Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


KOMODITAS KRISAN (Chrysanthemum)

oleh :

1. Titian Imaniah 125040101111004


2. Shendy Nasrul Putra 125040100111234

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS KRISAN (Chrysanthemum)
BAB I – BAB V

Disetujui oleh:

Asisten Lapang Asisten Kelas

(Lutfy Ditya Cahyanti) (Mokhtar Effendi)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan seruni
yang mempunyai nama latin Chrysanthemum, tanaman ini mempunyai berbagai
jenis warna pada bunganya. Bunga krisan di daerah Eropa terutama di Perancis
merupakan bunga yang diasosiasikan dengan duka dan kematian, namun di daerah
Amerika dan Indonesia bunga krisan melambangkan bentuk keceriaan. Tanaman
krisan sangat cocok di tanam pada lahan dengan ketinggian antara 700-1200 m di
atas permukaan laut (dpl). Untuk daerah yang curah hujannya tinggi penanaman
harus dilakukan di dalam bangunan ruimah plastik, karena krisan tidak tahan
terhadap air. Tanaman krisan cepat berbunga apabila menerima cahaya yang lebih
banyak, oleh karena itu dibutuhkan pencahayaan untuk mempercepat proses
pembungaan sehingga lebih waktu penanaman lebih efisien.
Praktikum teknologi produksi tanaman (TPT) ini dilakukan karena melihat
pembudidayaan tanaman krisan yang cukup mudah dan memiliki harga ekonomis
tinggi seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas, sehingga peluang bisnisnya
cukup menjanjikan. Selain itu, krisan juga digemari oleh pasar dalam negeri
maupun luar negeri sehingga pemasaran dari hasil tanaman krisan sangatlah baik
dan menjanjikan. Selain itu praktikum ini dilakukan untuk memberikan
pengetahuan dan bekal kepada mahasiswa agar kelak ketika sudah lulus sarjana
bisa mengembangkan budidaya tanaman terutama tanaman krisan.

1.2 Tujuan
Terdapat bebrapa tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman, yaitu:
1. Untuk mengetahui teknologi produksi tanaman krisan dari segi budidaya
pertanian.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman krisan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman
krisan.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara krisan tipe standar dan tipe spray.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu:
1. Memberikan pengetahuan teknologi produksi tanaman pada tanaman krisan
dari segi budidaya pertanian.
2. Memberikan pengetahuan syarat tumbuh dari tanaman krisan.
3. Memberikan pengetahuan mengenani factor-faktor yang mempengaruhi
produktifitas tanaman krisan.
4. Memberikan pengetahuan mengenai perbedaan antara krisan tipe standar dan
tipe spray.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi


Klasifikasi
Klasifikasi botani tanaman hias krisan:
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Famili : Asteraceae
Genus : Chrysanthemum
Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy (BAPPENAS, 2000)
(Lukito AM: 1998)
Morfologi
a. Tanaman krisan berbatang tegak berstuktur lunak dan berwarna hijau bila
dibiarkan tumbuh terus, batang akan menjadi keras ( berkayu ) dan berwarna
kecoklat – coklatan Gambar 1. Anonym a
b. Daun tanaman krisan pada bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun secara
berselang seling pada cabang atau batang.
c. Bentuk bunga krisan digolongkan menjadi 5 macam, yaitu bunga tunggal,
anemone, pompon, dekoratif dan besar Karakterisatik bentuk tunggal adalah
pada tiap tangkai hanya terdapat satu kuntum bunga, piringan bunga sempit,
dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis, pada bunga anemone bentuk
bunga mirip bunga tunggal tetepi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
Bunga pompon berbentuk bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar
kesemua arah, dan dasar bunganya tidak nampak. Bentuk bunga dekoratif
bulat mirip pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah
pendek dan bagian tepi memanjang. Pada bentuk bunga besar pada setiap
tangkai terdapat satu kuntum bunga yang berukuran besar, diameter lebih dari
10 cm. Piringan dasar tidak nampak dan mahkota bunga memiliki banyak
variasi, antara lain melekuk kedalam atau keluar, pipih, panjang, berbentuk
sendok dll.
(Rukmana dan Mulyana,1997).
2.2 Syarat Tumbuh
a) Iklim
1. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap
terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi,
penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
2. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan
bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang
paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150
watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan
tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8
minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
3. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26
derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
4. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal
pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai
dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
5. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu
fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam
bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan
CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
b) Media Tanam
1. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur,
gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
2. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-
6,7.
c) Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m
dpl.
(Lukito AM: 1998)
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman
a. Fase Vegetative
Pada fase vegetative tanaman sedang membentuk batang, daun dan
akar, sehingga memerlukan banyak air karena kelembapan yang
dibutuhkan adalah 90 – 95%. Pada fase ini suhu optimal yang diperlukan
adalah sekitar 22o C – 28oC.
Didalam fase vegetative terjadi beberapa peristiwa, yakni:
a. Pembelahan Sel:
– Pembuatan sel-sel baru, di jaringan meristematik (titik tumbuh batang
dan akar, kambium)
– Perlu karbohidrat dalam jumlah banyak
b. Pemanjangan Sel:
– Suplai air yang banyak
– Hormon
– Gula, membentuk dinding sel
c. Tahap awal diferensiasi sel:
– Pembentukan jaringan primer
– Penebalan dinding sel
b. Fase Generative
Pada vegetative tanaman sedang membentuk Perkembangan bunga, buah,
biji, perkembangan batang berdaging dan akar berdaging. Suhu yang
dibutuhkan dalam fase generative yaitu 16oC- 18oC dengan kelembapan
70-85%.
Tahap akhir pematangan sel dan diferensiasi:
a. Akumulasi gula
b. Pembentukan hormon untuk inisiasi bunga
c. Inisiasi/Pembentukan tunas bunga
d. Perkembangan serat dan lignin
e. Penyimpanan karbohidrat cadangan
f. Akumulasi zat penahan air
g. Perkembangan dan pematangan bunga, buah dan biji
(Deptan, 2007)
2.4 Teknik Budidaya
Pembibitan
1. Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat,
bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
2. Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek
pucuk dan kultur jaringan.
a) Bibit asal anakan
b) Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang
tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai
daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung
semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C,
dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara
penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu,
kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi
mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas
dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk
padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur
jaringan:
1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg
NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan
tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan
perakaran 26 hari.
2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg
NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi
medium tidak merangsang pemunculan akar.
3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg
kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada
eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
a) Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai
bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah
stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah
direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan
selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk.
Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan
cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih
Growlux SL 18 Philip.
b) Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam,
dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh
sepanjang 0,5-1 cm.
2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang
pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan
tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan
pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder
hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
3. Teknik Penyemaian Bibit
a) Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80
cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya
bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium
semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan
jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon
(ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh
permukaan.
b) Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir
steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali
sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan
pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup
pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari
sebelum pindah ke lapangan. Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di
ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara
bertahap ke lapangan terbuka.
5. Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari
setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah
berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
Pengolahan Media Tanam
1. Pembentukan Bedengan
Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur,
keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil
dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi
20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40
cm.
2. Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur
pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH
tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH
5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara
disebar merata pada permukaan bedengan.
Teknik Penanaman
1. Teknik Penanaman Bunga Potong
a. Penentuan Pola Tanam
Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan secara
monokultur.
b) Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara
ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-
hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
c) Pupuk Dasar
Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram
ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan
merata pada tanah sambil diaduk.
d) Cara Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah
tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G.
Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam
1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit.
Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari
sungkup plastik transparan.
2) Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang
Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi dengan
menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
a) Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang
dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka
penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode
berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80
cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa
adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam
sampai periode generative antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan.
Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu
pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit
dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain
pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL
pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
b) Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang
kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis
dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram
ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada
fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram
ditambah KNO3 25 gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan
disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
c) Pembuangan Titik Tumbuh
Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah
tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
d) Penjarangan Bunga
Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya
dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
3) Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media
sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk
memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan
penyinaran 16 jam/hari. Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian
diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam
16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap.
Pembungaan ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh
giberelin sebanyak 500 ppm pada saat penyinaran pendek. Untuk mendapatkan
bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu
diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini
akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam.
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu
permanen dengan bibit
yang baru.
2. Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah
tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan
rumputrumput liar.
3. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan
dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh.
Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes
hingga tanah basah.
(Lukito AM: 1998)

