Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN

LAMA PENYINARAN TERHADAP PEMBUNGAAN TANAMAN KRISAN


(Chrysanthemum sp.)

Disusun Oleh:

Muhammad Rifki Dwi K. : 16/398696/PN/14667


Hanifa Hirmaningtyas : 17/412764/PN/15086
Meilinda Della P. : 17/414668/PN/15249
Tahtihal Anhar : 17/414673/PN/15254

PROGRAM STUDI AGRONOMI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan tanaman hias (ornamental plant) adalah jenis tumbuhan yang
dibudidayakan untuk memberikan tambahan keindahan nilai estetika. Krisan termasuk
dalam jenis tanaman hias bunga. Krisan dimanfaatkan sebagai bunga potong karena saat
dipanen bunga pada krisan dapat mekar dengan sempurna, penampilan yang sehat dan
segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar sehingga bunga potong menjadi awet
juga tahan lama (Ermawati et al., 2011). Menurut Vina (2016), krisan mempunyai banyak
manfaat diantaranya sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga.
Bunga krisan dapat diolah menjadi minuman seperti teh sedangkan daun krisan dapat
diiolah menjadi makanan seperti keripik.
Tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) merupakan tanaman hias yang memiliki
nilai ekonomi tinggi dan potensial dikembangkan. Krisan merupakan tanaman hias bunga
potong paling populer nomor tiga di dunia setelah tanaman mawar (Nxumalo dan
Wahome, 2010). Di Indonesia, krisan juga sering disebut bunga seruni atau aster. Dahulu,
krisan memiliki nama ilmiah Dendanthema, namun setelah adanya Kongres Botani
Internasional pada tahun 1999, disepakati nama latin seruni adalah Chrysanthemum sp.
Komposisi dan warna bunga yang cantik menjadi daya tarik budidaya krisan.
Krisan termasuk tanaman yang dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya, baik pada
fase partumbuhan maupun fase pembungaan, dan memungkinkan dibudidayakan
sepanjang tahun dengan mengontrol panjang hari (Bres dan Jerzy, 2008). Faktor cahaya
menjadi factor paling penting dalam budidaya krisan (Han et al., 2017). Tanaman krisan
termasuk dalam tanaman hari pendek dengan periode kritis 12 jam pada fase reproduktif
dan membutuhkan 14 jam pada fase vegetatif (Nxumalo dan Wahome, 2010). Jika
penyinaran hanya dilakukan pagi hingga sore hari atau 12 jam saja dalam sehari maka
akan cepat terjadi pembentukan bunga. Jika penyinaran berlangsung selama lebih dari 14
jam, maka pertumbuhan vegetative tanaman akan berlangsung lebih lama.
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang terletak pada garis equator.
Penyinaran matahari hanya tersedia sekitar 12 jam untuk setiap harinya. Jika krisan tidak
diberi perlakuan penambahan cahaya buatan, maka krisan akan memiliki umur panen
yang pendek, yaitu 10 minggu (Pratama et al., 2018). Penambahan cahaya buatan yang
terlalu lama akan menambah biaya produksi, sedangkan penambahan cahaya buatan yang
kurang mengakibatkan partumbuhan krisan kurang optimal dan mempengaruhi kualitas
bunga krisan.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui morfologi dan fisiologi tanaman krisan.
2. Mengetahui pengaruh penambahan penyinaran terhadap tanaman krisan.
3. Mengetahui pengaruh penambahan lama cahaya buatan terhadap pembungan
tanaman krisan.
BAB II
ISI

A. Morfologi bunga Krisan


Tanaman krisan merupakan tanaman hias yang terdiri dari lebih 100 spesies yang
tersebar di belahan bumi dan termasuk tanaman berhari pendek. Bunga krisan memiliki
ragam warna kecuali warna biru dan hitam serta memiliki ribuan varietas, 60 varietas
diantaranya tumbuh di Indonesia. Tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) tergolong ke
dalam family Asteraceae. C. morifolium Ramat. Krisan termasuk tanaman menyerbuk
silang, yaitu melakukan penyerbukan dengan tanaman yang tidak berasal dari satu
tanaman yang sama. Tanaman bunga krisan merupakan bunga majemuk yang
mempunyai ray flower (baris luar) yang terdiri atas bunga betina (pistil) dan disk flower
(baris tengah) terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya bersifat
fertil. Krisan dapat digolongkan ke dalam banyaknya kuntum bunga yang terdapat dalam
satu tangkai yaitu:
a. Tipe standar, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga tunggal per batang. Tipe ini
dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral 17 bud) dan membiarkan
calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang sendiri.
b. Tipe spray adalah tipe krisan yang mempunyai bunga paling sedikit lima kuntum per
batang. Tipe ini dihasilkan dengan membuang bunga utama dan membiarkan calon
bunga samping (Andiani, 2013 cit. Dalaila, 2018). Tanaman krisan memiliki akar
tunggang dan putih.
Tanaman krisan memiliki batang dengan tinggi berkisar 0,5-1 m. batang tegak,
bulat, memiliki cabang sedikit, permukaan kasar, dan berwarna hijau. Tanaman krisan
memiliki daun tunggal, berseling, lonjong, ujung runcing, pangkal membulat, tepi
bertoreh, panjang 7-13 cm, lebar 3-6 cm perulangan menyirip, tebal, permukaan kasar,
dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk cawan terletak diketiak atau di ujung
batang dengan panjang tulang daun 3-5 cm. Kelopak berbentuk cawan dengan ujung
runcing, berwarna hijau, benang sari dan putik berada di tengah bunga. Mahkota bunga
berbentuk lonjong lepas dengan panjang 3-8 mm dan berwarna kuning. Buah tanaman
krisan berbentuk lonjong berukuran kecil dan ditutupi selaput buah. Ketika tanaman
muda berwarna putih tetapi ketika tanaman dewasa berwarna hitam. Biji berbentuk
lonjong, berukuran kecil, dan berwarna hitam (Andiani, 2013 cit. Dalaila, 2018).
Tanaman krisal berasal dari daerah subtropis sehingga suhu yang terlalu tinggi dapat
menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman krisan dapat tumbuh
pada suhu harian antara 17°-30° C. Pada saat malam hari merupakan waktu pertumbuhan
optimal bagi tanaman krisan. Suhu harian yang ideal bagi fase generatif adalah 16°-18°
C, namun suhu di atas 25° C dapat menyebabkan proses penghambatan inisiasi bunga
dan pembentukan bakal bunga. Suhu yang terlalu tinggi juga mengakibatkan bunga yang
dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat dan memudar (Andiani, 2013). Krisan
merupakan tanaman yang memerlukan penambahan cahaya, karena krisan memiliki fase
vegetatif yang lebih dari wilayah tropis. Diperlukan waktu 13-16 jam untuk dapat
tumbuh, maka perlu adanya penambahan penyinaran dengan menggunakan lampu pada
saat malam hari (Andiani, 2013).
B. Pengaruh fitokrom pada proses pembungaan
Fitokrom merupakan sejenis pigmen yang tersusun dari protein dan memiliki
komponen yang dapat menyerap cahaya. Fitokrom berperan penting terhadap tumbuhan
pada panjang hari. Cahaya matahari yang diserap oleh fitokrom adalah spectrum cahaya
merah yang menyebabkan molekulnya berwarna biru atau hijau kebiruan. Fitokrom
berfungsi sebagai penangkap cahaya atau pendeteksi cahaya (fotoreseptor) (Sutoyo,
2011). Fitokrom ditemukan pada pengaruh panjang gelombang cahaya yang berbeda
terhadap pembentukan bunga baik pada tanaman hari pendek dan hari panjang.
Fitokrom dibagi menjadi dua macam yaitu fitokrom yang mengabsorpsi cahaya
merah (disingkat Pr) dan yang mengabsorpsi infra merah (disingkat Pfr). Jika Pr atau
cahaya merah mengabsorpsi cahaya merah dengan panjang gelombang 660 nm maka
akan berubah menjadi Pfr atau cahaya merah jauh. Sedangkan jika Pfr mengabsorpsi
cahaya infra merah dengan panjang gelombang 730 nm maka akan berubah kembali
menjadi Pr. Kondisi berubahnya Pfr menjadi Pr terjadi dalam keadaan gelap (Sutoyo,
2011). Pada saat matahari terbit fitokrom berubah dari bentuk Pr menjad Pfr. Perubahan
bentuk fitokrom ini adalah faktor yang mengontrol jam biologi tumbuhan untuk dapat
mengukur waktu antara permulaan perubahan Pfr menjadi Pr pada saat matahari
tenggelam dan perubahan Pr menjadi Pfr pada saat matahari terbit.
Pengaruh panjang hari terhadap proses fisiologi pembungaan krisan sering terjadi
karena adanya interaksi antara suhu dan kualitas cahaya. Jumlah reseptor cahaya atau
photoreceptor merah (Pr) dan merah jauh (Pfr) pada daun juga ikut berperan pada proses
fisiologis pembungaan tanaman krisan. Konversi Pr menjadi Pfr dapat terjadi jika
tanaman berada pada fase gelap dan bila jumlah Pfr lebih banyak dari Pr pada selang
waktu tertentu, maka pertumbuhan apical pada tanaman akan terhenti dan tanaman akan
terinduksi berubah ke fase generative (De Jong, 1981 cit. Sutoyo, 2011).
C. Pengaruh lama penyinaran terhadap pembungaan
Krisan merupakan tanaman hari pendek yang inisiasi dan perkembangan bunganya
dikendalikan oleh panjang hari. Tanaman krisan membutuhkan cahaya lebih dari 13 jam
sehari untuk tetap tumbuh secara vegetatif. Di daerah tropis seperti Indonesia kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh cahaya matahari yang lamanya rata-rata 12 jam sehari
sehingga perlu ditambah dengan pencahayaan buatan dari lampu listrik yang biasanya
dilakukan setelah matahari terbenam. Menurut Fides (1992), penambahan cahaya buatan
untuk menciptakan kondisi hari panjang di daerah katulistiwa sekitar 3-4 jam dengan
intensitas cahaya dengan kisaran 32-108 lux. Pemberian cahaya buatan paling baik ialah
antara pukul 22.00 sampai dengan 02.00 dini hari (Van Sluis, 1952). Manipulasi panjang
hari dapat dilakukan dengan menggunakan cahaya dari sumber lampu pijar maupun
lampu tabung (Sack dan Kofranek, 1963).
Cahaya berperan utama dalam proses fotosintesis melalui fitokrom. Fitokrom
merupakan penerima cahaya yang paling efektif dalam mengendalikan proses
morfogenesis tanaman dibandingkan dengan yang lain. Fitokrom ini dapat mendeteksi
gelombang cahaya dari 300-800 nm dengan sensitifitas maksimum pada cahaya merah
(R, 600-700 nm dengan puncak penyerapan pada 660 nm) dan merah jauh (FR, 700-800
nm dengan puncak penyerapan pada 730 nm). Fitokrom sangat respon terhadap
perubahan panjang gelombang merah (R) dan merah jauh (FR) dari spektrum cahaya
tersebut. Fitokrom berada pada dua bentuk cahaya yang dapat berubah yaitu FR aktif dan
R yang tidak aktif. Sinar merah jauh (FR) tidak efisien untuk fotosintesis, sehingga
membutuhkan penambahan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih rendah agar
lebih efisien (Lingga, 2011).
Induksi pembungaan malalui modifikasi fotoperiodensitas telah berhasil dilakukan
untuk mengatur masa pembungaan (panen bunga) pada beberapa tanaman, seperti krisan,
kalanchoe (Harder 1958), dan poisenttia. Pada lili, belum diketahui secara pasti respons
pembungaan lili yang telah beradaptasi baik di daerah tropis seperti lili lokal Sukabumi,
walaupun beberapa spesies asli lili dilaporkan menunjukkan respons pembungaan
terhadap fotoperiodesitas terutama hari panjang/long day (Wilkins dan Dole 1997).
Selain modifikasi fotoperiodesitas, beberapa jebis zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti
GA3 juga diketahui dapat meningkatkan keseragaman pembungaan pada beberapa
tanaman. Aplikasi GA3 dilaporkan dapat menstimulasi pembungaan pada tanaman
dieffenbachia, spathyphyllum, aglaonema, calalily, homalomena, anthurium, dan
philodendrop dengan konsentrasi yang bervariasi antara 150-300 ppm. Sehubungan
dengan hal tersebut, percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui teknik mempercepat
pembungaan lili dengan berbagai ukuran umbi dengan pemberian hari panjang dan GA3
(Sutisna, 2010).

Penambahan cahaya buatan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata tinggi


tanaman sampai tanaman berumur 28 hst (Tabel 1). Pada umur pengamatan tersebut,
tanaman mengalami fase pertumbuhan yang lambat sehingga tidak menunjukkan
perbedaan nyata pada tinggi tanaman. Tanaman mengalami fase pertumbuhan cepat pada
saat periode kritis, sehingga pada umur pengamatan 42, 56 dan 70 hst menunjukkan
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pada umur pengamatan 84 hst, tinggi tanaman di
antara perlakuan penambahan cahaya buatan menunjukkan respon perbedaan yang nyata,
laju pertumbuhan mengalami penurunan dikarenakan tanaman sudah memasuki fase
generatif. Penambahan cahaya buatan 4 dan 5 jam mampu meningkatkan tinggi tanaman
dengan nilai lebih tinggi dibanding penambahan cahaya buatan 2 dan 3 jam. Tinggi
tanaman ini menentukan panjang tangkai bunga krisan, semakin tinggi tanaman maka
semakin panjang tangkai bunga yang dihasilkan. Perbedaan kultivar pada varietas Fiji
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur
pengamatan.
Penambahan cahaya buatan berpengaruh nyata terhadap rata-rata umur berbunga dan
umur panen tanaman, namun di antara penambahan cahaya 2, 3, 4 dan 5 jam tidak
terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel 2). Tanaman krisan yang diberi
penambahan cahaya buatan mengalami fase vegetatif lebih lama daripada tanpa
penambahan cahaya buatan dan lebih aktif melakukan fotosintesis. Fotosintat merupakan
faktor yang penting dari pertumbuhan tanaman diantaranya peningkatan tinggi tanaman,
penambahan jumlah daun dan sebagai persiapan cadangan pembentukan bunga. Pada
pengamatan 56 hst, tanaman tanpa penambahan cahaya buatan telah mencapai fase
generatif sehingga pertambahan tinggi tanaman relatif kecil, sedangkan pada perlakuan
yang diberi penambahan lama penyinaran masih melangsungkan fase pertumbuhan
vegetatif sehingga pertambahan tinggi masih berlanjut. Pada pengamatan 70 hst, tanaman
dengan perlakuan tanpa penambahan lama penyinaran sudah dipanen sedangkan tanaman
yang diberi penambahan lama penyinaran masih terus melakukan pertumbuhan, sehingga
ditambahkkannya lama penyinaran mengakibatkan umur berbunga dan umur panen
tanaman tertunda. Nxumalo dan Wahome (2010) menyatakan bahwa lamanya panjang
hari menentukan fase vegetative tanaman krisan.
Penambahan lama penyinaran memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang
tangkai bunga (Tabel 3). Penambahan cahaya 4 dan 5 jam dapat meningkatkan panjang
tangkai bunga yang sama panjang, yaitu masing-masing sebesar 54,82% dan 55,46% dan
lebih tinggi daripada penambahan cahaya 2 dan 3 jam yang hanya meningkatkan panjang
tangkai bunga masing-masing sebesar 43,81% dan 51,02%. Hasil pengamatan diameter
tangkai bunga menunjukkan bahwa penambahan cahaya 4 dan 5 jam dapat meningkatkan
diameter tangkai bunga yang sama besar, masing-masing sebesar 52,46% dan 49,66%
dan lebih tinggi daripada penambahan cahaya 2 dan 3 jam yang hanya mam-pu
meningkatkan diameter tangkai masing-masing sebesar 33,09% dan 40,36%. Hasil
pengamatan diameter tangkai bunga menunjukkan bahwa penambahan cahaya 4 dan 5
jam dapat meningkatkan diameter tangkai bunga yang sama besar, masing masing
sebesar 52,46% dan 49,66% dan lebih tinggi daripada penam-bahan cahaya 2 dan 3 jam
yang hanya meningkatkan diameter tangkai masing-masing sebesar 33,09% dan 40,36%.
Penambahan cahaya buatan mampu meningkatkan diameter bunga yang nyata dan
lebih tinggi daripada tanpa penambahan cahaya buatan (Tabel 3). Di antara penambahan
cahaya buatan 2, 3, 4 dan 5 jam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
diameter bunga. Stack and Drummond (1998) menjelaskan bahwa tidak terdapat
interaksi yang nyata antara jenis cahaya dan kultivar terhadap diameter bunga, diameter
terbesar dihasilkan karena perlakuan hari pendek. Diantara kedua kultivar White Fiji dan
Yellow Fiji tidak menunjukan perbedaan yang nyata pada panjang tangkai bunga,
diameter tangkai bunga dan diameter bunga. Sesuai dengan penelitian Kazaz et al.,
(2010) bahwa perlakuan panjang hari tidak berpengaruh nyata pada kultivar krisan bunga
putih dan kuning.
D. Pengelompokan Tanaman Krisan Berdasarkan Kelas Mutu
Dalam menentukan kelas mutu bunga krisan potong, panjang tangkai adalah nilai
penting dari pemasaran bunga potong krisan, begitu juga dengan bunga potong yang lain
(Kazaz et al., 2010). Panjang tangkai akan mempengaruhi lama kesegaran bunga
(vaselife) sehingga semakin panjang tangkai bunga, masa simpan bunga tersebut
semakin lama. Penambahan penyinaran mampu meningkatkan panjang tangkai bunga
yang nyata dibandingkan tanpa penyinaran tambahan, di antara perlakuan penyinaran
tambahan terdapat perbedaan nyata pada tinggi tanaman sehing-ga berpengaruh dalam
menentukan kualitas bunga. Penambahan cahaya 2 jam menghasilkan panjang tangkai
kualitas bunga B, penambahan cahaya 3 jam menghasilkan panjang tangkai kualitas
bunga A, penambahan cahaya buatan 4 dan 5 jam mampu menghasilkan tanaman krisan
dengan panjang tangkai yang dapat dimasukkan dalam kualitas AA (Tabel 4).
Berdasarkan panjang tangkai, tanaman krisan dengan perlakuan tanpa penambahan
cahaya buatan tidak termasuk dalam kelas mutu bunga krisan karena menghasilkan
panjang tangkai rata-rata sebesar 38,16 cm.

Penambahan cahaya buatan mampu meningkatkan diameter tangkai bunga dan


diameter bunga namun tidak menunjukkan perbedaan kualitas pada semua perlakuan.
Diameter tangkai bunga pada semua perlakuan dapat dimasukkan dalam kualitas A
sedangkan diameter bunga pada semua perlakuan dapat dimasukkan dalam kualias AA.
Masing-masing kualitas mempunyai tingkat harga yang berbeda, oleh karena itu dalam
budidaya krisan adalah dengan pe-nambahan cahaya buatan yang lebih sedikit namun
dapat menghasilkan bunga dengan kualitas tinggi. Dengan mempertimbangkan aspek
ekonomi, budidaya dengan penam-bahan cahaya buatan selama 4 jam adalah budidaya
yang efisien karena dapat meng-hemat energi listrik selama 1 jam setiap harinya dan
mampu menghasilkan kualitas bunga yang sama dengan penambahan ca-haya 5 jam.
Pada penelitian ini, dengan penambahan cahaya buatan 4 jam dapat menghemat sebesar
42 jam lebih sedikit dibandingkan 5 jam

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) tergolong ke dalam family Asteraceae. C.
morifolium dan termasuk tanaman menyerbuk silang. Tanaman krisan memiliki
bunga majemuk berbentuk cawan terletak di ujung batang degan mahkota bunga
berbentuk lonjong lepas berwarna kuning. Tanaman krisan dapat tumbuh pada suhu
harian antara 17°-30° C. Krisan memerlukan penambahan cahaya, karena memiliki
fase vegetatif yang lebih dari wilayah tropis dan diperlukan waktu 13-16 jam untuk
dapat tumbuh.
2. Tanaman krisan yang diberi penambahan cahaya buatan mengalami fase vegetatif
lebih lama daripada tanpa penambahan cahaya buatan dan lebih aktif melakukan
fotosintesis. Ditambahkannya lama penyinaran berpengaruh nyata terhadap rata-rata
umur berbunga, umur panen tanaman, meningkatkan tinggi tanaman, meningkatkan
diameter tangkai bunga, meningkatkan panjang tangkai bunga, dan menentukan
kualitas bunga yang lebih baik.
3. Penambahan cahaya buatan 2, 3, 4, dan 5 jam berpengaruh nyata terhadap rata-rata
umur berbunga dan umur panen tanaman. Penambahan cahaya buatan 4 dan 5 jam
mampu meningkatkan tinggi tanaman, meningkatkan panjang tangkai bunga,
meningkatkan diameter tangkai bunga, dan menghasilkan panjang tangkai kualitas
tanaman krisan dengan nilai lebih tinggi dan lebih baik dibanding penambahan
cahaya buatan 2 dan 3 jam.
B. Saran
Kualitas tanaman krisan akan mempengaruhi tingkat harga yang berbeda, oleh karena itu
dalam budidaya krisan adalah dengan penambahan cahaya buatan perlu mempertimbangkan
aspek ekonomi. Penambahan cahaya buatan selama 4 jam adalah budidaya yang efisien
karena dapat menghemat energi listrik selama 1 jam setiap harinya dan mampu menghasilkan
kualitas bunga yang sama dengan penambahan cahaya 5 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Andiani, Y. 2013. Budidaya Bunga Krisan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Bres, W. and M. Jerzy. 2008. Changes of nutrient concentration in Chrysanthemum leaves
