Anda di halaman 1dari 11

Tugas Diskusi

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

TANAMAN KRISAN POT (Chrysantemum sp.)

Oleh :
REZKI MIRANDA G111 15 514
NUR ANA SARI G111 15 516
RESKY WULANDARI R JAHUDDIN G111 15 519
YUSNIA AHMAD G111 15 528

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisan merupakan salah satu jenis tanaman hias bunga yang sangat populer
dan memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi di Indonesia serta mempunyai
prospek pemasaran cerah. Selain menghasilkan bunga potong dan tanaman hias
bunga pot yang dimanfaatkan untuk memperindah ruangan dan menyegarkan
suasana, beberapa varietas krisan juga ada yang berkasiat sebagai obat, antara lain
untuk mengobati sakit batuk, nyeri perut, dan sakit kepala akibat peradangan rongga
sinus (sinusitis) dan sesak napas.
Tanaman krisan berasal dari daerah sub tropis yang memiliki panjang hari
siangnya selama 16 jam. Walaupun demikian tanaman ini juga dapat dibudidayakan
di Indonesia yang beriklim tropis dimana panjang hari siangnya selama 12 jam,
untuk membudidayakan bunga krisan di Indonesia diperlukan penambahan cahaya,
sebanyak 70 lux selama 4 jam pada malam hari. Tujuan penambahan cahaya adalah
untuk mempertahankan fase vegetatif tanaman (Turang et al, 2007).
Permintaan bunga potong dan tanaman krisan pot makin meningkat dari tahun
ke tahun, seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat. Menurut Abidin
(1990) perkiraan peningkatan konsumsi krisan di dalam negeri sekitar 25% per
tahun, bahkan menjelang akhir tahun 2003 permintaan pasar diproyeksikan
meningkat sebesar 31,62% dari total permintaan tahun 1995, sekitar tujuh juta
tanaman. Permintaan tersebut akan terus meningkat baik di pasar dalam negeri
(domestik) maupun pasar internasional. Situasi ini memberi peluang bagi petani
produsen dan pengusaha bunga krisan untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan
kontinuitas produksi bunga krisan yang sesuai dengan permintaan pasar (Marwoto
dkk., 1999).
Pertumbuhan dan perkembangan krisan pot dipengaruhi oleh intensitas
cahaya dan zat pengatur tumbuh yang diberikan. Sehingga dari uraian diatas maka
penulis menyusun makalah mengenai krisan pot untuk mengetahui bagaimana
pengaruh perlakuan dan teknik budidaya dari krisan pot.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang disebut dengan tanaman krisan pot?
2. Apa saja perlakuan pada tanaman krisan pot?
3. Bagaimana teknik budidaya krisan pot?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui tanaman krisan pot
2. Untuk mengetahu jenis perlakuan tanaman krisan pot
3. Untuk mengetahui teknik budidaya krisan pot