2.5 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas


2.5.1 Tipe Standart
Pada krisan standart jumlah kuntum bunganya hanya terdapat satu kuntum
pada masing- masing tangkai dengan bentuk bunga yang lebar dan besar. Krisan
jenis ini merupakan krisan mengalami evolusi karena pada dasarnya semua jenis
krisan memiliki bunga lebih dari satu pada tiap- tiap tangkainya, dengan cara
pemotongan yang dilakukan terus menerus sehingga pada tiap batang hanya
terdapat satu bunga saja maka lama kelamaan krisan jenis tersebut pada
pembiakan selanjutnya hanya tumbuh dengan satu bunga pada satu tangkainya.
Contoh varietas krisan dengan tipe standart yang kami praktikumkan yaitu
varietas Fiji kuning dan fiji putih.
2.5.2 Tipe Spray
Pada krisan spray jumlah kuntum bunganya lebih dari satu kuntum pada
masing- masing tangkai dengan bentuk bunga yang kecil berkisar antara 2 hingga
3 cm. Pada satu tangkai tanaman krisan jenis spray ini bisa terdapat hingga 20
bunga. Contoh varietas krisan dengan tipe spray yang kami praktikumkan : Aster
putih, aster kuning, aster orange, puma.
(Purnomo: 2010)
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.


Waktu : tanggal 10 Oktober 2013
Tempat pelaksanaan : Lahan Percobaan Ngijo, Karang Ploso

3.2. Alat, Bahan dan Fungsi.


 Alat
1. Gembor : Untuk menyiram tanaman.
2. Penggaris : Untuk mengukur tinggi komoditas.
3. Alat tulis dan Buku : Untuk mencatat hasil pengamatan.
4. Sprayer : Untuk menyemprotkan pupuk daun dan
pupuk cair
 Bahan
1. Bibit Krisan : Sebagai bahan utama pengamatan
2. Pupuk Urea (6, 95gr) : Sebagai penyedia unsur N
3. Pupuk KCl (12,15 gr) : Sebagai penyedia unsur K
4. Pupuk SP-36 (31,25 gr) : Sebagai penyedia unsur P
5. Pupuk ZA : Sebagai merangsang pembungaan
6. Pupuk Daun : Sebagai perangsang pertumbuhan daun

3.3 Cara Kerja


1. Diagram alir cara kerja
a. Pengolahan Lahan

Olah tanah yang dicampur sekam dengan perbandingan 1:1

Masukkan tanah yang sudah di campur


kedalam polibag dengan menyisakan 5 cm

Lahan siap ditanami krisan


b. Penanaman.

Siapkan bibit krisan

Buat lubang tanam pada polibag dengan kedalaman


1 sampai 3 cm (5 lubang tanam dalam 1 polibag)

Tanam bibit krisan pada setiap lubang tanam

Padatkan tanah, agar tanaman tidak roboh.

Siram bibit dengan air sampai menyerap ke dalam


tanah

Lakukan perawatan

c. Perawatan.