under influence of solar radiation. Agron. Res. Vol. 6 (2): 435–444.
Dalaila, I. 2018. Karakterisasi morfologi dan anatomi Chrysanthemum morifolium Ramat.
var. pusputa nusantara dan var. tirta ayuni serta Chrysanthemum indicum L. var.
mustika kaniya sebagai sumber belajar pada mata kuliah struktur dan perkembangan
tumbuham. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo :
Skripsi.
Ermawati, D., D. Indradewa, dan S. Trisnowati. 2011. Pengaruh Warna Cahaya Tambahan
Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Tiga Varietas Tanaman Krisan
(Chrysanthemum morifolium) Potong. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta : UGM Press.
Fides. 1992. Fides Mum Manual: For all Year Round Chrysanthemum. Alsmeer : Fides.
Han, S., S.M. Chen, A.P. Song, R.X. Liu, H.Y. Li, J.F. Jiang, dan F.D. Chen. 2017.
Photosynthetic responses of chrysanthemum morifolium to growth irradiance:
morphology, anatomy and chloroplast ultrastructure. Photosynthetica 55: 184-192.
Kazaz, S., M.A. Askin, S. Kilic, and N. Ersoy. 2010. Effects of day length and daminozide on
the flowering, some quality parameters and chlorophyll content of Chrysanthemum
morifolium Ramat. Sec. Res and Essays Vol. 5 (21): 3281–3288.
Lingga. 2011. Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan. Institut pertanian Bogor, Jakarta.
Nxumalo, S.S. and P.K. Wahome. 2010. Effects of application of short-days at different
periods of the day on growth and flowering in chrysanthemum (Dendranthema
grandiflorum). J. Agric. Soc. Sci. Vol. 6 (2): 39-42.
Pratama, H.G., Sutarno, dan A. Darmawati. 2018. Penambahan lama penyinaran dengan
perbedaan jam dan jumlah hari pada tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) terhadap
pertumbuhan dan bobot tanaman. Jurnal Agro Complex Vol. 2 (2): 155-161.
Sachs, R.M. and A.M. Kofranek. 1963. Comparative cytohistological studies in hibition and
promotion of stem growth in Chrysanthemum morifolium. American Journal of Botany
50: 772-779.
Sluis, V.E.J.H. 1952. Artificial Light in Horticultural. World Crops Vol. 4 : 161-163.
Stack, P.A. and F.A. Drummond. 1998. Chrysanthemum flowering in a blue light
supplemented long day maintained for biocontrol of thrips. Horticultural Science Vol.
33 (4): 710-715.
Sutisna, A. 2010. Teknik mempercepat pembungaan Lili (Lilium spp.) dengan pemberian
GA3 dan aplikasi hari panjang. Buletin teknik Pertanian Vol.15.
Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan pembungaan tanaman. Buana Sains Vol. 11 (2): 137-144.
Vina. 2016. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan Pada Berbagai Komposisi Media Tanam.
Universitas Andalas, Padang : Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai