Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKOSISTEM SAWAH

DOSEN PEMBIMBING
Yunicho, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

- Achiryanto
- Abdul Malik Hasyim
- Aji
- A.Indah Salsabilah Alam
- Fatmawati

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PRODI D3 SANITASI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmanirrahim

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini Alhamdulillah tepat pada waktunya
berjudul “Ekosistem Sawah”
Makalah ini berisikan tentang informasi dasar mengenai zat apa yang terkandung dalam limbah
cair pada industry tahu. Saya harap makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah swt. Selalu meridhai usaha kita.

Makassar, 16 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................


1.2 Rumusan masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Ekosistem Sawah..................................................................


2.2. Komponen Abiotik Ekosistem Sawah. ..............................................
2.3. Komponen Biotik Ekosistem Sawah ..................................................
2.4. Jaring-jaring Makanan Ekosistem Sawah. .........................................

BAB III KESIMPULAN

2.5. Kesimpulan. ...................................................................................


2.6. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya1. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan ke-satuan secara utuh dan menyeluruh antara se-genap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi2. Ekosistem terbagi atas tiga tipe ekosistem, yakni; ekosistem
air, ekositem darat dan ekosistem buatan3. Salah satu contoh eko-sistem buatan adalah
ekosistem sawah4 (Elfis, 2010a).
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,
dibatasi oleh pematang, serta dapat di tanami padi, palawija atau tanaman budidaya
lainnya1. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi2. Untuk keperluan
ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi me-merlukan
penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya2. Untuk mengairi sawah
digunakan sistem irigasi dan mata air, sungai atau air hujan3. Sawah yang terakhir dikenal
sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi 4. Padi yang
ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah5 (Wikipedia, 2011).
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme1. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada2.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem3. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan
fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup4.
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan"5 ( Odum, 1993 ).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ekosistem sawah?
2. Apa saja komponen Abiotik ekosistem sawah?
3. Apa saja komponen Biotik Ekosistem sawah?
4. Bagaimana jaring-jaring makanan pada ekosistem sawah?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi ekosistem sawah.
2. Untuk mengetahui apa saja komponen Abiotik ekosistem sawah.
3. Untuk mengetahui apa saja komponen Biotik Ekosistem sawah.
4. Untuk mengetahui Bagaimana jaring-jaring makanan pada ekosistem sawah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekosistem Sawah

Suatu ekosistem pada dasarnya me-rupakan suatu sistem ekologi tempat ber-langsungnya
sistem pemrosesan energi dan per-putaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam
waktu tertentu. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari
habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil de-komposisi makhluk hidup
termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk
hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang ter-susun dari unsur ototrof sebagai produsen
(tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer (Elfis, 2010a).
Lebih lanjut Elfis (2010a), menyatakan bahwa ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem
bisa dikatakan juga suatu tatanan ke-satuan secara utuh dan menyeluruh antara se-genap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem terbagi atas tiga tipe ekosistem, yakni;
ekosistem air, ekositem darat dan ekosistem buatan. Salah satu contoh eko-sistem buatan adalah
ekosistem sawah.
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh
pematang, serta dapat di tanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan
sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu
menyangga genangan air karena padi me-merlukan penggenangan pada periode tertentu dalam
pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dan mata air, sungai atau air
hujan. Sawah yang terakhir dikenal se-bagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah
sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (Wikipedia, 2011).
Menurut Aryulina dkk (2007), sawah me-rupakan ekosistem buatan yang dibentuk secara
sengaja oleh manusia untuk memenuhi ke-butuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi
energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah.

Senada dengan itu Watanabe dalam Litbang Deptan (2010), menyatakan bahwa sawah
adalah suatu ekosistem buatan dan suatu jenis habitat khusus yang mengalami kondisi kering dan
basah tergantung pada ketersediaan air. Karakteristik ekosistem sawah ditentukan oleh
penggenangan, tanaman padi, dan budi dayanya. Sawah tergenang biasanya merupakan
lingkungan air sementara yang dipengaruhi oleh keanekaragaman sinar matahari, suhu, pH, kon-
sentrasi O2, dan status hara.

Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana atau
lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang pertanian tanaman yang diciptakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman
dan pemilihan vegetasinya. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang membentuk sistem. Ini
berarti baik dalam struktur maupun fungsi komponen-komponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak
dapat terpisahkan. Sebagai konsekwensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen
lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini disebut sebagai sistem ekologi,
yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal sebagai ekosistem. ( Odum, 1993 ).
2.2 Komponen Abiotik Ekosistem Sawah

Menurut Elfis (2010a), unsure-unsur ekosistem terdiri dari unsure komponen Abiotik yang
terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organic, dan an-organik hasil dekomposisi
mahluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim. Adapun komponen abiotik ekosistem sawah
adalah sebagai berikut:

1. Tanah

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan
pembusukan bahan organik, tanah memiliki sifat, tekstur, dan gangguan mineral tertentu.
Tanah yang subur sangat diperlukan oleh organism untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur.(Aryulina,2007)

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda
menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan
unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.( shvoong/ exact-
sciences, 2012)

2. Air

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga.
Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai
peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan
bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan
sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan.

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3.
Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar
terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier).
Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus
hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi dalam ELfis, 2010b).

Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup


memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini
adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi
sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi
yang berlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat
langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ
tumbuhan.(Elfis, 2010 )

Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas.
Dialam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan Kristal es (salju), serta berbentuk gas
berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh mahluk hidup karena
sebagian besar tubuhnya mengandung air. (Aryulina, 2007:269)

3. Udara

Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen (20,93%),
karbon dioksida (0,03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan mahluk hidup untuk
membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk untuk bernafas. Karbon dioksida
diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.(Aryulina, 2007:269).

4. Cahaya matahari

Cahaya matahari; kebutuhan tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari ber-kaitan pula


dengan energi dan suhu udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4 kelompok vegetasi yang
dipeng-aruhi oleh suhu lingkungan panas se-panjang tahun, misalnya tumbuhan daerah
tropis), mesotermal (tumbuhan yang menyukai lingkungan yang tidak bersuhu terlalu
panas atau terlalu dingin), mikrotermal (tumbuhan di habitatnya, yaitu kelompok vegetasi
atau tumbuhan megatermal (tumbuhan menyukai habitat bersuhu yang menyukai habitat
bersuhu rendah atau dingin, misalnya tum-buhan dataran tinggi atau habitat subtropis)
dan hekistotermal yaitu tumbuhan yang terdapat di daerah kutub atau alpin (Elfis, 2010c).

Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global Karena matahari


menentukan suhu lingkungan. Cahaya matahari juga merupakan unsure vital yang
dibutuhkan oleh tunbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. (pratiwi,2007:273)

Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan


suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. ( shvoong/ exact-sciences, 2012)

5. Iklim

Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang, minimal permusim atau per
periode atau per tahun, dan seterusnya, sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu
waktu berjangka pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim
atau seperiode.(Hanafi, 2007).
2.3 Komponen Biotik Ekosistem Sawah

Menurut Elfis (2010), komponen biotik ialah faktor yang meliputi semua mahluk hidup
dibumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, dan mikroorganisme berperan sebagai
decomposer. Berdasarkan fungsinya komponen Biotik dibedakan atas:

1. Produsen
Produsen, merupakan organisme yang mampu membentuk makananya sendiri dari
zat-zat organik melalui proses fotosintesa dan klorofil. Or-ganisme ini disebut autotrof
karena mampu membentuk makanannya sen-diri juga menyediakan kebutuhan makhluk
hidup lainnya. Contoh: tum-buhan hijau (padi).
2. Konsumen
Konsumen, adalah sekelompok makhluk hidup yang memakan pro-dusen dan hewan
lainnya. Kelompok ini tidak mampu membuat makanan-nya sendiri dari bahan anorganik.
Karena itu, ia sangat ter-gantung pada organisme produsen. Organisme kon-sumen
disebut heterotrof. Pada konsumen juga ter-dapat tingkatan lagi. Hewan yang me-makan
organisme produsen disebut konsumen primer. Jenisnya terdiri dari herbivora dalam
struktur trofik menduduki tingkat trofik kedua. Konsumen yang memakan herbivora
disebut konsumen skunder dan terdiri dari hewan-hewan karnivora atau om-nivora.
Konsumen trofik ini berada pada tingkat trofik ketiga. Contoh: belalang, burung, siput
dan lain-lain.
3. Pengurai
Pengurai, merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup lainnya
yang telah mati menjadi zat-zat anorganik. Zat ini tersimpan dalam tanah dan
dimanfaatkan tumbuhan se-bagai bahan makanannya. Organisme pengurai adalah bakteri
dan jamur.
2.4 Jaring - Jaring Makanan

Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.(Wikipedia,
2012)

Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka
tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-
hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian
energi akan hilang.(Wikipedia, 2012)

Dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan, akan tetapi
banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh satu organisme saja, tetapi
dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer. Misalnya: padi daunnya dimakan ulat, ulat
dimakan burung pipit, burung pipit dimakan burung elang, Padi juga dimakan tikus, tikus
dimakan oleh burung elang, tikus juga dimakan ular. padi juga dimakan burung, burung pipit
dimakan burung elang. Akibatnya dalam suatu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai
makanan saja tetapi banyak bentuk rantai makanan. Rantai-rantai makanan yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan. (smartschool, 2012)

Salah satu contoh Rantai makanan pada ekosistem sawah


1. Padi

Padi merupakan produsen yang mendominasi sawah. Selain itu terdapat rumput yang berada
di pinggiran sawah. Termasuk komponen organisme autotrof yaitu organisme yang mampu
menghasilkan makanan sendiri tanpa bergantung organisme lain. Makanan dihasilkan dengan
bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Populasi padi pada tingkat produsen cukup
melimpah karena mereka merupakan sumber utama energi makanan untuk makhluk hidup lain
bertahan hidup. (Aryulina, D. 2010. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.)

2. Belalang

Setelah 25 – 30 hari setelah menetas, belalang akan mengembangkan sayap sepenuhnya dan
nimfa muda telah bermetamorfosis menjadi belalang dewasa. Dengan demikian, proses daur
hidup belalang dari peletakan telur hingga menjadi dewasa memakan waktu sekitar 11-12 bulan.
Jika belalang hilang : Jumlah produsen meningkat dan konsumen 2 berkurang . Kalau konsumen
ke 2 berkurang , konsumen ke 3 dan seterusnya akan berkurang . Bahkan bisa mengalamin
kepunahan . Peran belalang sangat mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Umur belalang
bergantung pada iklim di mana hewan ini berada.Di tempat yang beriklim dingin, belalang hanya
dapat bertahan hidup sebagai telur. Belalang dewasa tidak dapat bertahan hidup pada suhu
dingin.Sementara itu, di tempat yang beriklim hangat, belalang mampu hidup selama beberapa
tahun.O iya, belalang betina biasanya ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan belalang jantan.
(Felixia Amanda Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.)

3. Tikus

Tikus sawah banyak dijumpai merusak tanaman pangan khususnya padi sawah. Tubuh
bagian atas (punggung) berwama coklat kekuningan dengan bercak hitam di rambut- rambutnya,
sehingga memberi kesan seperti berwama abu-abu, dada berwama putih. Panjang badan tikus
sawah dewasa dari hidung sampai ujung ekor berkisar antara 270- 70 mm, dengan berat sekitar
130 g. Panjang ekor biasanya sama atau lebih pendek dari pada badan dari ujung hidung sampai
pangkal ekor. Panjang telapak kaki belakang dari tumit sampai ujung kuku jari terpanjang adalah
32-36 mm. Sedangkan panjang telinga 18-21 mm. Tikus sawah mempunyai enam pasang puting
susu yang terletak di kiri dan kanan pada bagian perut memanjang sepanjang badan.1

Tikus sawah dapat berkembang biak mulai umur 1,5-5 bulan. Setelah kawin, masa
bunting memerlukan waktu 21 hari. Seekor tikus betina melahirkan rata-rata 8 ekor anak setiap
kali melahirkan, dan mampu kawin lagi dalam tempo 48 jam setelah melahirkan serta mampu
hamil sambil menyusui dalam waktu yang bersamaan. Selama satu tahun seekor betina dapat
melahirkan 4 kali, sehingga dalam satu tahun dapat dilahirkan 32 ekor anak, dan populasi dari
satu pasang tikus tersebut dapat mencapai + 1200 ekor turunan.2
Anak yang baru lahir beratnya sekitar 2-4 g, berwarna merah daging dan tidak berbulu.
Setelah umur 4 hari wamanya berubah menjadi biru kelabu dan pada umur 7- 10 hari tumbuh
bulu berwama kelabu dan coklat, saat ini mata masih tertutup. Mata anak tikus terbuka setelah
umur 12-14 hari dan masa menyusui berlangsung sampai umur 18-24 hari. Pada umur 28 hari
anak tikus telah dapat berjalan dengan cepat.3

