Anda di halaman 1dari 15

KOMPONEN BIOTIK DAN ABIOTIK PEKARANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan
biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tanaman tahunan
untuk keperluan sendiri sehari-hari dan untuk diperdangkan. Pekarangan kebanyakan saling
berdekaan, dan besama-sama membentuk kampung, dukuh, atau desa”. Soemarwoto (1975) yang
melihatnya sebagai suatu ekosistem, berhasil memberikan definisi yang lebih lengkap dengan
mengatakan bahwa: “Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar
rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan
masih mempunyai hubungan pemilikan atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan.
Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya,
hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”. Oleh karena itu, kita harus mempelajari tentang
ekosistem pekarangan karena hal tersebut penting bagi kehidupan kita sehingga keseimbangan
ekosistem yang ada tetap terjaga dan tidak musnah (Danoesastro, 1978).
Menurut Sutopo, (1988) Secara umum di masyarakat sering disebut istilah “lingkungan
hidup”. Lingkungan hidup adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Lingkungan hidup itu terdiri dari dua komponen yaitu komponen abiotik dan biotik :
a. Komponen abiotik, yaitu terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya matahari,
batu,  iklim, hujan, suhu, kelembaban, dan angin.
b. Komponen biotik, yaitu terdiri dari mahkluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia.
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem.
Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat
mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme. Komponen abiotik adalah
komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Komponen abiotik dapat kita temui
dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi
kehidupan manusia. Sedangkan faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk
hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, produsen (tumbuhan hijau),
konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).

1.2    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain yaitu :
1.   Untuk mengkaji komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem pekarangan.
2.   Untuk mengetahui interaksi antar komponen-komponen penyusun ekosistem pekarangan.
3.   Untuk mengetahui rantai makanan atau jaring-jaring makanan pada ekosistem pekarangan.

1.3    Diskripsi Lokasi Observasi


Pada praktikum komponen biotic dan abiotik pekarangan dilakukan pada pagi hari yang
cerah, dengan menggunakan alat tulis dan setelah itu mengamatinya komponen apa saja yang
terdapat dipekarangan tersebut. Dengan ciri lokasi  langsung terkena sinar matahari, dilakukan
ditempat yang tidak banyak air, namun apabila terkena air hujan akan tergenang, dan luasan area
2m x 10 m terdapat komponen biotic tumbuhan ada 9 dan hewan terdapat 13, sedangkan
komponen abiotik terdapat 6 komponen. Tumbuhan yang terdapat dipekarangan tersebut terdapat
komponen yang saling menguntungkan serta dapat terjadinya rantai makan dan jaring-jaring
makanan. Dimana tumbuhan merupakan komponen biotic yang berperan sebagai produsen.
Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar setengahnya dari rata-rata
sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme fotosintesis, dan juga
hanya sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi makanan (energi kimia). Sisanya
keluar dari sistem berupa panas, dan energi yang diubah menjadi makanan oleh tumbuhan
dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga sebagai keluaran dari sistem. Proses makan
memakan akan sampai ketingkat decomposer atar pengurai menjadi bahan organic yang berguna
untuk tumbuhan serta tanah tersebut.

BAB III

DASAR TEORI
2.1 Komponen Abiotik

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik
dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi
organisme, yaitu:
1.   Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk
meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2.   Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi
terhadap ketersediaan air di gurun.
3.   Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis.
Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4.   Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat
menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang
terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu
sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5.   Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di
tanah.
6.   Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro
meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang
dihuni komunitas tertentu.

2.2  Komponen Biotik

Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup
(organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain
komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.   Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat
organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang
berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut dan tumbuhan hijau.
2.   Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga
konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang
tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
3.   Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan
yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu
kayu.
Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu :
1.   Aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2.   Anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
3.   Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron.
komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan
ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan
sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung
di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir,
batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Menurut  Herti Maryani (1991) Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi
melalui :
1.     Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan
urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena
organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi
pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat
trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan
pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan
hilang.
2.     Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
3.     Antar komponen biotik dan abiotik, Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat
terjadi melalui siklus materi, seperti: siklus karbon, siklus air, siklus nitrogen, siklus sulfur.

BAB III

METODOLOGI  PENELITIAN

3.1    Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 21 Maret  2012, pada pukul 10.00 -
11.00 WIB dengan luasan 2 m x 10 m. Praktikum komponen biotik dan abiotik dilakukan
dipekarangan rumah yang bertempat di  jalan A. Yani Lrg Dua Saudara No 669. Rt 30 13 ULU
Palembang.

3.2    Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kertas, pensil, penggaris/pengukur
meteran.

