Oleh :
DWIVIKA RAMDANI
C1011181096
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................................3
KONTRAK KULIAH....................................................................................................................................3
Kontrak Kuliah Ilmu Pemuliaan Tanaman............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
DEFINISI ILMU PEMULIAAN TANAMAN...................................................................................................4
Pengertian Ilmu Pemuliaan Tanaman..................................................................................................4
a. Tujuan Pemuliaan Tanaman............................................................................................................4
1. Tujuan Jangka Panjang....................................................................................................................4
2. Tujuan Jangka Pendek.....................................................................................................................4
Ilmu Pemuliaan Tanaman Berdasarkan Bidangnya..............................................................................5
Proses Pemuliaan Tanaman.................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................................8
KERAGAMAN TANAMAN.........................................................................................................................8
Pengertian Keragaman Tanaman.........................................................................................................8
Penyebab keragaman tanaman...........................................................................................................9
Sumber Keragaman...........................................................................................................................10
Pusat Keragaman...............................................................................................................................19
BAB IV........................................................................................................................................................20
HERITABILITAS.......................................................................................................................................20
Manfaat Heritabilitas.........................................................................................................................20
Faktor yang Mempemgaruhi Heritabilitas.........................................................................................20
Metode Seleksi Pada Tanaman Menyerbuk Sendiri..........................................................................22
Metode Seleksi Pada Tanaman Menyerbuk Silang............................................................................23
Metode Pemuliaan Tahan Cekaman Hama dan Penyakit..................................................................24
Metode Pemuliaan Tahan Cekaman Lingkungan...............................................................................27
BAB V.........................................................................................................................................................29
UJI MULTILOKASI...................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................31
BAB I
KONTRAK KULIAH
Rekayasa gen, teknik ini menggunakan unsur genetika sel dan mutasi gen.
Bahkan, menerapkan teknik tilling, teknologi RNAi, rekayasa genetik,
antisense hingga gene silencing dan over expression, namun hasil dari teknik
ini belum dikomersilkan sehingga hanya diketahui oleh peneliti
Inkonvensional
Transfer Gen, sesuai namanya teknik ini memasukkan gen yang berasal dari
jenis organisme berbeda ke dalam DNA tanaman agar memiliki sifat unggul.
Hasil dari teknik ini, dikenal dengan tanaman transgenik.
Kloning gen
Marka molekuler
Keragaman pada suatu jenis tanaman dapat diketahui melalui kegiatan yang
disebut karakterisasi. Karakterisasi ialah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengenali karakter-karakter yang dimiliki oleh suatu jenis tanaman. Melalui karakterisasi
dapat diidentifikasi penciri dari suatu jenis tanaman. Kegiatan karakterisasi pada
dasarnya dilakukan secara kesuluruhan pada karakter tanaman. Karakterisasi yang
dilakukan untuk seluruh karakter tanaman (secara detail) bertujuan untuk kegiatan
Perlindungan Varitas Tanaman (PVT). Dalam pemuliaan tanaman, karakterisasi
cenderung dilakukan untuk mengetahui karakter-karakter penting yang bernilai ekonomi
atau merupakan penciri dari varitas yang bersangkutan. Pendeskripsian suatu varitas akan
lebih mudah jika sebelumnya telah dilakukan kegiatan karakterisasi. Kegiatan
karakterisasi penting untuk menentukan nilai guna dari materi plasma nutfah yang ada.
Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dan sistematis untuk mempermudah upaya
pemanfaatan plasma nutfah.
5) Manipulasi Kromosom
Sampai tahun 2006 telah dihasilkan semakin dari 2300 kultivar tanaman
dengan mutasi, 566 di selangnya yaitu tanaman hias
7) Transfer Gen
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba,
hewan, atau tanaman), atau bisa pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman
penerima dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan
kelebihan tanaman tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan
dari kelompok-kelompok lingkungan sebab kultivar yang dihasilkan diasumsikan
membahayakan lingkungan bila dibudidayakan.
Pusat Keragaman
Heritabilitas merupakan salah satu tongkat pengukur yang banyak dipakai dalam
pemuliaan tanaman. Secara sederhana, heritabilitas dari sesuatu karakter dapat didefinisikan
sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam fenotip
dari suatu karakter.
Manfaat Heritabilitas
Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan. Semakin
tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat
yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan
tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi ini seleksi fenotipik
individu sangat efektif, sedangkan jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi
dilakukan berdasarkan kelompok. Manfaat dari heritabilitas ini yaitu menghasilkan
keturunan dengan sifat-sifat yang baik dan menghasilkan bibit unggul pada tumbuhan.