Pada tanaman padi, kerusakan karena serangan tikus terjadi akibat batang padi
digigit/dipotong. Bekas gigitan terlihat membentuk sudut potong kurang lebih 45 o dan masih
mempunyai sisa bagian batang yang tidak terpotong.Penyemprotan limbah cabe rawit di sawah
dapat meninggalkan residu cabe rawit pada tanaman dan sekitamya. Saat tikus menyerang
tanaman dapat terkena dampak drift atau residu cabe rawit, yang dapat menyebabkan aktivitas
tikus menurun, tidak lincah/loyo. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena menimbulkan
kepedihan pada mata, gangguan sistem pencemaran dan sistem pernafasan tikus. Dengan aktivitas
tikus yang loyo/tidak lincah, pada malam dan dapat diburu dengan mudah. Perkembangbiakan
tikus sawah sangat tergantung pada keberadaan tanaman padi.4 (Indriyanto, 2010)

4. Ular

Ular masuk dalam tingkatan konsumen III atau konsumen tersier. Di mana ular memakan
hewan-hewan pada konsumen II atau konsumen sekunder. Hewan pada konsumen sekunder ini
seperti tikus atau katak yang memakan hewan-bewan herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan).1
Kemudian ular menjadi mangsa predator atau konsumen IV yang menjadi tingkatan
paling puncak. Ada beberapa hewan yang menjadi pemangsa ular. Untuk kelompok burung ada
burung hantu dan elang. Kemudian ada juga ular yang memakan ular karena tingkatannya lebih
tinggi. Selain itu, musang dan rubah juga menjadi hewan darat yang memangsa ukar sebagai
makanannya. Jika predator atau konsumen puncak ini banyak diburu oleh manusia atau
mengalami populasi yang tidak seimbang, besar kemungkinan konsumen di bawahnya menjadi
tidak seimbang.2 (Diposkan oleh Angga Mechan di 05:25)

5. Elang

Jika dilihat dari tingkatannya, elang berada diposisi konsumen tingkat 3. Konsumen
tingkat 3 dapat disebut tingkat yang paling atas karena elang merupakan burung predator. Fungsi
predator yaitu sebagai hewan yang bertugas memangsa semua makanan yang ada di kelas dua
dari siklus rantai makanan. Fungsi lain dari predator yakni sebagai pengendali populasi hewan
atau tumbuhan agar kehidupan di alam tetap stabil. Hal ini sebabkan jika tak ada predator itu
artinya harmoni kehidupan di alam akan terganggu. Sehingga tidak ada yang membeludak karena
seperti sudah di sortir oleh para predator.1
Ketika kehidupan alam mulai terganggu maka efek yang terjadi yaitu laju populasi
tumbuhan atau hewan yang meningkat dan menjadi hama terhadap pertanian. Hal selanjutnya
yang terjadi adalah langka atau punahnya salah satu aspek rantai makanan.2
Contohnya ketika burung elang mulai langka maka dapat dipastikan hewan yang
dijadikan mangsa elang semisal burung pipit, pasti jumlah populasinya akan bertambah banyak
karena sudah sedikit elang yang memangsa kawanan burung pipit. Maka hal ini membuktikan
bahwa peran elang sebagai predator disini begitu penting yakni menjaga keseimbangan alam yang
berkaitan dalam siklus rantai makanan.3

Akan tetapi elang adalah predator dominan dan kejam di lingkungan mereka, oleh
karena itu elang memiliki sedikit predator alami sendiri. Elang yang paling mungkin untuk diburu
oleh hewan yang lebih kecil adalah elang yang masih anak-anak atau masih muda dan belum
berpengalaman sehingga mereka cukup rentan. 4

Salah satu cara elang betina untuk melindungi telurnya adalah membangun sarang mereka
di puncak pohon yang tinggi atau di tebing yang tinggi di mana mereka berada di tempat paling
aman mereka. Ibu elang cenderung untuk meletakkan dua telur yang menetas setelah sekitar satu
bulan. Namun pada banyak spesies elang, salah satu elang secara alami sedikit lebih kuat dari
betina yang lain dengan betina yang lebih kuat umumnya membunuh saudara yang lemah.5

