- Mengganti (bahasa Inggris: replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

2.4 Pengolahan Sampah


Alternatif Pengelolaan Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan
alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai,
karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan
alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan
sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi
masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya
alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang
harus diganti dengan tiga prinsipprinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa
masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi
sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan
atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah
yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang
produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut.
Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari
material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat
mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang
dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu
porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-
produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar
sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar
berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-
program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola
program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan
kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal
(tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem
penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi
komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu
contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem
pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85
persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan
sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem
penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos,
vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk
mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-
bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci
ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan
lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan
menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara
alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah
mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai
menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya
adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami
proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau
ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain
sebagainya, semuanya akan mengalami proses dekomposisi kemudian hancur
menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal
lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah.
Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati,
dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi
hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah
kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad
renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang
mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya
dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad
yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah
dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman
Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan
sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah menciptakan
ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat
orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain
yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu:
Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan
akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara. Meningkatkan kemampuan tanah
dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah
terjadinya kekeringan pada tanah. Menahan erosi tanah sehingga mengurangi
pencucian hara. Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad
penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan
tanah.

2.5 Kelebihan Mengolah Sampah Organik


Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah
tangga.
- Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
- Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
- Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
- Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
- Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan
macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan
binatang pengerat.

2.6 Kekurangan Mengolah Sampah Organik


Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur
tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap
tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu
untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.
BAB III
DEFINISI SAMPAH

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam
tersebut berlangsung.Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan
konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

3.1 Jenis-jenis sampah

3.1.1Berdasarkan sumbernya

1. Sampah alam

2. Sampah manusia

3. Sampah konsumsi

4. Sampah nuklir

5. Sampah industri

6. Sampah pertambangan

3.1.1 Berdasarkan sifatnya

1. Sampah organik dapat diurai (degradable)

2. Sampah anorganik tidak terurai (undegradable)


3. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih
lanjut menjadi kompos;

4. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti


plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan
kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton;

3.2 Berdasarkan bentuknya

Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan
dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:

Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.

2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses


biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:

Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena


memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain

Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali
dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.

Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan
sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan
konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah
sembarangan misalnya membuang ke selokan.

Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang
alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.

Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia
dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor
(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu
perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan
penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir
tanpa air.

Sampah Konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna


barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini
adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah
kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan
dari proses pertambangan dan industri.

Limbah Radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia.
Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi
untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam
atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

Secara garis besar ada tiga system pengelolaan sampah, yaitu dengan cara :
a. Kimiawi melalui pembakaran

Pada sistem ini perlu diketahui bahwa dalam dalam melakukan pembakaran tidak
dilakukan secara sembarangan, karena sampah bisa terdiri dari berbagai bahan yang
belum tentu aman. Bahan seperti kaleng aerosol dapat meledak bila kena panas,
sedangkan bahan dari plastik dan karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan
kanker bila dibakar. Hal ini bisa dihindari dengan memisahkan sampah terlebih
dahulu, selain itu harus dipastikan bahwa ketika sampah organik yang dibakar, tidak
terlalu banyak sampah basah, dan lakukan jauh dari kerumunan orang banyak atau
benda lain yang dapat memperburuk pembakaran. selain menghasilkan gas
karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah akan menghasilkan
senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah
satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta
mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a)
Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated
Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun
udara dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker,
perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan
sampah dengan pembakaran lebih baik dihindari.
b. Cara biologis melalui proses composing

merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun,
limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu
menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium
yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman.

c. daur ulang (pemanfaatan kembali)

Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan teknologi dan
penanganan khusus. Tapi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu di mulai
dari kita sendiri misalnya :

1. Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang.
2. Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang.
3. Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya


suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam
tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur,
dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu
waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Upaya
yang dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi masalah sampah yang saat ini
mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masyarakat adalah pemberian pajak
lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri yang akhirnya akan menjadi
sampah.
Industri yang menghasilkan produk dengan kemasan, tentu akan memberikan
sampah berupa kemasan setelah dikonsumsi oleh konsumen. Industri diwajibkan
membayar biaya pengolahan sampah untuk setiap produk yang dihasilkan, untuk
penanganan sampah dari produk tersebut. Dana yang terhimpun harus dibayarkan
pada pemerintah selaku pengelola IPS untuk mengolah sampah kemasan yang
dihasilkan. Pajak lingkungan ini dikenal sebagai Polluters Pay Principle. Solusi yang
diterapkan dalam hal sistem penanganan sampah sangat memerlukan dukungan dan
komitmen pemerintah. Tanpa kedua hal tersebut, sistem penanganan sampah tidak
akan lagi berkesinambungan.

Tetapi dalam pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah


memiliki keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah. Namun di sisi
lain, masyarakat akan membayar biaya sosial yang tinggi akibat rendahnya kinerja
sistem penanganan sampah. Sebagai contoh, akibat tidak tertanganinya sampah
selama beberapa hari di Kota Bandung, tentu dapat dihitung berapa besar biaya
pengelolaan lingkungan yang harus dikeluarkan akibat pencemaran udara ( akibat bau
) dan air lindi, berapa besar biaya pengobatan masyarakat karena penyakit bawaan
sampah ( municipal solid waste borne disease ), hingga menurunnya tingkat
produktifitas masyarakat akibat gangguan bau sampah.

B. SARAN SARAN

Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan


menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka
para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan. Undang-


Undang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi masing-
masing pihak. UU juga akan mengatur soal kelembagaan yang terlibat dalam
penanganan sampah. Menurut dia, tidak mungkin konsep pengelolaan sampah
berjalan baik di lapangan jika secara infrastruktur tidak didukung oleh departemen-
departemen yang ada dalam pemerintahan.

Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mengubah


budaya masyarakat soal sampah bukan hal gampang. Tanpa ada transformasi
pengetahuan, pemahaman, kampanye yang kencang. Ini tak bisa dilakukan oleh
pejabat setingkat Kepala Dinas seperti terjadi sekarang. Itu harus melibatkan dinas
pendidikan dan kebudayaan, departemen agama, dan mungkin Depkominfo.

Di beberapa negara, seperti Filipina, Kanada, Amerika Serikat, dan Singapura


yang mengalami persoalan serupa dengan Indonesia, sedikitnya 14 departemen
dilibatkan di bawah koordinasi langsung presiden atau perdana menteri.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
http://gbioscience05.wordpress.com/2008/05/03/pemanfaatan-sampah-sebagai
upaya-mengurangi-pemanasan-global/
http://www.wikimu.com/News/Iptek/Sampah-dan-Pengelolaannya.aspx
http://www.esp.or.id/handwashing/media/sampah.pdf

Anda mungkin juga menyukai