Oleh:
Maharani Tirthasari
11382201810
III / E
Dosen Pengampuh :
AGROTEKNOLOGI
RIAU
TAHUN 2014
Puji syukur kita sanjungkan hanya kepada Allah SWT. Kepadanya kita
meminta, memohon ampunan, dan petunjuk. Kepadanya kita berlindung dari segala
kejahatan diri kita dan kebutukan perbuatan kita. Atas rahmat dan kesempatan
kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan sebagai pembelajaran, agar
saya bisa lebih baik lagi. Atas terselesaikannya laporan ini saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi teman-teman dan semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
PENDAHULUAN
Karet diyakini dinamai oleh Joseph Priestley, yang pada tahun 1770
asalnya Amerika Tenagh dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea brasiliensis.
Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh
Amerika, Asia, dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang menghasilkan
getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman family
Moroceae. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi, besar dan
berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari
tangkai daun daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-
20 cm. panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Anak daun berbentuk eliptis,
memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat
dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar tiga dan enam sesuai dengan
dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya. Akar
Karet adalah polimer dari satuan isoprene (politerpena) yang tersusun dari
5000 sampai 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Pada suhu normal karet
tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah dia akan mengkristal. Dengan
1.2 Tujuan
Hevea brasiliensis.
7.1 Hipotesis
cangkang atau kulit keras yang menutupi benih, kemudia di rendam dalam air
dan cairan atinic dan multiguna dan lamanya perendaman selama enam jam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dormansi
perkecambahan.
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup, tetapi tidak
Terdapat dua macam tipe dormansi, yaitu dormansi fisik dan fisiologis.
terhadap perkecambahan, sepeti kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghambat mekanis tehadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis
benih tanaman.
1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air. Tipe dormansi ini disebut sebagai
“benih keras”.
jenis biji tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan oleh kulit bijinya
tubuh baik penghambat atau rangsangan tumbuh atau dapat juga disebabkan oleh
2. After ripening yaitu benih yang tidak mampu berkecambah normal karena
benih memerlukan masa simpan tertentu. Sering pula didapati benih gagal
cahaya.
selama musim dingin dalam wadah yang berisi pasir dan gambut yang
lembab. Selama proses stratifikasi ini, terjadi perubahan dalam benih yang
2. Perlakuan pencahayaan
laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah
cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
a. Perandaman
Benih dengan kulit yang keras direndam dalam air selama 24-48 jam , dan
khususnya untuk benih Acasia spp direndam dalam air yang hamper
mendidih dan dibiarkan sampai dingin, dengan volume air 3 kali volume
benih.
benih. Karena bahan kimia ini cukup berbahaya bagi analis, maka
kemudian ditabur.
dapat dipacu dengan membuang struktur luar, missal lemma dan palea
vulgaris.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru. Praktikum berlangsung pada hari Selasa
tanggal 25 November 2014. Waktu perendaman benih dimulai dari pukul 09.30
1. Pipet tetes
3. Gelas ukur
pembatas struktural tehadap kecambah yaitu kulit biji karet yang keras dan
untuk benih keras menggunakan perlakuan pengupasan cangkang atau kulit biji
1. Persiapan Alat
Siapkan gelas kemasan air mineral atau gelas kimia, gelas ukur pipet tetes,
Siapkan pipet tetes untuk larutan atonic dan multiguna. Siapkan tanah, pasir,
Benih yang digunakan adalah benih tanaman karet. Sediakan 24 buah benih
utuh.
3. Perlakuan Benih
direndam dalam air, larutan atonic dan larutan multiguna selama 6 jam.
