Anda di halaman 1dari 14

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika. Air merupakan kebutuhan dasar tanaman untuk dapat tumbuh, berkembang, berproduksi dengan baik (De Datta, 1981). Total kebutuhan air untuk tanaman padi pada lahan yang tergenang termasuk persiapan lahan berkisar antara 1300-1900 mm (Bouman et al., 2005). Pengelolaan air irigasi padi sawah sangat penting untuk memaksimumkan pengembangan teknologi budidaya padi terutama untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air. Ketersediaan air yang cukup merupakan salah satu faktor utama dalam produksi padi sawah. Di sebagian besar daerah Asia, tanaman padi tumbuh kurang optimum akibat kelebihan air atau kekurangan air karena curah hujan yang tidak menentu dan pola lanskap yang tidak teratur. Pada umumnya, alasan utama penggenangan pada budidaya padi sawah yaitukarena sebagian besar varietas padi sawah tumbuh lebih baik dan menghasilkanproduktivitas yang lebih tinggi ketika tumbuh pada tanah tergenang serta

dibandingkan dengan tanah yang tidak tergenang. Air mempengaruhi karakter tanaman, unsur hara dan keadaan fisik tanah, dan pertumbuhan gulma (De Datta, 1981). Kebutuhan air tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, kesuburan tanah, iklim (basah atau kering), umur tanaman, dan varietas padi yang ditanam,dan sebagainya. Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki fase bunting sampai pengisian bulir (Juliardi dan Ruskandar, 2006). 1.2 Landasa Teori Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.( Arafah. 2008).

Nuri_ok@yahoo.com

Page 1

Genus Oryza termasuk dalam rumpun Oryzeae dalam famili Gramineae (rumputrumputan). Sekitar 20 spesies tersebar di dunia terutama di daerah tropis basah Afrika, Asia Selatan dan asia Tenggara, Cina Selatan, Amerika Selatan dan Tengah, dan Australia. Padi yang dibudidayakan saat ini termasuk dalam genus.Oryza dengan spesies utama yaitu Oryza sativa. Oryza glaberrima yang tumbuh secara sporadis di beberapa wilayah negara-negara Afrika Barat, secara bertahap mulai tergantikan oleh Oryza sativa (De Datta, 1981). Kultivar padi yang ada saat ini digolongkan berdasarkan bentuk morfologinya ke dalam tiga tipe, yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. Padi Japonica memiliki karakteristik bentuk biji yang pendek dan bulat, warna daunnya hijau tua, jumlah anakan banyak, jumlah gabah per malai banyak, dan bobot gabahnyaberat, tersebar di Jepang, Korea, dan Penin. Padi Indica memiliki karakteristik bentuk biji yang ramping dan panjang, warna daun hijau muda, jumlah anakan banyak, jumlah gabah per malai banyak, tetapi bobot gabahnya ringan, tersebar di Cina Selatan, Taiwan, India, dan Sri Lanka. Sedangkan padi Javanica memiliki karakteristik bentuk biji oval, warna daun hijau muda, jumlah anakan sedikit, jumlah gabah per malai sedikit, dan bobot gabah berat, tersebar diJawa dan Bali (Katayama, 1993). Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan dan daun. Bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada setiap anakan. Akar padi merupakan akar serabut yang sangat efektifdalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10-20 cm (Siregar, 1981). 1.3 Permasalahan Manakah hasil yang lebih tinggi aerobik atau an-aerobik? 1.4 Tujuan Mahasiswa mampu menganalisis respon pertumbuhan tanaman padi terhadap pengaruh perbedaan aerobik lahan tanam.

BAB II METODOLOGI
2.1 Rancangan percobaan Nuri_ok@yahoo.com Page 2

Praktikum ini di laksanakan di lahan percobaan universitas bengkulu, percobaan yang digunakan rancangan acak lengkap. Perlakuan pada praktikum ini adalah A1, yitu polibeg berisi tanah yang selalu tergenang oleh air irigasi (an aerob); A2, yaitu polibeg yang berisi tanah selalu lembab. Bahan yang di gunakan adalah polybag, tanah lumpur, air untuk irigasi, bibit padi, pupuk urea, pupuk sp36, pupuk KCL, pestisida. Alat yang digunakan meliputi cangkul, tali plastik, timbangan, sabit, ember plastik dan alat semprot.
2.2 Prosedur pelaksanaan kerja

a. Menyiapkan benih padi sekitar 500g, melakukan sortasi denga cara merendam benih dalam air selama 15 menit, b. Mengambil benih yang tenggelam dalam air sebagai benih terpakai untuk praktikum ban benih yang terapung di buang. c. Benih yang terpakai di rendam dalam air selama 24 jam. d. Menyiapkan wadah persemaian dan tanah gembur untuk persemaian benih.
e. Menyemaikan benih yang sudah direndam selama 24 jam, pada media yang sudah

