oleh :
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS KRISAN (Chrysanthemum)
BAB I – BAB V
Disetujui oleh:
1.2 Tujuan
Terdapat bebrapa tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman, yaitu:
1. Untuk mengetahui teknologi produksi tanaman krisan dari segi budidaya
pertanian.
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman krisan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman
krisan.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara krisan tipe standar dan tipe spray.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu:
1. Memberikan pengetahuan teknologi produksi tanaman pada tanaman krisan
dari segi budidaya pertanian.
2. Memberikan pengetahuan syarat tumbuh dari tanaman krisan.
3. Memberikan pengetahuan mengenani factor-faktor yang mempengaruhi
produktifitas tanaman krisan.
4. Memberikan pengetahuan mengenai perbedaan antara krisan tipe standar dan
tipe spray.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lakukan perawatan
c. Perawatan.
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan Tinggi Tanaman
Tabel 1. Tinggi Tanaman Varietas Aster Orange dan Fiji Kuning
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Krisan Varietas Aster Orange dan Fiji Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
pertama kedua ketiga keempat kelima keenam
Sample
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
1 6.5 7.5 6 10.5 12 13
2 0 7 5 9 11 17
3 5.5 5 4.5 9 11 13
4 6 5 6 8 9 14.5
5 0 3.5 8.5 10.5 12 19
6 0 4 6.8 10 15 24
7 7 6 7 9 10 16
8 0 10.5 6.3 8.5 9 13
9 0 0 5 8.2 12 13
10 0 0 5 6 7 8
Rata-Rata 2.5 4.85 6.01 8.87 10.8 15.05
Tabel 4. Tinggi Tanaman Krisan Aster Kuning - Fiji Putih - Fiji Pink
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Aster Kuning - Fiji Putih - Fiji Pink
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat
Sampel
(14 hst) (21 hst) (35 hst) (42 hst)
1 0 7,5 10,5 12
2 0 7 9 11
3 0 5 9 11
4 0 5 8 9
5 0 3,5 10,5 12
6 0 7 10 15
7 0 6 9 10
8 0 10,5 8,5 9
9 0 0 8,2 12
10 0 0 6 7
Rata-rata 0.00 4.29 8.50 10.80
Tabel 5. Tinggi Tanaman Krisan Aster Kuning
Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Kelompok Bunga Krisan Aster Kuning
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
Tanaman
Pertama Ke-dua Ke-tiga Ke-empat ke-lima ke-enam
Sampel
(14 hst) (21 hst) (28 hst) (35 hst) (42 hst) (49 hst)
1 0 7 10,3 10,4 11,2 12,5
2 0 6 8 10 11,8 13
3 0 9 11 12 13 15
4 0 4,5 5 8 9,2 11,9
5 0 9 10 8 9 12,5
6 0 5 9 7 10 15,1
7 0 9 9 11 11,9 14
8 0 5 6 10 11,2 13,9
9 0 7 8 10 11,5 12
10 0 8 8 6 7 9,5
Rata-rata 0.00 7.22 8.22 9.11 9.75 13.50
Fiji Kuning
0.00
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun
10 Puma Hijau
Aster Kuning
5
Fiji Kuning
0
(7 Hst) (14 Hst) (21Hst) (28 Hst) (35Hst) (42 Hst)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Parameter Tinggi Tanaman
Pada komoditas krisan varietas aster orange dan Fiji kuning
mengalami penyulaman selama 2 kali, yaitu pada minggu ke-2 dan
minggu ke-3, ini karena kualitas bibit sudah menurun sebelum ditanam.