3.3 Cara Kerja


1. Cari lokasi pekarangan yang sesuai
2. Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung
3. Hasil observasi dikelompokkan tingkatan trofiknya berdasarkan konsep pyramid
4. Dari tabulasi data, lalu dianalisis dan dibuat rantai makanan dan jarring-jaring   makanan.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

4.1  Hasil Pengamatan


1. Tabel Data Komponen Biotik
No Tumbuhan Jumlah
1 Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) 3
2 Keladi hias (Caladium Sp) 2
3 Bungan Asoka (Saraca indica) 1
4 Aglonema 2
5 Rumput (Cyperus rotundus L) Banyak
6 Lumut (Bryophyta) Banyak
7 Palm kipas (Livistona Sp) 1
8 Rambutan (Nephelium lappaceum) 1
9 Bunga pacar (Impatiens balsamina) 1

No Hewan Jumlah
1 Cacing (Lumbricus terrestris) 2
2 Semut (Hymenoptera Sp) Banyak
3 Belalang (Atractomorpha crenulata) 2
4 Tikus (Mus musculus) 1
5 Kucing (Felis silvestris) 2
6 Lebah (Apis) Banyak
7 Capung (Neurothemis Sp) 1
8 Ayam (Gallus gallus) 1
9 Kupu-kupu (Appias libythea) 2
10 Ulat bulu (Lymantridae) 2
11 Manusia (homo sapiens) Banyak
12 Burung (Prinia familiaris) 2
13 Ular (Xenochrophis vittatus) 1

2. Tabel Data Komponen Abiotik


No Komponen abiotik Jumlah
1 Air Banyak
2 pH Tanah Banyak
3 Suhu dan kelembaban Banyak
4 Intensitas cahaya Terang
5 Batu Banyak
6 Temperatur   Banyak

3.  Tingkatan Trofik dengan Konsep Piramid


Gambar 3.1 Produsen > Konsumen I > Konsumen II > Konsumen III > Pengurai

4.       Rantai Makanan


Daun keladi             Ulat             Ayam                Manusia           Dekomposer
Rumput           Belalang              Burung             Ular                  Dekomposer
       Daun keladi dimakan ulat, ulat dimakan ayam, ayam dimakan manusia dan setelah itu
manusia menjadi decomposer atau mengurai. Rumput dimakan belalang, belalang dimakan
burung, burung dimakan ular dan seterusnya ular akan menjadi decomposer.
5.      
Dekomposer
Jaring-jaring Makanan
Ulat

Belalang

Rumput, daun keladi, daun aglonema, Daun mahkota dewa

Burung
Manusia
Ayam
: Dimakan oleh
Ular
 
          Rumput disebut sebagai produsen. Belalang, Ulat, dan Ayam disebut sebagai Konsumen I.
Burung disebut sebagai Konsumen II. Ular disebut sebagai Konsumen II dan Konsumen III.
Manusia  disebut sebagai Konsumen II, Konsumen III, Konsumen IV.