Perawatan dengan penyiraman yang di lakukan setiap


2 hari sekali dan dokumentasi setiap kegiatan

Pada minggu ke-3 melakukan penyulaman


kembali bagi bibit yang tidak tumbuh atau rusak

Pada minggu ke-4, lakukan perawatan dengan memberikan


6,95 gr pupuk Urea, 12,15 gr KCL, dan 31,25 gr SP36.
Dengan KCL, SP36 di campur dalam 1 lubang. Lakukan
pengamatan dan dokumentasi

Pada minggu ke-6, lakukan perawatan dengan aplikasi


pupuk ZA yang dicampur dengan air.
2. Penjelasan.
a. Pengolahan lahan.
Pengolahan dilakukan dengan mencampur tanah dengan sekam dengan
ukuran 1:1. Kemudian masukan dalam 5 polibag polibag dengan menyisakan
5 cm dari mulut polibag. Setelah itu lakukan penyiraman pada tanah.
b. Penanaman.
Setelah pengolahan lahan atau persiapan lahan tanam, siram terlebih
dahulu sebelum melakukan penanaman agar tanah mudah untuk ditanami dan
pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dalam satu polibag
terdapat 5 lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan
menancapkan jari ke tanah dengan kedalaman 1 cm sampai 3 cm. Kemudian
melakukan penanaman krisan varietas Fiji kuning dan aster orange, satu
lubang tanam satu bibit krisan, sehingga terdapat 25 bibit krisan. Setalah bibit
krisan di tanam, lakukan pemadatan tanah agar bibit krisan dapat berdiri
tegak. Setelah melakukan penanaman, siram tanaman krisan hingga meresap
ke dalam tanah.
c. Perawatan.
Setelah melakukan pengolahan dan penanaman, selanjutnya tanaman
tersebut dialakukan perawatan dengan penyiraman 2 hari sekali. Pada
minggu ke-3 terdapat kegiatan penyulaman untuk bibit yang tidak tumbuh
atau rusak. Perawatan dengan menggunakan pupuk 12,15 gr KCL, 31,25 gr
SP36 dan 6,95 gr UREA dilakukan pada minggu ke 4, disaat pemupukan kita
membuat 2 lubang di samping kanan dan kiri tanaman. lubang kanan untuk
UREA dan kiri untuk KCL dan SP36. Setalah pupuk sudah di masukkan
dalam lubang, tutup lubang dengan tanah sehingga pupuk tidak cepat
menguap karena udara. Pada minggu ke 6 kita lakukan pengaplikasian pupuk
yang di campur dengan air.
3.4 Parameter Pengamatan
Pada praktikum teknologi tanaman ini terdapat pengamatan dengan beberapa
parameter seperti:
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung tinggi tanaman
sample yakni dalam satu polybag terdapat 2 tanaman sample sehingg
jumlah seluruh tanaman sample adalah 10 tanaman.
2. Jumlah Daun
Perhitungan jumlah daun pada 10 tanaman sample, dalam 1 polibag
terdapat 2 tanaman sample. Pemilihan tanaman sample di pilih secara
acak, kami memilih sample pada tanaman tengah polybag dan samping
kiri-belakang polybag.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan Tinggi Tanaman
Tabel 1. Tinggi Tanaman Varietas Aster Orange dan Fiji Kuning
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Krisan Varietas Aster Orange dan Fiji Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
pertama kedua ketiga keempat kelima keenam
Sample
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
1 6.5 7.5 6 10.5 12 13
2 0 7 5 9 11 17
3 5.5 5 4.5 9 11 13
4 6 5 6 8 9 14.5
5 0 3.5 8.5 10.5 12 19
6 0 4 6.8 10 15 24
7 7 6 7 9 10 16
8 0 10.5 6.3 8.5 9 13
9 0 0 5 8.2 12 13
10 0 0 5 6 7 8
Rata-Rata 2.5 4.85 6.01 8.87 10.8 15.05

Tabel 2. Tinggi Tanaman Krisan Fiji kuning


Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Fiji kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat
Sampel
(14 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst)
1 7,5 11,5 12,5 16,5
2 7 7 16,5 14,5
3 11 7 10 13,5
4 6 6,5 11,5 12
5 7,5 8 11 13
6 6 6 12,5 18
7 7 - 14 15,5
8 6 - 14 15,3
9 5 7,5 13,5 16,5
10 - 5 12,5 13,5
Rata-rata 6.86 6.60 12.25 14.33
Tabel 3. Tinggi Tanaman Krisan Puma Hijau dan Aster Kuning
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Puma Hijau dan Aster Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat ke-lima
Sampel
(21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 6 6,7 9 14,5 24
2 7 7,5 6 10 14,5
3 5 6 9 13 18
4 - 5,5 8 11 16
5 4 6 9 12 18
6 4 5 7 11 18
7 5 5,5 7 10 17,5
8 6 7 8 13 20
9 6 7 13 18 27
10 6 7 12 16 23
Rata-rata 5.44 6.33 8.80 12.67 20.50

Tabel 4. Tinggi Tanaman Krisan Aster Kuning - Fiji Putih - Fiji Pink
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Aster Kuning - Fiji Putih - Fiji Pink
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat
Sampel
(14 hst) (21 hst) (35 hst) (42 hst)
1 0 7,5 10,5 12
2 0 7 9 11
3 0 5 9 11
4 0 5 8 9
5 0 3,5 10,5 12
6 0 7 10 15
7 0 6 9 10
8 0 10,5 8,5 9
9 0 0 8,2 12
10 0 0 6 7
Rata-rata 0.00 4.29 8.50 10.80
Tabel 5. Tinggi Tanaman Krisan Aster Kuning
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Aster Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat ke-lima ke-enam
Sampel
(14 hst) (21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 0 7 10,3 10,4 11,2 12,5
2 0 6 8 10 11,8 13
3 0 9 11 12 13 15
4 0 4,5 5 8 9,2 11,9
5 0 9 10 8 9 12,5
6 0 5 9 7 10 15,1
7 0 9 9 11 11,9 14
8 0 5 6 10 11,2 13,9
9 0 7 8 10 11,5 12
10 0 8 8 6 7 9,5
Rata-rata 0.00 7.22 8.22 9.11 9.75 13.50

Tabel 6. Tinggi Tanaman Krisan Puma Hijau


Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Puma Hijau
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat ke-lima ke-enam
Sampel
(14 hst) (21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 0 6,5 8 9,5 12 16
2 0 9,5 6,5 7,5 11 15
3 0 9,5 9 9,5 13 15
4 0 8 10 10,5 11,5 17
5 0 6,5 8 8,5 12 16
6 0 8 7,3 9 12 14
7 0 8,5 8,5 9 13,5 17
8 0 7,8 7 8,5 12,5 15
9 0 7,5 6,5 8,5 11 15,5
10 0 5 9 8 12,5 16,5
Rata-rata 0.00 7.00 8.50 8.67 11.83 15.63
Tabel 7. Tinggi Tanaman Krisan Fiji kuning
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Fiji kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat ke-lima
Sampel
(21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49)
1 0 10 11 13 13
2 4 6 7,2 8,5 8,5
3 0 7 7,8 9 10
4 4 6 7 9,5 9,5
5 0 12 14 15 15
6 0 14 15 15,5 16
7 0 16 16,7 17,5 18
8 4 5 5,5 8 9
9 0 11 12 18 19
10 0 16 17,2 18 18
Rata-rata 1.20 10.30 11.80 13.50 14.75

