Syarat Tumbuh
Krisan pada umumnya dapat tumbuh dengan baik di dataran medium sampai
dataran tinggi, yaitu pada kisaran 600-1200 mdpl. Tanaman krisan kurang
menyukai cahaya matahari dan percikan air hujan langsung serta tanah yang
tergenang. Hujan deras atau curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman
krisan dapat menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan menghasilkan bunga
dengan kualitas rendah (Budiarto dan Sulyo, 2008).
Krisan dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya. Tanah
yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir, subur,
gembur, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, serta mengandung bahan
organik yang tinggi dengan pH 5.5-6.7 (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Suhu udara siang hari yang ideal untuk pertumbuhan tanaman krisan berkisar
antara 20 0C-26 0C dengan batas maksimum 30 0C dan batas minimum 17 0C.
Suhu udara pada malam hari merupakan faktor penting dalam mempercepat
pembentukan tunas bunga yang berkisar antara 16 0C- 18 0C jika suhu turun < 16
0C maka akan memperlambat pertumbuhan generatif yaitu tanaman lambat
berbunga dan bertambah tinggi, namun pada suhu tersebut dapat meningkatkan
intensitas warna bunga. Suhu udara pada siang hari terlalu tinggi mengakibatkan
memudarnya warna bunga, sehingga penampilan warna bunga tampak kusam
(Hasim dan Reza, 1995).
Pertumbuhan bunga krisan sangat dipengaruhi oleh faktor kelembapan. Tanaman
krisan membutuhkan kelembapan 90-95 % pada awal pertumbuhan akarnya,
sedangkan pada tanaman dewasa pertumbuhan optimal tercapai pada kelembapan
udara sekitar 70-85 % (Budiarto dan Sulyo, 2008).
Sistem Produksi
Sarana penunjang tanaman dipasang sebelum penanaman bibit seperti alat irigasi,
support, dan net penyangga. Semua sarana penunjang tersebut dipasang secara
sempurna sebelum tanam agar pertumbuhan tanaman krisan potong baik selama
masa pertumbuhannya.
Alat irigasi yang digunakan perusahaan untuk penyiraman tanaman krisan adalah
irigasi tetes (drip irrigation) dan overhead irigasi. Pemasangan alat irigasi
tersebut bertujuan agar lebih praktis dan efisien dalam pemeliharaan tanaman
krisan, karena tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Support adalah tiang
penyangga berupa bambu atau besi behel yang dipasang pada pinggir bedengan
yang berguna untuk menjaga net penyangga saat dinaikkan. Net penyangga
dipasang dengan tujuan menopang tanaman agar tidak rebah sehingga tanaman
bisa tetap tegak lurus sampai dipanen. Bahan net yang digunakan yaitu tambang
plastik. Lubang net dibuat dengan ukuran 12.5 cm x 12.5 cm karena lubang-
lubang net tersebut bisa digunakan sebagai jarak tanam dalam penanaman bibit.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada kegiatan persemaian meliputi penyinaran, penyiraman, buka-
tutup paranet, serta pengendalian hama dan penyakit.
1. Penyinaran
Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian stek dilakukan dari penanaman
sampai bibit siap ditanam ke lapang untuk mempertahankan pertumbuhan
vegetatif dan menghambat pertumbuhan generatif. Apabila lama penyinaran
kurang, maka akan terjadi inisiasi bunga ketika penanaman bibit di lahan produksi
yang menyebabkan ketidakseragaman dalam pertumbuhan.
Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian diberikan selama 4 jam dengan
system cyclic dimulai dari pukul 22.00-02.00 WIB. System cyclic yang diterapkan
di perusahaan adalah pengelompokkan lampu pada meja persemaian dengan 2
kelompok, 15 menit lampu menyala pada kelompok pertama, 15 menit lampu
padam pada kelompok kedua, dan kebalikannya terus dilakukan selama 4 jam.
Penyinaran diberikan dengan lampu yang memiliki daya 18 watt dengan jenis
lampu TL, dengan intensitas paling tinggi 68.4 lux dan paling rendah 56.0 lux.
Lampu dipasang 1-1.5 meter dari permukaan atas tanaman dengan jarak antar
lampu masing-masing 2.5 meter, sehingga setiap bibit mendapatkan pencahayaan
yang rata. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan setiap malam hari pada ruang
persemaian dengan menggunakan alat lux meter.