Nilai duga Heritabilitas berkisar antara 0,0 – 1,0, nilai duga Heritabilitas sebesar
1,0 menunjukkan bahwa semua variasi penampilan tanaman yang ditimbulkan
disebabkan oleh faktor genetik sedangkan nilai duga Heritabilitas 0,0 menunjukkan
bahwa tidak satupun dari variasi tanaman yang muncul dalam populasi tersebut
disebabkan oleh faktor genetik
Hibridisasi secara konvensional pada spesies yang sama pada umumnya tidak
mengalami kesulitan, tetapi pada spesies yang berbeda (antarspesies) umumnya
mengalami kesulitan (kegagalan). kegagalan tersebut disebabkan adanya faktor sterilitas,
gangguan sitoplasma, dan gangguan fisiologis. Gangguan fisiologis tersebut karena
adanya inkompatibilitas. Di samping kendala tersebut, hibridisasi secara konvensional
semakin lama banyak mendapat tekanan karena terbatasnya lahan seleksi, waktu yang
relatif lama, juga semakin komplek dan sulitnya tujuan pemuliaan tanaman. Oleh karena
itu semakin terasa diperlukannya teknik baru untuk mendapatkan varietas unggul tahan
penyakit. Bioteknologi modern kini dipandang dapat memberikan harapan untuk
melengkapi teknik pemuliaan konvensional. Dalam arti luas, bioteknologi dapat
didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan organisme hidup atau bagian dari
organisme untuk menghasilkan atau memodifikasi produk tertentu serta untuk
perbaikan/pemuliaan mikro organisme, tanaman atau hewan.
- Kultur meristem. Jaringan meristem terdapat di bagian ujung (apeks) pucuk. Pada sel
meristem ini tidak ditemukan partikel virus ataupun organisme patogen lainnya. Oleh
karena itu, apabila sel meristem diregenerasikan maka tanaman baru yang diperoleh tidak
mengandung virus dan penyakit. Kultur meristem ini telah banyak berhasil pada tanaman
hortikultura seperti apel dan strawberry.
- Kultur jaringan kalus (biakan kalus). Eksplan tanaman dapat membentuk kalus, yaitu
massa sel yang tidak terdiferensiasi, selnya bersifat meristematik. Sel kalus dapat
diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Selama dalam kultur, kalus dapat diberi berbagai
cekaman seperti herbisida, hama, penyakit atau yang lainnya. Perlakuan cekaman yang
terus-menerus dapat menginduksi variasi genetika dan mutasi pada sel kalus dan
menghasilkan lini kalus (callus line). Regenerasi sel somatik dari lini kalus yang telah
diberi cekaman dapat menghasilkan tanaman baru yang berbeda sifat dengan asalnya.
Variasi genetika yang ditimbulkan ini dikenal sebagai variasi somaklonal. Somaklonal
yang dihasilkan dapat memiliki resistensi terhadap penyakit.
-Kultur sel. Kultur sel dapat diperoleh dari kalus atau langsung dari eksplan. Kultur sel
dapat berupa sel tunggal atau gabungan beberapa sel (agregat). Sel tunggal biasanya
dibiakkan dalam medium cair sehingga membentuk suspensi. Sel somatik dari kultur sel
dapat diregenerasikan menjadi tanaman utuh melalui embriogenesis somatik. Oleh karena
itu, kultur sel dapat dimanfaatkan untuk memroduksi bibit dalam jumlah besar.
mengatakan bahwa seperti kultur kalus, se somatik dalam kultur sel dapat diberi cekaman
selama sub kultur dan menghasilkan lini sel (cell line). Induksi variasi genetika dan
mutasi pada kultur sel lebih cepat dan efektif.
- Isolasi mutan tahan penyakit dari kultur sel tanaman. Tanaman hasil regenerasi yang
berasal dari kultur (kalus, jaringan sel atau protoplasma) sebagian besar ada yang tidak
berguna atau bersifat mengganggu. Akan tetapi, tanaman dengan sifat yang kita
inginkan dapat muncul. Misalnya, apabila tanaman yang berasal dari protoplasma daun
varietas kentang yang rentan terhadap Phytophthora infestans dan Alternaria solani,
beberapa di antaranya (5 dari 500) tahan terhadap A. solani dan beberapa (20 dari 800)
tahan terhadap jamur P. infestans. Dengan cara yang sama dapat dihasilkan kultur
jaringan tebu yang meningkat ketahanannya terhadap Helminthosporium dan Ustilago.
- Fusi protoplasma. Protoplasma adalah sel tanaman tanpa dinding sel (hanya membran
plasma), sehingga manipulasi genetika dapat lebih mudah dilakukan. Berdasarkan hal
tersebut, apabila sumber gen ketahanan terhadap penyakit berasal dari spesies yang
berbeda (spesies liar) atau berkerabat jauh, maka hibridisasi interspesifik secara
konvensional akan mengalami kesulitan karena adanya inkompatibilitas, sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan teknik fusi (penggabungan)
protoplasma antara dua tanaman yang tidak sekerabat. Fusi protoplasma yang
menunjukkan keberhasilannya dengan sumber ketahanan dari spesies tidak sekerabat
adalah Glycine canescens (tahan terhadap penyakit) x Glycine max (kedelai) dan
Solanum brevidens (tahan terhadap virus) x Solanum tuberosum (kentang).