4. Penanaman Benih
kedalam polibag. Setelah itu tanam benih karet yang utuh dan yang telah
5. Pemeliharaan
Benih disiram setiap hari. Yang harus diperhatikan dalam penyiraman adalah
kelembaban tanah selalu terjaga dan air tidak tergenang dalam polibag
Kombinasi
A1 (benih lepas) A2 (benih utuh)
R1 (air biasa) A1R1 A2R1
R2 (atonic) A1R2 A2R2
R3 (multiguna) A1R3 A2R3
Keterangan
a) A1R1 = Benih lepas Air biasa
b) A1R2 = Benih lepas Larutan Atonik
c) A1R3 = Benih lepas Larutan Multiguna
d) A2R1 = Benih utuh Air biasa
e) A2R2 = Benih utuh Larutan Atonik
f) A2R3 = Benih utuh Larutan Multiguna
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Rata-rata perkecambahan
A1 A2 jumlah Rata-rata
R1 A1R1 (1) A2R1 (2) 3/2 2
R2 A1R2 (2) A2R2 (3) 5/2 3.5
R3 A1R3 (4) A2R3 (2) 6/2 3
Jumlah 7/3 7/3 14/6 8.5
Rata-rata 2.33 2.33 2.33 2.83
Hasil rata-rata kombinasi benih lepas dan benih utuh dengan air biasa, larutan
A1 Dk % A2 Dk % jumlah hasil
R1 A1R1 (1) 25 % A2R1 (2) 50 % 3 1,5
R2 A1R2 (2) 50 % A2R2 (3) 75 % 5 2,5
R3 A1R3 (4) 100 % A2R3 (2) 50 % 6 3
Jumlah 7 7 14 7
Rata-rata 2,33 2,33 4,66 2,33
Persentase daya kecambah Kombinasi benih lepas dan benih utuh dengan air
1 2
2 2
2 2
3 3
3 3
6 6
1. Benih lepas air biasa (A1R1) dan benih utuh air biasa (A2R1) dengan
2. Benih lepas air atonik (A1R2) dan benih utuh larutan atonik (A2R2) dengan
3. Benih lepas air multiguna (A1R3) dan benih utuh larutan multigun (A2R3)
4. Benih lepas air biasa (A1R1), benih lepas larutan atonik (A1R2), benih lepas
5. Benih utuh air biasa (A2R1), benih utuh larutan atonik (A2R2), benih utuh
6. Benih lepas air biasa (A1R1), benih lepas larutan atonik (A1R2), benih lepas
larutan multiguna (A1R3), benih utuh air biasa (A2R1), benih utuh larutan
atonik (A2R2), benih utuh larutan multiguna (A2R3) dengan persentase 2,33
bahwa :
Dapat dijelaskan bahwa (A1R1) memiliki persentase 25% hidup dan 75%
benih mati, karena kerusakan benih rusak dan berjamur, (A1R2) memiliki
persentase 50% dan 50% benih mati, karena benih rusak sehingga tidak dapat
persentase 50% hidup dan 50% benih benih tidak berkecambah sama sekali,
(A2R3) memiliki persentase 50 % dan 50% mati atau tidak berkecambah sama
sekali.
Indeks vigor A1 IV A2 IV
benih
R1 A1R1 0.125 A2R1 0.125
R2 A1R2 1.125 A2R2 0.2
R3 A1R3 2.25 A2R3 0.133
IV = G1+G2+G3+......Gn
D1 D2 D3 Dn
Benih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
A1R1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A1R2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A1R3 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A2R1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
A2R2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
A2R3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
Indeks vigor benih benih lepas air biasa (A2R1) yaitu 0,125 pada hari ke 16
minggu ke 3 setelah penanaman
Indeks vigor benih benih lepas air biasa (A1R2) yaitu 0,2 pada hari ke 15 minggu
ke 3 setelah penanaman
IV=0/1+0/2+0/3+0/4+0/5+0/6+0/7+0/8+0/9+0/10+0/11+0/12+0/13+0/14+2/15+0/16
+0/17+0/18+0/19+0/20+0/21+0/22
= 0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0+0.133+0+0+0+0+0+0+0
= 0.133
Indeks vigor benih utuh larutan multiguna (A2R3) yaitu 0,133 pada hari ke 15
minggu ke 4 setelah penanaman.
4.3 Lampiran
1. Benih karet
Benih utuh
Benih lepas
Keterangan :
Benih utuh
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dormansi adalah suatu periode dimana tanaman atau bagian tanaman tidak
normal, namun laju perkecambahan nya lama dikarenakan imbibisi air kurang
sempurna akibat benih karet yang keras, sedangkan benih lepas laju
perkecambahannya cepat, namun benih pada perlakuan ini sebagian rusak akibat
mudahnya terkena jamur dan mati sehingga tidak berkecambah sama sekali.
5.2 Saran
benih karna akan berpengaruh terhadap daya kecambah benih tersebut. Saat
proses penyiraman harus diperhatikan kelembaban tanah selalu terjaga dan air
menjadi busuk.
press:Pekanbaru.hlm.18-20.
Salisbury, F.B., and Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Intitut Pertanian Bogor.
/04/dormansi-benih-padatanaman.