Anda di halaman 1dari 22

Botani Krisan

Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi


kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas
Dicotiledonae, ordo Asterales, famili Asteraceae, genus Dendranthema, dan
spesies Dendranthema grandiflora Tzvelev (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Tanaman krisan sebagai bunga hias di Indonesia digunakan sebagai bunga pot dan
bunga potong. Bentuk bunga krisan yang biasa digunakan sebagai bunga potong
dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu single, anemone, pompom,
decorative, dan standar. Tipe single (tunggal) merupakan tipe bunga krisan yang
mirip dengan bunga daisy, bunganya tersusun dari satu atau dua baris bunga pita
dengan bunga cakram di tengahnya. Tipe anemone mirip dengan tipe single, akan
tetapi cakram bunganya lebih lebar dan tebal, serta memiliki warna yang berbeda.
Tipe pompon bunganya berupa susunan rangkaian bunga pita yang pendek dengan
bunga cakram yang tidak nampak. Tipe decorative mirip dengan pompon tidak
nampak bunga cakramnya. Tipe large flower (standar) merupakan bunga krisan
yang memiliki diameter bunga yang besar yaitu 10.16 cm, cakram bunga tidak
tampak, serta memiliki empat subdivisi yaitu incrurved, spider, spoon, dan lain-
lain (Rimando, 2001).
Menurut Kofranek (1992) krisan sebagai bunga potong dibedakan menjadi dua
tipe sesuai dengan budidaya dan permintaan pasar, yaitu tipe standar dan tipe
spray. Tipe standar adalah tipe bunga krisan yang tunas terminalnya dipelihara
pada satu batang, sedangkan tunas bunga lateralnya dibuang untuk menghasilkan
satu bunga pada satu tangkai bunga dengan ukuran besar. Tipe spray adalah tipe
bunga krisan yang seluruh tunas bunga lateralnya dibiarkan berkembang, akan
tetapi bunga yang pertama berkembang dibuang agar tunas lateral yang tumbuh
lebih banyak dan berukuran kecil (diameter 2-3 cm) pada satu tangkai bunga.
Menurut Rukmana dan Mulyana (1997) batang tanaman krisan tumbuh tegak,
berstruktur lunak dan berwarna hijau jika dibiarkan tumbuh menerus batang
menjadi keras (berkayu) dan berwarna kecokelat-cokelatan. Perakaran tanaman
krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30-40 cm. Daun pada
tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman
krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada
cabang atau batang. Buah yang dihasilkan dari proses penyerbukan berisi banyak
biji. Biji tersebut digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam. Menurut Hasyim
dan Reza (1995) akar krisan mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh
lingkungan yang kurang baik dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut.
Rukmana dan Mulyana (1997) menyatakan bahwa jenis dan varietas tanaman
krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat, dan
Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia adalah krisan lokal (krisan kuno) yang
berasal dari luar negeri tetapi telah lama beradaptasi di Indonesia sehingga
dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-ciri krisan lokal antara lain sifat hidupnya
berhari netral dan lama siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman.
Krisan introduksi (krisanida) hidupnya berhari pendek dan siklus hidupnya pun
relatif singkat sebagai tanaman annual (musiman) sedangkan krisan produk
Indonesia merupakan krisan hasil buatan Indonesia yang dihasilkan oleh balai-
balai penelitian yang ada di Indonesia.

Syarat Tumbuh
Krisan pada umumnya dapat tumbuh dengan baik di dataran medium sampai
dataran tinggi, yaitu pada kisaran 600-1200 mdpl. Tanaman krisan kurang
menyukai cahaya matahari dan percikan air hujan langsung serta tanah yang
tergenang. Hujan deras atau curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman
krisan dapat menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan menghasilkan bunga
dengan kualitas rendah (Budiarto dan Sulyo, 2008).
Krisan dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya. Tanah
yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir, subur,
gembur, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, serta mengandung bahan
organik yang tinggi dengan pH 5.5-6.7 (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Suhu udara siang hari yang ideal untuk pertumbuhan tanaman krisan berkisar
antara 20 0C-26 0C dengan batas maksimum 30 0C dan batas minimum 17 0C.
Suhu udara pada malam hari merupakan faktor penting dalam mempercepat
pembentukan tunas bunga yang berkisar antara 16 0C- 18 0C jika suhu turun < 16
0C maka akan memperlambat pertumbuhan generatif yaitu tanaman lambat
berbunga dan bertambah tinggi, namun pada suhu tersebut dapat meningkatkan
intensitas warna bunga. Suhu udara pada siang hari terlalu tinggi mengakibatkan
memudarnya warna bunga, sehingga penampilan warna bunga tampak kusam
(Hasim dan Reza, 1995).
Pertumbuhan bunga krisan sangat dipengaruhi oleh faktor kelembapan. Tanaman
krisan membutuhkan kelembapan 90-95 % pada awal pertumbuhan akarnya,
sedangkan pada tanaman dewasa pertumbuhan optimal tercapai pada kelembapan
udara sekitar 70-85 % (Budiarto dan Sulyo, 2008).

Sistem Produksi

Persiapan Lahan untuk Motherstock dan Produksi Krisan Potong


Kegiatan persiapan lahan untuk motherstock dan produksi krisan potong, meliputi
pengolahan lahan, sterilisasi lahan, pembuatan bedeng dan parit, pemasangan
sarana penunjang tanaman, serta pengendalian gulma sebelum tanam.
a. Pengolahan Lahan