Setiap genotipe (varietas) tanaman krisan memiliki pertumbuhan dan
tingkat multiplikasi yang berbeda (Basri, 2008). Hal ini dapat dilihat pada
Grafik 1. Menunjukkan tinggi tanaman krisan berbeda-beda dan terus
meningkat hingga 42 hst. Varietas yang paling menonjol yaitu varietas
puma hijau dan aster kuning dengan tinggi 27 cm. Diantara dua varietas
yaitu aster orange dan Fiji kuning dalam kelompok kami, pertumbuhan
tinggi tanaman pada Fiji kuning lebih dominan yaitu 24 cm. Namun
pertumbuhan dari tanaman kami kurang begitu cepat hal ini karena tidak
diberikan pupuk saat awal tanam dan pada 20 hst. Pemupukan krisan yang
baik adalah pada saat pindah tanam (Handajaningsih, 2009).
Jarak tanam juga mempengaruhi pertumbuhan krisan, jarak tanam
yang sesuai adalah di tanam dengan jarak 20 x 20 sampai 25 x 25 cm
(Harry, 1994) sedangkan praktikum menggunakan polibag dan dalam satu
polibag terdapat 5 tanaman krisan. Hal ini tentu saja mendorong terjadinya
perebutan unsur hara pada krisan dan berdampak pada produktivitas krisan
yang kurang maksimal (BPTP, 2006).
4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah Daun
Jumlah daun yang paling terlihat menonjol adalah varietas Fiji
kuning dan tipe standart lainnya. Sedangkan untuk tipe spray seperti aster
memiliki pertumbuhan yang lambat, hal ini sesuai dengan literature yang
kami dapat yakni Tanaman krisan jenis spray memiliki jumlah daun yang
sedikit, begitupun ukurannya yang lebih kecil dibandingkan jenis standar,
jumlah dan ukuran daun yang kecil menyebabkan jenis ini memiliki indeks
luas daun yang kecil pula, sehingga laju pertumbuhannya juga rendah.
Perbedaan jenis bunga yaitu antara bunga krisan jenis spray dan standar
menyebabkan varietas Remix Red tidak bisa dibandingkan secara
langsung dengan varietas Fiji kuning dan Fiji putih. Tanaman krisan
varietas Fiji putih dan Fiji kuning memiliki respon yang relatif sama
terhadap pemberian cahaya tambahan. (Ermawati, dkk).
Jika daun terlalu banyak dan rapat, daun-daun tersebut tidak
berfungsi sebagai source, yang dapat mengakibatkan fotosintat yang
dihasilkan tidak maksimal (Sarwiyanti, 2002). Namun jika daun sedikit
mengalami akumulasi auksin endogen yang cukup tinggi dalam tubuh
tanaman, dan menyebabkan terjadi penekanan terhadap perkembangan
tunas yang terlihat dari jumlah daun yang terbentuk (Widiastuti dkk,
2004).
Banyak sedikitnya daun ini karena Adanya perbedaan respons
tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan efektifitas dari zat pengatur
tumbuh, khususnya dari dua jenis auksin (Basri, 2004)
4.2.3 Pembahasan Parameter Umur Awal Muncul Knop
Tanaman krisan akan segera berbunga apabila panjang hari atau
jumlah jam terang kurang dari suatu batasan tertentu. Pada panjang hari
kurang dari 14,5 jam tanaman krisan akan memasuki fase generatif.
Indonesia sebagai daerah tropis memiliki panjang hari dan malam hampir
merata yaitu sekitar 12 jam (Dwimahyani, 2007)
Pada praktikum kali ini belum sampai terjadi muncul knop hal ini
dikarenakan umur tanaman yang masih muda dan juga semakin banyak
daun yang tumbuh maka akan semakin lama berbunga. Sehingga harus
dilakukan pinching pada umur 2-3 minggu yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan tunas aksiler untuk percabangan tanaman yang
dipelihara hingga berbunga. Sehingga jumlah bunga pertanaman
meningkat, terlebih lagi banyak dan kompak (BPTP, 2009). Menurut
Tedjasarwana (2011) cara pengaplikasian pupuk tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga pertanaman.
Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah
tanam, tergantung pada varietas atau kultivar (Moradjo, 1976).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan seruni
yang mempunyai nama latin Chrysanthemum. Pada praktikum kali ini terdapat
dua tipe krisan, yaitu tipe standart seperti Fiji kuning dan fiji putih, dan tipe spray
seperti Aster putih, aster kuning, aster orange, puma. Untuk tinggi tanaman
pertumbuhan yang paling terlihat adalah puma hijau dan aster kuning dengan rata-
rata 20,5 cm. Sedangkan untuk jumlah daun terbanyak yaitu Fiji kuning dengan
rata-rata 25,2 buah.Pada praktikum kali ini knop pada tanaman belum muncul, hal
ini dikarenakan Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah
tanam, tergantung pada varietas atau kultivar sedangkan umur dari tanaman kami
yaitu sekitar 42 hst.
5.2 Saran
5.2.1 Asisten Kelas
Informasi yang penting-penting tolong disampaikan dengan jelas sehingga
tidak terjadi miss komunikasi.
5.2.2 Asisten Lapang
Lebih diintensivkan lagi kepada setiap komoditas yang di pegang asisten
lapang, sehingga asisten lapang mengetahui benar perkembangan dari setiap
komoditas yang dipegangnya.
5.2.3 Praktikum
1. Parameter pengamatan diperjelas lagi jika dari awal terdapat dua parameter
maka diakhirpun terdapat dua parameter, jangan tiba-tiba menjadi tiga
parameter itu membuat praktikan bingung untuk mengerjakan.
2. Bibit-bibit yang ingin di praktikumkan diharapkan lebih segar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 1. Tanaman krisan (21 hst) Gambar 2. Daun krisan yang kering
(21 hst)
Gambar 3. Daun krisan yang kering Gambar 4. Tanda pada daun (28 hst)
(21 hst)
oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
d. Patogen Serangga
Organisme yang hidup dalam habitat inangnya dan menyerang hama
tertentu, biasanya menyerang serangga. (Kusnadi, 2005)
Patogen serangga adalah mikroorganisme (cendawan,bakteri, virus,
protozoa, nematode dan mikroba lainnya) yang dapat menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit pada serangga hama. (Nyoman, 1998)
Patogen serangga adalah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan
menimbulkan penyakit pada serangga hama. (Purnomo, 2010)
Bahan
- Serangga : Sebagai bahan pengamatan
Dokumentasikan
Identifikasi serangga
menggunakan buku KDS
Dokumentasikan
TC 2
𝑛𝑥𝑣 0𝑥1 + 1𝑥0 + 2𝑥2 + 3𝑥2 + (4𝑥1)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4
= 58,3%
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥4 + 1𝑥1 + 2𝑥2 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100%
𝑁𝑥𝑉 7𝑥4
= 17,8%
TC 3
𝑛𝑥𝑣 0𝑥6 + 1𝑥0 + 2𝑥0 + 3𝑥0 + (4𝑥0)
𝐼𝑃 𝑥 100% = 𝑥100% = 0%
𝑁𝑥𝑉 6𝑥4
35.000%
30.000%
25.000%
20.000%
15.000%
10.000%
5.000%
0.000%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
5.1 Kesimpulan
Dengan mempelajari aspek HPT maka dapat mempertahankan produksi
tanaman krisan, hal ini disebabkan karena praktikan dapat mempelajari
mengenai hama, penyakit, musuh alami yang terdapat pada tanaman krisan
sekaligus praktikan dapat menerapkan cara pengendalian baik pada hama
maupun penyakit, sehingga dengan adanya teori dan penerapan dari
pengendalian tersebut, produksi dari tanaman krisan dapat dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, latief, 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayu Media Publishing. Malang.
Gede Rai Maya Temaja, I. 1998. Pemanfaatan Mikroba Antagonis Sebagai Agen
Pengendalian Penyakit Akar Putih Tanaman Jambu Mete (laporan
penelitian dosen muda). Fakultas Pertanian, Udayana.
Schlinger, Evert I 1978. Biological Control of Insecta Pert and Weeds. Hallsted :
New York.