Ada yang meneliti, katanya burung elang ini memiliki suatu titik penting dalam hidupnya yang
menentukan apakah burung elang ini dapat hidup terus sampai umur tujuh puluh tahun atau mati,
dan titik penting itu muncul pada fase hidup burung elang di umur 40 tahun (Nabi Muhammad
SAW mulai menjadi rasul di umur 40 tahun juga6

Kondisi tubuh burung elang di umur 40 tahun ini adalah masa-masa dimana seekor elang berada
pada titik terendah dari sisi daya hidup (biologis). Paruhnya tua, melengkung panjang dengan
ukuran yang tidak sama atas dan bawahnya, yang konsekuensinya tentu si burung akan sulit
menggunakan paruhnya untuk mematuk-matuk makanan. Bulu-bulu yang ada di sayap nya pun
sudah menebal dan berat sehingga sulit untuk digunakan terbang tinggi. Dan kuku-kuku kakinya
yang biasanya menjadi senjata utama untuk mencengkeram mangsanya sudah kaku sehingga
sangat sulit untuk dipakai mencengkeram. Dengan kondisi ini semua burung elang berada di
simpang jalan, mau tetap hidup atau membiarkan kematian datang mendekat begitu saja tanpa
daya. Dengan kekuasaan Allah, si burung elang ini memiliki naluri untuk mempertahankan
hidupnya semaksimal mungkin, dan apakah yang akan dilakukan oleh burung elang ini?7

Tahap pertama yang akan dilakukan burung elang ini adalah mencari tempat yang tertinggi.
Burung ini banyak tinggal di daerah gurun, maka si burung akan mencari gunung atau bukit-bukit
berbatu. Meskipun kondisi nya hanya bisa berjalan serta meloncat-loncat, si burung akan tetap
berusaha untuk mencapai puncak tertinggi.8
Tahap kedua setelah di sampai di suatu puncak maka dia akan mulai dengan membentur-
benturkan paruhnya (yang sudah tua) ke batu-batu yang keras, dengan maksud apa? Supaya paruh
tersebut hancur tak bersisa. Paruh yang selama 40 tahun menempel di mulutnya tersebut karena
fungsinya yang telah hilang secara naluriah oleh si burung elang ini dihancurkan dengan harapan
akan tumbuh paruh baru yang lebih muda, kuat dan fungsional. Tentunya sangat menyakitkan
menghancurkan paruh sendiri ….Setelah hancur paruh tersebut si burung berhari-hari akan
menunggu sampai paruh baru tumbuh. Tentu selama masa menunggu tersebut si burung tidak
dapat makan sebagaimana biasanya, tetapi demi tercapainya tujuan yang lebih baik si burung rela
dengan kondisi tersebut.9

Tahap ketiga setelah si burung elang berhari-hari menjalani masa penuh penderitaan, akhirnya
tumbuhlah paruhnya yang baru, lebih muda dan kuat. Paruh ini akan digunakan oleh si burung
elang untuk mencabik-cabik kuku-kuku/cakar kakinya yang sudah kaku…Bisa anda bayangkan
betapa sakitnya…setelah semuanya selesai kembali si burung elang menunggu berhari-hari
sampai tumbuh kuku-kuku/cakar yang kokoh dan kuat. Apakah setelah itu selesai pekerjaan si
burung? Tidak! masih ada satu tahapan lagi yang harus dilalui oleh si burung elang, apakah itu?10
Yaitu si burung akan mulai mencabuti satu-persatu bulu-bulunya yang menempel di sayapnya,
yang telah mendampinginya selama 40 tahun ! Tentunya ini juga merupakan pekerjaan yang
sangat menyakitkan bagi si burung. Sampai akhirnya setelah semuanya selesai (dan ini bisa
mencapai waktu berbulan-bulan) jadilah si burung elang ‘lahir’ kembali dengan perangkat-
perangkat hidup yang lebih kuat: paruh yang tajam, cakar yang kokoh kuat serta sayap dengan
bulu-bulunya yang baru. Selesai tahapan penempaan bagi burung ini mulailah si burung elang
dapat menjalani hidupnya sampai 30 tahun lagi.11 Abi Rafi 2007