Persiapan lahan diawali dengan kegiatan menggulung net penyangga kemudian


meletakkannya pada pinggir tunnel atau sere. Kegiatan berikutnya adalah
membongkar sisa-sisa tanaman yang masih ada di lahan yang tidak layak lagi
dipanen. Sisa-sisa tanaman dan gulma dibuang ke tempat pembuangan sampah,
setelah itu menggantungkan drip irigasi dengan rapi pada kawat-kawat yang telah
disediakan. Pengolahan lahan dilakukan untuk membuat struktur tanah menjadi
gembur dan aerasinya baik, sehingga pertumbuhan akar menjadi baik. Pengolahan
lahan dilakukan pada tanah bagian atas (top soil) sampai kedalaman sekitar 30 cm.
Pengolahan lahan sebaiknya tidak mengikutsertakan lapisan sub soil karena
lapisan tersebut dapat bereaksi masam dan lengket (Supari, 1999).
Pengecekan pH tanah sangat penting sebelum pengolahan lahan untuk mengetahui
tanah yang akan ditanam bersifat masam atau tidak, jika diketahui tanah bersifat
masam dapat segera dilakukan pengapuran tanpa mengganggu tanaman yang
ditanam. Nilai pH tanah yang ideal untuk tanaman krisan potong berkisar 5.5-6.7.
Pengecekan pH tanah di perusahaan dilakukan sebelum kegiatan pengolahan
lahan, dengan menggunakan alat pH meter tanpa dikalibrasi. Lahan diberikan
kapur pertanian (dolomit) 100-200 kg/500 m2 jika pH tanah < 5.5.
b. Sterilisasi Lahan
Sterilisasi lahan bertujuan untuk membunuh sumber hama dan penyakit yang
tersisa di dalam tanah sebelum dilakukan penanaman. Teknik yang digunakan
untuk sterilisasi media tanam adalah steaming dan fumigasi. Sterilisasi steaming
adalah memasukkan uap air yang panas ke dalam pori-pori media tanam, sehingga
uap tersebut dapat membunuh hama, penyakit, dan biji-biji gulma yang ada di
media tanam. Keuntungan lainnya dari sterilisai steaming adalah tidak ada
fitotoksisitas (meracuni tanaman) pada area yang diberi perlakuan dan waktu
sterilisasi steam sebentar. Sterilisasi fumigasi adalah memberikan gas beracun ke
dalam pori-pori media tanam untuk meracuni dan mematikan sumber patogen di
media tanam (Supari, 1999).

c. Pembuatan Bedeng dan Parit


Pembuatan bedeng dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul
setelah pengolahan tanah dengan rotari. Bedengan dibuat sesuai dengan jalur yang
telah ada. Ukuran bedengan yaitu 1 m x 56 m dengan ketinggian 20-30 cm, jarak
antara bedengan yaitu 20-40 cm apabila dalam bedengan ketinggian tanah kurang
rata maka dilakukan penggaruan untuk meratakan tanah. Parit dibuat dengan
kedalaman 20 cm bertujuan agar tidak terjadi penggenangan pada bedengan jika
penyiraman berlebihan.
d. Pemasangan Sarana Penunjang Tanaman

Sarana penunjang tanaman dipasang sebelum penanaman bibit seperti alat irigasi,
support, dan net penyangga. Semua sarana penunjang tersebut dipasang secara
sempurna sebelum tanam agar pertumbuhan tanaman krisan potong baik selama
masa pertumbuhannya.
Alat irigasi yang digunakan perusahaan untuk penyiraman tanaman krisan adalah
irigasi tetes (drip irrigation) dan overhead irigasi. Pemasangan alat irigasi
tersebut bertujuan agar lebih praktis dan efisien dalam pemeliharaan tanaman
krisan, karena tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Support adalah tiang
penyangga berupa bambu atau besi behel yang dipasang pada pinggir bedengan
yang berguna untuk menjaga net penyangga saat dinaikkan. Net penyangga
dipasang dengan tujuan menopang tanaman agar tidak rebah sehingga tanaman
bisa tetap tegak lurus sampai dipanen. Bahan net yang digunakan yaitu tambang
plastik. Lubang net dibuat dengan ukuran 12.5 cm x 12.5 cm karena lubang-
lubang net tersebut bisa digunakan sebagai jarak tanam dalam penanaman bibit.

Pengendalian Gulma Sebelum Tanam


Pengendalian gulma secara sistemik dilakukan sebelum tanam dengan cara
menyemprotkannya ke lahan dengan herbisida Goal dosis 100 ml/100L untuk
luasan lahan 500 m2 sebelum penanaman bibit di lahan. Prinsip kerja herbisida
tersebut adalah membentuk lapisan transparan di atas tanah yang disemprot
sehingga gulma yang akan tumbuh dapat ditekan.

Persemaian Stek Krisan


Stek krisan yang telah diperoleh dari produsen maupun panen dari motherstock,
disortasi terlebih dahulu dan diakarkan di meja persemaian di dalam ruang
persemaian selama 2 minggu. Stek yang telah berakar dapat segera ditanam, baik
di lahan motherstock maupun produksi krisan potong. Kegiatan persemaian bibit
krisan di rumah kaca meliputi persiapan media persemaian stek krisan, penyiapan
dan penanaman stek pucuk, pemeliharaan, dan panen bibit. a. Persiapan Media
Persemaian Stek Krisan
Media tanam yang digunakan untuk persemaian stek pucuk adalah arang sekam
yang dapat dipakai hingga 7-8 kali penanaman bibit. Arang sekam memiliki
kelebihan yaitu cukup porous dan steril akan tetapi media arang sekam juga
memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menyimpan air lebih lama sehingga media
tersebut cepat kering dan harus sering disiram. Oleh karena itu, media persemaian
disiram terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman karena arang sekam
bersifat higroskopis atau mudah menyerap air sehingga akar tanaman menjadi
kering jika tidak dijenuhi dengan air terlebih dahulu (Supari,1999).

b. Penyiapan dan Penanaman Stek pucuk


Stek yang digunakan untuk budidaya motherstock berasal dari produsen langsung
yang diimpor dari Belanda dan hasil pinching kedua (4 MST) dari motherstock,
sedangkan pinching stek untuk produksi bunga krisan potong 4-19 MST dari
tanaman induknya.
Perusahaan memiliki kriteria stek pucuk untuk budidaya motherstock dan
produksi bunga krisan potong yaitu panjang stek yang digunakan 5-6 cm, jumlah
daun 3-4 helai, bebas dari hama dan penyakit, berdaun hijau segar, dan batang
stek belum berkayu. Supari (1999) menyatakan bahwa pengurangan daun pada
stek dilakukan dengan tujuan mengurangi penguapan dari daun, sedangkan daun
yang disisakan diharapkan dapat melakukan fotosintesis, sehingga dapat
menghasilkan karbohidrat yang dapat menstimulir pembentukan akar.
Stek pucuk yang akan disemai, sebelum tanam diberi zat perangsang perakaran
yaitu Rootone-F yang mengandung bahan aktif naftalenasetomida 0.067 %, metal
1 naftalena setamida 0.013 %, metal 1 naftalen asetat 0.033 %, dan indo-3 butirat
selanjutnya diberi label varietas, jumlah tanam, dan asal MS. Stek ditanam dengan
posisi tegak pada kedalaman 2 cm dengan jarak tanam 4 cm disesuaikan dengan
lebar daun.

c. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada kegiatan persemaian meliputi penyinaran, penyiraman, buka-
tutup paranet, serta pengendalian hama dan penyakit.
1. Penyinaran

Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian stek dilakukan dari penanaman
sampai bibit siap ditanam ke lapang untuk mempertahankan pertumbuhan
vegetatif dan menghambat pertumbuhan generatif. Apabila lama penyinaran
kurang, maka akan terjadi inisiasi bunga ketika penanaman bibit di lahan produksi
yang menyebabkan ketidakseragaman dalam pertumbuhan.
Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian diberikan selama 4 jam dengan
system cyclic dimulai dari pukul 22.00-02.00 WIB. System cyclic yang diterapkan
di perusahaan adalah pengelompokkan lampu pada meja persemaian dengan 2
kelompok, 15 menit lampu menyala pada kelompok pertama, 15 menit lampu
padam pada kelompok kedua, dan kebalikannya terus dilakukan selama 4 jam.
Penyinaran diberikan dengan lampu yang memiliki daya 18 watt dengan jenis
lampu TL, dengan intensitas paling tinggi 68.4 lux dan paling rendah 56.0 lux.
Lampu dipasang 1-1.5 meter dari permukaan atas tanaman dengan jarak antar
lampu masing-masing 2.5 meter, sehingga setiap bibit mendapatkan pencahayaan
yang rata. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan setiap malam hari pada ruang
persemaian dengan menggunakan alat lux meter.

2. Penyiraman
Stek krisan peka terhadap kekurangan air sehingga pada kelembapan yang rendah
stek akan mati sebelum membentuk akar. Penyiraman dilakukan ketika media
persemaian stek terlihat kering, hal ini dilakukan agar stek tidak mudah layu dan
mati. Penyiraman yang terlalu banyak menyebabkan stek menjadi busuk bahkan
mati karena akar stek kekurangan oksigen (Supari, 1999). Teknik penyiraman stek
di perusahaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual dengan shower dan
pengkabutan (mist irrigation). Penyiraman secara manual dilakukan sebelum
penanaman stek dan setiap hari setelah penanaman stek jika media persemaian
stek terlihat kering. Pengkabutan (mist irrigation) dilakukan jika suhu ruang
persemaian stek lebih dari 25 0C.

d. Panen Bibit Krisan


Kriteria bibit yang layak dipanen yaitu bibit sudah berakar lebat yang mengelilingi
pangkal batang, panjang akar bibit 1-2 cm, panjang bibit 5-8 cm, jumlah daun 4-5
daun dan berwarna hijau, serta bibit bersih dari hama dan penyakit. Stek krisan
akan berakar sempurna dan dapat dipanen setelah berumur 14 HST. Panen bibit
dilakukan dengan cara mencabut bibit dan diletakkan pada keranjang pembibitan
kemudian diberi label varietas, jumlah panen, dan asal motherstock (MS).
Pemanenan dilakukan pada pagi hari hingga sore hari jika permintaan bibit dari
produksi krisan potong banyak dan tenaga kerja pemanen sedikit.

Budidaya Motherstock (MS) Krisan Potong


Motherstock (MS) merupakan tanaman induk yang digunakan sebagai sumber
stek pucuk untuk memproduksi bunga krisan. Pembibitan krisan dilakukan dengan
cara vegetatif yaitu dengan anakan, stek pucuk, dan kultur jaringan. Penyetekan
merupakan proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman yang jika ditempatkan pada kondisi optimum akan berkembang menjadi
satu tanaman lengkap.
Perusahaan memperoleh bibit untuk tanaman induk dari breeder yang diimpor
langsung dari Belanda, sehingga virus yang terdapat dalam tanaman kemungkinan
tidak ada. Bibit yang digunakan untuk MS bisa berasal dari MS yang telah
dibudidayakan yaitu pinching kedua dari tanaman induk. Bibit krisan yang akan
digunakan untuk produksi bunga krisan potong berasal motherstock, sehingga
budidaya dan peremajaan MS sangat penting dilakukan untuk mendapatkan stek
pucuk yang baik. Stek pucuk yang dihasilkan oleh MS akan mempengaruhi
kualitas dan keseragaman dalam pertumbuhan bunga krisan potong di lapang.
Adapun kegiatan budidaya MS yang dilakukan oleh perusahaan meliputi
penanaman bibit, pemeliharaan motherstock, dan pinching.
a. Penanaman Bibit

Bibit krisan yang bervigour baik, berakar lebat, bersih dari hama dan penyakit
yang dapat ditanam. Penanaman bibit krisan tidak boleh terlalu dalam dan ada
daun yang tertimbun, hal ini mengakibatkan bibit busuk serta tidak berakar.
Penanaman bibit yang tepat pada pagi atau sore hari ketika suhu udara tidak
terlalu panas dengan tujuan untuk mengurangi stres pada tanaman (Supari, 1999).
Penanaman bibit krisan yang berakar di perusahaan dilakukan secara manual dan
waktu penanaman bibit dilakukan pada pagi hari. Penanaman bibit di lahan sesuai
varietas dengan cara dibuat lubang tanam di tengah jaring net. Bibit ditanam
dengan kedalaman 2 cm dengan jarak tanam yang digunakan yaitu 12.5 cm x 12.5
cm. Bibit yang telah ditanam kemudian disiram dengan irigasi curah agar bibit
terikat oleh tanah dan tidak rebah.
b. Pemeliharaan Motherstock (MS)

Pemeliharaan motherstock meliputi penyinaran, pemupukan, penyiraman,


penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.
1. Penyinaran
Pada tanaman induk untuk produksi stek, penyinaran pada malam hari dilakukan 4
jam/hari sampai tanaman induk tidak produktif dalam menghasilkan stek
(Budiarto dan Sulyo, 2008). Penyinaran pada malam hari di motherstock bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Kesalahan pemberian intensitas dan
lama cahaya yang diberikan pada MS menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
pucuk karena terbentuk bakal bunga dan terlihat adanya daun yang abnormal
(Supari, 1999).
Pada perusahaan, penyinaran untuk budidaya motherstock dilakukan setiap malam
hari selama 4 jam mulai pukul 22.00-02.00 WIB dengan menggunakan sistem
continue yaitu secara terus menerus untuk mempertahankan pertumbuhan
vegetatif tanaman sampai motherstock dibongkar. Lampu yang digunakan jenis
natrium berdaya 450 watt dengan jarak antar lampu 6.4 m x 7.8 m dengan
ketinggian 5 m dari permukaan tanah.
2. Pemupukan

Pemupukan untuk motherstock diutamakan untuk merangsang pertumbuhan


tunas-tunas baru sehingga pupuk nitrogen yang diberikan lebih banyak. Pupuk
kalsium dan boron perlu diberikan untuk memperbaiki kualitas stek dan
produktivitas tunas (Supari, 1999). Pemupukan motherstock di
3. Penyiraman
Pemberian air pada tanaman krisan dimaksudkan untuk menyuplai kebutuhan air
pada saat proses fisiologis tanaman, menjaga stabilitas suhu dan kelembapan
media, serta lingkungan tanam (PUTLITBANGHORT, 2006). Pengairan dapat
dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dengan metode splingkler,
trikle, drip atau siraman.
Teknik penyiraman motherstock di perusahaan dengan cara irigasi curah, irigasi
tetes, dan manual dengan shower. Penyiraman menggunakan irigasi curah
dilakukan setiap pagi dan siang hari bila diperlukan, selama 30 menit dengan
tekanan 4 bar ketika MS berumur 0-4 MST. Penyiraman menggunakan irigasi
tetes atau secara manual dengan shower dilakukan 2-3 kali dalam seminggu,
ketika MS berumur 5 MST sampai tanaman MS dibongkar.
4. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dilakukan sebanyak 4-5 kali dalam setiap periode tanam atau
tergantung dari banyaknya pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan secara
manual saat tanaman berumur 5-6 MST. Jenis gulma yang dominan tumbuh yaitu
jenis gulma berdaun lebar dan teki-tekian.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya motherstock di perusahaan


terdiri dari dua macam yaitu secara preventif dan kuratif. Pengendalian secara
preventif yang dilakukan dengan cara sterilisasi lahan dan bangunan, pemasangan
perangkap serangga berupa botol plastik berwarna kuning dan putih yang diolesi
lem tikus dan bensin, dan penanaman tanaman sereh di luar bangunan, sedangkan
pengendalian secara kuratif dengan cara pembongkaran MS yang terserang hama
dan penyakit.

Budidaya Bunga Krisan Potong


Bibit yang digunakan untuk budidaya bunga krisan potong berasal dari MS yang
sehat, berkualitas, bebas dari hama dan penyakit, serta komersial di pasar.
Kegiatan budidaya bunga krisan potong hampir sama dengan kegiatan budidaya
motherstock. Kegiatan budidaya bunga krisan potong yaitu penanaman bibit,
pemeliharaan tanaman, serta panen dan pasca panen.
a. Penanaman Bibit

Penanaman bibit untuk produksi bunga krisan potong menggunakan bahan stek
yang sudah berakar atau berumur ± 2 minggu dari ruang persemaian stek. Pola
tanam terlebih dahulu dibuat sebelum dilakukan penanaman dengan cara
menghitung jumlah populasi tanaman yang ada di tunnel atau sere yang
disesuaikan dengan permintaan marketing dengan rata-rata penanaman 130 000
tanaman/minggu. Pada hari-hari besar nasioanal, keagamaan atau peringatan
khusus lainnya jumlah penanaman krisan biasanya ditingkatkan dengan rata-rata
penanaman mencapai 180 000 tanaman/minggu.
Jarak tanam yang digunakan yaitu mengikuti kotak jaring dengan ukuran 12.5 x
12.5 cm dengan pola tanam yaitu 5 bibit tiap baris atau setiap lubang ditanami
satu bibit, sehingga dalam 1 m2 terdapat 64-70 bibit. Penanaman bibit krisan
dilakukan secara rutin setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat pada pagi hari ketika
suhu udara tidak terlalu panas dengan tujuan untuk mengurangi stres pada bibit.
Penanaman bibit sebaiknya tidak terlalu dalam karena dapat terkena busuk batang
dan saat memegang bibit jangan sampai terlalu ditekan karena pangkal batang
bibit akan memar dan mudah terserang cendawan (Supari, 1999).
b. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan bunga krisan potong di perusahaan meliputi penyinaran,
pemupukan, penyiraman, penaikkan net penyangga, penyiangan, seleksi tanaman,
penyulaman, dan perompesan daun, pewiwilan dan pembuangan kuntum bunga
utama (knopping), pembungkusan bunga, pemberian ZPT, serta pengendalian
hama dan penyakit tanaman.
1. Penyinaran

Indonesia merupakan daerah tropis yang panjang harinya 10-12 jam/hari,


sehingga untuk mempertahankan fase vegetatif yang optimal dalam budidaya
krisan perlu penambahan panjang hari dengan tambahan penyinaran dari lampu
sekitar 4-5 jam/malam selama 4-5 minggu tergantung genotipe tanaman krisan
(Budiarto dan Sulyo, 2008).
Tanaman krisan sangat peka terhadap panjang hari, sehingga dibedakan menjadi
dua periode dalam masa pertumbuhannya yaitu periode hari panjang (long day
period) dan periode hari pendek (short day period). Periode hari panjang
diterapkan pada tanaman krisan untuk memacu pertumbuhan vegetatif yang
ditandai dengan bertambahnya tinggi tanaman. Periode hari pendek diterapkan
pada tanaman krisan untuk memacu pertumbuhan generatif yang ditandai dengan
terbentuknya bakal bunga. Periode hari panjang diberikan pada tanaman krisan
antara 14-16 jam sedangkan periode hari pendek diberikan pada tanaman krisan
kurang dari 12 jam (Supari, 1999).

Perusahaan memberikan periode hari panjang pada tanaman krisan dengan


memasang lampu natrium di bangunan sere serta memasang lampu TL di
bangunan tunnel. Lampu natrium yang digunakan mempunyai daya 150 watt
sebanyak 35 lampu per sere dengan luas 52 x 30 m2 dan jarak antar lampu 7.5 m
x 7.5 m. Lampu TL yang dipasang pada tunnel mempunyai daya 18 watt sebanyak
48-72 lampu per tunnel dengan luas 500 m2 dan jarak antar lampu 2.5 x 2.5 m.
Lampu dipasang setinggi 3 m dari permukaan tanah.
Penyinaran tanaman dengan panjang gelombang 380-760 nm akan
memperpanjang internode, sehingga tanaman akan semakin tinggi (Prawiranata
et.al, 1992). Cahaya merah dan biru merupakan cahaya yang paling besar
pengaruhnya terhadap proses fotosintesis (Miftahudin, et.al, 2009). Lampu
natrium memiliki cahaya merah dengan panjang gelombang 650-700 nm,
sedangkan lampu TL memiliki sinar biru dengan panjang gelombang 450-500 nm.
Sinar biru dengan panjang gelombang antara 430 nm dan 460 nm lebih efektif
dalam pembukaan stomata daun daripada sinar merah dengan panjang gelombang
antara 630 nm dan 680 nm. Sinar merah lebih efektif dalam proses fotosintesis
karena sinar tersebut yang paling banyak terserap oleh klorofil (Salisbury dan
Ross, 1995)
Penyinaran dilakukan setiap malam selama 4 jam dimulai dari pukul 22.00-02.00
WIB secara kontinyu atau dengan pola cyclic sampai tinggi tanaman rata-rata 40
cm atau tanaman berumur 4-5 MST. Sistem cyclic yang diterapkan yaitu 9 menit
lampu menyala pada kelompok pertama, 18 menit lampu padam pada kelompok
kedua, dan kebalikannya terus dilakukan selama 4 jam. Biaya listrik untuk
penyinaran dengan pola cyclic akan lebih murah dibandingkan dengan penyinaran
secara terus menerus, tetapi jika dibandingkan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman hasilnya tidak berbeda nyata (Isabella, 2003).
2. Pemupukan
Pemupukan nitrogen dan kalium merupakan jenis pupuk yang penting diberikan
pada masa vegetatif dan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif bunga krisan
membutuhkan unsur N lebih tinggi daripada unsur P dan K, sedangkan pada fase
pertumbuhan generatif tanaman krisan membutuhkan unsur P dan K yang lebih
tinggi daripada unsur N karena pada proses inisiasi bakal bunga tanaman krisan
memerlukan unsur N, P, dan K yang seimbang (Kofranek, 1992).
Pupuk yang digunakan PT. ABN adalah larutan pupuk stok A dan stok B. Larutan
pupuk stok A yaitu pupuk CaNO3, KNO3, MgSO4, dan growmore hijau
sedangkan larutan pupuk stok B yaitu pupuk CaNO3, KNO3, KH2PO4, Urea, dan
Growmore merah. Larutan pupuk stok A diberikan sejak tanaman berumur 2 MST
sampai tanaman berumur 6 MST. Larutan pupuk stok B diberikan saat tanaman
berumur 7-11 MST dan pupuk Growmore merah diberikan saat tanaman berumur
9 MST. Pupuk dilarutkan ke dalam 1 000 liter air dan diaplikasikan secara manual
dengan menggunakan shower. Komposisi larutan pupuk stok A dan B, dapat
dilihat pada Tabel 7.
Aplikasi pupuk diperusahaan untuk tanaman krisan potong dibedakan menjadi
dua, yaitu aplikasi pupuk dari atas tanaman dengan menggunakan shower ketika
tanaman berumur 1-3 MST dan aplikasi pupuk dari bawah tanaman ketika
tanaman berusia 4-11 MST. Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari dimulai
dari pukul 07.30-10.00 WIB, lama waktu pemberian pupuk tergantung dari luas.

3. Penyiraman
Kematian pada tanaman krisan dapat disebabkan oleh pemberian air yang
berlebihan sampai akar tanaman tergenang, sebaliknya kekurangan air pada media
tanam akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan krisan (Budiarto dan Sulyo,
2008). Penyiraman pada sore hari dikhawatirkan menyebabkan kondisi yang
lembap pada malam hari yang akan mendukung timbulnya cendawan, selain itu
penyiraman yang baik tidak boleh mengenai daun tanaman krisan, karena spora
cendawan mudah menempel dan berkembang menjadi penyakit bagi tanaman.
Pada Gambar 19, dapat dilihat pengaruh kelebihan atau kekurangan dalam
pemberian air pada tanaman krisan.
Pemberian air untuk semua tanaman di perusahaan berasal dari air sungai dan
tadah hujan yang ditampung dalam kolam penampungan kemudian disaring
sebanyak 2 kali serta dijalankan oleh mesin pompa. Penyiraman dilakukan dengan
dua macam sistem irigasi yaitu sistem irigasi curah dan irigasi tetes.

b
a
Penyiraman dengan irigasi curah dilakukan selama 30 menit dengan tekanan 4 bar
dari ruang pompa, setelah penanaman bibit di lahan. Ruang mesin pompa
pengendalian air, dapat dilihat pada Gambar 21. Penyiraman dengan
menggunakan irigasi curah berikutnya dilakukan setiap pagi hari selama 15-20
menit sampai tanaman berumur 1 MST. Penyiraman berikutnya dilakukan setiap
2-3 hari sekali selama 20-30 menit sampai tanaman berumur 4-5 MST
(intensitasnya tergantung kondisi). Penyiraman dengan irigasi tetes diberikan
setiap 2-3 hari sekali selama 30-60 menit ketika tanaman berumur 6 MST sampai
menjelang panen. Penyiraman ekstra dapat dilakukan oleh masing-masing sistem
irigasi apabila sebagian bedengan kelihatan kering sedangkan bagian lain cukup
basah serta memperbaiki kondisi tanaman.
4. Penaikkan Net Penyangga
Penaikkan net penyangga sebagai pengatur jarak tanam dan penahan rebah
tanaman. Penaikkan net penyangga sampai batas keseimbangan bawah dan bagian
atas tanaman, sehingga batang tanaman krisan yang bersifat sukulen tidak
bengkok dan tidak terlalu tinggi, yang dapat menyulitkan pemanen ketika panen.
Pertumbuhan setiap varietas krisan berbeda-beda sehingga dalam penaikkan net
penyangga pun berbeda. Varietas krisan potong yang masuk ke dalam kelompok
pertumbuhan cepat dan sedang dilakukan penaikkan net penyangga setiap
seminggu sekali, sedangkan varietas krisan potong yang masuk ke dalam
kelompok pertumbuhan lambat penaikkan net penyangga dilakukan 2 minggu
sekali. Penaikkan net penyangga dilakukan secara bertahap mulai tanaman
berumur 2 MST - 10 MST tergantung dari pertumbuhan setiap varietas. Penaikkan
net penyangga dimulai ketika tanaman memiliki tinggi tanaman 10 cm sampai
tinggi tanaman telah memenuhi standar kelas mutu di perusahaan > 75 cm. Net
penyangga dinaikkan sampai tiga per empat bagian tanaman dan tidak boleh
melewati bakal bunga yang diperkirakan akan mekar saat panen.
5. Penyiangan, Seleksi Tanaman, Penyulaman, dan Perompesan Daun

Penyiangan terhadap gulma dilakukan secara manual sebanyak 3-5 kali selama
satu musim tanam tergantung kondisi gulma di lahan. Seleksi tanaman yang kerdil
atau pertumbuhannya tidak sehat dilakukan secara manual setiap hari.
Rukmana dan Mulyana (1997) menyatakan bahwa penyulaman sebaiknya
dilakukan seawal mungkin agar pertumbuhan tanaman nantinya dapat tumbuh
seragam. Penyulaman pada perusahaan dilakukan terhadap tanaman yang mati
dan disulam dengan varietas sama. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman
berumur 2 HST atau paling lambat 1 MST.
Perompesan daun bertujuan untuk mencegah air menempel pada daun dan
memperbaiki sirkulasi udara sehingga kelembapan udara disekitar tanaman bisa
dikurangi. Pada perusahaan, perompesan daun dilakukan apabila daun tanaman
terkena hama dan penyakit. Perompesan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan. Adapun cara perompesan daun yaitu dengan membuang daun bagian
bawah tanaman setinggi 15 cm dari tanah.

6. Pewiwilan dan Pembuangan Kuntum Bunga Utama (knopping)


Tanaman krisan secara alami berpotensi memiliki beberapa bunga akan tetapi
disesuaikan dengan keinginan konsumen maka dibuat tipe spray, standar dan
disbud. Pewiwilan adalah pembuangan tunas-tunas samping atau lateral sehingga
hanya menyisahkan satu kuntum bunga utama pada tangkai untuk dipelihara agar
tetap tumbuh. Knopping adalah membuang kuntum bunga utama yang tumbuh di
tengah atau kuntum bunga yang paling besar sehingga diperoleh jumlah bunga
yang banyak per batangnya dan relatif seragam baik ukuran maupun mekarnya.
Disbudding adalah pembuangan tunas-tunas samping atau lateral pada bunga tipe
standar, bertujuan agar proses pertumbuhan dominasi ke arah terminal optimum
(Kofranek, 1992).

7. Pembungkusan Bunga/Pencontongan
Pembungkusan bunga yang telah mekar 80 % pada bunga tipe standar dikenal
dengan pencontongan. Pencontongan bunga dilakukan dengan tujuan melindungi
mahkota bunga agar tidak terjadi kerusakan atau rontok pada saat pemanenan,
pengangkutan, sortasi dan grading, serta pengemasan. Pencontongan bunga yang
telah mekar >80% mengakibatkan pinggir mahkota bunga mengalami kerusakan
dan rontok.

Pencontongan bunga menggunakan kertas HVS 70 gram dengan ukuran panjang


20 cm dan lebar 10 cm. Kertas ini digunting sedemikian rupa sehingga didapat
bentuk contong dengan diameter bagian atas sekitar 8 cm. Kertas HVS masih
banyak digunakan dalam pembungkusan bunga karena harganya yang lebih murah
jika dibandingkan dengan pembungkus berbahan nilon atau plastik. Darmawan
(2007) menyatakan bahwa kertas sebagai bahan pengemas memiliki kelemahan
yaitu sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembapan
udara lingkungan. Pencontongan bunga sebaiknya dilakukan ketika bunga siap
untuk dipanen dengan kemekaran 80 % dan bunga sudah diaplikasi pestisida.

8. Pemberian ZPT
Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) bertujuan menstimulasi kondisi fisiologi
tertentu pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan keragaan tanaman yang
diharapkan. Aplikasi ZPT ini akan membantu keragaan dan bentuk tanaman
menjadi lebih baik, batang lebih tebal, dan warna daun lebih gelap. ZPT akan
diserap melalui daun tanaman dalam durasi satu jam setelah aplikasi dan dalam 12
jam akan terserap sempurna. Daun yang lebih muda akan menyerap ZPT lebih
cepat dari daun yang lebih tua. Aplikasi ZPT sebaiknya tidak dilakukan apabila
kondisi panas dan terik (>25 0C) atau suhu rendah (<16 0C)
(PUTLITBANGHORT, 2006).
Zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan tanaman
adalah retardan. Retardan yang sering digunakan untuk krisan potong adalah B-
Nine dengan bahan aktif Daminozide (Krisantini, 2006). B-Nine diberikan dengan
konsentrasi 2 g/L dengan melarutkannya dan didiamkan selama 6 jam sebelum
digunakan dengan tujuan untuk merangsang atau mengaktifkan bahan-bahan aktif
yang ada dalam B-Nine tersebut. B-Nine diberikan dengan cara disemprotkan
pada atas permukaan tanaman krisan sebanyak 3-4 kali. Pemberian B-Nine
pertama diberikan pada saat tanaman berumur 5 MST dengan konsentrasi 1 g/L.
B-Nine kedua diberikan pada saat tanaman berumur 7 MST dengan konsentrasi
1.5 g/L. Pada saat tanaman berumur 9 MST diberikan B-Nine ketiga dengan
konsentrasi 2 g/L, sedangkan B-Nine keempat diberikan pada saat tanaman
berumur 10 MST dengan konsentrasi 2 g/L. Perusahaan tidak menggunakan ZPT
berupa B-Nine untuk menghambat pertumbuhan krisan potong, hal ini dapat
memperpanjang internode tanaman sehingga tanaman semakin tinggi, semakin
banyak jumlah tunas yang dihasilkan pada batang sehingga diameter bunga
menjadi kecil, kemekaran bunga kurang serempak, dan warna daun kurang hijau.
9. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)

Salah satu kendala dalam budidaya krisan adalah hama dan penyakit karena dapat
menyebabkan penurunan produktivitas, kerusakan, penurunan mutu produk, dan
beberapa diantaranya bertindak sebagai vektor penyebaran penyakit seperti virus.
Tanaman krisan mudah terserang penyakit jika kelembapan terlalu tinggi dan
tanaman dalam kondisi stress. Lingkungan yang lembap terjadi pada saat musim
hujan atau pada kondisi lingkungan pertanaman terlalu rapat, sehingga sirkulasi
udara yang terjadi tidak berjalan lancar (Suhardi dan Rahadjo, 2008).
Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya produksi bunga krisan potong di
perusahaan terdiri dari dua macam yaitu secara preventif (pencegahan) dan kuratif
(pemberantasan). Pengendalian secara preventif dilakukan dengan cara sterilisasi
lahan dan bangunan, penyemprotan, pemasangan perangkap serangga (insect trap)
berupa plastik kuning yang dibentuk segi empat dengan ukuran 20 x 20 cm yang
diolesi lem tikus dan bensin, dan penanaman tanaman sereh baik didalam maupun
diluar bangunan, sedangkan pengendalian secara kuratif dilakukan dengan cara
pembongkaran tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit, penyemprotan,
dan pemompresan daun yang terkena karat atau leafminer.

Panen dan Pasca Panen

Panen
Perusahaan hanya memanen krisan dalam satu kali produksi tanaman dan setelah
itu dilakukan penanaman tanaman baru. Perusahaan melakukan penetapan panen
dengan perhitungan kalender yaitu perkiraan panen dengan menghitung umur
tanaman sejak tanam di lahan. Penetapan panen dengan perhitungan kalender
hanya dapat menetapkan minggu panen, sedangkan untuk penetapan hari panen
dilakukan dengan cara visual yaitu dengan melihat tingkat kemekaran bunga.
Umur panen bunga krisan di perusahaan sekitar 12-16 MST. Kriteria panen bunga
krisan potong pada bunga krisan tipe standar yaitu minimal 2 lingkaran mahkota
bunga telah mekar 60-75 % atau bunga setengah mekar. Pada bunga krisan tipe
spray seluruh kuntum bunga telah mekar penuh, jika permintaan bunga sedang
melonjak dan bunga belum mekar penuh maka kriteria panen untuk tipe spray
yaitu minimal 4 bunga telah mekar 75-80 %.
Tanaman krisan yang dipanen adalah seluruh bagian vegetatif dan generatif
tanaman kecuali akar. Cara panen bunga krisan dengan menyeleksi tanaman yang
siap panen, yaitu dipilih terlebih dahulu bunga yang sudah mekar dan telah
dicontong untuk bunga tipe standar sehingga pada saat panen tidak terjadi
kerusakan. Kegiatan selanjutnya yaitu penyeleksian bunga terhadap hama dan
penyakit, serta tinggi tanaman jika tinggi tanaman < 75 cm maka bunga tidak
dipanen. Pemanenan bunga krisan potong dengan cara mencabut sampai akarnya
atau memotong tangkai batang bunga 15 cm dari permukaan tanah dengan
menggunakan gunting panen, kemudian merompes daun pada 1/3 bagian tangkai
bunga dan dikumpulkan sebanyak 10 tangkai diatas net penyangga agar
memudahkan perhitungan.

Bunga yang sudah dipanen dengan varietas yang sama dikumpulkan dan
diletakkan diatas wire mesh (tempat penyimpanan bunga dilahan) dengan
dibawahnya menggunakan kain pelindung serta disimpan pada tempat yang teduh
kemudian bunga dibungkus dengan kain tersebut, selanjutnya tangkai bunga
dipotong kembali untuk diratakan. Kegiatan selanjutnya yaitu memasukkan bunga
ke dalam ember yang berisi air tanpa larutan nutrisi atau pestisida, kemudian
bunga siap diangkut ke ruang pasca panen dengan menggunakan motor yang
dipasang bak dibelakangnya (motor kaisar).

2. Pasca Panen
Penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan
perlakuan-perlakuan terhadap bunga setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga
tersebut diterima oleh konsumen. Tujuan dari penanganan pasca panen adalah
menjaga keutuhan bunga agar kualitas bunga yang diterima oleh konsumen tetap
baik. Adapun kegiatan yang dilakukan di pasca panen, meliputi penyortiran dan
penyeleksian kualitas, pengemasan, penyimpanan, pengepakan, serta pengiriman
ke tempat penjualan.
2.1 Penyortiran dan Penyeleksian Kualitas
Pertumbuhan tanaman dalam setiap tanaman tidak selalu seragam, diantaranya
dari panjang tangkai bunga, tingkat kemekaran bunga, diameter batang, dan
jumlah kuntum bunga. Ketidakseragaman pertumbuhan tersebut mengakibatkan
perusahaan menetapkan kelas mutu panen A, B, ataupun C. Bunga krisan potong
yang tidak memenuhi kelas mutu C maka bunga tersebut musnah atau dibuat
gabungan. Bunga dari hasil pemanenan dilahan yang telah sampai ke ruang pasca
panen diletakkan di box berisi air. Bunga hasil panen tersebut diletakkan di atas
meja, kemudian dipisahkan berdasarkan kelas mutu dengan varietas dan warna
yang sama. Kegiatan selanjutnya yaitu bunga dibersihkan dan disisakan daun pada
2/3 bagian tangkai bunga, kemudian tangkai bunga dipotong sesuai kelas mutu
yang ada di perusahaan dengan menggunakan pisau pemotong, lalu tangkai bunga
diikat dengan karet.

2.2. Pengemasan (Packaging)


Bunga merupakan salah satu komoditi non pangan yang mudah rusak dan harus
dipasarkan dalam keadaan segar. Pada bunga potong, kemasan selain untuk
mempertahankan mutu dapat berfungsi sebagai penunjang kegiatan transportasi,
distribusi, dan sebagai usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran.
(Darmawan,2007).
Pengemasan bunga krisan di perusahaan menggunakan kertas putih berukuran 40
x 60 cm dan berlogo PT. Alam Indah Bunga Nusantara, bertuliskan grade, tanggal
panen, kode karyawan yang melakukan sortasi dan grading. Bunga krisan untuk
grade A digunakan kertas berlogo dengan bintang 3 (***), grade B dengan
bintang 2 (**), dan grade C digunakan kertas polos sedangkan untuk gabungan
menggunakan pembungkus koran.
Cara pembungkusan bunga di perusahaan, yaitu bunga diletakkan di atas kertas
berlogo kemudian digulung dari sudut kiri bawah sampai kanan bawah hingga
membentuk kerucut terbalik lalu bagian tepi luar dikuatkan dengan menggunakan
selotip kemudian bunga dimasukkan ke dalam ember yang berisi air untuk
menghindari kelayuan. Pembungkusan bunga potong dilakukan jika ada
permintaan dari konsumen.

2.3. Penyimpanan
Bunga krisan yang telah dipanen tidak seluruhnya terjual ke tangan konsumen
sehingga diperlukan penanganan lanjut yaitu penyimpanan. Penyimpanan bunga
potong berfungsi untuk mempertahankan kualitas bunga potong baik dengan
meminimumkan penggunaan cadangan energi pada jaringan bunga potong atau
memberi tambahan karbohidrat (Sugianti, 2009).
Supari (1999) menyatakan bahwa penyimpanan dikelompokkan menurut tujuan
atau perlakuannya. Penyimpanan menurut tujuannya dibedakan dalam dua
kategori menurut lamanya waktu penyimpanan, yaitu penyimpanan sementara dan
penyimpanan untuk persediaan. Penyimpanan sementara yaitu penyimpanan
bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari), bunga bisa disimpan pada
suhu ruang dengan merendam pangkal tangkai di dalam bak berisi air bersih.
Penyimpanan untuk stock (persediaan) yaitu penyimpanan bunga dalam jangka
waktu agak lama (lebih dari 1 hari), bunga disimpan di dalam ruangan
penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan suhu sekitar 5 0C dan
kelembapan udara yang tinggi sekitar 90%. Penyimpanan bunga pada temperatur
rendah bertujuan untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang
merugikan, misalnya bakteri yang menyebabkan bunga menjadi busuk.
Penyimpanan pada temperatur rendah juga membatasi laju respirasi yang berarti
laju degradasi karbohidrat menjadi rendah sehingga bunga tidak cepat mengalami
kerusakan. Lama masa penyimpanan bunga krisan didalam cool storage dapat
disimpan sampai 15 hari.

Penyimpanan menurut perlakuannya dibedakan dalam dua katagori yaitu


penyimpanan basah dan penyimpanan kering. Penyimpanan basah adalah
penyimpanan dengan perlakuan perendaman ujung tangkai bunga ke dalam air,
sedangkan penyimpanan kering adalah penyimpanan bunga potong tanpa
perlakuan perendaman ujung tangkai bunga ke dalam air (Supari, 1999).

Penyimpanan bunga sementara di PT. ABN dilakukan saat bunga menunggu


untuk disortasi, digrading, dan dibungkus. Selain itu, pada saat bunga telah
dikemas dan ketika panen raya karena kapasitas cool storage sudah tidak dapat
memuat bunga. Penyimpanan bunga tersebut diletakkan pada suhu ruang kamar di
ruang pasca panen. Penyimpanan bunga untuk stock, disimpan didalam cool
storage dengan suhu sekitar 7-15 0C. Penyimpanan basah dilakukan ketika bunga
telah dipanen dari lahan, disortasi dan digrading, serta ketika penyimpanan bunga
di dalam cool storage. Pada saat penyimpanan basah, air tidak diberikan
perlakuan khusus untuk memperpanjang vase life bunga. Penyimpanan kering
dilakukan ketika bunga telah dikemas dengan kertas atau dipacking kedalam
kardus untuk dikirim ke konsumen.
2.4 Pengepakan (Packing)
Pengepakan bunga bertujuan untuk meminimaliskan kerusakan bunga pada saat
pengiriman ke konsumen. Pengepakan bunga di perusahaan terbagi menjadi dua,
yaitu pengepakan bunga untuk dalam negeri dan pengepakan bunga untuk luar
negeri. Pengepakan bunga untuk dalam negeri menggunakan kardus berwarna
cokelat dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 45 cm sedangkan
pengepakan bunga untuk luar negeri menggunakan dus karton berwarna putih
berbentuk segitiga panjang. Kardus yang digunakan untuk pengiriman dalam
negeri dapat memuat 40 ikat bunga, dimana satu ikat bunga terdiri atas 10 tangkai
bunga. Pemesanan bunga dari luar negeri dalam satu kardus dapat memuat 10 ikat
bunga yang terdiri atas 10 tangkai.
Teknik penyusunan bunga di dalam kardus yaitu bunga diletakkan secara
berselang-seling dan dipadatkan untuk meminimumkan gerakan selama proses
distribusi, yang menyebabkan bunga menjadi rusak. Bunga yang telah disusun
rapi di dalam kardus kemudian ditutup dan dilem dengan lakban sedangkan untuk
ekspor kardus diikat dengan menggunakan mesin tali.

2.5 Pengiriman Bunga ke Konsumen


Pengiriman bunga krisan potong terbagi menjadi 2 yaitu pengiriman untuk ekspor
dan lokal. Pengiriman bunga untuk ekspor menggunakan mobil box besar
pendingin dengan suhu 13 0C sedangkan untuk pengiriman lokal mengunakan
mobil box besar pendingin atau box kecil yang tidak dilengkapi pendingin
sehingga diperlukan lubang ventilasi udara untuk sirkulasi udara didalam
kendaraan.
Pengiriman bunga di perusahaan rutin setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat baik
pengiriman dalam kota maupun luar kota. Pengiriman bunga di dalam kota secara
langsung ke pihak konsumen dengan mobil box, sedangkan pengiriman ke luar
kota tidak secara langsung ke pihak konsumen, akan tetapi melalui jasa
pengiriman barang (kargo atau agen) yang terdapat di bandara maupun stasiun
kereta. Biaya yang dibebankan pemesan untuk setiap kardus yang berisi 40 ikat
bunga dengan berat 30 kg (normal) adalah Rp. 25.000,00. Pemesan bunga
dikenakan biaya pengiriman hingga bandara sebesar Rp 85.000,00 per orang dan
untuk biaya pesawat maupun kereta ditanggung sepenuhnya oleh pemesan. Sistem
pengiriman bunga baik luar kota maupun ke luar negeri harus melewati tahap
karantina. Karantina bunga untuk pengiriman bunga ke luar kota dengan
membawa dua sampel ikat bunga ke balai karantina, sedangkan pengiriman untuk
ke luar negeri semua bunga dikarantina tanpa sampel. Karantina bunga untuk luar
negeri lebih ketat jika dibandingkan dengan karantina bunga untuk dalam negeri.
Bunga yang telah melewati tahap karantina baru bisa dapat dikirim melalui jasa
pengiriman di bandara maupun stasiun kereta.

Anda mungkin juga menyukai