Melalui peleburan protoplasma (fusi protoplasma), peleburan nukleus dan sitoplasma dari
dua protoplasma berbeda dapat terjadi dan menghasilkan heterokarion. Karena memiliki
kemampuan totipotensi, protoplasma tanaman dapat diregenerasikan menjadi individu
baru yang utuh. Fusi protoplasma dapat dilakukan dengan mikro injeksi atau
elektrofusion protoplasma.
Uji multilokasi adalah salah satu tahapan pemuliaan tanaman sebelum suatu
varietas dilepas sebagai varietas unggul baru, karena hasil panen merupakan fungsi dari
interaksi antara genotipe dan lingkungan. Keragaman agroekosistem usahatani jagung yang
tinggi seperti jenis lahan, kuantitas dan penyebaran curah hujan, fluktuasi suhu, ketinggian
tempat, sebaran hama dan penyakit, tingkat kesuburan tanah, dan tingkat pemakaian pupuk
mengakibatkan keragaman pertumbuhan dan hasil biji. Genotipe yang memberikan hasil
tertinggi di suatu lokasi, sering tidak sama dengan di lokasi lain. Fenomena tersebut juga
dilaporkan oleh Azrai et al. (2006)
Pelepasan Varietas
Uji Multi Lokasi untuk melihat:
1. Adaptif
a. beradaptasi khusus
b. Beradaptasi secara Umum /luas
2. Tidak adaptif
3. Stabil :
a. Stabilitas statis ---fisik
b. Stabilitas dinamik
4. Tidak stabil
Kesimpulan :
i. Beradaptasi khusus stabil
ii. Beradaptasi khusus tidak stabil
iii. Berdaptasi umum dan stabil
iv. Beradaptasi umum dan tidak stabil
Konsep stabilitas hasil suatu varietas secara relatif dibandingkan dengan varietas lain
dalam satu set uji pada berbagai lingkungan produksi, mendasarkan pada respon regresi hasil
suatu varietas yang bersangkutan terhadap indeks lingkungan (Eberhart dan Russel 1966). Indeks
lingkungan (Ij ) diukur menggunakan rata-rata hasil satu set varietas yang diuji pada masing-
masing lingkungan, dikurangi dengan rata-rata hasil semua varietas yang diuji di semua
lingkungan. Stabilitas hasil yang mendasarkan pada produktivitas hasil varietas pada berbagai
indeks lingkungan tersebut sebenarnya memiliki kelemahan, antara lain: (1) indeks lingkungan
tidak ditentukan berdasarkan faktor asli yang terdapat pada lingkungan, yang mungkin akan
berpengaruh terhadap produktivitas galur; (2) indeks lingkungan tidak dapat ditentukan sebelum
penelitian dilakukan; (3) indeks lingkungan mendasarkan pada data empiris hasil semua varietas
yang diuji, dan (4) indeks lingkungan bersifat relatif antarvarietas dan antarlokasi, yang tidak
konstan pada musim tanam atau tahun berbeda. Dengan demikian analisis stabilitas model
regresi Eberhart dan Russel (1966) bersifat indikatif awal, yang berlaku hanya pada set varietas
dan set lingkungan pada saat penelitian dilakukan. Akan tetapi menurut Eberhart dan Russell
(1966), indeks lingkungan dapat dianggap sebagai penduga tingkat kesuburan relatif suatu
lokasi.
Analisis stabilitas Finlay dan Wilkinson (1963) mengukur stabilitas berdasarkan pada
koefisien regresi (bi ) suatu varietas dengan rata-rata umum semua varietas yang diuji di semua
lokasi. Dengan menggunakan analisis ini dapat dijelaskan fenomena stabilitas dan adaptabilitas
suatu genotipe. Nilai bi dikelompokkan menjadi tiga standar stabilitas, yaitu (1) stabilitas
di bawah rata-rata, jika nilai bi >1.
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi ketiga. Terjemahan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Anderson, E.J., D.M. Stark, R.S. Nelson, N.E. Tuiner and R.N. Beachy. 1989. Phytopathology.
12 : 1284 - 1290. Arangzeb. 1992. Genetic Changes in Morpho-Agronomic Characters in
Relation to Breeding for Higher Yield and Quality.
E.J. Warwick, dkk. 1995. Pemuliaan ternak. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU
Bioteknologi IPB, Bogor.
Morrison, R.A. and D.A. Evans. 1988. Haploid Plants from Tissue Cultures; New Plant
Varieties in Shortened time frame. Biotechnology. 6 : 800 - 804.
Genes, Enzymes and Populations. Plenum, New York. Nurhadi, E. 1988. Potensi dan Prospek
Kultur Jaringan di Bidang Pertanian. Disampaikan dalam Seminar Sehari Kultur Jaringan Se-
Jatim. Fak. Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Soeryowinoto. 1985. Budidaya Jaringan dan Manfaatnya. Lab. Biologi. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Widiyanto, S.N. 1994. Peranan Kultur Jaringan dalam Bioteknologi Pertanian. Disampaikan
dalam Seminar Nasional Sehari Prospek Bioteknologi Pertanian dalam Agroindustri pada PJPT
II. himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Universitas Winaya Mukti.