4.2 Analisis
Praktikum komponen biotik dan abiotik pekarangan dan  penyusunnya kali ini dilakukan
di sekitar pekarangan rumah. Pada lokasi tersebut diamati komponen-komponen penyusunnya
yaitu komponen biotik-abiotik. Komponen biotik meliputi makhluk hidup yang ada ditempat
tersebut, baik hewan maupun tumbuhan. Komponen abiotik meliputi suhu udara, intensitas
cahaya, kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban tanah, dan keasaman (pH).
1.       Analisis Data Komponen Biotik
Berikut ini adalah komponen biotik ekosistem tumbuhan pekarangan:
1.   Bunga pacar (Impatiens balsamina)
Impatiens balsamina (Bunga Pacar air) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan
Asia Tenggara. Tanaman ini diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini adalah
tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau
merah jambu. Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek yang kecil. Tinggi tanaman ini bisa
mencapai satu meter dengan batangnya yang tebal dan daunnya yang bergerigi tepinya.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Plantae
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Ericales
Family            : Balsaminaceae
Genus              : Impatiens
Spesies            : Impatiens balsamina
2. Bunga keladi hias (Caladium Sp)
Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan,
Araceae). Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa
tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas (Colocasia).
Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil
namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Plantae
Divisi              : Monocophyta
Kelas               : Monocopsida
Ordo                : Alismatales
Family            : Araceae
Genus              : Caladium
Spesies            : Caladium Sp
3. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) disebut juga raja obat karena multiguna untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dari hasil beberapa penelitian ilmiah membuktikan
bahwa daun dan kulit buah mahkota dewa mengandung alkaloid, saponin dan flavanoid. Daun
dan kulit buah mahkota dewa mengandung bahan aktif berupa alkaloid,saponin, flavanoid dan
polifenol. Alkaloid, sebagai detoksifikasi yang dapat menetralisir racun dalam tubuh. Saponin,
sebagai sumber anti bakteri dan anti virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan vitalitas
serta mengurangi kadar gula dalam darah. Flavanoid, sebagai antioksidan, melancarkan
peredaran darah, mengurangi kolesterol, anti inflamasi (anti radang) dan membantu mengurangi
rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan. Polifenol, sebagai antihistamin (anti
alergi).
Klasifikasi ilmiah
Kingdom         : Plantae
Divisi              : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Myrtales
Famili             : Thymelaeaceae
Genus              : Phaleria
Spesies            : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
Berikut ini adalah komponen biotik ekosistem hewan di pekarangan
1.   Semut (Hymenoptera Sp)
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut
termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih
dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal
dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per
koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni
dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni
semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk
sebuah kesatuan.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Animalia
Filum                          : Artropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : hymenoptera
Family            : Formicidea
Genus              : Hymenoptera
Spesies            : Hymenoptera sp.
2.     Lebah (Apis)
Lebah madu mencakup sekitar tujuh spesies lebah dalam genus Apis, dari sekitar 20.000
spesies yang ada. Saat ini dikenal sekitar 44 subspesies. Mereka memproduksi dan menyimpan
madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari malam,
yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Animalia
Filum                          : Artropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Hymenoptera
Family            : Apidae
Genus              : Apini
Spesies            : Apis
3.   Kupu-kupu (Appias libythea)
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo
Lepidoptera, atau ‘serangga bersayap sisik’ (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Animalia
Filum                          : Artropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Family            : Apidae
Genus              : Appias
Spesies            : Appias libythea
4.   Capung (Neurothemis Sp)
Capung atau sibar-sibar dan Capung Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke
dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat
mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa
daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Animalia
Filum                          : Artropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Odonata
Family            : Neopetaliidae
Genus              : Neurothemis
Spesies            : Neurothemis Sp

5.   Kucing (Felis silvestris)


Kucing, Felis silvestris catus, adalah sejenis karnivora. Kata “kucing” biasanya merujuk
kepada “kucing” yang telah dijinakkan, tetapi bisa juga merujuk kepada “kucing besar” seperti
singa, harimau, dan macan.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Animalia
Filum                          : Chordata
Kelas               : Mamalia
Ordo                : Karnivora
Family            : Felidae
Genus              : Felis
Spesies            : F. silvestris
6.   Belalang (Atractomorpha crenulata)
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera.
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki
ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan
dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut
stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya
panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun
sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan         : Animalia
Filum                          : Artropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Ortoptera
Family            : Pyrgomorphidae
Genus              : Atractomorpha
Spesies            : Atractomorpha crenulata
2.   Analisis Data Komponen Abiotik
Berikut ini adalah komponen abiotik ekosistem pekarangan:
1.   Suhu dan Kelembaban
      Suhu merupakan faktor pembatas bagi makhluk hidup, karena berpengaruh terhadap reaksi-
reaksi enzimatis tubuh. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat
yang diperlukan organisme untuk hidup. Umumnya makhluk hidup bertahan pada suhu 4-45°C.
Suhu < 4°C, reaksi enzimatis berlangsug sangat lambat. Suhu>45°C, enzim-enzim mengalami
denaturasi sehingga menyebabkan kematian (Fitter, 1991). Pada praktikum yang saya
laksanakan, suhu di pekarangan sedang karena praktikum dilaksanakan pada pagi hari pukul
10.00 WIB dengan cuaca cerah.
2.   Intensitas Cahaya
 Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena cahaya matahari berperan
dalam menaikkan suhu lingkungan. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan
oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Banyaknya cahaya yang mencapai
permukaan bumi ditentukan oleh lintang geografinya, selain itu juga dipengaruhi oleh ada
tidaknya penghalang cahaya. Intensitas cahaya pada saat praktikum dilaksanakan cukup bagus
karena pekarangan berada didepan rumah dan letak pemukiman tidak terlalu padat sehingga
cahaya matahari tidak terhalang dan bisa masuk dengan baik, sehingga apabila suatu daerah
memiliki intensitas cahaya yang cukup, tumbuhan tersebut akan tumbuh dengan baik (Fitter,
1991).
3.   pH Tanah
          Tanah yang baik untuk tempat tumbuh tanaman memiliki pH 5,0-8,0 dan pH sangat
berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar. pH tanah diekosistem pekarangan yang saya
amati cocok dengan tumbuhan yang ada karena tumbuhan yang ada tumbuh dengan subur
(Istamar, 1997).

