Oleh :
REZKI MIRANDA G111 15 514
NUR ANA SARI G111 15 516
RESKY WULANDARI R JAHUDDIN G111 15 519
YUSNIA AHMAD G111 15 528
BAB II
ISI
b. Bibit
Tinggi bibit untuk krisan pot tidak boleh lebih dari 5 cm. bibit yang terlalu
tinggi menyebabkan pertunasan yang kurang kompak, tunas yang terbentuk
berjauhan sehingga bagian bawah tanaman menjadi kurang rimbun. Jumlah bibit
yang ditanam dalam satu pot bisa bervariasi. Untuk ukuran pot 14 -15 cm bisa
ditanam 5-6 bibit. Untuk menentukan jumlah bibit yang ditanam dalam satu pot
juga harus mempertimbangkan produktivitas tunas dari jenis yang ditanam. Untuk
jenis yang hanya mengeluarkan tunas sedikit, dibutuhkan jumlah bibit agak banyak,
sehingga tanaman pot agak rimbun. Cara penanamannya satu bibit ditanam cepat
ditengah pot dengan posisi tegak lurus, kemudian bibit lainnya ditanam dibagian
pinggir pot dengan posisi agak condong keluar agar tunas yang dihasikan menyebar
keluar sehingga tanaman pot terlihat lebih besar dan rimbun.
c. Penyiraman
Penyiraman tanaman pot bisa dilakukan dengan cara manual atau
menggunakan alat bantu sistem irigasi. Beberapa pertimbangan dalam menentukan
pertimbangan adalah frekuensi penyiraman, kualitas air, penyiraman tidak kena
daun, penyiraman dilakukan sekaligus dengan pupuk.
Untuk memenuhi persyaratan penyiraman yang baik, ada beberapa cara yang
bisa dilakukan agar hasil penyiraman lebih efisien adalah sistem rendam.
Penyiraman dengan merendam sebagian pot ke dalam air setinggi 5-10 cm, selama
beberapa menit, secara kapiler air dan pupuk bergerak dari bagian bawah pot ke
permukaan atas media, sistem ini mengandalkan daya kapiler media terhadap air
yang akan merambat dari bawah ke atas. Pada fase colouring (fase terakhir
perkembangan tanaman krisan pot, saat warna bunga mulai muncul) tanaman harus
dipindahkan ke tempat khusus dan sistem pengairannya biasanya menggunakan
sistem rendam untuk memudahkan panen.
d. Perendaman Tanaman Krisan Sistem drip
Dengan sistem drip (irigasi tetes) setiap pot disambungkan dengan selang
yang mempunyai jarum untuk mengatur keluarnya air dan sebagai jalan tetesan air
ke media. Dengan menggunakan sistem drip, pemupukan bisa dimasukkan ke
dalam alat irigasi. Pupuk yang digunakan harus yang mudah larut ke dalam air agar
lubang drip tidak mudah tersumbat dan pupuk lebih mudah diserap oleh tanaman.
Biasanya pada fase short day krisan pot dipindahkan ke tempat lain dan sistem
pengairannya menggunakan sistem drip
e. Pemupukan
Pemilihan komposisi pupuk untuk krisan pot dilakukan dengan
mempertimbangkan besarnya biaya produksi. Bahan pupuk dapat dibuat dari
senyawa kimia lainnya sesuai dengan ketersediaan bahan dipasar dan juga dari
harga yang lebih ekonomis. Akan tetapi yang terpenting adalah komposisi dari
masing-masing unsurnya.
f. Pengaturan Panjang Hari
Krisan pot memiliki fisiologi sama dengan krisan potong, yaitu memiliki
respon terhadap fotoperiodisasi. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim Indonesia
14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak tanaman krisan perlu
tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila
menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian
cahaya lampu dilakukan sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari
ketiak daun, tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka
tanaman akan masuk fase short day.
Supaya bunga mekar secara serempak, ada penanam krisan pot yang
melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup tanaman dengan plastik hitam
atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya dari luar sama sekali tidak
mengenai tanaman.
g. Pinching dan Disbudding
Pinching adalah membuang pucuk terminal dari bibit asal, hal ini dilakukan
untuk menghentikan dominasi tunas apikal untuk merangsang tumbuhnya tunas-
tunas lateral dari ketiak daun. Dari setiap bibit diharapkan mengeluarkan tuns
lateral sebanyak 3-4 tunas produktif, sedangkan tunas-tunas yang kecil atau tidak
peroduktif harus dibuang, sehingga kualitas tunas yang dipelihara benar-benar
bagus. Pinching dilakukan setelah tanaman memiliki lima daun sempurna, dan yang
dibuang adalah tunas diantara daun keempat dan kelima, bila daun pertama dihitung
dari bawah. Tanaman yang dipinching telah berumur lebih dari 10-14 hari setelah
bibit ditanam. Pinching harus dilakukan tepat waktu.
Kegiatan Disbudding adalah pembuangan bakal bunga yang tidak diinginkan
sesuai dengan tujuan pembentukan bunga. Disbudding dilakukan setelah bakal
bunga yang tidak diharapkan mulai tumbuh dan siap dibuang tanpa mengganggu
bakal bunga yang siap untuk dipelihara.
h. Pemberian Zat pengatur tumbuh (ZPT)
ZPT digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman: merangsang
pertumbuhan tanaman atau menekan pertumbuhan tanaman. Pada krisan pot,
pemberian ZPT diupayakan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan daun
sehingga membentuk tanaman menjadi tanaman pot yang kompak, rimbun dan
indah. Salah satu ZPT yang biasa digunakan untuk mempercepat pertunasan adalah
Hobsanol. Penyemprotan Hobsanol dilakukan setelah pinching dan seminggu
setelah aplikasi yang pertama. Untuk menekan pertumbuhan agar krisan pot tidak
terlalu tinggi maka digunakan alar atau cultar.
i. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kualitas krisan pot sangat ditentukan oleh kesehatan tanaman, sehingga
pemeliharaan tanaman mulai dari tanam sampai siap untuk dipasarkan harus
dilakukan secara cermat. Untuk mendapatkan kualitas tanaman pot yang prima
maka pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara intensif. Adapun
hama dan penyakit tanaman yang banyak menyerang krisan pot adalah sama dengan
krisan potong yaitu pengorok daun, thrips, aphids, ulat , dan karat putih.
j. Panen dan Pasca Panen
Pemanenan tanaman krisan pot tentunya dilakukan bersama-sama dengan
medianya. Beberapa faktor yang menjadi kriteria kualitas tanaman pot adalah
sebagai berikut.
a. Tajuk. Batang tanaman tidak terlalu tinggi, sekitar 20-25 cm. Bentuk tajuk
tumbuh ke samping pot, sehingga bila dilihat dari bagian atas, tanaman
memiliki diameter lebih dari 20 cm; semakin lebar diameter tajuk dengan
batang yang kuat akan semakin baik.
b. Daun. Warna daun hijau segar dan bersih dari residu pupuk daun dan
pestisida. Bentuk daun normal dan tidak cacat, bebas dari serangan hama
penyakit. Daun tumbuh lebat sehingga terlihat rimbun.
c. Bunga. Warna bunga cerah dan tidak pudar. Semua bunga dalam satu pot
tumbuh normal dan bebas hama penyakit. Bunga mekar serempak, kompak,
dan tinggi bunga rata.
Setelah krisan pot diseleksi sesuai kriteria, maka segera dimasukkan ke dalam
kantong plastik agar bunga dan cabang tidak patah selama dalam transportasi.
Sebelum tanaman pot dimasukkan kedalam plastik dan dikemas kedalam kardus,
media tanam harus dalam kondisi lembab dan pot dalam keadaan bersih.
BAB III
KESIMPULAN
Tanaman krisan pot merupakan jenis tanaman krisan yang memiliki ukuran
batang yang lebih pendek dibanding krisan potong yaitu tingginya 20-40 cm dengan
bunga yang lebih lebat dan cocok ditanam pada pot atau polybag. Untuk
memperoleh tanaman krisan pot memerlukan perlakuan pemberian intensitas
cahaya dan zat penghambat tumbuh seperti daminosida. Teknik budiaya tanaman
krisan pot hampir serupa dengan krisan potong namun ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan sperti media tanamnya, pembibitan, penyiraman, pemupukan,
pemberian zat pengatur tumbuh, dan pengaturan panjang hari.
DAFTAR PUSTAKA
Andiani, Y. 2013. Budidaya Bunga Krisan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 170
hal.
Larsen, R. U., and J. H. Lieth. 1975. Modeling Elongation Retardation Due To
Daminozide in Chrysanthemum. Dalam: http://lieth.ucdavis.edu.
Sanjaya, L. 2010. Krisan, bunga potong dan tanaman pot yang menawan. Jurnal
penelitian dan pengembangan pertanian. Buletin tanaman hias
Vina, 2016. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan pada Berbagai Komposisi
Media Tanam. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Wibowo. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. 91
Hal.
Widiastuti, Libria,. Tohari,. Sulistyaningsih, Endang. 2004. Pengaruh Intensitas
Cahaya dan Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan
Tanaman Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian Vol 11(2): 35-42.
Wuryaningsih, S. 1994. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Hias Pot Spathiphyllum sp. Buletin Penelitian Tanaman Hias ll : 81-89.