disiapkan, lama penyemaian benih selama 7 dan 21 hari f. Menyiapkan 10 polibag perkelompok untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman padi yang di isi dengan tanah berlumpur hingga 5cm di babah bibir polybag. g. Bibit yang berumur 7 hari di tanam untuk untuk 6 polibeg dan yang 4 polibag ditanami bibit yang berumur 21 hari. h. Memastikan polibeg selalu lelmbab dan selalu tergenang
i. Pemupukan yang dilakukan yaitu pemberian pupu Urea, SP36, dan KCL dilakukan

pada hari 21 dan hari 35 setelah tanam. Dosis pupk pada hari ke 21 adalah 0,91 g urea/pot; 0,68g SP36/pot; dan 0,68g KCL/pot. Dosis yang sama diberikan pada hari yang ke 35. Dengan demikian dosis pupuk untuk satu musim tanam adalah 1,82g Urea/POT, 1,36G sp36/pot, dan 1,36G KCL/pot. j. Penyemprotan pestisidan apabila hama/penyait sudah melewati ambang ekonomis k. Pemanenan dilakukan pada hari muncunculnya inisiasi bunga.
Nuri_ok@yahoo.com Page 3

Pengamatan Variabel pengamatan meliputi : kecepatan tumbuh tanaman (plant growth rate), jumlah anakan perumpun, kecepatan pertumbuhan akar, rasio shoot/root. 4 Analisis data

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis varian menunjukkan bahwa pengaruh aerobik lahan terhadap pertumbuahan padi menunjukkan sangat berpengaruh nyata terhadap variabel yang di amati seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, jumlah malai dan bobot kering akar. Sehingga sangat terjadi interaksi antara perlakuan aerobik dan an-aerobik.

Anaerobik

aerobik

GAMBAR 1

Gambar 1. Menunjukakan bahawa perlakuan aerobik dan an-aerobik sangat berpengaruh yang sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati. Pada gambar terlihat bahwa perlakuan aerobik lebih rentan terserang pengayakit dan pertumbuhannya lambat. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa yang mempunyai perlakuan tergenang lebih rentan terserang penyakit.

Nuri_ok@yahoo.com

Page 4

Grafik 1. Tinggi tanaman

Tinggi lembab

r2 = 0,963 r = r2=0,963= 0,981 t hit = = = 156,2

Nuri_ok@yahoo.com

Page 5

Tinggi tergenang r2 = 0,751 r = 0,886 t hit = = = 18,1 Pada tinggi tanaman pada kondisi tanah yang lembab dapat disimpulkan Karena f hitung ( 156,2) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Sedangkan pada tinggi tanaman pada kondisi tanah yang tergenang adalah Karena f hitung ( 18,1) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan nyata antar variable yang di amati. Pada peubah pertumbuhan seperti tinggi tanaman sangat berbeda antara perlakuan arobik (tergenang) dan an-aerobik (lembab). Hal ini dikarenakan pada perlakuan aerobik udara yang di dapat tanaman padi sedikit sehingga pertumbuhan padi tergangganggu, selain itu tanaman padi yang tergenang lebih rentan terserang penyakit. Sedangkan untuk tanamn padi yang anaerob atau lembab prtumbuhan tinggi tanaman sangat cepat tanpa ada gangguan.

Nuri_ok@yahoo.com

Page 6

Grafik 2. Jumlah anakan Jumlah anakan lembab r2 = 0,858 r = r2=0,858= 0,926 t hit = = = 36,25

Jumlah anakan Tergenang r 2 = 0,925 r = r2 =0,925 = 0,961 t.hit = = = 74 =

Pada jumlah anakan pada kondisi tanah yang lembab dapat disimpulkan Karena f hitung (36,25 ) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Sedangkan pada jumlah anakan pada kondisi tanah yang tergenang adalah Karena f hitung (74) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan nyata antar variable yang di amati. Pada grafik jumlah anakan perlakuan aerobik dan an-aerobik sangat berbeda nyata, untuk yang tergenang jumlah anakan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anakan yang tergenang, hal ini di duga karena perlaakuan an-aerobik jumlah udara yang didapat pada pori-pori tanah sangat maksimal sehingga anakan pada tanaman padi yang lembab cepat sekali tumbuhnya.

Nuri_ok@yahoo.com

Page 7

aerobik

Anaerobik

Gambar 2

Gambar 3. Hubungan antara panjang akar pada polibag yang lembab dan pada polibag yang tergenang Panjang akar lembab r 2 = 0,901 r = r2 =0,901 = 949 t.hit =