6. Dekomposer

Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang menguraikan organisme lain yang
mati. Pengurai ini berperan dalam meleburkan senyawa organik kompleks menjadi lebih
sederhana sehingga dapat terurai dengan lingkungan di sekitarnya. Ketika terdapat bangkai
organisme, dekomposer ini akan “memakan” tubuhnya dan mengeluarkan kembali dalam bentuk
senyawa yang lebih lembut dan diturunkan ke dalam tanah. Di dalam tanah, hasil penguraian ini
bisa menjadi pupuk kompos atau penyubur tanah. Pohon-pohon dan tumbuhan lain di sekitarnya
akan menerima manfaat dari penguraian organisme ini. Jadi, selain berfungsi untuk
membersihkan jasad organisme yang telah mati, dekomposer juga berfungsi membantu
menyuburkan tanah. Beberapa contoh dekomposer dalam ekosistem adalah cacing tanah, bakteri,
jamur, dan serangga.
BAB III
PENUTUP

2.8 Kesimpulan

Setiap organisme tersebut tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung pada organisme lain
dan lingkungannya. Saling ketergantungan ini akan membentuk suatu pola interaksi. Pola interaksi ini
terjadi antara komponen biotik dengan komponen abiotik dan antara komponen biotik dan biotik.
Interaksi antara makhluk hidup yang lain dapat terjadi melalui rangkaian peristiwa makan dan
dimakan (rantai makanan, jaring makanan dan piramida makanan), maupun melalui bentuk hidup
bersama, yaitu simbiosis.
Dengan adanya pestisida, tumbuhan padi tersebut terhindar dari serangan hama. Namun
penggunaanya harus sesuai dengan takarannya sendiri-sendiri. Jika tidak sesuai dengan takarannya
berakibat menurunkan kualitas dari padi tersebut.
Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana atau
lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang pertanian tanaman yang diciptakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan
pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman
dan pemilihan vegetasinya.
Komponen abiotik ekosistem sawah yaitu : tanah, air, udara, cahaya matahari, iklim. Adapun
komponen biotik ekosistem sawah yaitu : produsen, konsumen, pengurai.
Interaksi antar komponen ekologi dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi,
dan antar komunitas.
Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya
Produsen: organisme yang mendapat energi dari sinar matahari dengan memproduksi gula dan
karbohidrat sederhana lainnya. Konsumen: organisme yang mengkonsumsi organisme lain untuk
energi. Pengurai: organisme yang mendapat energi dengan memecah organisme mati ke nutrisi

2.9 Saran

Berkurangnya salah satu populasi penyusun dalam rantai makanan pada ekosistem
sawah akan berpengaruh dengan populasi lain . Oleh karna itu harus ada keseimbangan mulai
dari produsen sampai dengan decomposer (pengurai).
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D. 2010. Biologi SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Elfis. 2010a. http://elfisuir.blogspot.(Diakses: 17 Maret 2011)

Elfis. 2010b. Hubungan Air dengan Tumbuhan. Available at : http://elfisuir.blogspot.


com/2010/02/hubungan-air-dengan-tumbuhan.html. (Diakses 21 Mare 2011).

Elfis. 2010c. Air Dalam Kajian Ekologi Tumbuhan. Available at : http://elfisuir. blogspot.com/2010/02/air-
dalam-kajian-ekologi-tumbuhan.html. (Diakses 21 Maret 2011).
http://biologirendy.blogspot.co.id/2016/04/makalah-ekosistem-sawah-dan-tegalan.html

Elfis. 2010d. Ekologi Komunitas. Available at : http://elfisuir.blogspot.com/2010/03/


ekologi-komunitas.html. (Diakses 21 Maret 2011).

Elfis suhu dalam kajian ekologi

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem

http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=229&Itemid=1
13 April 2012 jam 13:16

logspot.com/_4AICnOp80v0/S9Q9q4kLxPI/AAAAAAAAAEQ/UeP3z-
GQI7Q/s1600/jaringjaring%2Bmakanan3.JPG&imgrefurl=http://gurudanguru.blogspot.com/2009/05/conto
hrpptimteaching.html&h=384&w=512&sz=18&tbnid=9encqk4yQI9nM:&tbnh=90&tbnw=120&prev=/sea
rch%3Fq%3Dcontoh%2Bjaring%2Bjaring%2Bmakanan%26tbm%3Disch%26tbo%3Du&zoom=1&q=cont
oh+jaring+jaring+makanan&docid=cEddsq76Ndq31M&hl=id&sa=X&ei=6sqHT7btLYXtrAfujNmSCw&v
ed=0CC0Q9QEwAQ&dur=3100

Anda mungkin juga menyukai