BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain yaitu :
1. Untuk mengkaji komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem pekarangan.
2. Untuk mengetahui interaksi antar komponen-komponen penyusun ekosistem pekarangan.
3. Untuk mengetahui rantai makanan atau jaring-jaring makanan pada ekosistem pekarangan.
BAB III
DASAR TEORI
2.1 Komponen Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik
dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi
organisme, yaitu:
1. Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2. Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi
terhadap ketersediaan air di gurun.
3. Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis.
Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang
terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu
sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di
tanah.
6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro
meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang
dihuni komunitas tertentu.
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup
(organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain
komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat
organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang
berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
2. Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga
konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang
tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
3. Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan
yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu
kayu.
Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu :
1. Aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2. Anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
3. Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron.
komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan
ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan
sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung
di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir,
batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Menurut Herti Maryani (1991) Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi
melalui :
1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan
urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena
organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi
pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat
trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan
pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan
hilang.
2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
3. Antar komponen biotik dan abiotik, Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat
terjadi melalui siklus materi, seperti: siklus karbon, siklus air, siklus nitrogen, siklus sulfur.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas, pensil, penggaris/pengukur
meteran.
No Hewan Jumlah
1 Cacing (Lumbricus terrestris) 2
2 Semut (Hymenoptera Sp) Banyak
3 Belalang (Atractomorpha crenulata) 2
4 Tikus (Mus musculus) 1
5 Kucing (Felis silvestris) 2
6 Lebah (Apis) Banyak
7 Capung (Neurothemis Sp) 1
8 Ayam (Gallus gallus) 1
9 Kupu-kupu (Appias libythea) 2
10 Ulat bulu (Lymantridae) 2
11 Manusia (homo sapiens) Banyak
12 Burung (Prinia familiaris) 2
13 Ular (Xenochrophis vittatus) 1
Belalang
Burung
Manusia
Ayam
: Dimakan oleh
Ular
Rumput disebut sebagai produsen. Belalang, Ulat, dan Ayam disebut sebagai Konsumen I.
Burung disebut sebagai Konsumen II. Ular disebut sebagai Konsumen II dan Konsumen III.
Manusia disebut sebagai Konsumen II, Konsumen III, Konsumen IV.
4.2 Analisis
Praktikum komponen biotik dan abiotik pekarangan dan penyusunnya kali ini dilakukan
di sekitar pekarangan rumah. Pada lokasi tersebut diamati komponen-komponen penyusunnya
yaitu komponen biotik-abiotik. Komponen biotik meliputi makhluk hidup yang ada ditempat
tersebut, baik hewan maupun tumbuhan. Komponen abiotik meliputi suhu udara, intensitas
cahaya, kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban tanah, dan keasaman (pH).
1. Analisis Data Komponen Biotik
Berikut ini adalah komponen biotik ekosistem tumbuhan pekarangan:
1. Bunga pacar (Impatiens balsamina)
Impatiens balsamina (Bunga Pacar air) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan
Asia Tenggara. Tanaman ini diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini adalah
tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau
merah jambu. Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek yang kecil. Tinggi tanaman ini bisa
mencapai satu meter dengan batangnya yang tebal dan daunnya yang bergerigi tepinya.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Family : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Spesies : Impatiens balsamina
2. Bunga keladi hias (Caladium Sp)
Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan,
Araceae). Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa
tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas (Colocasia).
Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil
namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Monocophyta
Kelas : Monocopsida
Ordo : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Caladium
Spesies : Caladium Sp
3. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) disebut juga raja obat karena multiguna untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dari hasil beberapa penelitian ilmiah membuktikan
bahwa daun dan kulit buah mahkota dewa mengandung alkaloid, saponin dan flavanoid. Daun
dan kulit buah mahkota dewa mengandung bahan aktif berupa alkaloid,saponin, flavanoid dan
polifenol. Alkaloid, sebagai detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam tubuh. Saponin,
sebagai sumber anti bakteri dan anti virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan vitalitas
serta mengurangi kadar gula dalam darah. Flavanoid, sebagai antioksidan, melancarkan
peredaran darah, mengurangi kolesterol, anti inflamasi (anti radang) dan membantu mengurangi
rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Polifenol, sebagai antihistamin (anti
alergi).
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
Berikut ini adalah komponen biotik ekosistem hewan di pekarangan
1. Semut (Hymenoptera Sp)
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut
termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih
dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal
dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per
koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni
dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni
semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk
sebuah kesatuan.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : hymenoptera
Family : Formicidea
Genus : Hymenoptera
Spesies : Hymenoptera sp.
2. Lebah (Apis)
Lebah madu mencakup sekitar tujuh spesies lebah dalam genus Apis, dari sekitar 20.000
spesies yang ada. Saat ini dikenal sekitar 44 subspesies. Mereka memproduksi dan menyimpan
madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari malam,
yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Family : Apidae
Genus : Apini
Spesies : Apis
3. Kupu-kupu (Appias libythea)
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo
Lepidoptera, atau ‘serangga bersayap sisik’ (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Apidae
Genus : Appias
Spesies : Appias libythea
4. Capung (Neurothemis Sp)
Capung atau sibar-sibar dan Capung Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke
dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat
mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa
daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Artropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Family : Neopetaliidae
Genus : Neurothemis
Spesies : Neurothemis Sp
4. Temperatur
Menurut Mackenzie, et all (1998) bahwa salah satu hal yang menyebabkan temperatur udara
disuatu tempat meningkat adalah karena adanya peningkatan intensitas cahaya. Dalam
pengamatan yang telah dilakukan mempunyai temperatur normal karena intensitas cahaya di
pekarangan tersebut juga cukup bagus, dalam arti tidak terlalu tinggi yang tidak terlalu rendah.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum komponen biotic dan abiotik pekarangan dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat 9 komponen biotic tumbuhan dan 13 komponen biotic hewan serta 6 komponen
abiotik ekosistem. Setelah melakukan pengamatan pada ekosistem pekarangan, dapat di
simpulkan bahwa terdapat keanekaragaman yang cukup tinggi, yaitu terdapat sekitar 28 hewan
dan tumbuhan yang hidup pada pekarangan tersebut, walaupun luas pekarangan tidak terlau luas
yaitu 2m x 10m. Komponen – komponen yang mempengaruhi ekosistem di pekarangan di
antaranya yaitu, intensitas cahaya, temperature, suhu dan kelembaban, pH tanah, dll.