2. Penyiraman
Stek krisan peka terhadap kekurangan air sehingga pada kelembapan yang rendah
stek akan mati sebelum membentuk akar. Penyiraman dilakukan ketika media
persemaian stek terlihat kering, hal ini dilakukan agar stek tidak mudah layu dan
mati. Penyiraman yang terlalu banyak menyebabkan stek menjadi busuk bahkan
mati karena akar stek kekurangan oksigen (Supari, 1999). Teknik penyiraman stek
di perusahaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual dengan shower dan
pengkabutan (mist irrigation). Penyiraman secara manual dilakukan sebelum
penanaman stek dan setiap hari setelah penanaman stek jika media persemaian
stek terlihat kering. Pengkabutan (mist irrigation) dilakukan jika suhu ruang
persemaian stek lebih dari 25 0C.
Bibit krisan yang bervigour baik, berakar lebat, bersih dari hama dan penyakit
yang dapat ditanam. Penanaman bibit krisan tidak boleh terlalu dalam dan ada
daun yang tertimbun, hal ini mengakibatkan bibit busuk serta tidak berakar.
Penanaman bibit yang tepat pada pagi atau sore hari ketika suhu udara tidak
terlalu panas dengan tujuan untuk mengurangi stres pada tanaman (Supari, 1999).
Penanaman bibit krisan yang berakar di perusahaan dilakukan secara manual dan
waktu penanaman bibit dilakukan pada pagi hari. Penanaman bibit di lahan sesuai
varietas dengan cara dibuat lubang tanam di tengah jaring net. Bibit ditanam
dengan kedalaman 2 cm dengan jarak tanam yang digunakan yaitu 12.5 cm x 12.5
cm. Bibit yang telah ditanam kemudian disiram dengan irigasi curah agar bibit
terikat oleh tanah dan tidak rebah.
b. Pemeliharaan Motherstock (MS)
Penanaman bibit untuk produksi bunga krisan potong menggunakan bahan stek
yang sudah berakar atau berumur ± 2 minggu dari ruang persemaian stek. Pola
tanam terlebih dahulu dibuat sebelum dilakukan penanaman dengan cara
menghitung jumlah populasi tanaman yang ada di tunnel atau sere yang
disesuaikan dengan permintaan marketing dengan rata-rata penanaman 130 000
tanaman/minggu. Pada hari-hari besar nasioanal, keagamaan atau peringatan
khusus lainnya jumlah penanaman krisan biasanya ditingkatkan dengan rata-rata
penanaman mencapai 180 000 tanaman/minggu.
Jarak tanam yang digunakan yaitu mengikuti kotak jaring dengan ukuran 12.5 x
12.5 cm dengan pola tanam yaitu 5 bibit tiap baris atau setiap lubang ditanami
satu bibit, sehingga dalam 1 m2 terdapat 64-70 bibit. Penanaman bibit krisan
dilakukan secara rutin setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat pada pagi hari ketika
suhu udara tidak terlalu panas dengan tujuan untuk mengurangi stres pada bibit.
Penanaman bibit sebaiknya tidak terlalu dalam karena dapat terkena busuk batang
dan saat memegang bibit jangan sampai terlalu ditekan karena pangkal batang
bibit akan memar dan mudah terserang cendawan (Supari, 1999).
b. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan bunga krisan potong di perusahaan meliputi penyinaran,
pemupukan, penyiraman, penaikkan net penyangga, penyiangan, seleksi tanaman,
penyulaman, dan perompesan daun, pewiwilan dan pembuangan kuntum bunga
utama (knopping), pembungkusan bunga, pemberian ZPT, serta pengendalian
hama dan penyakit tanaman.
1. Penyinaran
3. Penyiraman
Kematian pada tanaman krisan dapat disebabkan oleh pemberian air yang
berlebihan sampai akar tanaman tergenang, sebaliknya kekurangan air pada media
tanam akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan krisan (Budiarto dan Sulyo,
2008). Penyiraman pada sore hari dikhawatirkan menyebabkan kondisi yang
lembap pada malam hari yang akan mendukung timbulnya cendawan, selain itu
penyiraman yang baik tidak boleh mengenai daun tanaman krisan, karena spora
cendawan mudah menempel dan berkembang menjadi penyakit bagi tanaman.
Pada Gambar 19, dapat dilihat pengaruh kelebihan atau kekurangan dalam
pemberian air pada tanaman krisan.
Pemberian air untuk semua tanaman di perusahaan berasal dari air sungai dan
tadah hujan yang ditampung dalam kolam penampungan kemudian disaring
sebanyak 2 kali serta dijalankan oleh mesin pompa. Penyiraman dilakukan dengan
dua macam sistem irigasi yaitu sistem irigasi curah dan irigasi tetes.
b
a
Penyiraman dengan irigasi curah dilakukan selama 30 menit dengan tekanan 4 bar
dari ruang pompa, setelah penanaman bibit di lahan. Ruang mesin pompa
pengendalian air, dapat dilihat pada Gambar 21. Penyiraman dengan
menggunakan irigasi curah berikutnya dilakukan setiap pagi hari selama 15-20
menit sampai tanaman berumur 1 MST. Penyiraman berikutnya dilakukan setiap
2-3 hari sekali selama 20-30 menit sampai tanaman berumur 4-5 MST
(intensitasnya tergantung kondisi). Penyiraman dengan irigasi tetes diberikan
setiap 2-3 hari sekali selama 30-60 menit ketika tanaman berumur 6 MST sampai
menjelang panen. Penyiraman ekstra dapat dilakukan oleh masing-masing sistem
irigasi apabila sebagian bedengan kelihatan kering sedangkan bagian lain cukup
basah serta memperbaiki kondisi tanaman.
4. Penaikkan Net Penyangga
Penaikkan net penyangga sebagai pengatur jarak tanam dan penahan rebah
tanaman. Penaikkan net penyangga sampai batas keseimbangan bawah dan bagian
atas tanaman, sehingga batang tanaman krisan yang bersifat sukulen tidak
bengkok dan tidak terlalu tinggi, yang dapat menyulitkan pemanen ketika panen.
Pertumbuhan setiap varietas krisan berbeda-beda sehingga dalam penaikkan net
penyangga pun berbeda. Varietas krisan potong yang masuk ke dalam kelompok
pertumbuhan cepat dan sedang dilakukan penaikkan net penyangga setiap
seminggu sekali, sedangkan varietas krisan potong yang masuk ke dalam
kelompok pertumbuhan lambat penaikkan net penyangga dilakukan 2 minggu
sekali. Penaikkan net penyangga dilakukan secara bertahap mulai tanaman
berumur 2 MST - 10 MST tergantung dari pertumbuhan setiap varietas. Penaikkan
net penyangga dimulai ketika tanaman memiliki tinggi tanaman 10 cm sampai
tinggi tanaman telah memenuhi standar kelas mutu di perusahaan > 75 cm. Net
penyangga dinaikkan sampai tiga per empat bagian tanaman dan tidak boleh
melewati bakal bunga yang diperkirakan akan mekar saat panen.
5. Penyiangan, Seleksi Tanaman, Penyulaman, dan Perompesan Daun
Penyiangan terhadap gulma dilakukan secara manual sebanyak 3-5 kali selama
satu musim tanam tergantung kondisi gulma di lahan. Seleksi tanaman yang kerdil
atau pertumbuhannya tidak sehat dilakukan secara manual setiap hari.
Rukmana dan Mulyana (1997) menyatakan bahwa penyulaman sebaiknya
dilakukan seawal mungkin agar pertumbuhan tanaman nantinya dapat tumbuh
seragam. Penyulaman pada perusahaan dilakukan terhadap tanaman yang mati
dan disulam dengan varietas sama. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman
berumur 2 HST atau paling lambat 1 MST.
Perompesan daun bertujuan untuk mencegah air menempel pada daun dan
memperbaiki sirkulasi udara sehingga kelembapan udara disekitar tanaman bisa
dikurangi. Pada perusahaan, perompesan daun dilakukan apabila daun tanaman
terkena hama dan penyakit. Perompesan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan. Adapun cara perompesan daun yaitu dengan membuang daun bagian
bawah tanaman setinggi 15 cm dari tanah.
7. Pembungkusan Bunga/Pencontongan
Pembungkusan bunga yang telah mekar 80 % pada bunga tipe standar dikenal
dengan pencontongan. Pencontongan bunga dilakukan dengan tujuan melindungi
mahkota bunga agar tidak terjadi kerusakan atau rontok pada saat pemanenan,
pengangkutan, sortasi dan grading, serta pengemasan. Pencontongan bunga yang
telah mekar >80% mengakibatkan pinggir mahkota bunga mengalami kerusakan
dan rontok.
8. Pemberian ZPT
Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) bertujuan menstimulasi kondisi fisiologi
tertentu pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan keragaan tanaman yang
diharapkan. Aplikasi ZPT ini akan membantu keragaan dan bentuk tanaman
menjadi lebih baik, batang lebih tebal, dan warna daun lebih gelap. ZPT akan
diserap melalui daun tanaman dalam durasi satu jam setelah aplikasi dan dalam 12
jam akan terserap sempurna. Daun yang lebih muda akan menyerap ZPT lebih
cepat dari daun yang lebih tua. Aplikasi ZPT sebaiknya tidak dilakukan apabila
kondisi panas dan terik (>25 0C) atau suhu rendah (<16 0C)
(PUTLITBANGHORT, 2006).
Zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan tanaman
adalah retardan. Retardan yang sering digunakan untuk krisan potong adalah B-
Nine dengan bahan aktif Daminozide (Krisantini, 2006). B-Nine diberikan dengan
konsentrasi 2 g/L dengan melarutkannya dan didiamkan selama 6 jam sebelum
digunakan dengan tujuan untuk merangsang atau mengaktifkan bahan-bahan aktif
yang ada dalam B-Nine tersebut. B-Nine diberikan dengan cara disemprotkan
pada atas permukaan tanaman krisan sebanyak 3-4 kali. Pemberian B-Nine
pertama diberikan pada saat tanaman berumur 5 MST dengan konsentrasi 1 g/L.
B-Nine kedua diberikan pada saat tanaman berumur 7 MST dengan konsentrasi
1.5 g/L. Pada saat tanaman berumur 9 MST diberikan B-Nine ketiga dengan
konsentrasi 2 g/L, sedangkan B-Nine keempat diberikan pada saat tanaman
berumur 10 MST dengan konsentrasi 2 g/L. Perusahaan tidak menggunakan ZPT
berupa B-Nine untuk menghambat pertumbuhan krisan potong, hal ini dapat
memperpanjang internode tanaman sehingga tanaman semakin tinggi, semakin
banyak jumlah tunas yang dihasilkan pada batang sehingga diameter bunga
menjadi kecil, kemekaran bunga kurang serempak, dan warna daun kurang hijau.
9. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)
Salah satu kendala dalam budidaya krisan adalah hama dan penyakit karena dapat
menyebabkan penurunan produktivitas, kerusakan, penurunan mutu produk, dan
beberapa diantaranya bertindak sebagai vektor penyebaran penyakit seperti virus.
Tanaman krisan mudah terserang penyakit jika kelembapan terlalu tinggi dan
tanaman dalam kondisi stress. Lingkungan yang lembap terjadi pada saat musim
hujan atau pada kondisi lingkungan pertanaman terlalu rapat, sehingga sirkulasi
udara yang terjadi tidak berjalan lancar (Suhardi dan Rahadjo, 2008).
Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya produksi bunga krisan potong di
perusahaan terdiri dari dua macam yaitu secara preventif (pencegahan) dan kuratif
(pemberantasan). Pengendalian secara preventif dilakukan dengan cara sterilisasi
lahan dan bangunan, penyemprotan, pemasangan perangkap serangga (insect trap)
berupa plastik kuning yang dibentuk segi empat dengan ukuran 20 x 20 cm yang
diolesi lem tikus dan bensin, dan penanaman tanaman sereh baik didalam maupun
diluar bangunan, sedangkan pengendalian secara kuratif dilakukan dengan cara
pembongkaran tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit, penyemprotan,
dan pemompresan daun yang terkena karat atau leafminer.
Panen
Perusahaan hanya memanen krisan dalam satu kali produksi tanaman dan setelah
itu dilakukan penanaman tanaman baru. Perusahaan melakukan penetapan panen
dengan perhitungan kalender yaitu perkiraan panen dengan menghitung umur
tanaman sejak tanam di lahan. Penetapan panen dengan perhitungan kalender
hanya dapat menetapkan minggu panen, sedangkan untuk penetapan hari panen
dilakukan dengan cara visual yaitu dengan melihat tingkat kemekaran bunga.
Umur panen bunga krisan di perusahaan sekitar 12-16 MST. Kriteria panen bunga
krisan potong pada bunga krisan tipe standar yaitu minimal 2 lingkaran mahkota
bunga telah mekar 60-75 % atau bunga setengah mekar. Pada bunga krisan tipe
spray seluruh kuntum bunga telah mekar penuh, jika permintaan bunga sedang
melonjak dan bunga belum mekar penuh maka kriteria panen untuk tipe spray
yaitu minimal 4 bunga telah mekar 75-80 %.
Tanaman krisan yang dipanen adalah seluruh bagian vegetatif dan generatif
tanaman kecuali akar. Cara panen bunga krisan dengan menyeleksi tanaman yang
siap panen, yaitu dipilih terlebih dahulu bunga yang sudah mekar dan telah
dicontong untuk bunga tipe standar sehingga pada saat panen tidak terjadi
kerusakan. Kegiatan selanjutnya yaitu penyeleksian bunga terhadap hama dan
penyakit, serta tinggi tanaman jika tinggi tanaman < 75 cm maka bunga tidak
dipanen. Pemanenan bunga krisan potong dengan cara mencabut sampai akarnya
atau memotong tangkai batang bunga 15 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan gunting panen, kemudian merompes daun pada 1/3 bagian tangkai
bunga dan dikumpulkan sebanyak 10 tangkai diatas net penyangga agar
memudahkan perhitungan.
Bunga yang sudah dipanen dengan varietas yang sama dikumpulkan dan
diletakkan diatas wire mesh (tempat penyimpanan bunga dilahan) dengan
dibawahnya menggunakan kain pelindung serta disimpan pada tempat yang teduh
kemudian bunga dibungkus dengan kain tersebut, selanjutnya tangkai bunga
dipotong kembali untuk diratakan. Kegiatan selanjutnya yaitu memasukkan bunga
ke dalam ember yang berisi air tanpa larutan nutrisi atau pestisida, kemudian
bunga siap diangkut ke ruang pasca panen dengan menggunakan motor yang
dipasang bak dibelakangnya (motor kaisar).
2. Pasca Panen
Penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan
perlakuan-perlakuan terhadap bunga setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga
tersebut diterima oleh konsumen. Tujuan dari penanganan pasca panen adalah
menjaga keutuhan bunga agar kualitas bunga yang diterima oleh konsumen tetap
baik. Adapun kegiatan yang dilakukan di pasca panen, meliputi penyortiran dan
penyeleksian kualitas, pengemasan, penyimpanan, pengepakan, serta pengiriman
ke tempat penjualan.
2.1 Penyortiran dan Penyeleksian Kualitas
Pertumbuhan tanaman dalam setiap tanaman tidak selalu seragam, diantaranya
dari panjang tangkai bunga, tingkat kemekaran bunga, diameter batang, dan
jumlah kuntum bunga. Ketidakseragaman pertumbuhan tersebut mengakibatkan
perusahaan menetapkan kelas mutu panen A, B, ataupun C. Bunga krisan potong
yang tidak memenuhi kelas mutu C maka bunga tersebut musnah atau dibuat
gabungan. Bunga dari hasil pemanenan dilahan yang telah sampai ke ruang pasca
panen diletakkan di box berisi air. Bunga hasil panen tersebut diletakkan di atas
meja, kemudian dipisahkan berdasarkan kelas mutu dengan varietas dan warna
yang sama. Kegiatan selanjutnya yaitu bunga dibersihkan dan disisakan daun pada
2/3 bagian tangkai bunga, kemudian tangkai bunga dipotong sesuai kelas mutu
yang ada di perusahaan dengan menggunakan pisau pemotong, lalu tangkai bunga
diikat dengan karet.
2.3. Penyimpanan
Bunga krisan yang telah dipanen tidak seluruhnya terjual ke tangan konsumen
sehingga diperlukan penanganan lanjut yaitu penyimpanan. Penyimpanan bunga
potong berfungsi untuk mempertahankan kualitas bunga potong baik dengan
meminimumkan penggunaan cadangan energi pada jaringan bunga potong atau
memberi tambahan karbohidrat (Sugianti, 2009).
Supari (1999) menyatakan bahwa penyimpanan dikelompokkan menurut tujuan
atau perlakuannya. Penyimpanan menurut tujuannya dibedakan dalam dua
kategori menurut lamanya waktu penyimpanan, yaitu penyimpanan sementara dan
penyimpanan untuk persediaan. Penyimpanan sementara yaitu penyimpanan
bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari), bunga bisa disimpan pada
suhu ruang dengan merendam pangkal tangkai di dalam bak berisi air bersih.
Penyimpanan untuk stock (persediaan) yaitu penyimpanan bunga dalam jangka
waktu agak lama (lebih dari 1 hari), bunga disimpan di dalam ruangan
penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan suhu sekitar 5 0C dan
kelembapan udara yang tinggi sekitar 90%. Penyimpanan bunga pada temperatur
rendah bertujuan untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang
merugikan, misalnya bakteri yang menyebabkan bunga menjadi busuk.
Penyimpanan pada temperatur rendah juga membatasi laju respirasi yang berarti
laju degradasi karbohidrat menjadi rendah sehingga bunga tidak cepat mengalami
kerusakan. Lama masa penyimpanan bunga krisan didalam cool storage dapat
disimpan sampai 15 hari.