Nuri_ok@yahoo.com

Page 8

= = = 9,101

Panjang akar tergenang r 2 = 0,974 r = r2 =0,974 = 0,986 t.hit = = = 37,46 Pada panjang akar pada kondisi tanah yang lembab dapat disimpulkan Karena f hitung (9.101) > f table ( 12,706) sehingga H0 : P1 = 0 diterima, maka data tersebut tidak terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Sedangkan pada panjang akar pada kondisi tanah yang tergenang adalah Karena f hitung (74) > f table (12,706) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan nyata antar variable yang di amati. Panjang akar tanaman pada tanaman yang di tanam pada kondisi yang lembab dan tanaman padi yang di tanam pada kondisi yang tergenang sangat Nampak perbedaanya, pada tanaman padi yang ditanam pada kondisi yang lembab bentuk akarnya panjang, banyak dan besar sehingga akar dapat memperoleh kebutuhan hara yang jauh lebih banyak sehingga menjamin untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan pada tanaman padi yang di tanam pada kondisi tanah yang tergenang bentuk akarnya pendek, sedikit dan kecil sehiongga hara yang di serap tidak optimum untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kuru-kurus dan kerdil. berat basah tanaman Gambar 4. Hubungan antara berat basah tanaman pada polibag yang tergenang dan pada polibag yang lembab
Nuri_ok@yahoo.com Page 9

Berat basah tanaman r 2 = 0,852 r = r2 =0,852= 0,923 t.hit = = = 11,51 =

Pada berat bsah tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (11.51) > f table (4,302) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati Pada berat basah tanaman tersebut tampak bahwa pada tanaman padi yang ditanam di daerah yang lembab berat tanamannya jauh lebih berat dari tanaman padi yang di tanaman pada daerah yang tergenang karena bentuk tanamannya jauh lebih besar dan berisi. jumlah bulir

Nuri_ok@yahoo.com

Page 10

Jumlah bulir r2 = 1 r=1 t hit = = =0 Pada jumlah bulir tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (0) > f table (0) sehingga H0 : P1 = 0 diterima , maka data tersebut tidak terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Jumlah bulir pada tanaman padi sangat banyak tetapi jumlah bulir tersebut hanya berasal dari tanaman yang ditanam pada kondisi lembab saja karena pada tanaman yang ditanam pada kondisi lembab tersebut anakan yang di hasilkan adalah anakan yang produktif disini tampak perbedaan yang sangat nyata antara tanaman padi di daerah lembab dan tanaman padi di daerah yang tergenang. berat basah akar Gambar 5. Hubungan antara berat basah akar pada polibag yang tergenang dan berat basah akar pada polibag yang lembab.

Nuri_ok@yahoo.com

Page 11

Berat basah akar r 2 = 0,454 r = r2 =0,454 = 0,673 t.hit = = = 1,663 Pada berat basah akar tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (1.663) > f table (4,302) sehingga H0 : P1 = 0 diterima , maka data tersebut tidak terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Dari grafik di atas tampak bahwa berat basah pada tanaman padi yang kondisinya lembab jauh lebih berat di bandingkan dengan berat basah akar pada tanaman padi yang kondisinya tergenang, karena akar tanaman padi pada kondisi yang lembab akarnya panjang, banyak dan besar sehingga beratnyapun menjadi maksimal dan kemampuan akarpun akan semakin baik sedangkan berat basah akar pada tanaman yang tergenang sangat ringan karena pada kondisi tersebut akar tanamannya sangan pendek dan sedikit. Berat basah daun =

Nuri_ok@yahoo.com

Page 12

Gambar 6. Hubungan berat basah daun pada polibag yang tergenang dan pada polibag yang lembab

Berat basah daun r 2 = 0,5 r = r2 =0,5 = 0,707 t.hit = = = =2

Pada berat basah daun tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (2) > f table (4,302) sehingga H0 : P1 = 0 diterima , maka data tersebut tidak terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati.

BAB IV KESIMPULAN Perlakuan aerobik pada tanaman padi memberikan perbedaan yang nyata pada peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang akar. Demikian juga interaksi antara perlakuan aerobik (tergenang) dan an-aerobik (lembab) sangat menunjukkan perbedaan. Sehingga dari hasil analisis menyimpulkan bahwa perlakuan pada tanaman padi lebih bagus apa bila tidak di genangi atau dalam keadaan lembab. Karena pada pengamatan yang telah di praktekkan bahwa perlakuan lembablah yang terbaik.
Nuri_ok@yahoo.com Page 13

DAFTAR PUSTAKA Arafah. 2008. Kajian berbagai sistim tanam pada dua varietas unggul baru padi terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Jurnal Agrivigor 6:18 25 De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley & Sons, Inc. Canada. 618 p. Bouman, B.A.M., R.M. Lampayan, and T.P. Tuong. 2007. Water management in irrigated rice, coping with water scarcity. International Rice Research Institute. http://www.irri.org. [diakses 25 desember 2012]. Juliardi, Iwan, dan A. Ruskandar. 2006. Teknik mengairi padi: kalau macak-macak cukup, mengapa harus digenang. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213024.pdf. [25desember 2012]. Katayama, T. C. 1993. Morphological and taxonomical characters of cultivated rice (Oryza sativa L.), p. 41-49. In M. Takane and K. Hoshikawa (Eds). Science of the Rice Plant Vol.1: Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya. Jakarta. 319 hal.

Nuri_ok@yahoo.com

Page 14

Anda mungkin juga menyukai