Grafik 1. Gambar Rata-Rata Tinggi Tanaman


25.00
Aster Orange dan Fiji
Kuning
20.00
Fiji Kuning

15.00 Puma Hijau dan Aster


Kuning
Aster Kuning-Fiji Putih-Fiji
10.00 Pink
Aster Kuning

5.00 Puma Hijau

Fiji Kuning
0.00
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun

Tabel 8. Jumlah Daun Varietas Aster Orange dan Fiji Kuning


Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Krisan Varietas Aster Orange dan Fiji Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
pertama kedua ketiga keempat kelima keenam
Sample
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
1 4 5 4 6 9 12
2 0 3 4 5 7 10
3 6 4 5 6 7 9
4 5 5 3 5 7 11
5 0 3 5 7 7 9
6 0 5 4 7 9 12
7 7 6 4 6 7 11
8 0 5 5 6 7 10
9 0 0 4 7 8 13
10 0 0 4 6 7 9
Rata-Rata 2.2 3.6 4.2 6.1 7.5 10.6

Tabel 9. Jumlah Daun Krisan Fiji kuning


Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Bunga Krisan Fiji kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ketiga Keempat
Sampel
(21 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 5 10 11 15
2 4 12 13 15
3 7 13 12 14
4 3 12 10 11
5 4 13 11 13
6 4 7 16 19
7 4 - 11 12
8 3 - 12 15
9 1 10 16 19
10 - 8 11 12
Rata-rata 3,89 10,63 12,3 14,5
Tabel 10. Jumlah Daun Krisan Puma Hijau dan Aster Kuning
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Bunga Krisan Puma Hijau dan Aster Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ketiga Keempat Kelima
Sampel
(21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 5 7 9 14 21
2 5 8 7 13 19
3 3 4 8 14 22
4 0 5 8 13 20
5 3 5 8 13 18
6 5 7 8 14 24
7 5 8 6 10 18
8 6 8 7 14 20
9 7 9 11 16 22
10 8 9 13 16 24
Rata-rata 5,2 7 8,5 13,7 20,8

Tabel 11. Jumlah Daun Krisan Aster Kuning-Fiji Putih-Fiji Pink


Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Bunga Krisan Aster Kuning-Fiji Putih-Fiji Pink
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ketiga Keempat
Sampel
(14 hst) (21 hst) (35 hst) (42 hst)
1 0 5 6 9
2 0 3 5 7
3 0 4 6 7
4 0 5 5 7
5 0 3 7 7
6 0 5 7 9
7 0 6 6 7
8 0 5 6 7
9 0 0 7 8
10 0 0 6 7
Rata-rata 0 3,6 6,1 7,5
Tabel 12. Jumlah Daun Krisan Puma Hijau
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Bunga Krisan Puma Hijau
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ketiga Keempat Kelima ke-enam
Sampel
(14 hst) (21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 0 6 5 12 14 29
2 0 6 6 8 13 18
3 0 10 7 11 13 21
4 0 6 11 10 15 16
5 0 5 6 9 12 19
6 0 4 5 6 12 15
7 0 6 7 8 15 19
8 0 7 6 10 14 18
9 0 5 5 8 12 19
10 0 5 7 8 12 17
Rata-rata 0 6 6,5 9 13,2 19,1

Tabel 13. Jumlah Daun Krisan Aster Kuning


Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Bunga Krisan Aster Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ketiga Ke-empat Ke-lima ke-enam
Sampel
(14 hst) (21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 0 5 7 9 9 14
2 0 4 5 7 8 12
3 0 4 10 10 10 13
4 0 5 8 9 9 13
5 0 8 6 6 8 11
6 0 5 5 8 9 11
7 0 4 5 8 9 12
8 0 5 4 5 7 11
9 0 4 5 5 6 8
10 0 4 5 5 6 9

Rata-rata 0 4,8 6 7,2 8,1 11,4


Tabel 14. Jumlah Daun Krisan Fiji kuning
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Bunga Krisan Fiji kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ketiga Keempat Kelima
Sampel
(21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 0 39 39 39 39
2 4 4 5 8 12
3 0 8 9 10 14
4 10 13 17 18 20
5 0 24 25 27 28
6 0 25 25 28 31
7 0 26 28 29 32
8 6 9 10 14 17
9 0 24 25 26 28
10 0 28 28 29 31
Rata-rata 2 20 21,1 22,8 25,2