4.   Temperatur
           Menurut Mackenzie, et all (1998) bahwa salah satu hal yang menyebabkan temperatur udara
disuatu tempat meningkat adalah karena adanya peningkatan intensitas cahaya. Dalam 
pengamatan yang telah dilakukan mempunyai temperatur normal karena intensitas cahaya di
pekarangan tersebut juga cukup bagus, dalam arti tidak terlalu tinggi yang tidak terlalu rendah.

2.   Analisis Tingkatan Trofik dengan Konsep Piramid


Dari Gambar 3.1 Produsen > Konsumen I > Konsumen II > Konsumen III > Pengurai
Tingkat tropic pertama yaitu produsen ditempati oleh rumput dan tumbuhan lain yang
bersifat produsen. Konsumen tingkat I tumbuhan/rumput, konsumen tingkat II (belalang, ulat),
konsumen tingkat III (burung), konsumen tingkat IV manusia dan seterusnya. Produsen yang
bersifat autotrof selalu menempati tingkatan tropik utama, herbivora menempati tingkat tropik
kedua, karnivora menduduki tingkat tropik ketiga, dan seterusnya. Jumlah produsen selalu lebih
banyak dari pada konsumen dengan tujuan untuk menjadikannya sebagai keseimbangan sebuah
ekosistem. Jika salah satu konsumen lebih banyak dari pada produsen, maka akan menimbulkan
ketidak seimbangan ekosistem itu sendiri. Seperti halnya apabila jumlah populasi belalang lebih
banyak dari pada rumput maka akan mengakibatkan jumlah rumput akan semakin berkurang,
dan apabila jumlah rumput berkurang, populasi belalang sebagai pemakan rumput itu sendiri
juga akan berkurang, dan seterusnya.

3.   Analisis Rantai Makanan


Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui memakan dan dimakan  antar
organisme yang berlangsung secara teratur dan membentuk suatu garis tertentu. Misal: Rumput-
Ulat-Burung-Manusia. Tumbuhan atau rumput dimakan ulat. Ulat dimakan burung, burung
dimakan manusia. Akhirnya manusia mati diuraikan oleh dekomposer atau pengurai. Dari rantai
makanan tersebut tumbuhan merupakan produsen, ulat disebut konsumen tingkat I, burung
sebagai konsumen tingkat II. Manusia sebagai konsumen tingkat III dan sebagai konsumen
tingkat IV, berkedudukan sebagai konsumen puncak (merupakan konsumen yang tidak dimakan
lagi oleh konsumen lain). Peristiwa di atas disebut rantai makanan dengan urutan tertentu, yaitu
produsen → konsumen tingkat I → konsumen tingkat II → konsumen tingkat III → konsumen
tingkat IV. Pada rantai makanan terjadi perpindahan zat makanan dari sumbernya, yaitu
tumbuhan melalui sederetan makhluk hidup tertentu dengan cara makan dan dimakan. Rantai
makanan tidak terpisah satu sama lainnya, tetapi saling berkaitan.

4.   Analisis Jaring-jaring Makanan


Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan
dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi dari
bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur kimia 
transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui interaksi makan dan
dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk
struktur trofik yang bertingkat-tingkat. Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai
organisme dengan sumber makanan tertentu. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme
autotrop yang disebut produsen. Organisme autotrof adalah organisme yang dapat membuat
bahan organik sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan sumber energi. Bila  dapat
menggunakan energi cahaya seperti cahaya, matahari disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan
hijau. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai organisme yang tidak dapat menyusun bahan
organik sendiri yang disebut organisme heterotrof. Organisme heterotrof ini hanya menggunakan
zat organik dari organisme lain sehingga disebut juga konsumen.

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum komponen biotic dan abiotik pekarangan dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat 9 komponen biotic tumbuhan dan 13 komponen biotic hewan serta 6 komponen
abiotik ekosistem. Setelah melakukan pengamatan pada ekosistem pekarangan, dapat di
simpulkan bahwa terdapat keanekaragaman yang cukup tinggi, yaitu terdapat sekitar 28 hewan
dan tumbuhan yang hidup pada pekarangan tersebut, walaupun luas pekarangan tidak terlau luas
yaitu 2m x 10m. Komponen – komponen yang mempengaruhi ekosistem di pekarangan di
antaranya yaitu, intensitas cahaya, temperature, suhu dan kelembaban, pH tanah, dll.

Anda mungkin juga menyukai