BAB II
ISI

2.1 Tanaman Krisan Pot


Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai bunga potong
yang ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, dan sebagai
krisan pot yang ukurannya lebih pendek. Bunga krisan pot ditandai dengan sosok
tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot,
polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah
varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih
kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan),
applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda). Krisan
indroduksi berbunga banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan
pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage
(merah) dan Time (kuning). (Andiani, 2013)
2.2 Perlakuan Tanaman Krisan Pot
Tanaman krisan pot merupakan jenis tanaman krisan yang memiliki
perbedaan perlakuan dari krisan potong. Perbedaan perlakuan yang dimaksud yaitu
perbedaan intensitas cahaya dan zat pengatur tumbuh tanaman. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Widiastuti (2004) menunjukkan bahwa intensitas cahaya 75%
(naungan 25%) mendekati optimum bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu dalam
penelitiannya, menggunakan zat penghambat pertumbuhan yaitu daminosida.
Pengaturan pertumbuhan tanaman dapat pula dilakukan dengan zat
penghambat pertumbuhan yang fungsinya menekan pertumbuhan memanjang dari
tunas sehingga membentuk percabangan yang pendek dan kekar. Penghambat
pertumbuhan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu fitohormon,
penghambat alami lain (termasuk derivat asam fenolat dan asam benzoat serta
lakton) dan penghambat pertumbuhan sintetik. Penghambat pertumbuhan biasanya
digunakan untuk memperpendek panjang ruas dan tinggi tanaman. Luas daun,
penyerapan cahaya dan hasil panen umumnya tidak berkurang karena aplikasi zat
penghambat pertumbuhan.
Salah satu jenis zat penghambat pertumbuhan sintetik adalah daminosida.
Waktu dan aplikasi daminosida sangat spesifik karena hanya selektif pada keadaan
dan kondisi lingkungan tertentu. Apabila digunakan pada fase pertumbuhan yang
tepat dengan konsentrasi yang tepat pula dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
tanaman maka tanaman akan tumbuh dan memberikan hasil yang optimal. Hasil
penelitian Larsen and Lieth (1975), tentang penggunaan daminosida pada tanaman
krisan dengan konsentrasi 0, 0,63, 0,125, 0,025, 0,5, 0,75, 1, 1,5 dan 2 gram.liter-
1, diperoleh hasil bahwa tunas terpendek dihasilkan tanaman dengan perlakuan 0,25
gram.liter-1 yaitu 14,4 mm pada 55 hari setelah tanam. Tanaman tanpa perlakuan
daminosida mempunyai panjang tunas 23 mm.
2.3 Budidaya Krisan Pot
Kesesuaian lahan dan iklim untuk budidaya krisan pot sama dengan
kesesuaian lokasi (agroklimat) krisan potong, sehingga paparan berikut ini lebih
banyak menjelaskan kepada aspek khusus budidaya krisan pot sebagai berikut :
a. Media Tanam
Pertimbangan khusus dalam menentukan media tanam adalah mudah didapat,
harga relatif murah, ringan dan harus memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang bisa
mendukung pertumbuhan akar dan serapan hara secara optimal. Sifat fisik yang
penting adalah media harus ringan, gembur dan memiliki aerasi cukup baik.
Sedangkan sifat kimianya adalah derajat keasaman media netral dengan pH 5.52-
6.7, memiliki Eectric Conductivity (EC) rendah sehingga tidak ada kekhawatiran
keracunan unsur tertentu. Bahan yang banyak digunakan adalah serbuk sabut kelapa
(cocopeat) dan arang sekam. Gambut memiliki daya pegang air cukup tinggi, dan
partikel-partikelnya banyak membentuk gumpalan-gumpalan kecil sehingga
membentuk rongga-rongga udara. Untuk mengurangi rongga ini perlu ditambahkan
bahan lain yang bisa mengisinya seperti serbuk sabut kelapa dan sekam bakar.
Komposisi media yang baik untuk krisan pot adalah campuran dari gambut (peat),
cocopeat dan arang sekam dengan perbandingan volume 4:4:1.

b. Bibit
Tinggi bibit untuk krisan pot tidak boleh lebih dari 5 cm. bibit yang terlalu
tinggi menyebabkan pertunasan yang kurang kompak, tunas yang terbentuk
berjauhan sehingga bagian bawah tanaman menjadi kurang rimbun. Jumlah bibit
yang ditanam dalam satu pot bisa bervariasi. Untuk ukuran pot 14 -15 cm bisa
ditanam 5-6 bibit. Untuk menentukan jumlah bibit yang ditanam dalam satu pot
juga harus mempertimbangkan produktivitas tunas dari jenis yang ditanam. Untuk
jenis yang hanya mengeluarkan tunas sedikit, dibutuhkan jumlah bibit agak banyak,
sehingga tanaman pot agak rimbun. Cara penanamannya satu bibit ditanam cepat
ditengah pot dengan posisi tegak lurus, kemudian bibit lainnya ditanam dibagian
pinggir pot dengan posisi agak condong keluar agar tunas yang dihasikan menyebar
keluar sehingga tanaman pot terlihat lebih besar dan rimbun.
c. Penyiraman
Penyiraman tanaman pot bisa dilakukan dengan cara manual atau
menggunakan alat bantu sistem irigasi. Beberapa pertimbangan dalam menentukan
pertimbangan adalah frekuensi penyiraman, kualitas air, penyiraman tidak kena
daun, penyiraman dilakukan sekaligus dengan pupuk.
Untuk memenuhi persyaratan penyiraman yang baik, ada beberapa cara yang
bisa dilakukan agar hasil penyiraman lebih efisien adalah sistem rendam.
Penyiraman dengan merendam sebagian pot ke dalam air setinggi 5-10 cm, selama
beberapa menit, secara kapiler air dan pupuk bergerak dari bagian bawah pot ke
permukaan atas media, sistem ini mengandalkan daya kapiler media terhadap air
yang akan merambat dari bawah ke atas. Pada fase colouring (fase terakhir
perkembangan tanaman krisan pot, saat warna bunga mulai muncul) tanaman harus
dipindahkan ke tempat khusus dan sistem pengairannya biasanya menggunakan
sistem rendam untuk memudahkan panen.
d. Perendaman Tanaman Krisan Sistem drip
Dengan sistem drip (irigasi tetes) setiap pot disambungkan dengan selang
yang mempunyai jarum untuk mengatur keluarnya air dan sebagai jalan tetesan air
ke media. Dengan menggunakan sistem drip, pemupukan bisa dimasukkan ke
dalam alat irigasi. Pupuk yang digunakan harus yang mudah larut ke dalam air agar
lubang drip tidak mudah tersumbat dan pupuk lebih mudah diserap oleh tanaman.
Biasanya pada fase short day krisan pot dipindahkan ke tempat lain dan sistem
pengairannya menggunakan sistem drip
e. Pemupukan
Pemilihan komposisi pupuk untuk krisan pot dilakukan dengan
mempertimbangkan besarnya biaya produksi. Bahan pupuk dapat dibuat dari
senyawa kimia lainnya sesuai dengan ketersediaan bahan dipasar dan juga dari
harga yang lebih ekonomis. Akan tetapi yang terpenting adalah komposisi dari
masing-masing unsurnya.
f. Pengaturan Panjang Hari
Krisan pot memiliki fisiologi sama dengan krisan potong, yaitu memiliki
respon terhadap fotoperiodisasi. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim Indonesia
14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak tanaman krisan perlu
tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila
menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian
cahaya lampu dilakukan sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari
ketiak daun, tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka
tanaman akan masuk fase short day.
Supaya bunga mekar secara serempak, ada penanam krisan pot yang
melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup tanaman dengan plastik hitam
atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya dari luar sama sekali tidak
mengenai tanaman.
g. Pinching dan Disbudding
Pinching adalah membuang pucuk terminal dari bibit asal, hal ini dilakukan
untuk menghentikan dominasi tunas apikal untuk merangsang tumbuhnya tunas-
tunas lateral dari ketiak daun. Dari setiap bibit diharapkan mengeluarkan tuns
lateral sebanyak 3-4 tunas produktif, sedangkan tunas-tunas yang kecil atau tidak
peroduktif harus dibuang, sehingga kualitas tunas yang dipelihara benar-benar
bagus. Pinching dilakukan setelah tanaman memiliki lima daun sempurna, dan yang
dibuang adalah tunas diantara daun keempat dan kelima, bila daun pertama dihitung
dari bawah. Tanaman yang dipinching telah berumur lebih dari 10-14 hari setelah
bibit ditanam. Pinching harus dilakukan tepat waktu.
Kegiatan Disbudding adalah pembuangan bakal bunga yang tidak diinginkan
sesuai dengan tujuan pembentukan bunga. Disbudding dilakukan setelah bakal
bunga yang tidak diharapkan mulai tumbuh dan siap dibuang tanpa mengganggu
bakal bunga yang siap untuk dipelihara.
h. Pemberian Zat pengatur tumbuh (ZPT)
ZPT digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman: merangsang
pertumbuhan tanaman atau menekan pertumbuhan tanaman. Pada krisan pot,
pemberian ZPT diupayakan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan daun
sehingga membentuk tanaman menjadi tanaman pot yang kompak, rimbun dan
indah. Salah satu ZPT yang biasa digunakan untuk mempercepat pertunasan adalah
Hobsanol. Penyemprotan Hobsanol dilakukan setelah pinching dan seminggu
setelah aplikasi yang pertama. Untuk menekan pertumbuhan agar krisan pot tidak
terlalu tinggi maka digunakan alar atau cultar.
i. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kualitas krisan pot sangat ditentukan oleh kesehatan tanaman, sehingga
pemeliharaan tanaman mulai dari tanam sampai siap untuk dipasarkan harus
dilakukan secara cermat. Untuk mendapatkan kualitas tanaman pot yang prima
maka pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara intensif. Adapun
hama dan penyakit tanaman yang banyak menyerang krisan pot adalah sama dengan
krisan potong yaitu pengorok daun, thrips, aphids, ulat , dan karat putih.
j. Panen dan Pasca Panen
Pemanenan tanaman krisan pot tentunya dilakukan bersama-sama dengan
medianya. Beberapa faktor yang menjadi kriteria kualitas tanaman pot adalah
sebagai berikut.
a. Tajuk. Batang tanaman tidak terlalu tinggi, sekitar 20-25 cm. Bentuk tajuk
tumbuh ke samping pot, sehingga bila dilihat dari bagian atas, tanaman
memiliki diameter lebih dari 20 cm; semakin lebar diameter tajuk dengan
batang yang kuat akan semakin baik.
b. Daun. Warna daun hijau segar dan bersih dari residu pupuk daun dan
pestisida. Bentuk daun normal dan tidak cacat, bebas dari serangan hama
penyakit. Daun tumbuh lebat sehingga terlihat rimbun.
c. Bunga. Warna bunga cerah dan tidak pudar. Semua bunga dalam satu pot
tumbuh normal dan bebas hama penyakit. Bunga mekar serempak, kompak,
dan tinggi bunga rata.
Setelah krisan pot diseleksi sesuai kriteria, maka segera dimasukkan ke dalam
kantong plastik agar bunga dan cabang tidak patah selama dalam transportasi.
Sebelum tanaman pot dimasukkan kedalam plastik dan dikemas kedalam kardus,
media tanam harus dalam kondisi lembab dan pot dalam keadaan bersih.

BAB III
KESIMPULAN

Tanaman krisan pot merupakan jenis tanaman krisan yang memiliki ukuran
batang yang lebih pendek dibanding krisan potong yaitu tingginya 20-40 cm dengan
bunga yang lebih lebat dan cocok ditanam pada pot atau polybag. Untuk
memperoleh tanaman krisan pot memerlukan perlakuan pemberian intensitas
cahaya dan zat penghambat tumbuh seperti daminosida. Teknik budiaya tanaman
krisan pot hampir serupa dengan krisan potong namun ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan sperti media tanamnya, pembibitan, penyiraman, pemupukan,
pemberian zat pengatur tumbuh, dan pengaturan panjang hari.

DAFTAR PUSTAKA

Andiani, Y. 2013. Budidaya Bunga Krisan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 170
hal.
Larsen, R. U., and J. H. Lieth. 1975. Modeling Elongation Retardation Due To
Daminozide in Chrysanthemum. Dalam: http://lieth.ucdavis.edu.
Sanjaya, L. 2010. Krisan, bunga potong dan tanaman pot yang menawan. Jurnal
penelitian dan pengembangan pertanian. Buletin tanaman hias
Vina, 2016. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan pada Berbagai Komposisi
Media Tanam. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Wibowo. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. 91
Hal.
Widiastuti, Libria,. Tohari,. Sulistyaningsih, Endang. 2004. Pengaruh Intensitas
Cahaya dan Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan
Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian Vol 11(2): 35-42.
Wuryaningsih, S. 1994. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Hias Pot Spathiphyllum sp. Buletin Penelitian Tanaman Hias ll : 81-89.

Anda mungkin juga menyukai