Grafik 2. Rata-Rata Jumlah Daun


30

Aster Orange dan Fiji


25 Kuning
Fiji Kuning
20
Puma Hijau dan Aster
Kuning
15 Aster Kuning-Fiji Putih-Fiji
Pink

10 Puma Hijau

Aster Kuning
5
Fiji Kuning
0
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Parameter Tinggi Tanaman
Pada komoditas krisan varietas aster orange dan Fiji kuning
mengalami penyulaman selama 2 kali, yaitu pada minggu ke-2 dan
minggu ke-3, ini karena kualitas bibit sudah menurun sebelum ditanam.
Setiap genotipe (varietas) tanaman krisan memiliki pertumbuhan dan
tingkat multiplikasi yang berbeda (Basri, 2008). Hal ini dapat dilihat pada
Grafik 1. Menunjukkan tinggi tanaman krisan berbeda-beda dan terus
meningkat hingga 42 hst. Varietas yang paling menonjol yaitu varietas
puma hijau dan aster kuning dengan tinggi 27 cm. Diantara dua varietas
yaitu aster orange dan Fiji kuning dalam kelompok kami, pertumbuhan
tinggi tanaman pada Fiji kuning lebih dominan yaitu 24 cm. Namun
pertumbuhan dari tanaman kami kurang begitu cepat hal ini karena tidak
diberikan pupuk saat awal tanam dan pada 20 hst. Pemupukan krisan yang
baik adalah pada saat pindah tanam (Handajaningsih, 2009).
Jarak tanam juga mempengaruhi pertumbuhan krisan, jarak tanam
yang sesuai adalah di tanam dengan jarak 20 x 20 sampai 25 x 25 cm
(Harry, 1994) sedangkan praktikum menggunakan polibag dan dalam satu
polibag terdapat 5 tanaman krisan. Hal ini tentu saja mendorong terjadinya
perebutan unsur hara pada krisan dan berdampak pada produktivitas krisan
yang kurang maksimal (BPTP, 2006).
4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah Daun
Jumlah daun yang paling terlihat menonjol adalah varietas Fiji
kuning dan tipe standart lainnya. Sedangkan untuk tipe spray seperti aster
memiliki pertumbuhan yang lambat, hal ini sesuai dengan literature yang
kami dapat yakni Tanaman krisan jenis spray memiliki jumlah daun yang
sedikit, begitupun ukurannya yang lebih kecil dibandingkan jenis standar,
jumlah dan ukuran daun yang kecil menyebabkan jenis ini memiliki indeks
luas daun yang kecil pula, sehingga laju pertumbuhannya juga rendah.
Perbedaan jenis bunga yaitu antara bunga krisan jenis spray dan standar
menyebabkan varietas Remix Red tidak bisa dibandingkan secara
langsung dengan varietas Fiji kuning dan Fiji putih. Tanaman krisan
varietas Fiji putih dan Fiji kuning memiliki respon yang relatif sama
terhadap pemberian cahaya tambahan. (Ermawati, dkk).
Jika daun terlalu banyak dan rapat, daun-daun tersebut tidak
berfungsi sebagai source, yang dapat mengakibatkan fotosintat yang
dihasilkan tidak maksimal (Sarwiyanti, 2002). Namun jika daun sedikit
mengalami akumulasi auksin endogen yang cukup tinggi dalam tubuh
tanaman, dan menyebabkan terjadi penekanan terhadap perkembangan
tunas yang terlihat dari jumlah daun yang terbentuk (Widiastuti dkk,
2004).
Banyak sedikitnya daun ini karena Adanya perbedaan respons
tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan efektifitas dari zat pengatur
tumbuh, khususnya dari dua jenis auksin (Basri, 2004)
4.2.3 Pembahasan Parameter Umur Awal Muncul Knop
Tanaman krisan akan segera berbunga apabila panjang hari atau
jumlah jam terang kurang dari suatu batasan tertentu. Pada panjang hari
kurang dari 14,5 jam tanaman krisan akan memasuki fase generatif.
Indonesia sebagai daerah tropis memiliki panjang hari dan malam hampir
merata yaitu sekitar 12 jam (Dwimahyani, 2007)
Pada praktikum kali ini belum sampai terjadi muncul knop hal ini
dikarenakan umur tanaman yang masih muda dan juga semakin banyak
daun yang tumbuh maka akan semakin lama berbunga. Sehingga harus
dilakukan pinching pada umur 2-3 minggu yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan tunas aksiler untuk percabangan tanaman yang
dipelihara hingga berbunga. Sehingga jumlah bunga pertanaman
meningkat, terlebih lagi banyak dan kompak (BPTP, 2009). Menurut
Tedjasarwana (2011) cara pengaplikasian pupuk tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga pertanaman.
Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah
tanam, tergantung pada varietas atau kultivar (Moradjo, 1976).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan seruni
yang mempunyai nama latin Chrysanthemum. Pada praktikum kali ini terdapat
dua tipe krisan, yaitu tipe standart seperti Fiji kuning dan fiji putih, dan tipe spray
seperti Aster putih, aster kuning, aster orange, puma. Untuk tinggi tanaman
pertumbuhan yang paling terlihat adalah puma hijau dan aster kuning dengan rata-
rata 20,5 cm. Sedangkan untuk jumlah daun terbanyak yaitu Fiji kuning dengan
rata-rata 25,2 buah.Pada praktikum kali ini knop pada tanaman belum muncul, hal
ini dikarenakan Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah
tanam, tergantung pada varietas atau kultivar sedangkan umur dari tanaman kami
yaitu sekitar 42 hst.

5.2 Saran
5.2.1 Asisten Kelas
Informasi yang penting-penting tolong disampaikan dengan jelas sehingga
tidak terjadi miss komunikasi.
5.2.2 Asisten Lapang
Lebih diintensivkan lagi kepada setiap komoditas yang di pegang asisten
lapang, sehingga asisten lapang mengetahui benar perkembangan dari setiap
komoditas yang dipegangnya.
5.2.3 Praktikum
1. Parameter pengamatan diperjelas lagi jika dari awal terdapat dua parameter
maka diakhirpun terdapat dua parameter, jangan tiba-tiba menjadi tiga
parameter itu membuat praktikan bingung untuk mengerjakan.
2. Bibit-bibit yang ingin di praktikumkan diharapkan lebih segar lagi.
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2000. KRISAN (C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy ).


Jakarta
Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu.
Basri, Zaenudin. 2008. Multiplikasi Empat Varietas Krisan Melalui Teknik Kultur
Jaringan. J. Agroland 15 (4) : 271 - 277
BPTP. 2006. Teknologi Budidaya Tanaman Hias Krisan. Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2007. Teknik Budidaya Tanaman Krisan. Sulawesi Utara.
Dwimahyani, Ita. 2007. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan
Dan Pembungaan Stek Pucuk Krisan (Chrysanthemum Morifolium
Ramat.) Cv. Pink Fiji. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A
Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 3
No.
Ermawati, Dewi, Dkk. Pengaruh Warna Cahaya Tambahan Terhadap
Pertumbuhan Dan Pembungaan Tiga Varietas Tanaman Krisan
(Chrysanthemum morifolium) POTONG.
Handajaningsih, Merakati dan Toni Wibisono. 2009. Pertumbuhan dan
Pembungaan Krisan dengan Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit
Sebagai Sumber Kalium Jurnal Akta Agrosia Vol. 12 No.1 hlm 8
Harry,Rusmini. 1994. Usahatani Bunga Potong. Pusat Perpustakaan Pertanian
dan Komunikasi Penelitian. Bogor
Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no.
348.
Moradjo, M. 1976. Bunga Hias II. PT Karya Nusantara. Jakarta. 32 hal.
Purnomo,Hari.2010. Budidaya bunga potong. CV.Andi Offset.Yogyakarta. 195
Hlm
Rukmana, Rahmat.1997. Krisan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Sarwiyanti, Ening. 2002. Seleksi Lanjutan Lima Klon Krisan (Dendrathema
grandiflora Tzvelev) Generasi M2V3 Hasil Iradiasi Sinar Gamma.
Makalah Seminar Skripsi. Februari 2002. Fakultas Pertanian IPB.
Tedjasarwana, R, dkk. 2011. Cara Aplikasi dan Takaran Pupuk terhdap
Pertumbuhan dan Produksi Krisan. J. Hort. 21(4):306-314.
Widiastuti, Libria, dkk. 2004. Tanaman Krisan dalam Pot. Gramedia: Jakarta
LAMPIRAN

Gambar 1. Tanaman krisan (21 hst) Gambar 2. Daun krisan yang kering
(21 hst)

Gambar 3. Daun krisan yang kering Gambar 4. Tanda pada daun (28 hst)
(21 hst)

Gambar 5. Terdapat bintik kuning Gambar 6. Daun menguning (28 hst)


pada daun (28 hst)
Gambar 7. Komoditas Krisan Aster Gambar 8. Varietas Fiji Kuning (35hst)
Orange dan Fiji Kuning (35 hst)

Gambar 9. Varietas Aster Orange (42 hst)


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI
TANAMAN

ASPEK HPT “TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum)”

oleh :

3. Titian Imaniah 125040101111004


4. Shendy Nasrul Putra 125040100111234

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.Kadang tumbuhan
mengalami gangguan oleh binatang atau organisme dan patogen (virus, bakteri,
atau jamur). Organisme dapat disebut hama karena mereka mengganggu
tumbuhan dengan memakan atau merusaknya. Belalang, kumbang, ulat, wereng,
tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh organisme atau serangga yang
sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan
oleh pathogen (virus, bakteri, dan jamur) disebut penyakit.Tidak seperti hama,
penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan
mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan
tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian
tubuhnya utuh.Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan
kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia
menggunakan obat – obatan anti hama.
Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara
hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat
justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena
pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu
pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal
dan sebijak mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat
mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah
hama hilang. Akibatnyahama tersebut merajalela.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui intensitas serangan penyakit pada tanaman krisan.
2. Untuk mengetahui musuh alami pada tanaman krisan.
3. Untuk mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman krisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Intensitas Penyakit (2 metode perhitungan intensitas penyakit)


Intensitas serangan adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman
yang disebabkan oleh opt yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. (Tim
Dosen HPT, 2011)
Intensitas penyakit adalah berlangsungnya suatu penyakit dari awal kejadian
hingga berlanjut sampai pengamatan penyakit. (Habazar,2006)

4.2 Musuh Alami


Musuh alami merupakan salah satu teknik pengendalian secara biologis bagi
tanaman yang terserang hama tertentu. (Subyakto, 2000)
Musuh alami merupakan salah satu faktor pengendalian organism
pengganggu tanaman (OPT) sehingga berperan dalam pengaturan populasi OPT
dalam keseimbangan ekosistem. (Abadi, 2003).
Musuh alami merupakan salah satu pengendalian biologi dengan mereduksi
populasi hama yang terdiri dari predators, parasitoid, dan pathogen. (Sthelinger,
1973)
a. Predator
Suatu binatang yang dapat memangsa binatang lain. (Kusnadi, 2005)
Predator adalah organisme yang memangsa organisme lainnya untuk
kebutuhan makannya. Karakteristik umum dari predator adalah :
1. Membunuh dan memakan mangsanya lebih dari satu hingga mencapai stadia
dewasa
2. Ukuran tubuhnya relative lebih besar disbanding mangsanya
3. Sifat predasi terdapat pada stadia pradewasa dan dewasa
4. Stadia larva/nimfa yang aktif sebagai predator dibantu oleh organ sensorik
dan lokomotorik
5. Perkecualian hanya pada tabuhan predator yang menyimpan mangsanya
untuk progeninya.
(Purnomo, 2010)
Predator atau pemangsa adalah binatang yang memburu,memakan,
menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Misal
laba-laba dan capung. (Nyoman,1998)
b. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berekembang pada
atau di dalam tubuh inang yang biasanya adalah serangga. (Adi, 2005)
Organisme yang sepanjang hidupnya bergantung pada inang yang akhirnya
membunuh dalam proses situ. (Kusnadi, 2005)
Parasitoid serangga adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi
parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas
mencari nectar dan embun madu sebagai makanannya. Perbedaan definisi atara
parasitoid dan parasitadalah :
1. Parasitoid selalu menghabiskan inangnya di dalam perkembangannya,
sedangkan parasit tidak.
2. Inang parasitoid adalah serangga juga, sedangkan parasit tidak.
3. Ukuran tubuh parasitoid bisa lebih kecil atau sama dengan inangnya,
sedangkan parasite pasti lebih kecil dari inangnya.
4. Parasitoid dewasa tidak lagi melakukan aktivitas parasitasi, akan tetapi hanya
di saat masih pada stadia pradewasa, sementara parasit dalam seluruh stadia
hidupnya melakukan parasitasi.
5. Parasitoid hanya berkembang pada satu inang dalam siklus hidupnya,
sedangkan parasit tidak.
(Purnomo, 2010)
c. Entomopatogen
Cendawan entomopatogen adalah organisme heterotrof yang hidup sebagai
parasit pada serangga. Cendawan entomopatogen merupakan salah satu jenis
bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman.
Cendawan entomopatogen termasuk dalam enam kelompok mikroorganisme yang
dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida, yaitu cendawan, bakteri, virus,
nematoda, protozoa dan ricketsia. (Habazar, 2006)
Entomopatogen adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi
dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. (Purnomo ,2010)
Entomopatogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang dapat
digunakan untuk mengendalikan hama tanaman. (Kusnadi, 2005)

d. Patogen Serangga
Organisme yang hidup dalam habitat inangnya dan menyerang hama
tertentu, biasanya menyerang serangga. (Kusnadi, 2005)
Patogen serangga adalah mikroorganisme (cendawan,bakteri, virus,
protozoa, nematode dan mikroba lainnya) yang dapat menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit pada serangga hama. (Nyoman, 1998)
Patogen serangga adalah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit pada serangga hama. (Purnomo, 2010)

e. Mikroorganisme Antagonis Penyakit


Mikroorganisme Antagonis Penyakit adalah Mikroorganisme yang
mengintervensi atau menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada
tumbuhan. (Purnomo, 2010)
Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan,
menghambat atau memusnahkan mikroba lainnya.
(Sutanto, 2002)
Mikroba antagonis adalah mikroba yang memiliki sifat berlawanan dengan
mikroba merugikan, seperti mikroba patogen dan pembusuk. (Gede Rai Maya
Temaja, 1998)

4.3 Mekanisme Peranan Musuh Alami dalam Menjaga Stabilitas


Produksi Tanaman

Mekanisme peran musuh alami yaitu pada predator, dengan memakan


mangsanya secara langsung. Pada parasitoid dengan meletakan telur pada tubuh
hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh
hewan sasaran tersebut hingga mati. Serta mekanisme musuh alami pada patogen
yaitu Jamur masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas
tubuh. Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala.
Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh
darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh sehingga menyebabkan
kematian pada serangga.
(Nyoman,1998)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat
- Buku KDS : Untuk identifikasi serangga
- Kamera : Untuk dokumentasi serangga
- Alat Tulis : Untuk menulis hasil identifikasi

Bahan
- Serangga : Sebagai bahan pengamatan

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Intensitas Penyakit


Siapkan alat dan bahan

Amati jenis dan gejala


penyakit tanaman contoh

Ukur dan nilai intensitas


kerusakan tanaman

Dokumentasikan

Hitung intensitas kerusakan


menggunakan rumus IP

Gambar 1. Alur kerja pengamatan intensitas penyakit

3.2.2 Pengambilan Sampel Arthtopoda

Siapkan alat dan bahan

Amati jenis dan


karakteristik serangga

Identifikasi serangga
menggunakan buku KDS

Dokumentasikan

Catat hasil identifikasi


Gambar 2. Alur kerja pengamatan arthropoda
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penyakit yang ditemukan


No Keterangan Penyakit Ciri Gejala Penyakit Gambar Penyakit

Penyakit akibat Daun berwarna coklat


bakteri kehitaman pada
1 Pseudomonas bagian tepi daun dan
chicorii melebar hingga
seluruh daun.
Gambar 3. Penyakit pada krisan

4.2 Data Intensitas Penyakit


Table 1. Data intensitas penyakit pada Tanggal 24 Oktober 2013
Skor
Tanaman
0 1 2 3 4
TC 1 2 0 1 0 1
TC 2 1 0 2 2 1
TC 3 4 1 2 0 0
Keterangan:
TC = Tanaman Contoh

Table 2. Data intensitas penyakit pada Tanggal 30 Oktober 2013


Skor
Tanaman
0 1 2 3 4
TC 1 5 0 0 0 0
TC 2 4 0 0 0 0
TC 3 6 0 0 0 0
Keterangan:
TC = Tanaman Contoh
Table 3. Data intensitas penyakit pada Tanggal 7 November 2013
Skor
Tanaman
0 1 2 3 4
TC 1 4 0 0 0 0
TC 2 5 0 0 0 0
TC 3 4 0 0 0 0
Keterangan:
TC = Tanaman Contoh
Table 4. Data intensitas penyakit pada Tanggal 14 November 2013
Skor
Tanaman
0 1 2 3 4
TC 1 6 0 0 0 0
TC 2 5 0 1 0 0
TC 3 6 0 0 0 0
Keterangan:
TC = Tanaman Contoh
Table 5. Data intensitas penyakit pada Tanggal 21 November 2013
Skor
Tanaman
0 1 2 3 4
TC 1 7 0 2 0 0
TC 2 6 1 0 0 0
TC 3 6 1 0 0 0
Keterangan:
TC = Tanaman Contoh
Table 6. Data intensitas penyakit pada Tanggal 28 November 2013
Skor
Tanaman
0 1 2 3 4
TC 1 10 1 2 0 0
TC 2 7 2 0 0 0
TC 3 10 1 0 0 0
Keterangan:
TC = Tanaman Contoh
4.3 Perhitungan Intensitas Penyakit Setiap Minggu
Rumus Perhitungan :
(𝑛 𝑥 𝑣)
P= 𝑥 100 %
𝑉𝑥𝑁

P = Persentase kerusakan atau infeksi


n = Jumlah daun dari setiap kategori
v = Harga numerik dari tiap kategori
V = Harga numerik dari kategori yang tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati

Tanggal 24 Oktober 2013


TC 1
𝑛𝑥𝑣 0𝑥2 + 1𝑥0 + 2𝑥1 + 3𝑥0 + (4𝑥1)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 4𝑥4
= 37,5%

TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥1 + 1𝑥0 + 2𝑥2 + 3𝑥2 + (4𝑥1)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4
= 58,3%
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥4 + 1𝑥1 + 2𝑥2 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 7𝑥4
= 17,8%

Tanggal 30 Oktober 2013


TC 1
𝑛𝑥𝑣 0𝑥5 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 5𝑥4
TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥4 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 4𝑥4
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥6 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4
Tanggal 7 November 2013
TC 1
𝑛𝑥𝑣 0𝑥4 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 4𝑥4
TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥5 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 5𝑥4
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥4 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 4𝑥4

Tanggal 14 November 2013


TC 1
𝑛𝑥𝑣 0𝑥6 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4
TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥5 + 1𝑥0 + 2𝑥1 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 8,3%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4

TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥6 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4

Tanggal 21 November 2013


TC 1
𝑛𝑥𝑣 0𝑥7 + 1𝑥0 + 2𝑥2 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 9𝑥4
= 11,1%
TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥6 + 1𝑥1 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 3,5%
𝑁𝑥𝑉 7𝑥4
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥6 + 1𝑥1 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 3,5%
𝑁𝑥𝑉 7𝑥4
Tanggal 28 November 2013
TC 1
𝑛𝑥𝑣 0𝑥10 + 1𝑥1 + 2𝑥2 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 12%
𝑁𝑥𝑉 13𝑥4
TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥7 + 1𝑥2 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 5,5%
𝑁𝑥𝑉 9𝑥4
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥10 + 1𝑥1 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 11𝑥4
= 2,2%

4.4 Grafik Presentase Penyakit


4.4.1 Kerusakan Tiap Tanaman Sampel
Gambar 4. Presentase kerusakan pada Tanaman Contoh 1
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6

Gambar 5. Presentase kerusakan pada Tanaman Contoh 2


70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
Gambar 6. Presentase kerusakan pada Tanaman Contoh 3
20.00%
18.00%
16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6

4.4.2 Kerusakan Pada Total Tanaman Selama Pengamatan


Gambar 7. Kerusakan Total Tanaman dalam Setiap Minggu
40.000%

35.000%

30.000%

25.000%

20.000%

15.000%

10.000%

5.000%

0.000%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6

4.5 Pembahasan Intensitas Penyakit


Pada minggu pertama tanaman yang terserang penyakit sangat banyak
dengan presentase 37.7 %, hal ini dikarenakan kondisi tanaman saat kami terima
pada awal penanaman sudah kurang sehat, dilihat dari daun yang layu dan
berbercak. Pada minggu kedua, tanaman sample yang kami tanam pada minggu
pertama mati kemudian kami menyulam nya sehingga presentase penyakit masih
0%. Minggu ketiga kami menyulam semua tanaman dengan bibit yang masih
segar sehingga tidak ada penyakit. Minggu selanjutnya minggu keempat mulai
terdapat penyakit pada tanaman sample dengan presentase 8.3%. Presentase
penyakit pada minggu kelima adalah 15.7% dan Minggu keenam adalah 18.2%.
Dengan demikian presentase penyakit pada tanaman sample kami setiap
minggu nya meningkat. Hal ini dikarenakan Penyakit lanas daun Pseudomonas
chicoriiini cepat sekali mengalami perkembangan karena faktor cuaca yang
mendukung perkembangan penyakit lanas daun.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006) menyatakan
bahwa, gejala penyakit ini berupa spot/bercak coklat kehitaman berair pada daun
dan melebar hingga ke seluruh daun. Spot ini perlahan-lahan terpisah seperti
gelombang. Pada stadium serangan lebih lanjut, daun akan berwarna kecoklatan
dan mengering. Bakteri ini menyerang dengan intensitas tinggi bilamana
kelembaban lingkungan pertanaman tinggi seperti pada musim hujan.Bila
serangan sudah parah, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Untuk mengurangi resiko turun nya produksi dari tanaman krisan tersebut,
kami membuang daun yang sudah terkena penyakit sehingga unsur hara dan hasiil
photosintesis yang diserap tanaman langsung menuju daun yang sehat.

4.6 Identifikasi Arthtopoda yang Ditemukan


a. Laba-laba
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Genus : Araneus
Spesies : Araneus diadematus
Peran : Predator
Jumlah : 1 ekor Gambar 8. Laba-laba
Ciri-ciri:
- Dua segmen tubuh - Tidak memiliki mulut
- Empat pasang kaki pengunyah.
b. Aphid sp
Kingdom: Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Gambar 9. Aphid sp
Genus : Myzus, Aphis, Toxoptera
(anonym a: 2013)
Spesies : Myzus persicae, Aphis gossypii,
Toxoptera, aurantii, Toxoptera citricidus
Peran : Hama
Jumlah : 2 ekor
Ciri-ciri:
- Tubuh pipih
- Ukuran sangat kecil
- Antenna panjang

4.7 Pembahasan Arthtopoda


a. Laba-laba
Pada pengamatan yang dilakukan dilahan, ditemukan. laba-laba pada
tanaman budidaya. Arthropoda ini berperan sebagai musuh alami dengan
memangsa hama.
Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang
memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau
memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan
kelangsungan hidup, seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak
mangsa.
a. Aphid sp
Pada saat pengamatan dilahan di temukan hama Apid sp. Hama ini yang
menyebabkan daun pada krisan menggulung. Selain itu, kutu juga mengeluarkan
toksin yang menyebabkan tanaman kerdil.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan mempelajari aspek HPT maka dapat mempertahankan produksi
tanaman krisan, hal ini disebabkan karena praktikan dapat mempelajari
mengenai hama, penyakit, musuh alami yang terdapat pada tanaman krisan
sekaligus praktikan dapat menerapkan cara pengendalian baik pada hama
maupun penyakit, sehingga dengan adanya teori dan penerapan dari
pengendalian tersebut, produksi dari tanaman krisan dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, latief, 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayu Media Publishing. Malang.

Anonim. 2012. Cendawan Entomopatogen Sebagai Calon Bioinsektisida Untuk


Pengendalian Pengisap Polong Pada Kedelai
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id

Anonym a. 2013. http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/10/kutu-daun-


aphid-sp.html. diakses tanggal 05 Desember 2013.

Gede Rai Maya Temaja, I. 1998. Pemanfaatan Mikroba Antagonis Sebagai Agen
Pengendalian Penyakit Akar Putih Tanaman Jambu Mete (laporan
penelitian dosen muda). Fakultas Pertanian, Udayana.

Habazar, Trimurti. 2006. Pengendalian Hayati: Hama dan Penyakit Tumbuhan.


Yogyakarta : Kanisius.

Kusnadi. 2005. Pengendalaian Hama Tanpa Pestisida. Bogor: Penebar Swadaya.

Nyoman, Ida.1998. Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta: UGM Press

Purnomo,Hari.2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Penerbit Andi

Schlinger, Evert I 1978. Biological Control of Insecta Pert and Weeds. Hallsted :
New York.

Subyakto,2000. OPT Kapas dan Musuh Alami Kapas. Balitlas : Malang

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai